KOMUNITAS
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
PROFESI NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN KOMUNITAS DAN KELUARGA
Pembimbing Institusi
A. Latar Belakang
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat,
saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat
dan interest yang sama (WHO). Komunitas adalah kelompok dari
masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah
pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka
tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama.
Keperawatan komunitas adalah suatu dalam keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan
dukungan peran serta aktif masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan
dan memelihara kesehatan masyarakat dengan menekankan kepada
peningkatan peran serta masyarakat dalam melakukan upaya promotif dan
perventif dengan tidak melupakan tindakan kuratif dan rehabilitatif sehingga
diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan dalam
memelihara kesehatannya (Mubarak, 2011).
Praktik keperawatan komunitas akan berfokus kepada pemberian
asuhan keperawatan komunitas pada masalah kesehatan yang banyak
diderita oleh komunitas tersebut. Dengan terlebih dahulu melakukan
screening kesehatan untuk mengetahui masalah kesehatan apa yang banyak
diderita oleh masyarakat. Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang
sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah – masalah lain
diluar kesehatan sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan
masalah, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tapi harus
dilihat dari segi – segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah “ sehat sakit
“ atau kesehatan tersebut (Sumijatun, 2012).
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat
(public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif
1
serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan
rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh
melalui proses keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi
kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya
kesehatan (Mubarak, 2006).
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan
keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan
berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien,
keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti
pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan
(Wahyudi, 2010).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu mengaplikasikan konsep dan teori keperawatan komunitas yang
telah diperoleh pada tahap akademik secara nyata dalam memberikan
Asuhan Keperawatan Komunitas Desa.
2. Tujuan Khusus
a) Melakukan pengumpulan data hasil pengkajian pada masyarakat di
Desa X
b) Melakukan analisa data hasil pengkajian pada masyarakat di Desa X
c) Menentukan diagnosa keperawatan hasil pengkajian pada
masyarakat di Desa X
d) Menginformasikan tentang prioritas masalah yang ada di Desa X
e) Menginformasikan perencanaan Asuhan Keperawatan Komunitas di
Desa X
f) Menginformasikan pelaksanaan Asuhan Keperawatan Komunitas di
Desa X
2
C. Manfaat
1. Bagi pemerintah
Dapat dijadikan sebagai bahan ataupun data untuk menyusun kebijaksanaan
dalam program kerja dibidang kesehatan.
2. Bagi pendidikan
Sebagai sarana untuk mengimplementasikan ilmu pengetahuan dalam
kehidupan bermasyarakat.
3. Bagi masyarakat
Masyarakat dapat mengerti dan menyadari permasalahan kesehatan yang ada
dan mencoba menanggulanginya serta masyarakat dapat mengerti gambaran
tentang status kesehatannya.
4. Untuk mahasiswa
Untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat diperkuliahan dengan keadaan
permasalahan yang ada dimasyarakat untuk mendapatkan pengalaman belajar
mengenai masalah dimasyarakat dan mampu menentukan langkah-langkah
penyelesaiannya.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
sebagai berikut.
1) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu,
keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.
2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health
general community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu
kesehatan masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga, individu, dan
kelompok.
Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk:
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami
2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut
3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan
4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi
5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi,
yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara
kesehatan secara mandiri (self care).
b. Fungsi keperawatan komunitas
1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi
kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah
klien melalui asuhan keperawatan.
2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhannya dibidang kesehatan.
3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan
masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran
serta masyarakat.
4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan
pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses
penyembuhan (Mubarak, 2011).
3. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas
Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
a. Proses kelompok (group process)
4
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah
belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor pendidikan/pengetahuan
individu, media massa, televisi, penyuluhan yang dilakukan petugas
kesehatan dan sebagainya. Begitu juga dengan masalah kesehatan di
lingkungan sekitar masyarakat, tentunya gambaran penyakit yang paling
sering mereka temukan sebelumnya sangat mempengaruhi upaya penangan
atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika masyarakat sadar
bahwa penangan yang bersifat individual tidak akan mampu mencegah,
apalagi memberantas penyakit tertentu, maka mereka telah melakukan
pemecahan-pemecahan masalah kesehatan melalui proses kelompok.
b. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang
dinamis, dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses transfer
materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat
prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari
dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan
dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23
Tahun 1992 maupun WHO yaitu ”meningkatkan kemampuan masyarakat
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik, mental
dan sosialnya; sehingga produktif secara ekonomi maupun secara social”.
c. Kerjasama (Partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan
masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi
lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat dibutuhkan
dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan komunitas melalui upaya
ini berbagai persoalan di dalam lingkungan masyarakat akan dapat diatasi
dengan lebih cepat.
4. Pusat Kesehatan Komunitas
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas dapat dilakukan di:
a. Sekolah atau Kampus
Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan meliputi pendidikan
pencegahan penyakit, peningkatan derajat kesehatan dan pendidikan seks.
5
Selain itu perawatan yang bekerja di sekolah dapat memberikan perawatan
untuk peserta didik pada kasus penyakit akut yang bukan kasus kedaruratan
misalnya penyakit influensa, batu dll. Perawat juga dapat memberikan
rujukan pada peserta didik dan keluarganya bila dibutuhkan perawatan
kesehatan yang lebih spesifik.
b. Lingkungan kesehatan kerja
Beberapa perusahaan besar memberikan pelayanan kesehatan bagi
pekerjanya yang berlokasi di gedung perusahaan tersebut. Asuhan
keperawatan di tempat ini meliputi lima bidang. Perawatan menjalankan
program yang bertujuan untuk:
1) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan mengurangi
jumlah kejadian kecelakaan kerja
2) Menurunkan resiko penyakit akibat kerja
3) Mengurangi transmisi penyakit menular antar pekerja
4) Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan
pendidikan kesehatan.
5) Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedaruratan dan memberikan
pertolongan pertama pada kecelakaan (Mubarak, 2011).
c. Lembaga perawatan kesehatan di rumah
Klien sering kali membutuhkan asuhan keperawatan khusus yang
dapat diberikan secara efisien di rumah. Perawat di bidang komunitas juga
dapat memberikan perawatan kesehatan di rumah misalnya: perawatan
melakukan kunjungan rumah, atau home care. Perawat yang bekerja di
rumah harus memiliki kemampuan mendidik, fleksibel, berkemampuan,
kreatif dan percaya diri, sekaligus memiliki kemampuan klinik yang
kompeten.
d. Lingkungan kesehatan kerja lain
Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat bekerja
dan memiliki peran serta tanggung jawab yang bervariasi. Seorang perawat
dapat mendirikan praktek sendiri, bekerja sama dengan perawatan lain,
bekerja di bidang pendidikan, penelitian, di wilayah binaan, puskesmas dan
lain sebagainya. Selain itu, dimanapun lingkungan tempat kerjanya, perawat
6
ditantang untuk memberikan perawatan yang berkualitas (Mubarak, 2011).
