Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ELIMINASI FEKAL

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas


Praktik Klinik Keperawatan Program Diploma III Keperawatan
Dosen Pembimbing : Hj. Endah Sri Lestari, SST.,MKM.

Disusun Oleh :
Oktaviandi Nurjaman
20.133
Tingkat II-C

AKADEMI KEPERAWATAN RS DUSTIRA


Jl. Rumah Sakit No. 1 Telp 022-6632358 Fax. 022-6632358
email:akper_rs_dustira@yahoo.co.id
CIMAHI
2021
RS/RUANGAN TGL/PARAF NILAI TGL/PARAF NILAI NILAI
CI KLINIK CI RATA-
AKADEMIK RATA

KONSEP TEORI
A. Pengertian
1. Eliminasi Fekal
Eliminasi fakal/eliminasi bowel/BAB/defekasi merupakan proses
fisiologis yang sangat penting bagi tubuh untuk mengeluarkan sampah
tubuh (faeses/stool). Jika seseorang mengalami gangguan eliminasi ini akan
menyebabkan masalah gastrointestinal dan masalah system tubuh lainnya
karena fungsi eliminasi bowel berkaitan dengan beberapa factor seperti
pola eliminasi dan kebiasaan BAB seseorang. (everest,2017)

Eleminasi fekal adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik


berupa urin atau bowel (feses). Eleminasi fekal adalah proses pengeluaran
sisa pencernaan melalui anus,makanan yang sudah di cerna kemudian
sisanya akan di keluarkan dalam bentuk fases. Hal ini juga disebut bowel
movement.(perry potter,fundamental of nursing,2012)

Eliminasi fekal merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme


tubuh. Pembuangan tersebut dapat melalui urin ataupun bowel. Eliminasi
materi sampah merupakan salah satu dari proses metabolic tubuh. Produk
sampah dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan.
Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh baik
yan berupa urin maupun fekal. Eliminasi adalah proses pembuangan sisa
metabolism tubuh baik berupa urin atau bowel (feses).
(tarwoto,wartonah,2014)

Kesimpulan eleminasi fekal adalah proses pembuangan sisa metabolisme


tubuh pembuangan nya bisa melalui pencernaan melalui anus dan
pembuangan melalui urin ataupun bowel. Dan eleminasi materi sampah
merupakan salah satu dari proses metabolik tubuh. Produk sampah di
keluakan melalui paru paru, kulit, ginjal dan pencernaan.
B. Anatomi dan Fisiologi

