“REVIEW PERTEMUAN 7”
Oleh:
Putri Linggawaty (06032682125010)
Subjek Review
Makalah
Dari buku, ini Pada makalah ini membahas tentang “Model Pengembangan Rowntree
dan Evaluasi Tessmer”. Penelitian pengembangan merupakan penelitian yang diarahkan untuk
menghasilkan produk, desain, dan proses. Di dalam dunia pendidikan dan pembelajaran
khususnya, penelitian pengembangan memfokuskan kajiannya pada bidang desain atau
rancangan, berupa model desain dan desain bahan ajar maupun produk seperti media dan proses
pembelajaran. Penelitian pengembangan sering dikenal dengan istilah Research and
Development (R&D) ataupun dengan istilah research-based development. Dalam dunia
pendidikan, penelitian pengembangan ini memang hadir belakangan dan merupakan tipe atau
jenis penelitian yang relatif baru (Setyosari, 2015:276). Dalam dunia pendidikan, produk-
produk hasil Penelitian dan Pengembangan yang dimaksudkan sudah barang tentu berkaitan
dengan komponen-komponen pendidikan.
Melihat paparan singkat mengenai model Penelitian dan Pengembangan dalam bidang
pendidikan begitu rumitnya untuk dipahami, maka perlu sebelum seorang peneliti ingin
meneliti dan mengembangkan suatu produk pendidikan, perlu memahami terlebih dahulu
mengenai model Penelitian Dan Pengembangan, sebagai kerangka alur proses penelitian yang
akan dilakukan nantinya. Maka dari itu dalam makalah ini akan membahas lebih spesifik
tentang “Model Pengembangan Rowntree dan Evaluasi Tessmer”
penelitian dan pengembangan (Research and development/R&D), merupakan metode
penelitian yang digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang
digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran.
Kemudian di makalah ini membahas tentang Pada tujuan penelitian pengembangan
biasanya berisi dua informasi, yaitu (1) masalah yang akan dipecahkan dan (2) spesifikasi
pembelajaran, model, soal, atau perangkat yang akan dihasilkan untuk memecahkan masalah
tersebut.
Selanjutnya, pada maklah ini membahas tentang karakteristik dan model penelitian
pengembangan. Lalu selanjutnya membahas tentang Model Rowntree adalah salah satu model
pembelajaran yang berorientasi untuk menghasilkan suatu produk tertentu (product oriented).
Model ini memiliki tiga tahapan pokok dimana masing-masing tahapan memiliki beberapa sub
tahapan. Berikut tiga tahapan pokok dan sub tahapan dari model ini yaitu: (1) Perencanaan
tentang penjabaran pebelajaran, (2) Pengembangan (persiapan penulisan), dan (3) Penulisan
dan penyuntingan.
Model pembelajaran yang dikembangkan oleh Rowntree ini memiliki beberapa kelebihan yaitu
kejelasan pelaksanaan seluruh kegiatan desian pembelajaran, terkonsentrasi atas produksi bahan
ajar tertentu sehingga mudah diikuti setiap langkahnya serta model dan cara kerjanya relatif
sederhana tanpa melibatkan komponen (supra) sistem.
Disamping memiliki kelebihan, model ini juga memiliki kelemahan yaitu tidak
menjelaskan tentang bagaimana proses belajar terjadi karena model ini hanya terkonsentrasi
untuk menghasilkan produk tertentu. Model-model pembelajaran tersebut berbeda satu sama
lainnya. Namun semuanya mengandung tiga tahap, yaitu tahap definisi, tahap analisis dan
pengembangan sistem dan tahap evaluasi. Perbedasaan antara model satu dengan yang lain
terletak pada empat factor, yaitu: tingkat penggunaan, penggunaan istilah, jumlah langkah pada
setipa tahap, dan lengkap tidaknya konsep dan prinsip yang digunakan.
Lalu pada makalah ini membahas tentang evaluasi Tessmer, Penelitian formatif
merupakan evaluasi yang dilaksanakan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses
pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien, sehingga evaluasi formatif sangat diperlukan
dalam suatu pengembangan desain pembelajaran. Tessmer menegaskan bahwa poin penting
dari penelitian pengembangan adalah melihat tahap-tahap atau prosedur yang digunakan untuk
menguji coba hasil desain pembelajaran yang akan dipergunakan, sehingga pelaksanaannya
dapat berjalan dengan lancar dan tercapainya suatu tujuan yang diinginkan. Pemikirannya ini
dapat membantu praktisi pendidikan untuk mengetahui dan memahami tahapan dalam uji coba
hasil desain pembelajaran. Borg and Gall (2003) menganjurkan melaksanakan penelitian
pengembangan dengan mengacu pada langkah model Dick and Carey pada langkah ke 8, 9, dan
10, yaitu penilaian formatif, revisi, dan penilaian sumatif.