7
d. Advokasi (Advocate)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat
komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya
melalui pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat. Seorang pembela klien
adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk di dalamnya
peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien
terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Mubarak, 2011).
Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab
membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari
berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi hal lain yang
diperlukan untuk mengambil persetujuan (Informed Concent) atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepadanya. Tugas yang lain adalah
mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien
yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak
petugas kesehatan (Mubarak, 2011).
e. Manajer kasus (Case Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai
kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban
tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
f. Kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara
bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli
radiologi, dan lain-lain dalam kaitannya membantu mempercepat proses
penyembuhan klien. Tindakan kolaborasi atau kerjasama merupakan proses
pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap proses keperawatan.
Tindakan ini berperan sangat penting untuk merencanakan tindakan yang akan
dilaksanakan (Mubarak, 2011).
g. Perencana tindak lanjut (Discharge Planner)
Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah menjalani
perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit. Perencanaan ini dapat
8
diberikan kepada klien yang sudah mengalami perbaikan kondisi kesehatan.
9
pencarian atau pengidentifikasian masalah kesehatan yang lain juga
merupakan bagian dari peran perawat komunitas.
10
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap mesyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah
kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau
kelompok yang menyangkut permasalah pada fisiologis,
psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapan ditentukan.
1) Pengumpulan data hal yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok
antara lain :
a) Inti (Core) meliputi : data demografi kelompok atau komunitas yang
terdiri atas usia yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan,
agama, nilai-nilai, keyakinan, serta riwayat
timbulnya kelompok atau komunitas.
b) Mengkaji 8 sub sistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain:
i. Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi, bagaimana
kepadatannya karena dapat menjadi stresor bagi penduduk
ii. Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang dapat
digunakan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
iii. Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan
keamanan tempat tinggal, apakah masyarakat merasa nyaman
atau tidak, apakah sering mengalami stres akibat keamanan dan
keselamatan yang tidak terjamin
iv. Kualiti dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah cukup
menunjang, sehingga memudahkan masyarakat mendapatkan
pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan
v. Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk deteksi dini atau
memantau gangguan yang terjadi
vi. Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi dini
dan merawat atau memantau gangguan yang terjadi
vii. Sistem komunikasi, serta komunikasi apa saja yang dapat
dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan yang
terkait dengan gangguan penyakit
11
viii. Sistem ekonomi, tingkat sosial ekonomi masyarakat secara
keseluruhan, apakah pendapatan yang terima sesuai dengan Upah
Minimum Registrasi (UMR) atau sebaliknya.
ix. Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja dibuka,
apakah biayanya dapat dijangkau masyarakat.
2) Jenis Data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan data
objektif (Mubarak, 2011):
a) Data Subjektif yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang
dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok, dan komunitas, yang
diungkapkan secara langsung melalui lisan.
b) Data Objektif yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan
dan pengukuran
c) Sumber Data
i. Data primer
Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dari individu,
keluarga, kelompok, masyarakat berdasarkan hasil pemeriksaan
atau pengkajian.
ii. Data sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat
dipercaya, misalnya: kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien
atau medical record.
3) Cara Pengumpulan Data
a) Wawancara yaitu: kegiatan timbal balik berupa tanya jawab
b) Pengamatan yaitu: melakukan observasi dengan panca indra
c) Pemeriksaan fisik: melakukan pemeriksaan pada tubuh individu
d) Pengelolaan Data
i. Klasifikasi data atau kategorisasi data
ii. Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan telly
iii. Tabulasi data
iv. Interpretasi data
12
e) Analisa Data
Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data dengan
kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang
kesenjangan atau masalah yang dihadapi
oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah
keperawatan.
f) Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan
berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan masalah
keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat sehingga dapat dirumuskan
masalah kesehatan.
g) Prioritas masalah prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan hierarki
kebutuhan Abraham H Maslow:
i. Keadaan yang mengancam kehidupan
ii. Keadaan yang mengancam kesehatan
iii. Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan
b. Diagnosa Keperawatan
Kesehatan diagnosis keperawatan ialah respon individu pada masalah
kesehatan baik yang actual maupun potensial. Diagnose keperawatan
komunitas akan memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan
masyarakat baik yang nyata dan yang mungkin terjadi. Diagnosa ditegakkan
berdasarkan tingkat rekreasi komunitas terhadap stresor yang ada. Selanjutnya
dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu problem/masalah (P), etiology atau
penyebab (E), dan symptom atau manifestasi/data penunjang (S) (Mubarak,
2011).
c. Perencanaan/Intervensi
1) Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai
dengan diagnosis keperawatan yang sudah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan pasien. Perencanaan intervensi yang dapat
dilakukan berkaitan dengan diagnosa keperawatan komunitas yang muncul.
(Mubarak, 2011):
13
2) Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit
3) Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani penyakit
4) Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit
5) Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam menetukan diet yang tepat
6) Lakukan olahraga secara rutin
7) Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk
memperbaiki lingkungan komunitas
8) Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan
d. Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhan
keperawatan harus bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lain dalam hal
melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat
(Mubarak,2011). Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan tindakan
yang telah direncanakan yang bersifat, yaitu:
1) Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit
2) Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup sehat
dan melaksanakan upaya peningkatan kesehatan
3) Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan
penyakit
4) Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan
komunitas
e. Penilaian/Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan
antara proses dengan dengan pedoman atau rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan
tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan
tingkat kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah ditentukan
atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2011). Adapun tindakan dalam
melakukan evaluasi adalah:
1) Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan intervensi.
14
2) Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi keperawatan.
3) Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit.
15
saat akan ditolak setelah perubahan tersebut dirasakan sebagai hal yang
menghambat keberadaanya.
Roger mengatakan bahwa perubahan yang efektif tergantung individu
yang terlibat, tertarik, dan berupaya untuk selalu berkembang dan maju serta
mempunyai suatu komitmen untuk bekerja dan melaksanakannya
3. Teori lipitts (1973)
Lippit (1973) mendefinisikan perubahan sebagai sesuatu yang
direncanakan atau tidak direncanakan terhadap status quo dalam individu,
situasi atau proses, dan dalam perencanaan perubahan yang diharapkan,
disusun oleh individu, kelompok, organisasi atau sistem sosial yang
memengaruhi secara langsung tentang status quo, organisasi lain, atau situasi
lain.
Lippit (1973) menekankan bahwa tidak seorang pun bisa lari dari
perubahan. Pertanyaannya adalah bagaimana seseorang mengatasi perubahan.