Gambar 6.1. Struktur dan anatomi pencernaan


Saluran pencernaan terdiri dari dua bagian, yaitu bagian atas terdiri
dari mulut, esophagus dan lambung dan bagian bawah terdiri dari usus
halus dan besar. Agar lebih jelas bagi peserta didik ikutilah uraian tentang
saluran bagian atas dan bawah berikut ini.:
1. Anatomi dan fisiologi eliminasi Fekal
a. Saluran gastrointestinal bagian atas terdiri mulut, esophagus & lambung
Makanan yang masuk ke mulut kita dicerna secara mekanik dan
kimia, dengan bantuan gigi untuk mengunyah dan memecah makanan.
Saliva mencairkan dan melunakkan bolus makanan sehingga mudah
masuk esofogus menuju pada lambung. Dalam lambung makanan
disimpan sementara, lambung melakukan ekresi asam hidroklorida
(HCL), lendir, enzim pepsin dan faktor intrinsik. HCL mempengaruhi
keasaman lambung dan keseimbangan asam-basa tubuh. Lendir
melindungi mukosa dari keasaman, aktivitas enzim dan membantu
mengubah makanan menjadi semi cair yang disebut kimus (cbyme),
lalu didorong ke usus halus
b. Saluran gastrointestinal bagian bawah terdiri dari usus halus dan besar.
Saluran gastrointestinal atas meliputi, usus halus terdiri dari
duodenum, jejenun, ileum, dengan diameter 2.5 cm dan panjang 6 m.
Kimus bercampur dengan empedu dan amilase.
Kebanyakan nutrisi dan elektolit diabsorsi duodenum dan jejunum,
sedang ileum mengabsorsi vitamin, zat besi dan garam empedu. Fungsi
eleum terganggu maka proses pencernaan mengalami perubahan. Usus
besar panjangnya 1.5 m merupakan organ utama dalam eleminasi fekal
terdiri cecum,colon dan rectum. Kimus yang tidak diabsorpsi masuk
sekum melalui katub ileosekal yang fungsinya katub ini untuk
regurgitasi dan kembalinya isi kolon ke usus halus. Kolon
mengabsorpsi air. nutrient, elektolit, proteksi, sekresi dan eleminasi,
sedangkan perubahan fungsi kolon bisa diare dan kontraksi lambat.
Gerakan peristaktik 3-4 kl/hr dan paling kuat setelah makan. Rectum
bagian akhir pada saluran pencernaan. Panjangnya bayi 2.5 cm, anak
7.5-10 cm, dewasa 15 – 20 cm, rektum tidak berisi feses sampai
defekasi. Rektum dibangun lipatan jaringan berisi sebuah arteri dan
vena, bila vena distensi akibat tekanan selama mengedan bisa terbentuk
hemoraid yang menyebabkan defekasi terasa nyeri.
c. Usus sendiri mesekresi mucus, potassium, bikarbonat dan enzim,
sekresi musin (ion karbonat) yang pengeluarannya dirangsang oleh
nervus parasimpatis
d. Cbyme bergerak karena adanya peristaltik usus dan akan berkumpul
menjadi feses di usus besar.
Gas yang dihasilkan dalam proses pencernaan normalnya 400-700
ml/24 jam. Feses terdiri atas 75% air dan 25% padat, bakteri yang
umumnya sudah mati, lepasan epithelium dari usus, sejumlah kecil zat
nitrogen. Jadi makanan sampai mencapai rectum normalnya diperlukan
waktu 12 – 20 jam, isinya menjadi makin lunak bahkan bila terlalu
lama maka akan semakin padat karena air diabsorpsi apabila tidak
segera di keluarkan. Pada keadaan infeksi, reseksi bedah atau obstruksi
dapat mengganggu peristaltik absorpsi berkurang dan aliran kimus
terhambat. Saat emosi sekresi mucus akan meningkat berfungsi
melindungi dinding usus dari aktivitas bakteri, bila hal ini berlebihan
akan meningkatkan peristaltik berdampak pada penyerapan feses yang
cepat sehingga faeses menjadi encer, diare, absorpsi berkurang dan
flatus.
Kesimpulan bahwa dorongan feses juga dipengaruhi oleh kontraksi
abdomen, tekanan diafragma, dan kontraksi otor elevator. Defekasi
dipermudah oleh fleksi otot femur dan posisi jongkok.
C. Faktor – Faktor yang mempengaruhi eliminasi
1. Faktor – faktor yang mempengaruhi defekasi antara lain :
a. Umur
Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feces, tapi juga
pengontrolnya. Anak – anak tidak mampu mengontrol eliminasinya
sampai sistem neuromuskular berkembang, biasanya antara umur 2 – 3
tahun. Orang dewasa juga mengalami perubahan pengalaman yang
dapat mempengaruhi proses pengosongan lambung. Diantaranya adalah
atony (berkurangnya tonus otot yang normal) dari otot – otot polos
colon yang dapat berakibat pada melambatnya peristaltik dan
mengerasnya (mengering) feses, dan menurunnya tonus dari otot – otot
perut yang juga menurunkan tekanan selama proses pengosongan
lambung. Beberapa orang dewasa juga mengalami penurunan kontrol
terhadap muskulus spinkter ani yang dapat berdampak pada proses
defekasi.
b. Diet
Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses.
Cukupnya selulosa, serat pada makanan, penting untuk memperbesar
volume feses. Makanan tertentu pada beberapa orang sulit atau tidak
bisa dicerna. Ketidakmampuan ini berdampak pada gangguan
pencernaan, di beberapa bagian jalur dari pengairan feses. Makan yang
teratur mempengaruhi defekasi. Makan yang tidak teratur dapat
mengganggu keteraturan pola defekasi . Individu yang makan pada
