TENTANG
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 131 Tahun 2003 tentang
Pedoman Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi di
Daerah ;
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2011 tentang
Penyelenggraaan Tugas dan Wewenang Gubernur sebagai Wakil
Pemerintah di Wilayah Propinsi ( Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 342 ) sebagaimana telah diubah beberapa kali,
terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun
2013 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 24 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Tugas dan
Wewenang Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Propinsi
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 167 ) ;
MEMUTUSKAN :
Pasal 1
Pasal 2
Pasal 3
Ketentuan lebih lanjut mengenai hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Bupati ini,
sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Pasal 4
Segala biaya yang timbul akibat pelaksanaan Peraturan Bupati ini dibebankan pada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara.
Pasal 5
..........................................
Diundangkan di Amuntai
Pada tanggal .................................
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA,
..................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejadian banjir di Kabupaten Hulu Sungai Utara pada umumnya disebabkan oleh
curah hujan yang sangat tinggi dan air kiriman dari Kabupaten Balangan,
Kabupaten Tabalong, dan Kalimantan Tengah yaitu Kabupaten Barito Timur,
sehingga sistem pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak sungai serta sistem
saluran drainase yang ada tidak mampu menampung akumulasi air hujan dan air
kiriman tersebut sehingga meluap.
Sistem pengaliran air tersebut tidak selamanya sama dan selalu berubah akibat
adanya sedimentasi, penyempitan sungai akibat fenomina alam dan ulah manusia
seperti terhambatnya aliran sungai karena sampah. Penggundulan hutan juga
menyebabkan peningkatan debit banjir karena debit/pasokan air yang masuk ke
dalam sistem aliran menjadi tinggi sehingga melampaui kapasitas pengaliran dan
menjadi pemicu terjadinya erosi pada lahan curam yang menyebabkan terjadinya
sedimentasi di sistem pengaliran air.
Disamping itu juga berkurangnya daerah resapan air akan menjadi pemicu
mengakibatkan banjir seperti meningkatnya daerah pemukiman/perumahan dan
berkurangnya tanah gambut yang merupakan area resapan air alami.
Maksud dari dibuatnya prosedur tetap ini adalah sebagai acuan kerja Satuan Kerja
Pemerintah Daerah ( SKPD ) dan atau Badan Hukum yang mengelola wilayah
sungai serta instansi lain dalam menyelenggarakan kegiatan penanggulangan
banjir agar dapat dilaksanakan secara cepat, tepat, dan berhasilguna. Prosedur
Tetap ini digunakan bersama peraturan lain yang terkait dengan maksud saling
melengkapi. Adapun tujuannya adalah terselenggaranya pengendalian banjir yang
menyeluruh dan terpadu sehingga korban jiwa, kerusakan atau kerugian harta
benda serta kerusakan lingkungan sebagai dampak daripada banjir tersebut dapat
dicegah dan dihindari, atau diusahakan menjadi seminimal mungkin.
C. Ruang Lingkup
F. Sistematika
I. PENDAHULUAN
II. KEBIJAKAN DAN STRATEGI
III. PROSEDUR TETAP PENANGGULANGAN BAHAYA BANJIR
IV. MONITORING DAN EVALUASI
V. PENUTUP.
BAB II
A. Kebijakan
Secara umum kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai
Utara adalah :
B. Strategi
a. Melakukan penyuluhan.
b. Tidak bertempat tinggal di bantaran sungai.
c. Menghentikan penggundulan hutan di daerah tangkapan air.
BAB III
PROSEDUR TETAP
PENANGGULANGAN BAHAYA BANJIR
Kegiatan pada tahap pra bencana dititikberatkan pada kegiatan yang bersifat
pencegahan dan kesiapsiagaan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah
melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara,
adapun kegiatan yang dilakukan antara lain :
1 ) Pemantauan cuaca
2 ) Pemantauan debit air sungai
3 ) Pengamatan peringatan dini
4 ) Penyebaran informasi
5 ) Inventarisasi kesiapsiagaan
6 ) Penyiapan peta rawan bencana benjir
7 ) Penyiapan sumberdaya untuk tanggap darurat
8 ) Penyiapan alat-alat berat dan pendukung
9 ) Penyiapan tenaga medis dan paramedis dan ambulan
10)Penyiapan jalur evakuasi dan lokasi penampungan sementara
11)Penyiapan keamanan.
a. Pendirian POSKO
b. Pengerahan personil dari berbagai pihak baik dari pemerintah maupun non
pemerintah seperti TRC dan SAR.
c. Pemenuhan kebutuhan dasar dalam penampungan sementara seperti
hunian sementara, pangan dan sandang serta pendirian dapur umum.
d. Pemberian layanan air bersih, jamban dan sanitasi lainnya.
e. Pemberian layanan kesehatan, perawatan dan rujukan.
f. Mengoperasikan peralatan sesuai kebutuhan di lapangan, termasuk alat
berat.
g. Pengerahan sarana transportasi sungai dan darat untuk penyelematan
korban bencana dan distribusi bantuan kepada masyarakat korban bencana
terisolasi.
h. Koordinasi dan komando
B. Operasi Tindakan
d. Dinas Kesehatan
p. RAPI / ORARI
2. Tanggap Darurat
c. Pemerintah Kecamatan
e. Dinas Kesehatan
n. Rapi / Orari :
o. Instruksi Koordinasi :
e. Dinas Kesehatan
C. Sumber Dana
Bantuan dari masyarakat dan sektor non pemerintah, termasuk badan PBB dan
masyarakat internasional dikelola secara transparan oleh unit-unit koordinasi.
BAB IV
PENUTUP
Demikian Prosedur Tetap ini disusun dalam rangka kesiapsiagaan menghadapi ancaman
bencana banjir di ( 10 ) sepuluh Kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai Utara.