Selanjutnya, Tessmer menyebut contoh terjadinya evaluasi dalam film pendidikan tahun
1920an dengan mempergunakan audio visual yang selanjutnya dievaluasi secara formatif pada
tahun 1930an sampai tahun 1950an. Selama tahun 1960an evaluasi formatif tidak lagi dijadikan
suatu desain yang sistematik, karena model-model formal dari proses mengambarkan dapat
merevisi bagian-bagian untuk menyempurnakannya program film pendidikan.
Sebagaimana di sebut di atas, Tessmer mempertegaskan langkah-langkah dalam
mengevaluasi diri, yaitu: (1) Review ahli (experts review), (2) evaluasi satu-satu (one-to-one),
(3) evaluasi kelompok kecil (small group evaluation), (4) uji lapangan (field test).
Penggunaan evaluasi formatif ini untuk mendapat efektivitas pembelajaran dan
pengajaran. Di samping itu evaluasi formatif juga dapat meningkatkan motivasi belajar dan
minat belajar, para peserta didik akan menerima dengan suka cita pengajaran dari guru yang
telah melakukan evaluasi diri terhadap pengajaran, evaluasi diri dapat membuktikan, apakah
pengajaran efektif dilaksanakan dalam proses atau membutuhkan pengembangan.
Model pengembangan Rowntree termasuk kedalam metode penelitian pengembangan
(Research and Development) dengan menggunakan model Rowntree yang bertujuan
menghasilkan sebuah produk. Model produk Rowntree diawali dengan tahap perencanaan,
kemudian tahap pengembangan, serta tahap evaluasi (Prawiradilaga, 2008). Tahap perencanaan
yaitu analisis kebutuhan dan perumusan tujuan pembelajaran. Pada tahap pengembangan, yakni
tentang pengembangan topik, penyusunan draf, produksi prototipe dari satu jenis produk yang
akan digunakan untuk belajar.
Model evaluasi yang sering digunakan dalam model pengembangan Rowntree adalah
evaluasi formatif Tessmer, yang mana tahapannya yaitu: (1) self evaluation; (2) expert review;
(3) one-to-one evaluation; dan (4) small group evaluation.
Kelebihan
1) Memuat definisi secara lengkap tentang model
penelitian pengembangan
Subjek Review
Makalah
Dari makalah ini membahas tentang Model ADDIE yang mana model ADDIE adalah
desain/model pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa dalam mengembangkan proses
sains, bersifat kooperatif, fleksibel, menyesuaikan dengan lingkungan belajar
yangberorientasikan pada struktur implementasi. Pandangan dari teori konstruktivis tentang
desain sistem pengajaran sering dinyatakan melalui model pengembangan ADDIE. Model
pengembangan Addie muncul dengan perkembangan Perang Dingin setelah Perang Dunia II
sebagai Militer Amerika Serikat berjuang dengan dirinya sendiri untuk menemukan cara
untuk membuat program pelatihan yang lebih efektif untuk mata pelajaran yang semakin
kompleks. Hasil dari perjuangan untuk peningkatan efektivitas berbuah dalam bentuk Desain
Sistem Instruksional yang pada gilirannya, menyebabkan model desain yang digunakan saat
ini. Anda akan sering mendengar Addie disebut sebagai Desain Sistem Instruksional (ISD),
Sistem Instruksional Desain & Pengembangan (ISDD), Pendekatan Sistem untuk Pelatihan
(SAT) atau Desain instruksional (ID). Sebagian besar model desain instruksional saat ini
Anda akan menemukan di tempat kerja saat ini adalah variasi atau spin-off dari model Addie
asli.
Model ADDIE dikembangkan oleh Dick and Carry pada tahun 1996 untuk merancang
sistem pembelajaran (Mulyanitiningsih, 2016). Dalam langkah-langkah pengembangan
produk, model penelitian pengembangan ADDIE dinilai lebih rasional dan lebih lengkap.
Mulyatiningsih (2016) mengemukakan Model ini dapat digunakan untuk berbagai macam
bentuk pengembangan produk dalam kegiatan pembelajaran seperti model, strategi
pembelajaran, metode pembelajaran, media dan bahan ajar.
Model ini menggunakan tahap pengembangan yaitu Analysis, Design, Development,
Implementation, Evaluation. Sehingga dari tahap pengembangan yang digunakan, model ini
sering diset dengan model ADDIE.
Pada bagian Analisis Kinerja dilakukan untuk mengetahui dan mengklarifikasi apakah
masalah kinerja yang dihadapi memerlukan solusi berupa penyelenggaraan program
pembelajaran atau perbaikan manajemen. Kemudian dilanjutkan dengan langkah design.
