Anda di halaman 1dari 23

BUPATI HULU SUNGAI UTARA

PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI UTARA


NOMOR TAHUN 2013

TENTANG

PROSEDUR TETAP OPERASI TINDAKAN


PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA BANJIR
DI KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

BUPATI HULU SUNGAI UTARA

Menimbang : a. bahwa dalam rangka terselenggaranya pengendalian banjir yang


menyeluruh dan terpadu, sehingga korban jiwa, kerusakan atau
kerugian harta benda dan atau kerusakan lingkungan sebagai dampak
tak terkendalinya daya rusak air dapat dicegah dan dihindari, atau
diusahakan menjadi seminimal mungkin ;
b. bahwa dengan diterbitkannya Instruksi Presiden Republik Indonesi
Nomor 4 Tahun 2012 tentang Penanggulangan Bencana Banjir dan
Tanah Longsor ;
c. bahwa Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 050 Tahun
2013 tentang Prosedur Tetap Operasi Tindakan Pencegahan dan
Penangulangan Bahaya Banjir di Propinsi Kalimantan Selatan
dipandang perlu untuk ditindaklanjuti dengan membuat sebuah
pedoman yang mengatur tindakan pencegahan dan penanggulangan
bahaya banjir ;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana huruf a, b, dan c
tersebut dipandang perlu menetapkan Peraturan Bupati Hulu Sungai
Utara tentang Prosedur Tetap Operasi Tindakan Pencegahan dan
Penanggulangan Bahaya Banjir di Kabupaten Hulu Sungai Utara :

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1956 Jo. Undang-undang Nomor 21


Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-undang Darurat Nomor 10
Tahun 1957 antara lain mengenai Pembentukan Daerah Swatantra
Tingkat I Kalimantan Selatan sebagai Undang-undang ( Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 65, Tambahan
Lembaran Negera Republik Indonesia Nomor 1106 ) ;
2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 )
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-
undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) ;

3. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan


Bencana ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723 ) ;

4. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peratur-


an Perundang-undangan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5234 ) ;

5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urus-


an Pemerintahn Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi,
dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota ( Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4737 ) ;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggara-


an Penanggulangan Bencana ( Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4828 ) ;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan


Pengelolaan Bantuan Bencana ( Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4829 ) ;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelak-


sanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur
sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Propinsi ( Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 25, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5107 ) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang
Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan
Keuangan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Propinsi
( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 44,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5209 ) ;

9. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Peng-


undangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan ;

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 131 Tahun 2003 tentang
Pedoman Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi di
Daerah ;
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2011 tentang
Penyelenggraaan Tugas dan Wewenang Gubernur sebagai Wakil
Pemerintah di Wilayah Propinsi ( Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 342 ) sebagaimana telah diubah beberapa kali,
terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun
2013 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 24 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Tugas dan
Wewenang Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Propinsi
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 167 ) ;

12. Peraturam Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang


Pembentukan Produk Hukum Daerah ( Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 694);

13. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4


Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan
Bencana;

14. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 10


Tahun 2008 tentang Pedoman Komando Tanggap Darurat;

15. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulang Bencana Nomor 17


Tahun 2010 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Rehabilitasi
dan Rekonstruksi Pasca Bencana;

16. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 5 Tahun 2008


tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan Pemerintah
Provinsi Kalimantan selatan (Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan
Selatan Tahun 2008 Nomor 5);

17. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan selatan Nomor 6 Tahun 2008


tentang Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja Perangkat Daerah
Provinsi Kalimantan Selatan (Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan
Selatan Tahun 2008 Nomor 6) sebagaimana telah diubah dengan
peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan nomor 1 Tahun 2012
tentang Perubahan Atas Peraturan daerah provinsi Kalimantan Selatan
Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Organisasi, dan tata kerja
Perangkat Daerah provinsi Kalimantan Selatan (Lembaran daerah
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2012 nomor 1);

18. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 22 Tahun 2009


tentang Organisasi dan tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Provinsi kalimantan selatan (Lembaran daerah Provinsi
Kalimantan selatan Tahun 2009 Nomor 22);

19. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 12 Tahun 2011


tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana Daerah provinsi
Kaliantan Selatan (Lembaran daerah Provinsi Kalimantan Selatan
Tahun 2011 Nomor 12);

20. Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 025 Tahun 2012


tentang Pedoman Pembentukan produk hukum daerah di lingkungan
Pemerintah Provinsi Kalimantan selatan (Berita Daerah Provinsi
kalimantan selatan Tahun 2012 Nomor 29);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PROSEDUR TETAP OPERASI


TINDAKAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA BANJIR
DI KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA .

Pasal 1

Prosedur Tetap Operasi Tindakan Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Banjir di


Kabupaten Hulu Sungai Utara merupakan pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 21
Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana dan Instruksi Presiden
Nomor 4 Tahun 2012 tentang Penanggulangan Bencana Banjir.

Pasal 2

Prosedur Tetap Operasi Tindakan Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Banjir di


Kabupaten Hulu Sungai Utara sebagaimana dimaksud dalam pasal 1, dipergunakan sebagai
acuan bagi Dinas/Badan/Instansi dan atau Badan Hukum yang mengelola wilayah sungai dan
instansi lain dalam menyelenggarakan kegiatan penanggulangan bencana banjir agar dapat
dilaksanakan secara cepat, tepat, dan berhasil guna.

Pasal 3

Ketentuan lebih lanjut mengenai hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Bupati ini,
sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Pasal 4

Segala biaya yang timbul akibat pelaksanaan Peraturan Bupati ini dibebankan pada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Pasal 5

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini
dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara.
Ditetapkan di Amuntai
Pada tanggal Januari 2014

BUPATI HULU SUNGAI UTARA,

..........................................

Diundangkan di Amuntai
Pada tanggal .................................

SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA,

..................................................

BERITA DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA


TAHUN 2014 NOMOR .......................................
LAMPIRAN I
PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI UTARA NOMOR TAHUN 2013
TENTANG PROSEDUR TETAP OPERASI TINDAKAN PENCEGAHAN DAN
PENANGGULANGAN BAHAYA BANJIR DI KABUPATEN HULU SUNGAI
UTARA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kejadian banjir di Kabupaten Hulu Sungai Utara pada umumnya disebabkan oleh
curah hujan yang sangat tinggi dan air kiriman dari Kabupaten Balangan,
Kabupaten Tabalong, dan Kalimantan Tengah yaitu Kabupaten Barito Timur,
sehingga sistem pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak sungai serta sistem
saluran drainase yang ada tidak mampu menampung akumulasi air hujan dan air
kiriman tersebut sehingga meluap.
Sistem pengaliran air tersebut tidak selamanya sama dan selalu berubah akibat
adanya sedimentasi, penyempitan sungai akibat fenomina alam dan ulah manusia
seperti terhambatnya aliran sungai karena sampah. Penggundulan hutan juga
menyebabkan peningkatan debit banjir karena debit/pasokan air yang masuk ke
dalam sistem aliran menjadi tinggi sehingga melampaui kapasitas pengaliran dan
menjadi pemicu terjadinya erosi pada lahan curam yang menyebabkan terjadinya
sedimentasi di sistem pengaliran air.
Disamping itu juga berkurangnya daerah resapan air akan menjadi pemicu
mengakibatkan banjir seperti meningkatnya daerah pemukiman/perumahan dan
berkurangnya tanah gambut yang merupakan area resapan air alami.

B. Maksud dan Tujuan

Maksud dari dibuatnya prosedur tetap ini adalah sebagai acuan kerja Satuan Kerja
Pemerintah Daerah ( SKPD ) dan atau Badan Hukum yang mengelola wilayah
sungai serta instansi lain dalam menyelenggarakan kegiatan penanggulangan
banjir agar dapat dilaksanakan secara cepat, tepat, dan berhasilguna. Prosedur
Tetap ini digunakan bersama peraturan lain yang terkait dengan maksud saling
melengkapi. Adapun tujuannya adalah terselenggaranya pengendalian banjir yang
menyeluruh dan terpadu sehingga korban jiwa, kerusakan atau kerugian harta
benda serta kerusakan lingkungan sebagai dampak daripada banjir tersebut dapat
dicegah dan dihindari, atau diusahakan menjadi seminimal mungkin.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup prosedur tetap ini mencakup pencegahan dan penanggulangan


bencana banjir yang diawali dari tahap pra bencana banjir, saat tanggap darurat,
dan pasca bencana banjir.
D. Pengertian

