Tugas 6 Dewi
Tugas 6 Dewi
Dosen Pengampu:
OLEH:
DEWINTA SARI
NIM. 301.2020.003
Semester : IV
Kelompok : 1
FAKULTAS SYARIAH
SAMBAS
2022 M/ 1444 H
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
A. Pengertian PTUN.....................................................................................................
A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Saran .......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
Lihat Pasal 1 ayat (3), Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2
Supandi, Hukum Peradilan Tata Usaha Negara (Keputusan Hukum Pejabat Dalam Menaati Putusab
Peradilan Tata Usaha Negara), Pustaka Bangsa Press, Medan 2011, hlm 1.
3
Zairin Haeahap, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Edisi Revisi, Rajawali Pers, Jakarta
2002, hlm 2.
4
SF. Marbun, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administrasi di Indonesia, Liberty
Yogyakarta, hlm 146.
3
sementara atau putusan atas keputusan pemerintah atau keputusan TUN yang sedang
disengketakan.5
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan PTUN ?
2. Mengapa PTUN berada di tengan Keterasingan Publik ?
3. Bagaimana Konteks IDI memandang PTUN sebagai lembaga Peradilan ?
4. Bagaimana PTUN dalam menyelesaikan sengketa Politik ?
5. Apa yang menjadi acuan dan mengapa PTUN menjadi acuan Pilar Demokrasi ?
5
Lintong O. Siahaan, Wewenang PTUN Menunda Berlakunya Keputusan Pemerintah, Perum
Pencetakan Negara RI, Jakarta 2006. Hlm 1.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian PTUN
Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) adalah salah satu badan peradilan yang
melaksanakan kekuasaan kehakiman, yang merupakan kekuasaan yang merdeka
berada dibawah Mahkamah Agung dalam rangka menyelanggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan. Penegakan hukum dan keadilan ini merupakan
bagian dari perlindungan hukum bagi rakyat atas perbuatan hukum publik oleh
jabatan administrarasi negara yang melanggar hukum.
PTUN secara lembaga masuk kedalam kekuasaan Yudikatif yang di
laksanakan Mahkamah Agung beserta peradilan-pradilan lainnya dibawahnya dan
Mahkamah Konstitusi, peradilan tersebut terdiri dari Peradilan Umum, Peradilan
Agama, Peradilan Tata Usaha Negara, dan Peradilan Militer.
Berdasarkan hal tersebut, maka Peradilan Tata Usaha (PTUN) hakikatnya
yaitu dalam rangka memberikan perlindungan (berdasarkan keadilan, kebenaran dan
ketertiban dan kepastian hukum) kepeda rakyat pencari keadilan (justiciabelen) yang
merasa dirinya dirugikan akibat suatu oerbuatan hukum publik oleh pejabat
administrasi negara, melalui pemeriksaan, pemutusan dan penyelesaian sengketa
dalam bidang administrasi negara.
Peradilan Tata Usaha Negara sebagai sub sistem peradilan di Indonesia
berdasarkan Undang-undang RI Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilaln Tata Usaha
Negara sebagaimana diubah terakhir dalam Undang-undang Nomor 1986, dan
perubahan berikutnya dalam Undang-undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang
perubahan keduda atas Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara (UU PERATUN) dalam Pasal 47 mengatur tentang kompetensi
Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) dalam sistem peradilan di Indonesia yaitu
bertugas dan berwewenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata
Usaha Negara. Kewenangan Peradilan untuk menerima, memeriksa, memutuskan
menyelesaikan perkara yang di ajukan kepadanya yang dikenal dengan kompetensi
atau kewenangan mengadili.
Badan Peradilan Tata Usaha Negara mempunnyai wewenang menerima,
memeriksa dan mengadiliserta menyelesaikan perkara sengketa-sengketa terkait
dengan tata Usaha Negara (TUN), yakni sengketa-sengketa antara orang atau badan
hukum perdata dengan bedan atau pejabat TUN, dipusat dan daerah sebagai akibat
diterbitkanya keputusan TUN oleh badan pejabat TUN.
6
Laporan Data Statistik perkara 2021, Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia dalam
Putusan TUN.
6
7
Berita Resmi Statistik Badan Pusat Statistik , No. 73/08/Th. XIX, 3 Agustus 2016.
8
M. Natsir, “Demokrasi di Bawah Hukum” Op. Cit. Hlm. 15.
9
Berita Resmi Statistik Badan Pusat Statistik , No. 73/08/Th. XIX, 3 Agustus 2016.
7
Menurut Ignas Kleden bahwa sekalipun tegak hukum tidak dengan sendirinya
memperkuat demokrasi, tetapi perkembangan demokrasi yang matang dapat
memperkuat rule of law, sejauh sistem hukum itu mengakui hak-hak asasi manusia.