Kunci untuk menghadapi perubahan tersebut menurut Lippit (1973) adalah
mengidentifikasi 7 tahap dalam proses perubahan:
a. Tahap 1: Menentukan masalah
Pada tahap ini, setiap individu yang terlibat dalam perubahan harus
membuka diri dan menghindari keputusan sebelum semua fakta dapat
dikumpulkan. Individu yang terlibat juga harus sering berpikir dan
mengetahui apa yang salah serta berusaha menghindari data -data yang
dianggap tidak sesuai. Semakin banyak informasi tentang perubahan dimiliki
seorang manajer, maka semakin akurat data yang dapat diidentifikasi sebagai
masalah. Semua orang yang mempunyai kekuasaan, harus diikutkan sedini
mungkin dalam proses perubahan
tersebut, karena setiap orang mempunyai tanggung jawab untuk
selalu menginformasikan tentang fenomena yang terjadi.
b. Tahap 2: Mengkaji motivasi dan kapasitas perubahan
Perubahan merupakan sesuatu yang mudah, tetapi perubahan
keberhasilan dalam mencapai tujuan yang lebih baik akan memerlukan kerja
keras dan komitmen yang tinggi dari semua orang yang terlibat di dalamnya.
Pada tahap ini, semua orang yang terlibat dan lingkungan yang tersedia
16
harus dikaji tentang kemampuan, hambatan yang mungkin timbul, dan
dukungan yang akan diberikan. Mengingat mayoritas praktik keperawatan
berada pada suatu organisasi/instansi, maka struktur organisasi harus dikaji
apakah peraturan yang ada, kebijakan, budaya organisasi, dan orang yang
terlibat akan membantu proses perubahan atau justru menghambatnya.
Fokus perubahan pada tahap ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang
mendukung dan menghambat terhadap proses perubahan tersebut.
c. Tahap 3: Mengkaji motivasi change agent dan sarana yang tersedia
Pada tahap ini, diperlukan suatu komitmen dan motivasi manajer
dalam proses perubahan. Pandangan manajer tentang perubahan harus dapat
diterima oleh staf dan dapat dipercaya. Manajer harus mampu menunjukkan
motivasi yang tinggi dan keseriusan dalam pelaksanaan perubahan dengan
selalu mendengarkan masukan-masukan dari staf dan selalu mencari solusi
yang terbaik.
d. Tahap 4: Menyeleksi tujuan perubahan
Pada tahap ini, perubahan harus sudah disusun sebagai suatu
kegiatan secara operasional,terorganisasi, berurutan, kepada siapa
perubahan akan berdampak, dan kapan waktu yang tepat untuk
dilaksanakan. Untuk itu diperlukan suatu target waktu dan perlu dilakukan
ujicoba sebelum menentukan efektivitas perubahan.
e. Tahap 5: Memilih peran yang sesuai dilaksanakan oleh agen pembaharu
Pada tahap ini, perlu ada suatu pemilihan seorang pemimpin atau
manajer yang ahli dan sesuai di bidangnya. Manajer tersebut akan dapat
memberikan masukan dan solusi yang terbaik dalam perubahan serta dia bisa
berperan sebagai seorang “mentor yang baik.” Perubahan akan berhasil
dengan baik apabila antara manajer dan staf mempunyai pemahaman yang
sama dan memiliki kemampuan dalam melaksanakan perubahan tersebut.
f. Tahap 6: Mempertahankan perubahan yang telah dimulai
Sekali perubahan sudah dilaksanakan, maka harus dipertahankan
dengan komitmen yang ada. Komunikasi harus terbuka dan terus
diinformasikan supaya setiap pertanyaan yang masuk dan permasalahan
yang terjadi dapat diambil solusi yang terbaik oleh kedua belah pihak.
17
g. Tahap 7: Mengakhiri bantuan
Selama proses mengakhiri perubahan, maka harus selalu diikuti oleh
perencanaan yang berkelanjutan dari seorang manajer. Hal ini harus
dilaksanakan secara bertahap supaya individu yang terlibat mempunyai
peningkatan tanggung jawab dan dapat mempertahankan perubahan yang
telah terjadi. Manajer harus terus-menerus bersedia menjadi konsultan dan
secara aktif terus terlibat dalam perubahan
4. Teori Havelock
Teori ini merupakan modifikasi dari teori Lewin dengan menekankan
perencanaan yang akan mempengaruhi perubahan. Enam tahap sebagai
perubahan menurut Havelock.
a. Membangun suatu hubungan
b. Mendiagnosis masalah
c. Mendapatkan sumber-sumber yang berhubungan
d. Memilih jalan keluar
e. Meningkatkan penerimaan
f. Stabilisasi dan perbaikan diri sendiri
5. Teori Spradley
Spradley menegaskan bahwa perubahan terencana harus secara
konstan dipantau untuk mengembangkan hubungan yang bermanfaat antara
agen berubah dan sistem berubah. Berikut adalah langkah dasar dari model
Spradley.
a. Mengenali gejala
b. Mendiagnosis masalah
c. Menganalisa jalan keluar
d. Memilih perubahan
e. Merencanakan perubahan
f. Melaksanakan perbahan
g. Mengevaluasi perubahan
h. Menstabilkan perubahan
18
Tabel 1. Perbandingan Teori Perubahan
No Redin Lewin Lippit Rogers Havelock Spradley
1 Diagnosa Unfreezing Mendiagnosa Kesadaran Membangun Mengenali
masalah hubungan masalah
2 Penetapan Mengkaji Mendiagnosa Mendiagnosa
tujuan motivasi dan masalah menganalisa
bersama kemampuan jalan keluar
untuk berubah
3 Penekanan Moving Mengkaji Minat Mendapatkan Memilih
kelompok motivasi denga evaluasi sumber yang perubahan
sumber agen percobaan berhubungan
berubah
4 Informasi Menyeleksi objek Memilih jalan Merencanakan
maksimal akhir perubahan perubahan
yang progresif
5 Diskusi Memilih peran Melaksanakan
tentang yang sesuai perubahan
penatalaksa untuk agen
naan berubah
6 Penggunaa Mempertahankan Meningkatkan Mengevaluasi
n upaya perubahan penerimaan perubahan
ritual
7 Intervensi Refreezing Mengakhiri Adopsi Stabilisasi dan Menstabilkan
penolakan hubungan saling perbaikan diri perubahan
membantu
19
BAB III
A. Data Umum
Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia
20
3. Wiraswasta 2 4,25 %
4. Serabutan 1 2,13 %
5 Karyawan Swasta 13 27,66%
6. Pedagang 1 2,13 %
7. Penjahit 1 2,13 %
8. Petani 2 4,25 %
9. Pensiunan 2 4,25 %
10. Tidak Bekerja 3 6,39%
11. Belum bekerja 11 23,40%
JUMLAH 47 100 %
21
Interpretasi : Berdasarakan data di atas bahwa penduduk di desa X yang bekerja sebagai
Pegawai Negeri 1 orang (2,13 %), Ibu Rumah Tangga (21,28 %), Wiraswasta (4,25 %),
Serabutan (2,13 %), Karyawan Swasta (27,66%), Pedagang (2,13 %), Penjahit (2,13 %),
Petani (4,25 %), Pensiunan (4,25 %), Tidak Bekerja (6,39%), Belum bekerja (23,40%).
