ABSTRAK
Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) Indonesia-Hong Kong dikhawatirkan akan
dijadikan sebagai instrumen perencanaan pajak yang bersifat abusif dan instrumen treaty
shopping. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang yang menimbulkan
dibuatnya P3B Indonesia-Hong Kong, meneliti dan mempelajari pengaturan masalah pajak
berganda dalam P3B Indonesia-Hong Kong, dan mengetahui permasalahan apa yang dapat
timbul dalam penerapan P3B Indonesia-Hong Kong. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) latar belakang
dibuatnya P3B Indonesia-Hong Kong dari sudut pandang Indonesia adalah untuk
meningkatkan hubungan kerjasama di bidang ekonomi dengan Hong Kong, sedangkan dari
sudut pandang Hong Kong adalah untuk menghindari label negatif sebagai non-co-operative
jurisdiction, (2) pengaturan pajak berganda dengan melalui pembagian hak pemajakan baik
itu dengan shall be taxable only ataupun may be taxed, metode kredit pajak, proses prosedur
persetujuan bersama, pertukaran informasi serta ketentuan anti penghindaran pajak berganda,
dan permasalahan yang timbul dalam penerapan P3B Indonesia-Hong Kong, yaitu treaty
shopping dan permasalahan administrasi berupa Surat Keterangan Domisili , form-DGT 1
lembar 2.
ABSTRACT
Indonesia-Hong Kong tax treaty feared would be used as instrument that are abusive tax
planning and instrument treaty shopping. This research aims to analyze the background of
Indonesia- Hong Kong tax treaty, solvable double taxation issues which occur in the field
work due to Indonesia- Hong Kong tax treaty arrangement. This is a qualitative research with
a descriptive design. The result shows: (1) the reason behind this arrangement can be seen
from two perspectives. Indonesias purpose is to develop economic cooperative relation with
Hong Kong. As for Hong Kong, avoid being negatively labeled as a non-co-operative
jurisdiction, (2) the double taxation arrangement with the distribution rights through taxation,
the tax credit method, the mutual agreement procedure, exchange of information and the
provision of anti avoidance of double taxation, (3) problems that arise in the application of
Indonesian P3B-Hong Kong, which is treaty shopping and administrative problems in the
form of certificate of domicile, form-DGT 1 sheet 2.
1.Pendahuluan
Di era globalisasi ini, dunia menjadi seakan tanpa batas dimana para pelaku usaha
mancanegara menjalin hubungan kerja sama guna mengadakan dan meningkatkan transaksi-
transaksi yang saling menguntungkan antar negara, diantaranya arus investasi, perdagangan,
dan mobilitas sumber daya manusia baik secara permanen maupun temporer. Transaksi lintas
2. Tinjauan Teoritis
Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (selanjutnya disebut P3B) menurut John
Hutagaol (2000) adalah perjanjian pajak antara 2 (dua) negara yang mengatur mengenai
pembagian hak pemajakan atas penghasilan yang diperoleh atau diterima oleh penduduk dari
salah satu atau kedua negara pihak pada persetujuan. Dalam dunia perpajakan internasional,
terdapat tiga model dalam P3B, yaitu:
3. Metode Penelitian
3.1 Pendekatan Penelitian
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif agar penelitian ini tepat sasaran dimana
teori digunakan sebagai pemberi batasan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam melakukan
analisa. Penelitian kualitatif ini bergerak dari awal dengan mengumpulkan data sebanyak
mungkin tentang sesuatu dan dari data itu ia mencari pola-pola, hukum, prinsip-prinsip dan
akhirnya menarik kesimpulan dari analisisnya itu. Maka dari itu, penelitian ini bermula dari
fenomena yang muncul atas transaksi lintas batas negara yang menyebabkan bentrokan
yuridksi peraturan perpajakan antara negara sehingga atas bentrokan yuridiksi tersebut terjadi
pengenaan pajak berganda.
3.3 Narasumber
Wawancara dilakukan kepada pihak-pihak yang terkait permasalahan penelitian,
diantaranya adalah pihak Direktorat Jenderal Pajak dan Badan Kebijakan Fiskal sebagai
regulator, pihak akademisi, pihak praktisi, dan pihak wajib pajak yang terkait dengan P3B
Indonesia-Hong Kong.