1. Pemerintah pusat, yang selanjutnya disebut pemerintah, adalah Presiden


Republik Indonesia yang memegang kekuasaan Pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur/Bupati/Walikota dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah.
3. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik
oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkat timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
4. Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan oleh air yang umumnya
disebabkan oleh air sungai yang meluap ke lingkungan sekitarnya.
5. Penanggulangan banjir adalah segala upaya yang dilakukan agar banjir tidak
menimbulkan gangguan dan kerugian bagi masyarakat, atau untuk mengurangi
dan menekan besarnya kerugian yang ditimbulkan oleh banjir.
6. Kesiapsiagaan adalah serangkaian yang dilakukan untuk mengantisipasi
bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan
berdaya guna.
7. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera
mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada
suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.
8. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana.
9. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada
suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka,
sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau
kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.
10. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamata dan evakuasi korban, harta
benda pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
11. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik
atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana
dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua
aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana.
12. Badan Nasional Penanggulangan Bencana, yang selanjutnya disingkat dengan
BNPB, adalah lembaga pemerintah non departemen sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
13. Badan Penanggulangan Bencana Daerah, yang selanjutnya disingkat BPBD,
adalah badan pemerintah daerah yang melakukan penyelenggaraan
penanggulangan bencana di daerah.
E. Landasan Hukum

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang


Penanggulangan Bencana ;
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana ;
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2008 tentang
Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana ;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peran
Serta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Non Pemerintah Dalam
Penanggulangan Bencana ;
5. Peraturan Kepala BNPB Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Penanggulangan Bencana ;
6. Peraturan Kepala BNPB Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pedoman Komando
Tanggap Darurat ;
7. Peraturan Kepala BNPB Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana ;
8. Peraturan Daerah Propinsi Kalimantan Selatan Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Propinsi
Kalimantan Selatan ;
9. Peraturan Daerah Propinsi Kalimantan Selatan Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana di Propinsi Kalimantan Selatan.

F. Sistematika

Sistematika penyusunan Prosedur Tetap Operasi Tindakan Pencegahan dan


Penanggulangan Bahaya Banjir sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN
II. KEBIJAKAN DAN STRATEGI
III. PROSEDUR TETAP PENANGGULANGAN BAHAYA BANJIR
IV. MONITORING DAN EVALUASI
V. PENUTUP.
BAB II

KEBIJAKAN DAN STRATEGI

A. Kebijakan

Secara umum kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai
Utara adalah :

1. Penanganan bencana banjir dikoordinasikan dan dilaksanakan dengan


mekanisme BNPB / BPBD,
2. Perlu adanya persepsi yang sama dalam penanggulangan bencana banjir bagi
semua pihak jajaran aparat pemerintah maupun segenap unsur masyarakat,
3. Penanggulangan bencana banjir dilaksanakan secara terpadu, terkoordinir yang
melibatkan seluruh potensi pemerintah dan masyarakat baik sebelum terjadi
banjir, saat tanggap darurat banjir maupun pasca bencana banjir,
4. Penanganan bencana banjir dilakukan dengan memprioritaskan keselamatan
jiwa manusia, dengan target utama kelompok rentan,
5. Penanggulangan bencana banjir di Kabupaten Hulu Sungai Utara
dikoordinasikan oleh dan menjadi tanggung jawab Sekretaris Daerah
Kabupaten Hulu Sungai Utara selaku Kepala BPBD Kabupaten,

B. Strategi

Untuk melaksanakan kebijakan tersebut, dikembangkan beberapa strategi sebagai


berikut :

1. Kesiapan yang meliputi pencegahan, mitigasi termasuk langkah kesiapsiagaan,


dengan langkah antara lain penyuluhan dan sosialisasi harus dilaksanakan
secara luas, masyarakat diharapkan memiliki kemampuan dan mau berperan
aktif mencegah dan menyiapkan langkah antisipasi meskipun dengan skala
kecil ( tingkat masyarakat ).
2. Setiap instansi terkait agar menyiapkan perencanaan kontijensi menghadapi
banjir.
3. Penanganan bencana banjir dititikberatkan pada pendayagunaan sumberdaya
manusia dan peralatan yang tersedia, di instansi pemerintah termasuk TNI dan
Polri, badan usaha swasta maupun masyarakat untuk dapat malakukan
penanganan dengan sebaik-baiknya.
4. Kerjasama dan bantuan internasional dalam penanggulangan bencana banjir
dilaksanakan dengan prinsip umum sebagai berikut :

a. Tidak membebani keuangan negara.


b. Memanfaatkan tenaga ahli Indonesia.
c. Mematuhi hukum dan peraturan Indonesia.
d. Menghargai kebiasaan dan tradisi setempat.
e. Bantuan bersifat tidak mengikat.
5. Meningkatkan peranserta masyarakat dalam upaya mencegah dan mengurangi
risiko bencana banjir antara lain :

a. Melakukan penyuluhan.
b. Tidak bertempat tinggal di bantaran sungai.
c. Menghentikan penggundulan hutan di daerah tangkapan air.
BAB III