Interpretasi : Berdasarakan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X yang
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 21 orang (44,68%), perempuan sebanyak 26 orang
(55,32 %)
B. Lingkungan Fisik
a) Perumahan
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X jenis
kepemilikan rumah milik pribadi sebanyak 11 KK (91,67%), menumpang sebanyak 1 KK
(8,33%)
Jenis Rumah
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X jenis
kepemilikan rumah permanen sebanyak 12 KK (100%)
Jenis Lantai
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X jenis lantai
keramik sebanyak 11 KK (91,67%) dan plaster sebanyak 1 KK (8,33%).
23
Ventilasi
No. Ventilasi JUMLAH PERSENTASE (%)
1. Ya 12 100 %
2. Tidak 0 0
JUMLAH 12 100 %
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X memiliki
ventilasi rumah 12 KK (100%)
Kebersihan Rumah
No. Kebersihan JUMLAH PERSENTASE (%)
1. Bersih 12 100 %
2. Tidak Bersih 0 0
JUMLAH 12 100 %
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X, rumah
bersih sebanyak 12 KK (100%)
Pemanfaatan Halaman
No Jenis kegiatan JUMLAH PERSENTASE
1. Berkebun 6 50%
2. Beternak 2 17%
3 Perikanan 0 0
4 Tidak dimanfaatkan 1 8%
5 Tidak ada pekarangan 3 25%
JUMLAH 12 100 %
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X, dalam
pemanfaatan halaman untuk berkebun sebanyak 6 KK (50%), Beternak sebanyak 2 KK
(17%), tidak dimanfaatkan sebanyak 1 KK (8%) dan tidak punya pekarangan sebanyak 3
KK (25%)
Vektor
No. Jenis Vektor JUMLAH PERSENTASE (%)
1. Lalat 0 0
2. Nyamuk 5 42%
3. Kucing 3 25%
4. Anjing 1 8%
5. Semut 0 0
6. Tikus 1 8%
7. Kecoa 2 17%
JUMLAH 12 100 %
24
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X jenis
vektor disekitar lingkungan rumah Nyamuk 5 KK (42%), Kucing 3 KK (25%), anjing
1 KK (8%), Tikus 1 KK (8%), kecoa 2 KK (17%).
b) Sumber Air
Sumber Air
No. Sumber air minum JUMLAH PERSENTASE (%)
1. Sumur Pompa 1 8,33%
2. Sumur gali 0 0
3. Sungai 0 0
4. Mata Air 0 0
5. Air Hujan 0 0
6. Empang 0 0
7. PAM 11 91,67%
JUMLAH 12 100 %
Air Minum
No. Dimasak JUMLAH PERSENTASE (%)
1. Ya 11 91,67%
2. Tidak 0 0
3. Air isi ulang 1 8,33%
JUMLAH 12 100 %
25
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X jarak
sumber air dengan penampungan air >10 meter sebanyak 12 KK (100%)
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X keadaan
gentong atau bak mandi berlumut sebanyak 2 KK (17%), tidak berlumut sebanyak 3 KK
(25%), tidak ada jentik nyamuk sebanyak 2 KK (17%) dan ada jentik nyamuk 5 KK
(41%)
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X tempat
penampungan airnya tertutup sebanyak 7 KK (58%), terbuka sebanyak 5 KK (42%).
frekuensi
No. JUMLAH PERSENTASE (%)
membersihkan
1. 1 minggu 3 25%
2. 2 minggu 2 17%
3. 3 minggu 7 58%
JUMLAH 12 100 %
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X ferekuensi
membersihkan penampungan air 1 minggu sekali sebanyak 7 KK (58%), 2 minggu
sekali sebanyak 2 KK (17%) dan 3 minggu sekali sebanyak 3 KK (25%).
26
c) Pembuangan Sampah
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X cara
pembuangan sampah dikumpulkan dan dibakar sebanyak 2 KK (17%), disungai sebanyak
1 KK (8%), dan di tempat sampah sementara sebanyak 9 KK (75%)
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X tempat
penampungan sampah terpelihara sebanyak 10 KK (84%), tidak terpelihara sebanyak 1
KK (8%), dan tidak memiliki tempat penampungan sampah sebanyak 1 KK (8%).
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X polusi
udara tidak ada 12 KK (100%)
27
Kebiasaan membuang barang bekas
No. Kebiasaan JUMLAH PERSENTASE (%)
1. Ditutup 3 25%
2. Dibuang ditempat 9 75%
penampungan sampah
3 Sampah ditimbun 0 0
4 Sembarangan 0 0
JUMLAH 12 100 %
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X, memiliki
kebiasaan membuang barang bekas (botol, ban bekas dll), ditutup sebanyak 3 KK (25%)
dan dibuang ditempat penampungan sampah sebanyak 9 KK (75%).
d) Pembuangan Tinja
Jamban
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X jenis
jamban yang digunakan cemplung sebanyak 1 KK (8,33%) dan leher angsa sebanyak 11
KK (91,67%)
Kondisi jamban
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X kondisi
jamban terpelihara 10 KK (83%) dan tidak terpelihara 2 KK (17%)
28
e) Pembuangan Air Limbah
C. Ekonomi
Penghasilan Rata-Rata 1 Bulan
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X alokasi
dana pemeliharaan kesehatan Ya sebanyak 10 KK (83%) dan tidak sebanyak 2 KK (17%)
D. Transportasi
29
4. Naik Mobil 1 8,33%
5 Lain-Lain 0 0
JUMLAH 12 100 %
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X sarana
transportasi ke pelayanan kesehatan naik motor sebanyak 11 KK (91,67%) dan naik mobil
sebanyak 1 KK (8,33%).
Keadaan Jalan
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X keadaan
jalan dapat dilewati mobil 10 KK (83%) dan dapat dilewati hanya sepeda motor 2 KK
(17%).
E. Pendidikan
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X sarana
pendidikan PAUD sebanyak 2 KK (18%), TK sebanyak 3 KK (28%), SD sebanyak 4 KK
(36%) dan SMU sebanyak 2 KK (18%).
30
F. Pelayanan Kesehatan Dan Pelayanan Sosial
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X informasi
tentang kesehatan keluarga, sering sebanyak 8 KK (67%) dan tidak sebanyak 4 KK (33%)
JUMLAH 12 100 %
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X media
informasi tentang kesehatan dari TV sebanyak 8 KK (67%) dan tidak pernah mendapat
informasi tentang Kesehatan sebanyak 4 KK (33%).
31
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X tempat
pemeriksaan kesehatan keluarga di Puskesmas sebanyak 5 KK (42%), Rumah Sakit
sebanyak 3 KK (25%) dan Dokter Praktek sebanyak 4 KK (33%).