waktu yang sama setiap hari mempunyai suatu keteraturan waktu,
respon fisiologi pada pemasukan makanan dn keteraturan pola aktivitas
peristaltik di colon.
c. Cairan
Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika
pemasukan cairan yang adekuat ataupun pengeluaran (cth : urine,
muntah ) yang berlebihan untuk beberapa alasan, tubuh melanjutkan
untuk mereabsorbsi air dari chime ketika ia lewat di sepanjang colon.
Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari normal, menghasilkan
feses yang keras. Ditambah lagi berkurangnya pemasukan cairan
memperlambat perjalanan chyme di sepanjang intestinal, sehingga
meningkatkan reabsorbsi cairan dari chyme.
d. Aktivitas
Seseorang dengan latihan fisik yang baik akan membantu Peristaltik
meningkat, sementara Imobilisasi menakan mortilitas kolon. Ambulasi
dini setelah klien menderita sakit dianjurkan untuk meningkatkan dan
mempertahankan Eliminasi normal. Contoh pada klien dengan keadaan
berbaring terus menerus Akan menurunkan Peristaltik usus, sehingga
terjadi peningkatan penyerapan air hal ini berdampak pada klien yaitu
Konstipasi atau fecal infaction.
e. Tonus Otot
Tonus perut, otot pelvik dan diafragma yang baik penting untuk
defekasi. Aktivitasnya juga merangsang peristaltik yang memfasilitasi
peregrakan chyme sepanjang colon. Otot – otot yang lemah sering tidak
efektif pada peningkatan tekanan intraabdominal selama proses
defekasi atau pengontrolan defekasi. Otot – otot yang lemah merupakan
akibat dari berkurangnya latihan (exercise), imobilitas atau gangguan
fungsi syaraf.
f. Faktor Psikologi
Dapat dilihat bahwa stres dapat mempengaruhi defekasi. Penyakit –
penyakit tertentu termasuk diare kronik, seperti ulcus pada collitis, bisa
jadi mempunyai komponen psikologi. Diketahui juga bahwa beberapa
orang yang cemas atau marah dapat meningkatkan aktivitas peristaltik
dan frekuensi diare. Ditambah lagi orang yang depresi bisa
memperlambat motilitas intestinal, yang berdampak pada konstipasi.
g. Gaya Hidup
Gaya hidup mempengaruhi eliminasi feses pada beberapa cara.
Pelatihan buang air besar pada waktu dini dapat memupuk kebiasaan
defekasi pada waktu yang teratur, seperti setiap hari setelah sarapan,
atau bisa juga digunakan pada pola defekasi yang ireguler. Ketersediaan
dari fasilitas toilet, kegelisahan tentang bau, dan kebutuhan akan
privacy juga mempengaruhi pola eliminasi feses. Klien yang berbagi
satu ruangan dengan orang lain pada suatu rumah sakit mungkin tidak
ingin menggunakan bedpan karena privacy dan kegelisahan akan
baunya.
h. Posisi selama defekasi
Kebiasaan seseorang defikasi dengan posisi jongkok memungkinkan
tekanan intraabdomen dan otot paha nya,sehingga memudahkan
seseorang defikasi,pada kondisi berbeda atau sakit maka seseorang
tidak mampu melakukannya,hal ini akan mempengaruhi kebiasan
seseorang menahan BAB sehingga bisa menyebabkan konstipasi atau
fecal infaction.
i. Nyeri
Secara normal seseorang defikasi tidak menimbulkan nyeri. Contoh
seseorang dengan pengalaman nyeri waktu BAB seperti adanya
hemoroid,fraktur ospubis, episiotomy,akan mengurangi keinginan
untuk BAB guna menghindari rasa nyeri yang akan timbul. Lama
kelamaan, kondisi ini bisa menyebabkan seseorang akhirnya terjadi
konstipasi.
j. Kehamilan
Seiring bertambah usia kehamilan dan ukuran fetus,tekanan
diberikan pada rektum,hal ini bisa menyebabkan opstrupsi sementara
yang mengganggu pengeluaran fesess. Konstipasi adalah masalah
umum yang terjadi pad trimester terakhir,sehingga wanita sering
mengeden selama defikasi yang dapat menyebabkan terbentuknya
hemoroid yang permanen.
k. Iritan
Makanan berbumbu atau pedas,toksin bakteri atau racun dapat
mengiritasi usus dan menyebabkan diare dan banyak flatus. Faktor
faktor yang mempengaruhi defikasi seperti sebagaimana diuraikan
diatas apabila tidak segera di cegah akan mengganggu defikasi klien
l. Obat – obatan
Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengaruh
terhadap eliminasi yang normal. Beberapa menyebabkan diare : yang
lain dosis yang besar dari tranquilizer tertentu dan diikuti dengan
prosedur pemberian morphin dan codein, menyebabkan konstipasi.
Beberapa obat secara langsung mempengaruhi eliminasi.
Laxative adalah obat yang merangsang aktivitas usus dan
memudahkan eliminasi feses. Obat – obatan ini melunakkan feses,
mempermudah defekasi. Obat – obatan tertentu seperti dicyclomine
hydrochloride (Bentyl), menekan aktivitas peristaltik dan kadang-
kadang digunakan untuk mengobati diare.
D. Masalah – masalah pada gangguan eliminasi Fekal
1. Masalah – masalah eliminasi fekal yang sering ditemukan yaitu :
a. Konstipasti
Konstipasi adalah penurunan frekuensi defekasi, yang diikuti oleh
pengeluaran feses yang lama atau keras, kering dan disertai upaya
mengedan saat defekasi.