PROSEDUR TETAP
PENANGGULANGAN BAHAYA BANJIR

A. Rencana Penanggulangan Bahaya Banjir

1. Pra Bencana Banjir

Kegiatan pada tahap pra bencana dititikberatkan pada kegiatan yang bersifat
pencegahan dan kesiapsiagaan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah
melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara,
adapun kegiatan yang dilakukan antara lain :

a. Saat tidak ada bencana banjir :

1 ) Perencanaan tata ruang berbasis lingkungan


2 ) Pengurangan risiko bencana
3 ) Pemberdayaan / Peningkatan kapasitas masyarakat.

b. Saat ada potensi bencana banjir :

1 ) Pemantauan cuaca
2 ) Pemantauan debit air sungai
3 ) Pengamatan peringatan dini
4 ) Penyebaran informasi
5 ) Inventarisasi kesiapsiagaan
6 ) Penyiapan peta rawan bencana benjir
7 ) Penyiapan sumberdaya untuk tanggap darurat
8 ) Penyiapan alat-alat berat dan pendukung
9 ) Penyiapan tenaga medis dan paramedis dan ambulan
10)Penyiapan jalur evakuasi dan lokasi penampungan sementara
11)Penyiapan keamanan.

2. Saat Tanggap Darurat

Kegiatan yang dilakukan pada saat tanggap darurat adalah :

a. Pendirian POSKO
b. Pengerahan personil dari berbagai pihak baik dari pemerintah maupun non
pemerintah seperti TRC dan SAR.
c. Pemenuhan kebutuhan dasar dalam penampungan sementara seperti
hunian sementara, pangan dan sandang serta pendirian dapur umum.
d. Pemberian layanan air bersih, jamban dan sanitasi lainnya.
e. Pemberian layanan kesehatan, perawatan dan rujukan.
f. Mengoperasikan peralatan sesuai kebutuhan di lapangan, termasuk alat
berat.
g. Pengerahan sarana transportasi sungai dan darat untuk penyelematan
korban bencana dan distribusi bantuan kepada masyarakat korban bencana
terisolasi.
h. Koordinasi dan komando

1 ) Setiap kejadian harus dilaporkan kepada Posko BPBD, dan komando


dilakukan oleh penanggungjawab yaitu Kepala Pelaksana BPBD
Kabupaten Hulu Sungai Utara.
2 ) Penyampaian laporan perkembangan penanganan bencana ke media
massa melalui Posko BPBD.

3. Pasca Bencana Banjir

a. Inventarisasi dan dokumentasi kerusakan sarana dan prasarana, kerusakan


lingkungan, korban jiwa, dan perkiraan kerugian yang ditimbulkan.
b. Merencanakan dan melaksanakan program pemulihan berupa : rehabilitasi,
rekonstruksi atau pembangunan baru sarana dan prasarana.
c. Penataan kembali sosial ekonomi masyarakat yang terkena bencana banjir.

B. Operasi Tindakan

1. Pra Bencana Banjir

Pencegahan dan kesiapsiagaan terhadap bahaya banjir yang dilaksanakan oleh


penyelenggara penanggulangan bencana banjir adalah :

a. Bupati Hulu Sungai Utara

1) Membuat pernyataan siaga darurat banjir apabila menurut data/


informasi BMKG yang mengindikasikan terjadinya peningkatan
frekuensi curah hujan tinggi dan berpotensi menyebabkan banjir.
2) Mengoptimalkan peran dan fungsi Badan Penanggulangan Bencana
Daerah sebagai koordinator dalam penanggulangan bencana banjir.
3) Mengalokasikan biaya pelaksanaan penanggulangan bencana banjir
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
4) Memfasilitasi hubungan kerjasama antar Kecamatan dalam
pelaksanaan penanggulangan bencana banjir.
5) Melaporkan pelaksanaan penanggulangan bencana banjir kepada
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Propinsi Kalimantan Selatan.

b. Badan Penanggulangan Bencana Daerah ( BPBD )

1) Mengkoordinasikan operasi penanggulangan banjir di 10 Kecamatan.