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X kunjungan
petugas kesehatan Ya 1 bulan sekali sebanyak 2 KK (17%) dan tidak pernah sebanyak 10
KK (83%).
G. Komunikasi
Sarana Komunikasi
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X sarana
komunikasi menggunakan Telepon 12 KK (100%)
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X balita dan
bayi mempunyai KMS sebanyak 5 orang (100%)
32
Grafik KMS
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X grafik
KMS untuk bayi dan balita meningkat setiap bulan sebanyak 5 orang (100%).
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X sudah
tidak memberikan asi sebanyak 5 orang (100%)
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X alasan
tidak diberikan asi yaitu balita sudah lebih dari 2 tahun sebanyak 5 orang (100%)
33
Makan Bayi/Balita Dalam Sehari
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X makan
balita dalam sehari, 1 kali sebanyak 1 orang (20%) dan 3 kali sebanyak 4 orang (80%).
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X jenis
makanan, makanan pokok+protein+sayur/buah sebanyak 4 orang (80%) dan lengkap
semua sumber gizi sebanyak 1 orang (20%).
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X pengolahan
bahan makanan masak sendiri 5 orang (100%)
34
Vitamin A Untuk Bayi/Balita
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X pemberian
vitamin A untuk bayi dan balita Ya sebanyak 4 orang (80%) dan Tidak sebanyak 1 orang
(20%).
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X penyakit
yang diderita oleh bayi, batuk-batuk dan pilek sebanyak 2 orang (40%), demam sebanyak
2 orang (40%) dan penyakit kulit sebanyak 1 orang (20%).
Menimbang Bayi/Balita
I. Imunisasi
Imunisasi Dasar
35
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X
melakukan imunisasi dasar pada anaknya sejumlah 8 orang (67%) dan yang tidak
melakukan imunisasi dasar pada anaknya sejumlah 4 orang (33%).
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa penduduk di desa X tidak
melakukan imunisasi yaitu karena takut sejumlah 2 orang (50%), sedang sakit 1 orang
(25%), tidak sempat 0%, dan tidak tau manfaat 1 orang (25%),
a) Kesehatan Anak
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X terdapat
sejumlah anak yang mengalami kesulitan makan 2 orang (29%) dan yang tidak
mengalami kesulitan makan 5 orang (71%)
b) Kesehatan Remaja
36
3. Kurang Percaya Diri 0 0
4. Kurang Bisa Bergaul 0 0
JUMLAH 4 100 %
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X mengalami
masalah anak remaja yaitu kesulitan belajar sejumlah 3 orang (75%), begadang 1 orang
(25%), kurang percaya diri 0%, dan kurang bisa bergaul 0%.
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X memiliki
remaja yang memiliki masalah dengan cerita kepada teman sejumlah 0%,
marah/mengamuk 0%, bercerita pada orang tua sejumlah 5 orang (71%), mengurung diri
0%, bercerita pada saudara 0%, lari dari rumah 0%, lain – lain yaitu bermain game 2
orang (29%).
Kegiatan Remaja
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X memiliki
remaja yang melakukan kegiatan yaitu mengikuti karang taruna sejumlah 2 orang (40%),
membantu orang tua 3 orang (60%), mengikuti majlis taklim 0%, dan melakukan olah
raga 0%.
37
K. Masalah Maternal Dan KB
Ibu Hamil
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X memiliki
jumlah ibu hamil pada usia ˂17 tahun 0%, pada rentang usia 25 – 35 tahun sejumlah 2
orang (100%), dan pada usia >35 tahun 0%.
Jarak kehamilan
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X memiliki
jarak kehamilan >3 tahun sejumlah 0%, dan ˂3 tahun sejumlah 2 orang (100%).
Usia kehamilan
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X yang sedang
hamil memiliki usia kehamilan 1-3 bulan 0%, 4-6 bulan sejumlah 1 orang (50%), 7-9 bulan
sejumlah 1 orang (50%).
Imunisasi TT
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X, yang
38
melakukan imunisasi TT sejumlah 0%, dan yang tidak melakukan imunisasi TT sejumlah 2
orang (100%)
Memeriksa kehamilan
Tempat periksa
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X tempat
periksa di dukun 0%, bidan desa 0%, PKM 0%, dan RB/praktek swasta sebanyak 2
orang (100%)
Pendidikan kesehatan pada masa kehamilan
39
6. Persiapan persalinan 0 0
JUMLAH 2 100 %
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X pendidikan
kesehatan pada masa kehamilan adalah perawatan payudara 0%, perawatan tali pusat/BBL
0%, gizi ibu hamil 1 orang (50%), senam hamil 0%, ASI 1 orang (50%), dan persiapan
persalinan 0%.
ASI Esklusif
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X yang
melakukan ASI eksklusif sejumlah 1 orang (50%) dan tidak melakukan 1 orang (50%).
Pendidikan kesehatan
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X yang
mendapatkan pendidikan kesehatan sejumlah 2 orang (17%) dan yang tidak mendapatkan
pendidikan kesehatan sejumlah 10 (83%)
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X yang
memperoleh pendidikan dari posyandu sejumlah 2 orang (100%), PKM 0%, dan bidan
desa 0%.
L. Keluarga Berencana
40
Akseptor KB
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X yang
merupakan aseptor KB sejumlah 5 orang (42%) dan yang tidak sejumlah 5 orang (42%).
Jenis KB
Interpretasi : Berdasarrkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X memakai
jenis KB pil 1 orang (14%), AKDR 3 orang (43%), kondom 1 orang (14%), suntik 2
orang (29%), susuk 0%.
Inforamasi KB
M. Imunisasi covid 19
Imunisasi covid 19
41
2. Tidak 8 67%
JUMLAH 12 100 %
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X yang
menjalani imunisasi covd 19 sejumlah 4 KK (33%) dan yang tidak sejumlah 8 KK
(67%).
N. Masalah Lansia
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X memiliki
penyakit, yakni Malaria 0%, demam berdarah 0%, ISPA 0%, TB 0%, Asma 0%, diare 0%,
tiphoid 0%, hepatitis 0%, HIV/AIDS 0%, Hipertensi 4 orang (50%) Jantung 0%, DM 2
orang (25%), Osteoarthrtis 1 orang (13%), cacat 0% dan dislipidemia 1 orang (12%).
42
Usia Lansia
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk desa X dengan usia
lansia 55 – 59 tahun sejumlah 2 orang (17%), 60 – 69 tahun sejumlah 8 orang (67%) dan
>70 tahun sejumlah 2 orang (17%).
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X yang tidak
pernah memeriksakan kesehatan lansia dalam 1 tahun sejumlah 1 orang (8%), jarang
sejumlah 3 orang (25%), tiap bulan sejumlah 1 orang (8%), dan kalau sakit saja sejumlah
7 orang (59%).