Treaty shopping
Untuk menangkal penggerusan potensi pajak melalui rekayasa treaty shopping,
tidak diatur dalam secara khusus dalam ketentuan anti-avoidance Indonesia.
Sebagai negara sumber, Indonesia berlindung pada ketentuan tentang pemilik
sebenarnya dari penghasilan (beneficial owner) atas penghasilan berupa dividen,
bunga, royalti. Namun sebelum Wajib Pajak (Hong Kong maupun Indonesia)
dapat menggunakan P3B, berdasarkan ketentuan pasal 1 P3B Indonesia-Hong
Kong bahwa P3B ini hanya berlaku bagi penduduk (resident) Indonesia dan Hong
Kong. Untuk membuktikan suatu subjek pajak merupakan resident dari Indonesia
atau Hong Kong, subjek pajak tersebut wajib menunjukkan SKD.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan untuk memperbaiki permasalahan-permasalahan yang
ada adalah sebagai berikut:
a. Agar kegiatan praktik treaty shopping dapat dicegah disarankan dengan mengadopsi
prinsip substance over form, misalnya dengan membuat peraturan pelaksanaan UU
PPh, seperti Peraturan Menteri Keuangan atau Peraturan Dirjen Pajak. Prinsip ini pada
dasarnya akan memberikan kewenangan kepada administrasi pajak untuk
mengarakteristikan suatu transaksi berdasarkan substansi ekonomisnya dan tidak
semata-mata melihat bentuknya secara legal.
b. Agar pemanfaatan P3B ini oleh wajib pajak Hong Kong lebih efektif disarankan
pemerintah Hong Kong merubah peraturan penerbitan SKD.
c. Pemerintah Indonesia membuat peraturan terkait pengisian form DGT-1 part V,
khususnya untuk menjawab pertanyaan butir 11 yang tidak sesuai dengan keadaan
negara yang menganut basis teritorial dalam pengenaan pajakanya sehingga tidak
menimbulkan permasalahan dalam praktiknya.
d. Dalam proses negosiasi pembuatan P3B, sebaiknya pemerintah tidak hanya
melakukan kajian secara ekonomi dan hukum saja akan tetapi melakukan diskusi
DAFTAR REFERENSI
Arnold, Bryan J & McIntyre, Michael J, International Tax Primer. The Hague: Kluwer Law
International, 1995.
Chan, Samuel Y.S, Cheung, Daniel K.C, & Andrew, Brian. (2011). Taxpayers Rights Under
the Liberalization of Tax Information Provisions in Hong Kong.
Darussalam, John Hutagaol, dan Danny Septriadi. Konsep dan Aplikasi Perpajakan
Internasional. Jakarta: Danny Darussalam Tax Center, 2010.
Deborah, (2013). Transparansi Perpajakan dan Pertukaran Informasi: Studi Banding di
Indonesia, Singapura, dan Hong Kong. Inside Tax Edisi Maret 2013.
Deutsch, Roberth & Arkwright,Roisin. Principle and Practice of Double Taxation
Agreements. London: BNA International Inc, 2008.
Gunadi. Pajak Internasional. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, 2007.
Hartiko, Ratyan Noer. Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda : Studi Kasus Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda Indonesia Belanda, Skripsi Fakultas Hukum,
Universitas Indonesia, 2012.
Holmes, Kevin. International Tax Policy and Double Tax Treaties. IBFD, 2007.
Hong Kong Highlights 2013. 30 April 2013. http://www.deloitte.com/view/en GX/
global/services/tax/cross-border-tax/international-tax/taxation-and-investments-
guides.htm
Hong Kong Master Tax Guide 2011/2012 (20th ed.). Deloitte, 2012.
Hutagaol, John. Pemahaman Praktis Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda Indonesia
dengan Negara-negara di Kawasan Asia Pasifik, Amerika, dan Afrika. Jakarta:
Salemba Empat, 2000.
International Tax Glossary (5th ed.). IBFD, 2005.
Kurniawan, Anang Mury. Tax Treaty Memahami Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda
(P3B) melalui studi kasus. Jakarta : Bee Media, 2012.