2) Membuka Posko.
3) Mengendalikan instansi terkait sebagai pendukung dalam
menanggulangi bencana banjir.
4) Menyiapkan pengerahan aparat dan sumberdaya daerah.
5) Melaksanakan kampanye dan sosialisasi pengendalian bencana banjir.
6) Melaksanakan evaluasi.

c. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Menyiapkan bantuan sosial dan logistik kepada masyarakat yang menjadi


korban bencana banjir.

d. Dinas Kesehatan

1) Mempersiapkan Posko kesehatan yang saling bekerjasama dengan


Posko lainnya di lokasi yang mengalami bencana banjir.
2) Mempersiapkan bahan/alat/logistik/obat-obatan sesuai ketersediaan
dan kebutuhan dalam penanggulangan bencana banjir.
3) Mempersiapkan Tim Bantuan Cepat (Tim Gerak Cepat) bidang
kesehatan dalam upaya penanggulangan bencana banjir.
4) Mempersiapkan dan mengkoordinasikan serta komunikasi aktif untuk
pengumpulan data kejadian banjir dengan jajaran kesehatan dan SKPD
terkait.
5) Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan Pemantauan Wilayah
Setempat (PWS) melalui Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) terhadap
potensi bencana banjir dengan berkoordinasi dengan BPBD.
6) Mempersiapkan Tim pengamanan, pelayanan, dan bantuan kesehatan
dalam upaya pengobatan massal pada fase pasca bencana kepada
masyarakat yang mengalami bencana banjir.

e. Dinas Pekerjaan Umum

1) Menyiapkan peta lokasi daerah rawan banjir dan mensosialisasikan


kepada masyarakat, dan;
2) Memantau ketinggian air sungai dan memberikan peringatan dini
terhadap bahaya banjir.

f. Kantor Pengelolaan Lingkungan Hidup

1) Menginventarisasi dan mengidentifikasi daerah-daerah rawan banjir;


dan
2) Melaporkan hasil pemantayan kerusakan dan analisanya serta
membuat rekomendasi langkah tindak anjut.

g. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika

1) Menyiapkan sarana perhubungan guna membantu upaya penanganan


bencana banjir; dan
2) Memberikan layanan informasi secara luas dan proaktif sesuai kegiatan
penanganan bencana banjir.

h. Dinas Peternakan dan Perikanan

1) Rehabilitasi ekosistem daerah pesisir laut, dengan melakukan


penanaman mangrove / bakau dan pembuatan dinding penahan air
laut; dan
2) Sosialisasi pada masyarakat daerah pesisir tentang pengurangan risiko
banjir.

i. Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Holtikultura

1) Pembuatan dan normalisasi embung / kolam; dan


2) Normalisasi saluran air di kawasan pertanian.

j. Dinas Kehutanan, Perkebunan, Energi dan Sumber Daya Meneral

Melaksanakan pengurangan resiko bencana banjir di kawasan hutan antara


lain :

1) Pembuatan hutan rakyat.


2) Rehabilitasi hutan dan lahan kritis
3) Bantuan bibit tanaman kehutanan; dan
4) Penyuluhan kepada masyarakat di sekitar kawasan hutan tentang
pentingnya peran hutan.

k. Tentara Nasional Indonesia

1) Berkewajiban merespon setiap kejadian bencana banjir dengan


melakukan langkah awal guna menyiapkan tindakan penanganan sesuai
prioritas yang diminta oleh penerintah di daerah.
2) Wajib berkoordniasi dengan pemerintah di daerah dan BPNB serta
BPBD tentang rencana tindakan yang sesuai dan terkoordinir sehingga
tercipta keterpaduan dan keselarasan penanggulangan bencana banjirdi
lapangan; dan
3) Menyiapkan seluruh kekuatan TNI untuk memberikan bantuan
terhadap tugas pemerintah di daerah dalam penanggulangan bencana
banjir.

l. Kepolisian Negara Republik Indonesia

1) Menyiapkan kekuatan Kepolisian Republik Indonesia untuk


memberikan bantuan evakuasi penduduk yang terkena bencana banjir;
dan
2) Menyiapkan kekuatan Kepolisian Republik Indonesia untuk
memberikan bantuan terhadap tugas pemerintah di daerha dalam
penanggulangan bencana banjir.

m. Satuan Polisi Pramong Praja

Memfasilitasi dan pemberdayaan kapasitas penyelenggaraan perlindungan


masyarakat dalam penanggulangan bencana banjir.

n. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)

1) Menyediakan informasi iklim dan cuaca, serta mensosialisasikan kepada


masyarakat dan instansi terkait; dan
2) Memberikan peringatan dini tentang cuaca ekstrim.

o. Palang Merah Indonesia

Melaksanakan penyuluhan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat


dalam langkah kesiapsiagaan bencana banjir dan tanggap darurat.

p. RAPI / ORARI

Menyampaikan informasi ke Posko BPBD dalam penyelenggaraan


kesiapsiagaan bencana banjir
.