Kegiatan Lansia Sehari-Hari
Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa penduduk di desa X yang
memiliki lansia dengan kegiatan olahraga sejumlah 1 orang (8%), berkebun sejumlah 3
orang (25%), memelihara hewan sejumlah 1 orang (8%), nonton TV sejumlah 4 orang
(34%), dan pengajian sejumlah 3 orang (25%.)
43
ANALISA DATA
44
sekali sebanyak 2 KK (17
%) dan 3 minggu sekali
sebanyak 7 KK (58%).
• Sebagian besar warga • Berdasarkan data di atas Perilaku kesehatan lansia
mengatakan jika lansia dapat dilihat bahwa yang beresiko berhubungan
memeriksakan penduduk di desa X dengankurangnya
kesehatanketika lansia memeriksa kesehatan memeriksakan kesehatan
sedang sakitsaja dalam 1 tahun, 1 kali dalam satutahun
sebanyak 3 orang (25%),
tiap bulan sebanyak 1
orang (8%) dan kalau sakit
saja sebanyak 7 orang
(59%)
• Sebagian besar warga • Berdasarkan data di atas Perilaku kesehatan
mengatakan jika covid dapat dilihat bahwa cenderung beresiko
itu tidak ada dan penduduk di desa X yang berhubungan dengan sikap
hanyalah konspirasi menjalani imunisasi covid negatif terhadap pelayanan
• Sebagian warga 19 sejumlah 4 KK (33%) kesehatan
mengatakan jika orang dan yang tidak sejumlah 8
yang meninggal itu KK (67%).
bukan karena covid tapi
karena penyakit yang
lain.
• Sebagian warga juga
mengatakan jika takut
periksa ke RS karena
akan didiagnosa covid
19
45
Prioritas Diagnosa Keperawatan Komunitas
46
FORMAT PENYUSUNAN SKALA PRIORITAS
2 Perilaku 3 3 4 2 3 2 3 3 2 3 4 32 2
kesehatan
lansia yang
beresiko
berhubungan
dengan
kurangnya
memeriksakan
kesehatan
dalam satu
tahun
3 Perilaku 5 5 4 1 3 1 2 2 2 3 3 31 3
kesehatan
cenderung
beresiko
berhubungan
dengan sikap
negatif terhadap
pelayanan
kesehatan
KETERANGAN :
48
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
49
kesehatan
7. Berikan ceramah untuk menyampaikan
informasi dalam jumlah besar
2 Perilaku Setelah dilakukan kunjungan keperawatan 2-3 hari Dukungan pemgambilan keputusan Kognitif Mahasiswa
kesehatan lansia selama 30 menit, pemahaman keluarga tentang 1. Tentukan apakah terdapat perbedaan Psikomotor Masyarakat
yang beresiko pemeriksaan kesehatan pada lansia. Dengan kriteria antara pandangan klien dan pandangan
berhubungan hasil : penyedia perawatan kesehatan mengenai
dengan No Indikator Skala kondisi pasien
kurangnya 1 Mencari informasi kesehatan 3 2. Informasikan pada klien mengenai
memeriksakan dari berbagai macam sumber solusi alternatif dengan cara yang jelas
kesehatan dalam 2 Mempertimbangkan 3 dan mendukung
satu tahun resiko/keuntungan dari perilaku 3. Bantu klien mengidentifikasi
sehat keuntungan dan kerugian dari setiap
3 Mendapatkan alasan untuk 3 alternatif pilihan
melakukan perilaku sehat 4. Bangun komunikasi dengan klien sedini
4 Menggunakan jasa pelayanan 3 mungkin
kesehatan sesuai dengan 5. Berikan informasi sesuai permintaan
kebutuhan pasien
6. Jadilah sebagai penghubung antara
50
pasien dan penyedia pelayanan
kesehatan yang lain
3 Perilaku Setelah dilakukan kunjungan keperawatan 2-3 hari Manajemen imunisasi/vaksinasi Kognitif Mahasiswa
kesehatan selama 60 menit, pemahaman keluarga tentang 1. Informasikan individu mengenai Psikomotor Masyarakat
cenderung pandangan negatif terhadap pelayanan kesehatan. imunisasi protektif untuk melawan
beresiko Dengan kriteria hasil : penyakit yang tidak diwajibkan oleh
berhubungan No Indikator Skala undang – undang
dengan sikap 1 Kepatuhan dengan rekomendasi 3 2. Ajarkan pada individu/keluarga
negatif terhadap imunisasi mengenai vaksinasi yang diperlukan
pelayanan 2 Pendidikan publik sesuai dengan 3 jika ada paparan/insiden khusus
kesehatan budaya mengenai risiko dan 3. Sediakan informasi mengenai vaksin
manfaat imunisasi yang disiapkan oleh Pusat Pencegahan
3 Ketersediaan imunisasi murah 4 dan Kontrol Penyakit
4. Catat riwayat kesehatan pasien dan
riwayat alergi
5. Advokasi pasien terkait program dan
kebijakan yang menyediakan imunisasi
murah atau bahkan gratis ke seluruh
populasi
51
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
3 Perilaku kesehatan Setelah dilakukan kunjungan 1. Mengajarkan pada Zoom Minggu, 27 Mahasiswa
52
cenderung beresiko keperawatan 2-3 hari selama 60 individu/keluarga mengenai meeting Juni 2021 dan
berhubungan dengan menit, pandangan negative terhadap vaksinasi yang diperlukan Warga Masyarakat
sikap negatif terhadap pelayanan Kesehatan berkurang jika ada paparan/insiden
khusus
pelayanan kesehatan
2. Menyediakan informasi
mengenai vaksin yang
disiapkan oleh Pusat
Pencegahan dan Kontrol
Penyakit
53
EVALUASI KEPERAWATAN
54
P : lanjutkan intervensi
3 Perilaku kesehatan cenderung S: Warga X mulai memahami pentingnya vaksinasi covid 19
beresiko berhubungan dengan sikap O:
negatif terhadap pelayanan • Warga dapat menjelaskan cara penularan covid 19
kesehatan • Warga memahami pentingnya vaksinasi covid 19
55
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hasil dari pengkajian pada masyarakat Desa X terdapat beberapa masalah
lingkungan yang memunculkan 3 diagnosa keperawatan diantaranya perilaku
kesehatan cenderung beresiko timbulnya penyakit : malaria/dbd/ISPA pada
masyarakat penduduk Desa X berhubungan dengan kurang pemahaman, perilaku
kesehatan lansia yang beresiko berhubungan dengan kurangnya memeriksakan
kesehatan dalam satu tahun, dan perilaku kesehatan cenderung beresiko
berhubungan dengan sikap negatif terhadap pelayanan kesehatan.