Gambar 6.2. Tanda-tanda konstipasi

Tanyakan pada diri anda sendiri apakah saudara pernah mengalami


menurunnya frekuensi BAB hingga beberapa hari, disertai dengan
pengeluaran faeces yang sulit, keras dan mengedan. Dan dapat
menyebabkan nyeri rectum, keadaan ini di sebut konstipasi Konstipasi
merupakan gejala, bukan merupakan penyakit. Kondisi ini terjadi
karena faces berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air
diserap. Biasanya disebabkan oleh pola defikasi yang tidak teratur,
penggunaan laksatif yang lama, stress psikologis, obat-obatan, kurang
aktivitas dan faktor usia
Setiap individu mempunyai pola defekasi individual yang harus
dikaji perawat, tidak setiap orang dewasa memiliki pola defekasi setiap
hari (Ebersole dan Hess,2015). Defikasi hanya setiap 4 hari sekali atau
lebih dianggap tidak normal (Lueckenotte,2016). Pola defekasi yang
biasanya setiap 2-3 hari sekali, tanpa kesulitan, nyeri atau perdarahan
dapat dianggap untuk lansia (Ebersole dan Hess,2015;
Lueckenotte,2016).
Mengedan selama defekasi menimbulkan masalah pada klien baru
pembedahan abdomen, genekologi, rektum hal ini dapat menyebabkan
jahitan terpisah sehingga luka terbuka. Klien dengan riwayat
kardiovaskuler, glaukoma, dan peningkatan tekanan intrakranial harus
mencegah konstipasi dan hindari penggunaan manuver valsalva dengan
menghembuskan nafas melalui mulut selama mengedan.

b. Fecal Impaction

Gambar 6.3. Keadaan fecal impaction

Fecal Impaction atau impaksi feses akibat dari kontipasi yang tidak
diatasi. Impaksi adalah kumpulan feses yang mengeras, mengendap di
dalam rektum, hal ini tidak dapat dikeluarkan. Feses yang keras di
kolon dan lipatan sigmoid yang diakibatkan oleh retensi dan akumulasi
material feses yang berkepanjangan.
Klien menderita kelemahan, tidak sadar hal ini paling berisiko
mengalami impaksi karena tidak sadar akan kebutuhan defekasi.
Biasanya juga disebabkan oleh konstipasi, intake cairan kurang, kurang
aktivitas, diet rendah serat dan kelemahan tonus otot.
Tanda yang bisa saudara identifikasi adalah: tidak BAB beberapa
hari,walaupun ada keinginan untuk defekasi, anoreksia, kembung/kram
nyeri rectum.
Perawat yang mencurigai klien dengan impaksi, maka perlu
melakukan pemeriksaan secara manual dengan memasukan ke dalam
rektum dan mempalpasi masa yang terimpaksih

merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur, sehingga tumpukan


feses yang keras di rektum tidak bisa dikeluarkan. Impaction berat,
tumpukan feses sampai pada kolon sigmoid
c. Diare
Diare adalah meningkatnya frekuensi buang air besar dan
pengeluaran feses yang cair dan tidak terbentuk (Lueckenotte,2016).
Diare adalah gejala gangguan proses pencernaan, absorpsi dan sekresi
dalam saluran GI, akibatnya cbyme melewati usus terlalu cepat,
sehingga usus besar tidak mempunyai waktu untuk menyerap air. Diare
dapat disebabkan karena stress fisik, obat-obatan, alergi penyakit kolon
dan iritasi intestinal. Diare seringkali sulit dikaji pada bayi, seperti bayi
menerima susu botol pengeluaran feses pada setiap 2 hari sekali,
sementara bayi yang dususui ibunya dapat mengeluarkan feses lunak
dalam jumlah kecil 5 – 8 kl/hari.
Akibat pada seseorang diare adalah gangguan elektrolit dan kulit
terganggu, terutama pada bayi dan orang tua. Diare secara berulang bisa
mengiritasi perineum dan bokong, maka diperlukan perawatan kulit
yang cermat untuk mencegah kerusakan kulit dan dibutuhkan drainase
feses.
d. Inkontinensia Bowel/Fecal/Alvi
Inkontinensia feses adalah hilangnya kemampuan otot untuk
mengontrol pengeluaran feses dan gas dari anus. Kerusakan spinter
anus akibat kerusakan fungsi spinter atau persarafan di daerah anus
yang menyebabkan inkontinensia. Penyebabnya penyakit
neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor spinter anus eksternal,
60% usila inkontinensi.

Gambar 6.4. Inkontinensia

Inkontinensia dapat membahayakan citra tubuh dan mental klien,


maka klien sangat tergantung pada perawat untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya. Perawat harus mengerti dan sabar meskipun berulang-ulang
kali membereskannya. Seperti diare, inkontinensia bisa menyebabkan
kerusakan kulit. Jadi perawat harus sering memeriksa perineum dan
anus, apakah kering dan bersih.
e. Hemoroid
Pembengkakan atau pelebaran vena pada dinding rectum (bisa
internal dan eksternal) akibat peningkatan tekanan didaerah tersebut
Penyebabnya adalah konstipasi kronis, kehamilan, dan obisitas .
Gambar 6.5. Keadaan hemoroid
Jika terjadi inflamasi dan pengerasan, maka klien merasa panas dan rasa
gatal. Kadang- kadang BAB dilupakan oleh klien, karena saat BAB
menimbulkan nyeri. Akibat lanjutannya adalah konstipasi.

E. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian pada kebutuhan eliminasi urine meliputi :
a. Riwayat keperawatan
1. Pola defekasi : frekuensi, pernah berubah
2. Perilaku defekasi : penggunaan laksatif, cara mempertahankan
pola
3. Deskripsi feses : warna, bau, dan tekstur
4. Diet : makanan mempengaruhi defekasi, makanan yang biasa
dimakan, makanan yang dihindari, dan pola makan yang teratur
atau tidak.
5. Cairan : jumlah dan jenis minuman/hari
6. Aktivitas : kegiatan sehari-hari
7. Kegiatan yang spesifik’
8. Stress : stress berkepanjangan atau pendek, koping untuk
menghadapi atau bagaimana menerima
9. Pembedahan/penyakit menetap
b. Pengakjian fisik
Perawat melakukan pengkajian fisik sistem dan fungsi tubuh yang
kemungkinan dipengaruhi oleh adanya masalah eliminasi. Ada
beberapa pemeriksaan fisik pada seorang klien yaitu :
1. Mulut : inspeksi gigi, lidah, dan gusi klien.
2. Abdomen : perawat menginspeksi keempat kuadran abdomen
untuk melihat warna, bentuk, kesimetrisan, dan warna kulit
3. Rektum : perawat menginspeksi daerah sekitar anus untuk
melihat adanya lesi, perubahan warna, inflamasi dan hemoroid.
c. Karakteristik feses
1. Warna yang normal : kuning (bayi), cokelat (dewasa)
2. Bau yang normal : menyengat yang dipengaruhi oleh tipe
makanan
3. Konsistensi yag normal : lunak, berbentuk
4. Frekuensi yang normal : bervariasi : bayi `4-6 kali sehari (jika
mengonsumsi ASI) atau 1-`3 kali sehari (jika mengonsumsi
susu botol) : orang dewasa setiap hari atau 2-3 kali seminggu
5. Jumlah yang normal : 150 gr per hari (orang dewasa)
6. Bentuk yang normal : menyerupai diameter rektum
7. Unsur-unsur yang normal : makanan tidak dicerna, bakteri
mati, lemak, pigmen empedu, sel-sel yang melapisi mukosa
usus,air.
d. Pemeriksaan laboratorium
1. Analisis kandungan feses : untuk mengetahui kondisi patologis
seperti : tumor, perdarahan dan infeksi.
2. Tes Guaiak : pemeriksaan darah samar di feses yang
menghitung jumlah darah mikroskopik di dalam feses
e. Diagnosa keperawatan
Gagguan Eliminasi Fekal
1. Konstipasi
Definisi : penurunan pada frekuensi normal defekasi yang
disertai oleh kesulitan atau pengeluaran tidak lengkap feses
dan atau pengeluaran feses yang keras, kering, dan banyak.
Penyebab :
1. Penurunan motilitas gastrointestinal
2. Ketidakadekuatan pertumbuhan gigi
3. Ketidakcukupan diet
4. Ketidakcukupan asupan serat
5. Ketidakcukupan asupan cairan
6. Aganglionik (mis.penyakit Hircsprung)
7. Kelemahan otot abdomen