2. Tanggap Darurat

Melaksanakan penyelenggaraan penanggulangan bencana banjir yang


menitikberatkan pada kegiatan penyelamatan korban dan evakuasi.

a. Bupati Hulu Sungai Utara

1) Menetapkan masa tanggap darurat banjir;


2) Mengoptimalkan peran dan fungsi BPBD sebagai koordinator dalam
penanggulangan banjir;
3) Mengalokasikan biaya pelaksanaan penanggulangan bencana banjir
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Memfasilitasi
hubungan kerjasama antar pemerintah kabupaten dan kecamatan
dalam pelaksanaan penanggulangan bencana banjir dan di wilayah yang
menjadi tanggungjawabnya; dan
4) Melaporkan pelaksanaan penanggulangan bencana banjir di wilayahnya
kepada BPBD.
b. Pelaksana Harian BPBD

1) Mengaktifkan Ruang Crisis Centre dari mulai Ruang Routine Ruang


Crisis I, Ruang Crisis II, dan Ruang Meeting serta membuka posko di
lapangan;
2) Memerintahkan kepada instansi terkait untuk mengirimkan 1 (satu)
personil siaga di Ruang Meeting Crisis Centre;
3) Memantau situasi lapangan secara intensif melalui Ruang Crisis Centre;
4) Mengirimkan Tim Pelaksana Harian BPBD ke sasaran untuk membuka
Posko sesuai tingkatan bencana
5) Segera mengirimkan bantuan teknik dan bantuan administrasi secara
cepat, tepat waktu dan tepat sasaran sesuai laporan dari kecamatan;
6) Menyiapkan Press Release setiap hari untuk disiarkan di Media
Elektronik maupun Media Cetak;
7) Menerima bantuan baik dari dalam negeri maupun luar negeri,
mengeluarkan, dan mempertanggungjawabkan administrasinya, dan
8) Menerima laporan dari Kecamatan , menganalisis, dan melaporkan ke
BPBD Propinsi dan BNPB secara berkala.

c. Pemerintah Kecamatan

1) Mengirimkan 1 (satu) personil sebagai penghubung (Liasion) di Ruang


Meeting Crisis Centre Pelaksana Harian BPBD; dan
2) Mengoordinasikan kegiatan di bidang penanganan bencana banjir
dengan daerah Kabupaten dan Kecamatan.

d. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi

1) Mendistribusikan bantuan sosial dan logistik bagi korban bencana /


pengungsi sampai tanggap darurat selesai; dan
2) Mengupayakan tersedianya bantuan sosial dan logistik dari berbagai
sumber.

e. Dinas Kesehatan

1) Memberikan pertolongan serta bantuan pelayanan kesehatan oleh Tim


Bantuan Kesehatan kepada masyarakat korban banjir;
2) Membangun Pos Kesehatan dan bergabung dengan POSKO terpadu
tanggap darurat di daerah dekat dengan lokasi pengungsian bencana
banjir;
3) Mempersiapkan alat transportasi (ambulan) dan Tim Kesehatan pada
lokasi bencana banjir untuk penanganan rujukan korban dan pengungsi
yang memerlukan penanganan kesehatan lanjutan ke rumah sakit;
4) Mengumpulkan data jumlah korban yang luka ringan dan luka berat
serta korban meninggal dan pendataan jumlah pengungsi yang sakit dan
membutuhkan bantuan kesehatan;
5) Penjadwalan petugas jaga (dokter, paramedis, dan petugas kesehatan
lainnya) siaga 24 jam pada kabupaten dan puskesmas setempat dalam
penanganan korban dan pengungsi bencana banjir;
6) Melaksanakan penjadwalan waktu tim bantuan kesehatan untuk
pengobatan massal pada korban di lokasi pengungsian bila diperlukan
bekerja sama antara puskesmas dan lembaga swadaya setempat
lainnya.
7) Pencatatan dan pelaporan penanganan bantuan kesehatan sebagai data
informasi bagi pengambil keputusan di bidang kesehatan, lembaga
pemerintah, dan lembaga swadaya masyarakat dengan berkoordinasi
melalui BPBD setempat.