Pada perilaku kesehatan cenderung beresiko timbulnya penyakit :
malaria/dbd/ISPA pada masyarakat penduduk Desa X berhubungan dengan
kurang pemahaman yang ditandai dengan vektor terbesar yang ada di lingkungan
penduduk adalah nyamuk sebesar 42%, adanya jentik nyamuk pada bak mandi
beberapa KK sebesar 41%, dan frekuensi dalam membersihkan kamar mandi
terbanyak yaitu 1x dalam 3 minggu sebesar 58%. Permasalahan selanjutnya yang
didapatkan adalah perilaku kesehatan lansia yang beresiko berhubungan dengan
kurangnya memeriksakan kesehatan dalam satu tahun. Hal itu ditandai dengan
tidak memeriksakan kesehatan secara berkala yaitu memeriksakan diri hanya jika
sakit saja sebanyak 59%. Dan permasalahan terakhir yang didapatkan yaitu
perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan sikap negatif
terhadap pelayanan kesehatan yang ditandai dengan lebih banyaknya KK yang
tidak menjalani imunisasi covid 19 sejumlah 67%.
Berdasarkan permasalahan tersebut kami melakukan intervensi dengan
menyampaikan intervensi melalui video edukasi sehingga dapat disimak dan
dapat didengarkan berulang-ulang dengan harapan tingkat pengetahuan dan
pemahaman masyarakat di desa X semakin meningkat.
56
B. SARAN
Berdasarkan hasil pembahasan yang diperoleh maka dapat diberikan
saran sebagai berikut:
1. Bagi Masyarakat
Masyarakat diharapkan mempunyai motivasi menjaga pola hidup sehat dalam
kehidupan sehari-hari. Masyarakat juga diharapkan berpartisipasi dalam
meningkatkan taraf kesehatan termasuk menjaga lingkungan.
2. Bagi Pemerintah
Perlu kerja sama yang baik antara pemerintah dan masyarakat untuk mencegah
terjadinya masalah kesehatan di masyarakat
3. Bagi Puskesmas
Diharapkan fasilitas yang ada di puskesmas memenuhi kriteria yang diharapkan
masyarakat. Dan pelayanan yang diberikan lebih ditingkatkan lagi
4. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat menerapkan konsep keperawatan komunitas untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat, sehingga tercapai
derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.
5. Bagi Institusi Pendidikan
Laporan asuhan keperawatan ini dapat dijadikan referensi dalam penerapanya
pada proses pendidikan.
57
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. Latar Belakang
58
kegiatan"CERDIK" yang merupakan akronim dari "Cek kesehatan secara
berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet sehat dengankalori
seimbang, Istirahat yang cukup dan Kelola stres".
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta mampu memahami
danmengerti tentang pentingnya penerapan perilaku CERDIK untuk
pencegahan penyakit tidak menular (PTM).
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan tentang perilaku CERDIK diharapkan
peserta dapat:
a. Mengerti dan memahami tentang penyakit tidak menular
b. Menyebutkan perilaku CERDIK
c. Mengerti dan memahami tentang Cek kesehatan secara berkala
d. Mengerti dan memahami tentang Enyahkan asap rokok
e. Mengerti dan memahami tentang Rajin aktivitas fisik
f. Mengerti dan memahami tentang Diet sehatdan gizi seimbang
g. Mengerti dan memahami tentang Istirahat yang cukup
h. Mengerti dan memahami tentang Kelola stress
C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik
Perilaku CERDIK
2. Sasaran
Sasaran penyuluhan adalah masyarakat yang memiliki lansa di desa X
3. Metode
Metode yang digunakan dalam penyuluhan adalah:
a) Ceramah
b) Tanya jawab
59
a) Leaflet
b) Laptop
c) In Focus
6. Setting Tempat
Setting tempat pelaksanaan penyuluhan adalah sebagai berikut.
Penyuluh
7. Proses Kegiatan
60
2 Pelaksanaan 30
▪ Menggali pengetahuan peserta tentang Memberikan pendapat menit
jenis-jenis PTM
▪ Memberikan reinforcement positif Mendengarkan
▪ Menjelaskan tentang perilaku CERDIK Mendengarkan
(Cek kesehatan secara berkala,Enyahkan
asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet
sehatdan gizi seimbang, Istirahat yang
cukup, dan Kelolastress)
▪ Mengobservasi respon peserta selama Memberikan pendapat
kegiatanberlangsung
▪ Memberikankesempatan peserta untuk
bertanya ulangmateri yang belumjelas
8. Evaluasi
Kriteria evaluasi adalah sebagai berikut.
a. Evaluasi struktur
• Kegiatan penyuluhan terlaksana sesuai waktu
• Peserta penyuluhan dapat hadir sesuai rencana
b. Evaluasi proses
• Peserta berperan aktif dalam kegiatan penyuluhan
• Selama penyuluhan berlangsung, semua peserta dapat mengikuti dengan
penuh perhatian
c. Evaluasi hasil
Diharapkan peserta mampu:menyebutkan kembali perilaku CERDIK
61
MATERI PENYULUHAN
PERILAKU CERDIK
62
B. Perilaku CERDIK
Promosi kesehatan bertujuan untuk mewujudkan PHBS
denganmenciptakan dan mentradisikan perilaku CERDIK masyarakat.
Perilaku CERDIK merupakan langkah preventif yang dapat dilakukan
dalam pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular. CERDIK
merupakan singkatan dari Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan
asap rokok, Rajin aktivitas fisik/olahraga, Diet sehat dan gizi
seimbang, Istirahat yang cukup, dan Kelola stress.
63
E. Rajin Aktivitas Fisik
64
G. Istirahat Yang Cukup
H. Kelola Stress
Segala hal yang berhubungan dengan perubahan akan menimbulkan
stress.
Cara mengatasi stress dan mencapai jiwa yang sehat antara lain:
1. Membicarakan keluhan dengan seseorang yang dapat dipercaya
2. Melakukan kegiatan yang sesuai dengan minat dan kemampuan
3. Menjaga kesehatan dengan olahraga/aktivitas fisik secara
teratur, tidur cukup, makan bergizi seimbang, serta
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
4. Mengembangkan hobi yang bermanfaat
5. Meningkatkan ibadah dan mendekatkan diri pada Tuhan
6. Berpikir positif
7. Menenangkan pikiran dengan relaksasi.
DAFTAR PUSTAKA
65
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Direktorat Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular.
4. Kementerian Kesehatan RI. 2016. Buku : Informasi CERDIK.
Jakarta: Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat.
66
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. Latar Belakang
Vaksinasi adalah pemberian Vaksin yang khusus diberikan
dalam rangka menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat
terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan dan tidak menjadi sumber penularan. Sejak
ditemukan pada tahun 1796, vaksin diakui dan terbukti dapat
mencegah penyakit yang disebabkan oleh virus atau bakteri tertentu.
Vaksin sendiri adalah zat aktif pada virus dan bakteri yang apabila
disuntikkan, dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh untuk
melawan virus atau penyakit tersebut. Kontribusi vaksin pada turunnya
angka penularan penyakit tertentu sangat besar.