Dimasukanya hak-hak asasi dalam sisitem hukum suatu negara akan memberikan
nuansa demokrasi yang kuat kepada penegakan hukum, karena hak-hak adalah
masalah hukum, tetapi sifat asasi hak-hak itu adalah persoalan demokrasi, yang
memberiakan watak universal kepada hak-hak tersebut, sebagai realisasi dan jaminan
bagi martabat manusia. Dengan demikian sebagai sebuah sistem hukum, Peradilan
termasuk PTUN sesungguhnya kompatibel dengan perangkat dan nilai-nilai
demokrasi. 10
Misalnya dalam kasus gugatan pencabutan izin Reklamasi dan izin pencabutan
Izin Usaha Produksi Tambang, PTUN sebenarnya memiliki peran strategis dalam
menjamin hak-hak para nelayan yang terpinggir akibat kebijakan reklamasi. Dalam
upaya mendorong tumbuhnya nilai-nilai demokrasi tidak hanya diperankan oleh
kelompok masyarakat sipil, media massa, mahasiswa dan partai politik namun
peradilan judapat berfumgsi memberikan nilai-nilai substansi demokrasi melalui
putusan atas sebuah sengketa, dalam hal ini sengketa administrasi antara warga dan
pemerintah. Berbeda dengan media massa, partai politik dan LSM yang
mempromosikan nilai-nilai demokrasi di ruang yang senyap, yakni melalui
pertimbangan hukum dalam putusan. Materi putusan hakim ini mengandung nilai-
nilai dan pesan-pesan yang bersifat edukatif bahkan pesan advokatif tentang
demokrasi. Pada level teknis penanaman nilai-nilai demokratis, pilar-pilar atau
institusi demokrasi termasuk PTUN seharusnya berjalan secara sinergis.
10
Ignas Kleden, “Demokrasi, HAM dan Korupsi” Opini Harian Kompas. Edisi 18 November 2013.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
PTUN adalah salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari
keadilan terhadap sengketa tata usaha negara yang memiliki tugas dan wewenang
untuk memriksa, memutuskan, dan meyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara.
1. Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) merupakan salah satu institusi hukum yang
seolah berada di tengah “Keawaman”, PTUN belum banyak dikenal oleh khalayak
sebagai sebuah peradilan.
2. Masyarakat umumnya memahami tugas utama pengadilan adalah perkara menadili
korupsi, narkoba, dan kejahatan kemanusian lainnya yang mengancam ketertiban
dan keamanan negara. Sedangkan PTUN belum dikenal secara mendalam sebagai
pengadilan yang menyelesaikan sengketa hukum administrasi antara warga dan
pemerintah.
3. Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) adalah indikator komposit yang menunjukan
tingkat perkembangan demokrasi di Indonesia. Tingkat tercapainya diukur
berdasarkan pelaksanaan dan perkembangan tiga aspek demokrasi yaitu kebebasan
sipil (Civil Liberty), Hak-hak Politik (Political Right) dan Lembaga-lembaga
Demokrasi (Institution of Democracy).
4. Dalam konteks kewenangan PTUN yaitu kewenangan dalan menguji keabsahan
Keputusan yang dibuat oleh Pemerintah, maka sifat masalahnya yang menjadi
sorotan utama adalah karena persoalan tersebut berkaitan dengan kebijakan
Pemerintah.
5. Peradilan baik itu bersifat peradilan umum maupun peradilan tata usaha negara
belum sepenuhnya dimasukan secara intens dalam diskursus tentang demokrasi
apalagi diposisikan sebagai penyangga utama tegaknya demokrasi sebuah bangsa.
B. Saran
Saran yang dapat pemakalah sampaikan bagi pembaca adalah lebih teliti lagi
dalam memahami tentang setiap rincian penjelasan yang ada, terdapat data terbaru
yang diambil dalam hal melengkapi sekaligus memudahkan pembaca dikarenakan
materi yang ada sedikit memberikan kesan yang berat karena mengangkat masalah-
masalah yang ada. Dan juga Terimakasih kepada Bapak Dr. H, Karman, M., Si., MH
selaku pengampu mata kuliah Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara yang
memberikan kesempatan kepada saya atas materi ini. Sekiranya banyak kesalahan
atau ketidak lengkapan pembahasan mohon untuk dimaafkan, silahkan tinggalkan
saran dan kritik kalian. Terima kasih Wassalamuikum wr.wb
9
DAFTAR PUSTAKA
Berita Resmi Statistik Badan Pusat Statistik , No. 73/08/Th. XIX, 3 Agustus 2016.
Ignas Kleden, “Demokrasi, HAM dan Korupsi” Opini Harian Kompas. Edisi 18 November
2013.
Laporan Data Statistik perkara 2021, Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik
Indonesia dalam Putusan TUN.
Lintong O. Siahaan, Wewenang PTUN Menunda Berlakunya Keputusan Pemerintah, Perum
Pencetakan Negara RI, Jakarta 2006.
SF. Marbun, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administrasi di Indonesia, Liberty
Yogyakarta.
Supandi, Hukum Peradilan Tata Usaha Negara (Keputusan Hukum Pejabat Dalam Menaati
Putusan Peradilan Tata Usaha Negara), Pustaka Bangsa Press, Medan 2011.
Zairin Haeahap, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Edisi Revisi, Rajawali Pers,
Jakarta 2002.
10