f. Dinas Pekerjaan Umum

1) Mengerahkan sumber daya manusia, sarana, dan prasarana


penanggulangan bencana banjir sesuai standar yang ditentukan; dan
2) Membantu instansi terkait dalam upaya penanggulangan bencana
banjir.

g. Kantor Pengelolaan Lingkungan Hidup

Menyampaikan rekomendasi perbaikan lingkungan sebagai langkah tindak


atas hasil pengawasan dalam tanggap darurat.

h. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika

1) Memonitor jalur transportasi yang terhambat akibat banjir dan


melaksanakan upaya alternatif transportasi; dan
2) Memberikan layanan informasi secara luas dan proaktif sesuai kegiatan
penanganan bencana banjir.

i. Tentara Nasional Indonesia

1) Mengerahkan kekuatan Tentara Nasinal Indonesia berupa sarana, alat,


dan seluruh kemampuan untuk memberikan bantuan evakuasi
penduduk yang terkena bencana banjir;
2) Merespon setiap kejadian bencana banjir dengan melakukan langkah
awal guna menyiapkan tindakan penanganan sesuai prioritas yang
diminta oleh pemerintah di daerah; dan
3) Mengerahkan kekuatan Tentara Nasional Indonesia untuk memberikan
bantuan terhadap tugas pemerintah di daerah dalam penanggulangan
bencana banjir.

j. Kepolisian Negara Republik Indonesia

1) Mengerahkan kekuatan Kepolisian Republik Indonesia untuk


memberikan bantuan evakuasi penduduk yang terkena bencana banjir.
2) Mengerahkan kekuatan Kepolisian Republik Indonesia untuk
memberikan bantuan terhadap tugas pemerintah di daerah dalam
penanggulangan bencana banjir.
3) Menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat pada lokasi bencana dan
sekitarnya.

k. Satuan Polisi Pamong Praja

1) Mengerahkan Anggota Satuan Polisi Pamong Praja untuk memberikan


bantuan evakuasi penduduk yang terkena bencana banjir.
2) Menjaga keamanan dan kelancaran distribusi bantuan sosial kepada
masyarakat di lokasi bencana.

l. Badan Meteorologi,Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG ) :

Memprediksi cuaca dan arah angin dan menyampaikan hasilnya ke Posko


BPBD.

m. Palang Merah Indonesia

Melaksanakan pelayanan kepalang merahan yang bermutu dan tepat


waktu, meliputi :
1) Bantuan kemanusian dalam keadaan darurat.
2) Pelayanan sosial dan kesehatan masyarakat
3) Usaha kesehatan transfusi darah.

n. Rapi / Orari :

Melaksanakan bantuan komunikasi radio dan penyampaian berita darurat


ke posko BPBD Kabupaten Hulu Sungai Utara pada saat terjadi bencana
banjir dan penyelamatan jiwa manusia dan harta benda.

o. Instruksi Koordinasi :

1) Susunan tugas berlaku mulai hari “ H “ jam “ J “


2) Hari “ H “ jam “ J “ dimulai saat status tanggap darurat diberlakukan.
3) Operasi penanggulangan banjir dilakukan secara komplementer dengan
mengintegrasikan seluruh unsur.
4) Menfaatkan segenap potensi yang ada dimasyarakat, swasta, LSM, dan
organisasi masyarakat lainnya dalam satu koordinasi yang terpadu.
5) Perhatikan keamanan personil dan material selama pelaksanaan tugas.
6) Adakan pengawasan dan evaluasi pada setiap kegiatan/akhir kegiatan.
7) Laporan setiap perkembangan di lapangan dan laporan harian pada
setiap pukul 17.00 Wit kepada Kalakhar BPBD.
3. Pasca Bencana Banjir

Melaksanakan penyelenggaraan penanggulangan bencana banjir yang menitik


beratkan pada pemulihan di daerah yang terdampak bencana banjir :

a. Bupati Hulu Sungai Utara

1) Menetapkan berakhirnya masa tanggap darurat banjir.


2) Mengoptimalkan peran dan fungsi BPBD sebagai koordinator dalam
penanggulangan bencana banjir.

b. BPBD Kabupaten Hulu Sungai Utara

1) Bertanggung jawab dalam pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi di


daerah.
2) Mengkoordinasikan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi dengan SKPD
terkait.
3) Inventarisasi dan identifikasi kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan
oleh akibat banjir.
4) Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan kegiatan pemulihan.

c. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Melakukan upaya pemulihan sosial dan ekonomi akibat bencana banjir.

d. Dinas Pekerjaan Umum

1) Melakukan rehabilitasi dan pemulihan sarana dan prasarana umum.