Beberapa vaksin berhasil menekan penyebaran penyakit menular
seperti PD3I yg berpotensi menyebabkan wabah yaitu Campak, Polio,
Difteri, dan Pertusis (batuk rejan), sesuai Permenkes 1501. Vaksinasi
COVID-19 bertujuan untuk mengurangi transmisi/penularan COVID-
19, menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat COVID-19,
mencapai kekebalan kelompok di masyarakat (herd imunity); dan
melindungi masyarakat dari COVID-19 agar tetap produktif secara
sosial dan ekonomi. Ketersediaan vaksin COVID-19, akan membantu
proses penanganan pandemi COVID-19 lebih cepat.
Dalam proses pengembangan vaksin, keamanannya terus diawasi
67
dengan ketat pada tiap fase uji klinik, sehingga produk akhir sudah
dipastikan aman dan efektif. Setelah tahapan uji klinik selesai, masih
ada tahapan lain yang dilakukan oleh Badan Pengawasan Obat dan
Makanan (BPOM), sebelum vaksin dapat didistribusikan kepada
masyarakat.
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta mampu
memahami dan mengerti tentang pentingnya menjalani vaksinasi
covid 19
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan tentang pentingnya
menjalani vaksinasi covid 19 :
a. Mengerti dan memahami tentang vaksinasi covid 19
b. Mengerti dan memahami cara kerja vaksinasi covid 19
c. Mengerti dan memahami kemungkinan reaksi pasca vaksinasi
d. Mengerti dan memahami seberapa besar keberhasilan perlindungan
vaksinasi covid
E. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik
Pentingnya menjalani vaksinasi covid 19
2. Sasaran
Sasaran penyuluhan adalah masyarakat desa X
3. Metode
Metode yang digunakan dalam penyuluhan adalah:
a. Ceramah
b. Tanya jawab
68
4. Media dan Alat
Media dan alat yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan adalah:
a. Leaflet
b. Laptop
c. In Focus
6. Setting Tempat
Penyuluh
7. Proses Kegiatan
No Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Waktu
1 Pembukaan 5 menit
▪ Mengucapkan salam Menjawab salam
▪ Memperkenalkan diri Memperhatikan
▪ Melakukan kontrak waktu dan bahasa Menyepakati kontrak
yang akan digunakan Memperhatikan
▪ Menjelaskan tujuan dan topik
69
2 Pelaksanaan 30
▪ Menggali pengetahuan peserta tentang Memberikan pendapat menit
vaksinasi covid 19
▪ Memberikan reinforcement positif
▪ Menjelaskan tentang : vaksinasi covid Mendengarkan
19, cara kerja vaksinasi covid 19, reaksi Mendengarkan
yang mungkin terjadi pasca vaksinasi,
dan keberhasilan pelaksanaan vaksinasi
▪ Mengobservasi respon peserta selama
kegiatan berlangsung
▪ Memberikan kesempatan peserta untuk
bertanya ulang materi yang belum jelas Memberikan pendapat
3 Penutup Memberikan pertanyaan 10
▪ Evaluasi materi yang diberikan dan menjawab menit
▪ Tanya jawab pertanyaan
▪ Memberikan saran Memperhatikan
Mengucapkan salam Menjawab salam
8. Evaluasi
Kriteria evaluasi adalah sebagai berikut.
a. Evaluasi struktur
• Kegiatan penyuluhan terlaksana sesuai waktu
• Peserta penyuluhan dapat hadir sesuai rencana
b. Evaluasi proses
• Peserta berperan aktif dalam kegiatan penyuluhan
• Selama penyuluhan berlangsung, semua peserta
dapat mengikuti dengan penuh perhatian
c. Evaluasi hasil
Diharapkan peserta mampu menjelaskan penjelasan yang telah
disampaikan tentang vaksinasi covid 19, cara kerja vaksinasi covid
19, reaksi pasca vaksinasi yang mungkin terjadi dan keberhasilan
pelaksanaan vaksinasi.
70
MATERI
PENYULUHAN VAKSINASI COVID 19
A. PENGERTIAN COVID 19
a. CORONA VIRUS
Apa Itu Coronavirus? Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang
dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Beberapa jenis
coronavirus diketahui menyebabkan infeksi saluran nafas pada manusia
mulai dari batuk pilek hingga yang lebih serius seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS). Coronavirus jenis baru yang ditemukan menyebabkan penyakit
COVID-19 yaitu SARS-CoV-2.
b. COVID 19
Corona Virus Disease 2019 yang selanjutnya disebut COVID-19
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory
Syndrom Coronavirus 2 (SARSCoV-2).
c. GEJALA COVID 19
Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara
bertahap. Namun ada juga orang yang sudah terkena virus tetapi tidak
merasakan gejala apapun dan tetap merasa sehat. Gejala-gejala COVID-19
yang paling umum adalah demam, batuk kering, dan rasa lelah. Gejala
lainnya yang lebih jarang dan mungkin dialami beberapa pasien meliputi
rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, sakit kepala, konjungtivitis, sakit
tenggorokan, diare, kehilangan indra rasa atau penciuman, ruam pada kulit,
atau perubahan warna jari tangan atau kaki. Sebagian besar (sekitar 80
persen) orang yang terinfeksi berhasil pulih tanpa perlu perawatan khusus.
Sekitar 1 dari 5 orang yang terinfeksi COVID-19 menderita sakit parah dan
kesulitan bernapas dan nyeri dada atau rasa tertekan pada dada. Orang-orang
71
lanjut usia (lansia) dan orang-orang dengan kondisi medis penyerta seperti
tekanan darah tinggi, gangguan jantung dan paru-paru, diabetes, atau kanker
memiliki kemungkinan lebih besar mengalami sakit lebih serius. Namun,
siapa pun dapat terinfeksi COVID-19 dan mengalami sakit yang serius.
Orang dari segala usia yang mengalami gejala di atas harus segera mencari
pertolongan medis. Jika memungkinkan, disarankan untuk menghubungi
penyedia layanan kesehatan terlebih dahulu, sehingga pasien dapat
diarahkan ke fasilitas kesehatan yang tepat.
72
B. VAKSINASI COVID 19
a. PENGERTIAN VAKSIN
b. PENGERTIAN VAKSINASI
73
E. KEBERHASILAN PELAKSANAAN VAKSINASI
Efek perlindungan vaksin untuk uji klinis vaksin SINOVAC di
Bandung masih menunggu laporan lengkap. Namun, sampai saat ini
berdasarkan hasil uji klinis fase I dan II, vaksin yang tersedia terbukti
aman dan meningkatkan kekebalan terhadap COVID-19. Perlindungan
yang akan diberikan vaksin COVID-19 nantinya, perlu tetap diikuti
dengan kepatuhan menjalankan protokol kesehatan 3M: memakai
masker dengan benar, menjaga jarak dan menjauhi kerumunan, serta
mencuci tangan pakai sabun. (KemenkesRI, 2021)
DAFTAR PUSTAKA
74