Psikologis

1. Konfusi
2. Depresi
3. Gangguan emosional

Situasional
1. Perubahan kebiasaan makan (mis.jenis makanan,
jadwal makan)
2. Ketidakadekuatan toileting
3. Aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan
4. Penyalahgunaan laksatif
5. Efek agen farmakologis
6. Ketidakteraturan kebiasaan defekasi
7. Kebiasaan menahan dorongan defekasi
8. Perubahan lingkungan
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif

1. Defekasi kurang dari 2 kali seminggu


2. Pengeluaran feses lama dan sulit
Objektif
1. Feses keras
2. Peristaltik usus menurun
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1. Mengejan saat defekasi
Objektif
1. Distensi Abdomen
2. Kelemahan umum
3. Teraba massa pada rektal
Kondisi klinis terkait
1. Lesi/Cedera pada medula spinalis
2. Spina bifida
3. Stroke
4. Sklerosis multipel
5. Penyakit Parkinson
6. Demensia
7. Hiperparatiroidisme
8. Hipoparatiroidisme
9. Ketidakseimbangan elektrolit
10. Hemoroid
11. Obesitas
12. Pasca operasi obstruksi bowel
13. Kehamilan
14. Pembesaran prostat
15. Abses rektal
16. Fisura anorektal
17. Prolaps rektal
18. Ulkus rektal
19. Rektokel
20. Tumor
21. Penyakit hircsprung
22. Impaksi feses
2. Diare
Definisi : pasase feses yang lunak dan tidak berbentuk

Penyebab
Fisiologis
1. Inflamasi gastrointestinal
2. Iritasi gastrointestinal
3. Proses infeksi
4. Malabsorpsi
Psikologis
1. Kecemasan
2. Tingkat stres tinggi
Situasional
1. Terpapar kontaminan
2. Terpapar toksin
3. Penyalahgunaan laksatif
4. Penyalahgunaan zat
5. Program pengobatan (Agen tiroid, analgesik, pelunak
feses, ferosulfat, antasida, cimetidine dan antibiotik)
6. Perubahan air dan makanan
7. Bakteri pada air
Gejala dan Tanda Mayor
Objektif
1. Defekasi lebih dari tiga kali dalam 24 jam
2. Feses lembek atau cair
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1. Urgency
2. Nyeri/kram abdomen
Objektif
1. Frekuensi peristaltik meningkat
2. Bising usus hiperaktif

Kondisi klinis terkait


1. Kanker kolon
2. Diverticulitis
3. Iritasi usus
4. Crohn’s disease
5. Ulkus peptikum
6. Gastritis
7. Spasme kolon
8. Kolitis ulseratif
9. Hipertiroidisme
10.Demam typoid
11.Malaria
12.Sigelosis
13.Kolera
14.Disentri
15.Hepatitis
3. Inkontinensia Fekal
Definisi : Perubahan kebiasaan buang air besar dari pola
normal yang ditandai dengan pengeluaran feses secara
involunter (tidak disadari)
Penyebab
1. Kerusakan susunan saraf motorik bawah
2. Penurunan tonus otot
3. Gangguan kognitif
4. Penyalahgunaan laksatif
5. Kehilangan fungsi pengendalian sfingter rektum
6. Pascaoperasi pullthrough dan penutupan kolosomi
7. Ketidakmampuan mencapai kamar kecil
8. Diare kronis
9. Stres berlebihan

Gejala Tanda Mayor

Subjektif
1. Tidak mampu mengontrol pengeluaran feses
2. Tidak mampu menunda defekasi