Pendesainan dilakukan berdasarkan apa yang telah dirumuskan dalam tahapan analisis.
Tahapan desain adalah analog dengan pembuatan silabus. Dalam silabus tersebut harus
memuat informasi kontak, tujuan-tujuan pembelajaran, persyaratan kehadiran, kebijakan
keterlambatan pekerjaan, jadwal pembelajaran, pengarahan, alat bantu komunikasi, kebijakan
teknologi, serta desain antar muka untuk pembelajaran. Langkah-langkah dalam tahapan ini
adalah membuat silabus yang di dalamnya termasuk: memilih standar kompetensi (goal) yang
telah dibuat dalam 8 tahapan analisis; menentukan kompetensi dasar (objektive); menentukan
indikator keberhasilan; memilih bentuk penilaian; menentukan sumber atau bahan-bahan
belajar; menerapkan strategi pembelajaran; membuat storyboard; dan mendesain antar muka
(Fadli, 2012). Desain merupakan langkah kedua dari model desain sistem pembelajaran
ADDIE.
Langkah selanjutnya adalah Development dalam model ADDIE berisi kegiatan realisasi
rancangan produk. Dalam tahap desain, telah disusun kerangka konseptual penerapan
model/metode pembelajaran baru. Dalam tahap pengembangan, kerangka yang masih
konseptual tersebut direalisasikan menjadi produk yang siap diimplementasikan. Sebagai
contoh, apabila pada tahap design telah dirancang penggunaan model/metode baru yang
masih konseptual, maka pada tahap pengembangan disiapkan atau dibuat perangkat
pembelajaran dengan model/metode baru tersebut seperti RPP, media dan materi
pelajaran.Tahapan ini merupakan tahapan produksi dimana segala sesuatu yang telah dibuat
dalam tahapan desain menjadi nyata. Langkah-langah dalam tahapan ini diantaranya adalah:
membuat objek-objek belajar (learning objects) seperti dokumen teks, animasi, gambar, video
dan sebagainya; membuat dokumen-dokumen tambahan yang mendukung (Fadli,
2012).Pengembangan merupakan langkah ketiga dalam mengimplementasikan model desain
sistem pembelajaran ADDIE. Langkah pengembangan meliputi kegiatan membuat, membeli,
dan memodifikasi bahan ajar.
Selanjutnya adalah langkah implementation. Pada tahapan ini sistem pembelajaran
sudah siap untuk digunakan oleh siswa. Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini adalah
mempersiapkan dan memasarkannya ke target siswa (Fadli, 2012). Implementasi atau
penyampaian materi pembelajaran merupakan langkah keempat dari model desain sistem
pembelajaran ADDIE.
Langkah selanjutnya adalah evaluation. Evaluasi dapat dilakukan dalam dua bentuk
evaluasi yaitu formatif dan sumatif. Evaluasi formatif dilakukan selama dan di antara
tahapan-tahapan tersebut. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk memperbaiki sistem
pembelajaran yang dibuat sebelum versi terakhir diterapkan. Evaluasi sumatif dilakukan
setelah versi terakhir diterapkan dan bertujuan untuk menilai keefektifan pembelajaran secara
keseluruhan. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan dalam tahapan evaluasi adalah:
apakah tujuan belajar tercapai oleh siswa?; bagaimana perasaan siswa selama proses belajar?
suka, atau tidak suka; adakah elemen belajar yang bekerja dengan baik atau tidak baik?; apa
yang harus ditingkatkan?; apakah informsi dan atau pesan yang disampaikan cukup jelas dan
mudah untuk dimengerti?; dan apakan pembelajaran menarik, penting, dan memotivasi?
(Fadli, 2012).Evaluasi merupakan langkah terakhir dari model desain sistem pembelajaran
ADDIE. Evaluasi adalah sebuah proses yang dilakukan untuk memberikan nilai terhadap
programpembelajaran
Kemudian pada makalah ini membahas tentang Kelebihan model ini sederhana dan
mudah dipelajari serta strukturnya yang sistematis. Seperti kita ketahui bahwa model ADDIE
ini terdiri dari 5 komponen yang saling berkaitan dan terstruktur secara sistematis yang
artinya dari tahapan yang pertama sampai tahapan yang kelima dalam pengaplikasiannya
harus secara sistematik, tidak bisa diurutkan secara acak atau kita bisa memilih mana yang
menurut kita ingin di dahulukan. Karena kelima tahap/ langkah ini sudah sangat sederhana
jika dibandingkan dengan model desain yang lainnya. Sifatnya yang sederhana dan terstruktur
dengan sistematis maka model desain ini akan mudah dipelajari oleh para pendidik.
