TENTANG
BUPATI BANJARNEGARA,
2
6. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005
tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4593);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4737);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007
tentang Organisasi Perangkat Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4741);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008
tentang Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 4828);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008
tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan
Bencana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 43, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4829);
3
11. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008
tentang Peran Serta Lembaga Internasional dan
Lembaga Asing Non Pemerintah Dalam
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 44,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4830);
12. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008
tentang Badan Nasional Penanggulangan
Bencana;
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46
Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan
Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana
Daerah;
14. Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara
Nomor 7 Tahun 2008 tentang Pokok-pokok
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran
Daerah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2008
Nomor 7 Seri A, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Banjarnegara Nomor 99);
15. Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara
Nomor 14 Tahun 2008 tentang Urusan
Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan
Pemerintahan Daerah Kabupaten Banjarnegara
(Lembaran Daerah Kabupaten Banjarnegara
Tahun 2008 Nomor 14 Seri E, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Banjarnegara
Nomor 106);
4
16. Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara
Nomor 3 Tahun 2011 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Banjarnegara (Lembaran
Daerah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2011
Nomor 9 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Banjarnegara Nomor 137);
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
5
5. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Bupati dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang terdiri dari Sekretariat
Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah,
Lembaga Lain Daerah, Satuan Polisi Pamong Praja, Kecamatan dan
Kelurahan.
6. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Banjarnegara.
7. Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang selanjutnya disingkat
BPBD adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten
Banjarnegara.
8. Kepala BPBD adalah Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Kabupaten Banjarnegara.
9. Kelompok Jabatan Fungsional adalah Kumpulan Jabatan Fungsional
yang terdiri dari sejumlah tenaga ahli dalam jenjang jabatan fungsional
yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai keahliannya.
10. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis.
11. Bencana Alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa
gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin
topan, dan tanah longsor.
12. Bencana Nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal
teknologi, gagal modernisasi, epidemi, wabah penyakit, dan
kebakaran.
13. Bencana Sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi
konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan
teror.
6
14. Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana adalah serangkaian upaya
yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang beresiko
timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat dan
rehabilitasi.
15. Pencegahan Bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk mengurangi atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui
pengurangan ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang
terancam bencana.
16. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian, serta melalui
langkah yang tepat guna, dan berdaya guna.
17. Peringatan Dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan
sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya
bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.
18. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana,
baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana.
19. Tanggap Darurat Bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak
buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan
evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan
prasarana dan sarana.
20. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan
publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah
pasca bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau
berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan
masyarakat pada wilayah pasca bencana.
7
21. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan
sarana kelembagaan pada wilayah pasca bencana, baik pada tingkat
pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan
berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya
hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peranserta masyarakat dalam
segala aspek kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana.
BAB II
PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Bagian Pertama
BPBD
Pasal 2
8
h. mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang
diterima dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) Kabupaten, Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) Provinsi Jawa Tengah, Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) dan dari pihak lain;
i. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan.
( 2 ) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) Pasal ini, BPBD mempunyai fungsi :
a. perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana
dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat,
efektif dan efisien; dan
b. pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan
bencana secara terencana, terpadu dan menyeluruh.
Bagian Kedua
Kepala BPBD
Pasal 3
Pasal 4
9
( 3 ) Unsur Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b Pasal
ini, dipimpin oleh seorang Kepala Pelaksana BPBD yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala BPBD.
Bagian Ketiga
Unsur Pengarah
Pasal 5
Bagian Keempat
Unsur Pelaksana
Pasal 6
10
(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Pasal ini, Unsur Pelaksana mempunyai fungsi :
a. koordinasi;
b. komando; dan
c. pelaksana dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana
pada wilayahnya.
Bagian Kelima
Kepala Pelaksana
Pasal 7
Pasal 8
11
( 4 ) Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf e Pasal ini, dipimpin oleh seorang Tenaga Fungsional Senior
sebagai koordinator kelompok dan bertanggung jawab kepada
Kepala Pelaksana.
Pasal 9
Pasal 10
12
a. perumusan kebijakan di bidang pencegahan, mitigasi dan
kesiapsiagaan pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat;
b. pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan di bidang pencegahan,
mitigasi dan kesiapsiagaan pada prabencana serta pemberdayaan
masyarakat;
c. penyelenggaraan penanggulangan bencana pada situasi tidak terjadi
bencana, meliputi :
1. perencanaan penanggulangan bencana;
2. pengurangan risiko bencana;
3. pencegahan;
4. pemaduan dalam perencanaan pembangunan;
5. persyaratan analisis risiko bencana;
6. pelaksanaan dan penegakan rancana tata ruang;
7. pendidikan dan pelatihan; dan
8. persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.
d. penyelenggaraan penanggulangan bencana pada situasi terdapat
potensi terjadinya bencana yang meliputi : kesiapsiagaan, peringatan
dini dan mitigasi bencana;
e. pelaksanaan hubungan kerja dengan instansi atau lembaga terkait di
bidang pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan pada pra bencana
serta pemberdayaan masyarakat; dan
f. pemantauan, evaluasi, dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan
kebijakan di bidang pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan pada pra
bencana serta pemberdayaan masyarakat.