2) Rehabilitasi rumah layak huni bagi korban bencana banjir.

e. Dinas Kesehatan

1) Mengaktifkan pusat layanan kesehatan di lokasi bencana banjir.


2) Memberikan bantuan tenaga medis, obat-obatan dan konseling bagi
korban banjir.

f. Dinas Pertanian TPH

1) Melaporkan luasan kerusakan dan prakiraan kerugian di kawasan


pertanian akibat banjir.
2) Melakukan rehabilitasi kawasan pertanian pasca banjir.

g. Dinas Kehutanan, Perkebunan, dan ESDM

1) Melaporkan luasan kerusakan dan prakiraan kerugian di kawasan hutan


akibat banjir.
2) Melakukan rehabilitasi kawasan hutan dan sekitarnya pasca banjir.
h. Dinas Peternakan dan Perikanan

1) Melaporkan luasan kerusakan dan kerugian di kawasan peternakan dan


perikanan akibat banjir.
2) Melakukan rehabilitasi kawasan peternakan dan perikanan dan
sekitarnya pasca banjir.

i. Tentara Nasional Indonesia

1) Menyiapkan seluruh kekuatan Tentara Nasional Indonesia untuk


memberikan bantuan terhadap pemerintah daerah pasca banjir.
2) Pemulihan kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat di daerah
terkena dampak banjir.

j. Kepolisian Negara Republik Indonesia

1) Mengerahkan kekuatan Kepolisian Republik Indonesia untuk


memberikan bantuan terhadap pemulihan fungsi pemerintahan di
daerah pasca banjir.
2) Pemulihan kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat di daerah
terkena dampak banjir.

k. Satuan Polisi Pamong Praja

1) Mengerahkan kekuatan Satuan Polisi Pamong Praja untuk memberikan


bantuan yang terkena bencana banjir.
2) Menjaga keamanan dan kelancaran distribusi bantuan sosial kepada
masyarakat di lokasi bencana.

C. Sumber Dana

Pembiayaan untuk kegiatan penanggulangan bencana banjir diintegrasikan dalam


kegiatan pemerintahan dan pembangunan yang dibiayai dari anggaran
pendapatan dan belanja nasional, propinsi atau kabupaten. Untuk kegiatan
sektoral dibiayai dari anggaran masing-masing sektor yang bersangkutan.

Bantuan dari masyarakat dan sektor non pemerintah, termasuk badan PBB dan
masyarakat internasional dikelola secara transparan oleh unit-unit koordinasi.
BAB IV

MONITORING DAN EVALUASI

A. Pra Bencana Banjir

1. Kesiapsiagaan sumber daya dalam menyiapkan langkah antisipasi bencana


banjir.
2. Ketersediaan bahan / alat / logistik / mobilisasi dukungan bagi kabupaten/
kecamatan dalam penanggulangan bencana banjir.
3. Kesiapan ketersediaan dukungan finansial oleh pemerintah dalam
penanggulangan bencana banjir.
4. Adanya rapat pertemuan dalam rangka koordinasi yang difasilitasi oleh BPBD
dalam penanggulangan bencana.

B. Saat Tanggap Darurat

1. Kesiapan semua SKPD / LSM / Instansi / Institusi / Lintas Sektor / Lintas


Program dalam rangka operasional tanggap darurat.
2. Adanya rapat pertemuan dalam rangka koordinasi untuk menentukan rencana
tindak lanjut.
3. Adanya ketersediaan dukungan anggaran dari SKPD terkait / Lembaga lainnya /
dunia usaha dalam operasional tanggap darurat bencana banjir.

C. Pasca Bencana Banjir

1. Optimalisasi pengendalian, pengawasan, dan evaluasi terhadap rencana dan


realisasi pemulihan berdasarkan fakta dan data yang akurat.
2. Hasil evaluasi tersebut sebagai bahan masukan dan laporan kepada
pemerintah daerah.
BAB V

PENUTUP

Demikian Prosedur Tetap ini disusun dalam rangka kesiapsiagaan menghadapi ancaman
bencana banjir di ( 10 ) sepuluh Kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai Utara.

BUPATI HULU SUNGAI UTARA,

Drs. H. ABDUL WAHID. HK. MM, M.Si

Anda mungkin juga menyukai