Kekurangan model desain ini adalah dalam tahap analisis memerlukan waktu yang
lama. Dalam tahap analisis ini pendesain/ pendidik diharapkan mampu menganalisis dua
komponen dari siswa terlebih dahulu dengan membagi analisis menjadi dua yaitu analisis
kinerja dan alisis kebutuhan. Dua komponen analisis ini yang nantinya akan mempengaruhi
lamanya proses 12 menganalisis siswa sebelum tahap pembelajaran dilaksanakan. Dua
komponen ini merupakan hal yang penting karena akan mempengaruhi tahap mendesain
pembelajaran yang selanjutnya.
Kelebihan
1) Definisi dan juga pada chapter juga dilengkapi oleh
berbagai referensi dan juga membahas secara
terperinci dan juga penjelasan dilengkapi oleh skema
gambar
Kelemahan
1) Terlalu banyak dijelaskan dengan memakai
memakai kosakata baku sehingga agak sulit
dipahami dan dimengerti oleh pembaca
Subjek Review
Makalah
Dari makalah ini membahas tentang Model Pengembangan Alessi & Trollip. Model
pengembangan Alessi & Trollip merupakan model pengembangan perangkat lunak terstruktur. Model
pengembangan Alessi & Trollip terdiri dari tiga atribut yang di dalamnya terdiri dari tiga tahap. Ketiga
atribut tersebut adalah standar (standards), evaluasi berkelanjutan (ongoing evaluation), dan manajemen
proyek (project management). Sedangkan untuk ketiga tahap tersebut adalah tahap perencanaan
(planning), tahap desain (design), dan tahap pengembangan (development).
Sub Topik selanjutnya pada maklaah ini membahas tentang Atribut Pengembangan,
yang pertama yaitu Standar (Standards) Standards mendefinisikan kualitas yang terus diupayakan oleh
tim pengembang. Secara khusus, suatu set standar berasal dari dua sumber. Pertama, terdapat serangkaian
standar yang dibawa tim proyek ke dalam sebuah tabel. Ini mendefinisikan kualitas apa saja yang akan
dipilih oleh tim. Kedua, terdapat standar yang berasal dari persyaratanspesifik proyek dan klien.
Selanjutnya membahas tentang Evaluasi Berkelanjutan (Ongoing Evaluation), Ongoing
evaluation merupakan suatu proses pengujian, evaluasi, dan revisi terhadap komponen proyek sebelum
dimasukkan ke dalam program akhir (Alessi & Trollip, 2001: 410). Selama tahapan berlangsung,
evaluasi terus dilakukan sehingga jika terdapat kesalahan, maka proyek dapat langsung diperbaiki.
Proses ongoing evaluation yang baik adalah dengan mengetahui standar yang telah ditetapkan. Tidak
praktis dan tidak efektif jika hanya menunggu sebuah proyek mendekati penyelesaian sebelum
melakukan penilaian apakah standar telah diterapkan. Evaluasi dapat diterapkan pada susunan kata,
konten grafis, dan sejenisnya
Selanjutnya pada makalah ini membahas tentang Manajemen Proyek (Project Management).
Project management adalah atribut yang harus meliputi seluruh proyek agar memiliki pengelolaan
sumber daya yang baik, seperti biaya dan waktu (Alessi & Trollip, 2001: 410). Kegiatan project
management yaitu mengatur setiap tahapan sehingga dapat berjalan sesuai rencana awal hingga akhir.
Bagian dari proses ini adalahperencanaan (planning) dalam tahap awal proyek.
Pada topik selanjutnya dimakalah ini membahas tentang tahap pengembanga. Tahap
pengembangan diawali dengan Tahap perencanaan. Tahap perencanaan (planning) adalah sebuah tahap
untuk memastikan pemahaman menyeluruh tentang suatu proyek, dan juga menilai semua kendala
mengenai apa saja yang akan dioperasikan (Alessi & Trollip, 2001: 437). Selanjutnya adalah tahap
design. Tahap desain merupakan sebuah teknik untuk memfasilitisi pendekatan secara kreatif pada
proyek, dan kebutuhan termasuk di dalamnya tampilan, nuansa, dan alur dari program media yang akan
dikembangkan (Alessi & Trollip, 2001: 482). Selanjutnya tahap pengembangan. Pengembangan
(development) adalah implementasi dari desain proyek, mencangkup semua pemrograman komputer
yang diperlukan untuk membuat fungsi program seperti produksi grafis, audio, video, dan panduan
untuk peserta didik dan guru (Alessi & Trollip, 2001: 528).
Kelebihan
1) Memuat langkah-langkah atau proses dalam Model
pengembangan Alessi & Trollip yang sudah cukup jelas
dan juga sangat terperinci sekali