Pasal 11
13
a. perumusan kebijakan di bidang penanggulangan bencana pada saat
tanggap darurat, penanganan pengungsi dan dukungan logistik;
b. pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan di bidang
penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat, penanganan
pengungsi dan dukungan logistik;
c. komando pelaksanaan penanggulangan bencana pada saat tanggap
darurat, meliputi :
1. pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan
sumber daya;
2. penetapan status keadaan darurat bencana;
3. penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;
4. pemenuhan kebutuhan dasar;
5. perlindungan terhadap kelompok rentan;
6. pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.
d. pelaksanaan hubungan kerja di bidang penanggulangan bencana pada
saat tanggap darurat, penanganan pengungsi dan dukungan logistik;
dan
e. pemantauan, evaluasi, dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan
kebijakan di bidang penanggulangan bencana pada saat tanggap
darurat, penanganan pengungsi dan dukungan logistik.
Pasal 12
14
c. penyelenggaraan rehabilitasi pada wilayah pasca bencana melalui
kegiatan :
1. perbaikan lingkungan daerah bencana;
2. perbaikan prasarana dan sarana umum;
3. pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat;
4. pemulihan sosial psikologis;
5. pelayanan kesehatan;
6. rekonsiliasi dan resolusi konflik;
7. pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya;
8. pemulihan keamanan dan ketertiban;
9. pemulihan fungsi pemerintahan;
10. pemulihan fungsi pelayanan publik.
d. penyelenggaraan rekonstruksi pada wilayah pasca bencana melalui
kegiatan :
1. pembangunan kembali sarana dan prasarana;
2. pembangunan kembali sarana sosial masyarakat;
3. pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat;
4. penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan
peralatan yang lebih baik serta tahan bencana;
5. partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi
kemasyarakatan, dunia usaha dan mayarakat;
6. peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya;
7. peningkatan fungsi pelayanan publik;
8. peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.
e. pelaksanaan hubungan kerja di bidang penanggulangan bencana pada
pada pasca bencana; dan
15
f. pemantauan, evaluasi, dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan
kebijakan di bidang penanggulangan bencana pada pada pasca
bencana.
Bagian Keenam
Kelompok Jabatan Fungsional
Pasal 13
Pasal 14
16
BAB III
TATA KERJA
Pasal 15
Pasal 16
Pasal 17
17
Pasal 18
Pasal 19
18
BAB IV
KEPEGAWAIAN
Pasal 20
Pasai 21
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 22
(1) Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Bupati ini, sepanjang
menyangkut pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Kepala
BPBD;
(2) Sebelum Peraturan Kepala BPBD sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) Pasal ini ditetapkan, agar Rancangan Peraturan dimaksud
dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Sekretaris Daerah u.p.
Kepala Bagian Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten
Banjarnegara.
19
Pasal 23
Diundangkan di Banjarnegara
Pada tanggal 27-8-2011
SEKRETARIS DAERAH,
Cap ttd,
FAHRUDIN SLAMET SUSIADI
20
PENJELASAN
ATAS
I. PENJELASAN UMUM
Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 3 Tahun
2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Kabupaten Banjarnegara, yang diundangkan pada
tanggal 10 Juni 2011 hanya memuat pembentukan, kedudukan, tugas
pokok dan fungsi BPBD, organisasi, tata kerja, eselon, dan
pembiayaan BPBD Kabupaten Banjarnegara. Peraturan Daerah
tersebut perlu untuk ditindaklanjuti dengan Peraturan Bupati yang
mengatur tentang penjabaran tugas pokok, fungsi dan tata kerja pada
BPBD Kabupaten Banjarnegara.
Penyusunan Peraturan Bupati Banjarnegara sebagaimana
disebutkan di atas, bertujuan untuk memberikan landasan operasional
bagi pejabat struktural dalam melaksanakan tugas-tugas kedinasan dan
pengusulan serta pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten, Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Tengah,
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan sumber
anggaran lainnya yang sah dan tidak mengikat. Selain itu, Peraturan
Bupati tersebut berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan
koordinasi antar pejabat struktural maupun antar Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) yang ada di Kabupaten Banjarnegara,
21
sehingga tidak terjadi duplikasi atau tumpang tindih penyusunan
program dan penanganan sebuah kegiatan, dan pada akhirnya tujuan
pelaksanaan kegiatan dapat tercapai secara berdaya guna dan berhasil
guna.
22
23
Ditetapkan di Banjarnegara
pada tanggal 25-7-2011
BUPATI BANJARNEGARA,
Cap ttd,
DJASRI
24
Diundangkan di Banjarnegara
Pada tanggal 25-7-2011
SEKRETARIS DAERAH,
Cap ttd,
FAHRUDIN SLAMET SUSIADI
25
26