Objektif
1. Feses keluar sedikit-sedikit dan sering

Gejala Tanda Minor

Subjektif (tidak tersedia)

Objektif
1. Bau feses
2. Kulit perianal kemerahan

Kondisi klinis terkait


1. Spina bifida
2. Atresia ani
3. Penyakit hirschsprung
Sehingga Diagnosa yang mungkin muncul dalam eliminasi fekal yaitu :
1. Konstipasi berhubungan dengan ketidakcukupan asupan serat
2. Diare berhubungan dengan iritasi gastrointestinal
3. Inkontinensia Fekal berhubungan dengan penurunan tonus otot
f. Intervensi Keperawatan
Eliminasi fekal
No Diagnosa Tindakan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria hasil
1. Gangguan Setelah SIKI : 1. Mengetahui
pola eliminasi diberikan asuhan Konstipation atau penyebab dini
fekal : keperawatan impaction terjadinya
Konstipasi selama ..x24 jam management konstipasi
berhubungan diharapkan pola sebagai
Observasi
dengan eliminasi fekal pengkajian
ketidakcukup pasien normal 1. Monitor buang dasar
an asupan dengan kriteria air besar (mis. 2. Mampu
serat hasil : SLKI : Warna, mencegah dan
Bowel frekuensi, mengatasi
elimination konsistensi, konstipasi
volume) 3. Meningkatkan
1. Konsistensi
2. Monitor tanda pergerakan usus
feses
dan gejala 4. Agar jadwal
membaik
konstipasi sesuai
2. Mengejan
keinginan
saat defekasi
Terapeutik pasien
menurun
5. Untuk
3. Terasa massa 3. Anjurkan memperlancar
pada rektal mengonsumsi saluran
menurun makanan pencernaan
4. Kontrol tinggi serat 6. Untuk
pengeluaran 4. Jadwalkan mengetahui
feses waktu defekasi seksama apa
meningkat bersama yang “normal”
5. Keluhan pasien untuk setiap
defekasi 5. Berikan air pasien.
lama dan hangat setelah Frekuensi
sulit maka normal bagian
menurun 6. Anjurkan tinja berkisar
6. Nyeri mencatat antara dua kali
abdomen warna, sehari sampai
menurun frekuensi, ketiga atau
7. Kram konsistensi, keempat.Tinja
abdomen volume feses kering dan
menurun
keras
8. Frekuensi Edukasi merupakan ciri
defekasi
konstipasi
membaik 7. Berikan 7. Mengurangi
pendidikan dan
kesehatan menghindari
tentang terjadinya
kebiasaan diet, inkontinensia
cairan dan 8. Untuk
makanan yang menurunksn
mengandung konstipasi
gas, aktivitas
dan kebiasaan
BAB

Kolaborasi

8. Melakukan
kolaborasi
dengan tenaga
medis
mengenai
pemberian
obat
supositoria
anal, jika perlu
2. Gangguan Setelah Observasi 1. Untuk
eliminasi diberikan asuhan mengetahui
fekal : Diare keperawatan 1. Identifikasi adanya
berhubungan selama 1x24 jam penyebab 2. Untuk
dengan iritasi diharapkan feses diare mengetahui
gastrointestin pasien berbentuk berat badan
al dan lembek Terapeutik pasien dan
dengan kriteria untuk
hasil : SLKI : 2. Timbang melakukan
berat badan tindakan
Kriteria hasil pasien selanjutnya
1. Urgency 3. Intruksikan 3. Membantu
menurun pasien/keluarg membedakan
2. Konsistensi a untuk penyakit
feses mencatat individu dan
membaik warna,jumlah, mengkaji
3. Frekuensi frekuensi dan beratnya tiap
defekasi konsistensi defekasi
membaik dari feses 4. Membantu
4. Peristaltik 4. berikan asupan menghentikan
usus cairan oral diare berlanjut
membaik (mis.larutan 5. Mempertahank
garamgula) an status hidrasi
5. Evaluasi pasien
intake 6. Ajarkan teknik
makanan yang menurunkan
masuk stres
6. Ajarkan teknik 7. Agar tidak
menurunkan menimbulkan
stres masalah/mengh
Edukasi indari diare
berlanjut
7. Anjurkan 8. memperbaiki
pasien untuk ketidakefektifa
menghindari n pola defekasi
makanan mengontrol
pembentuk gas efektivitas
seperti susu, terjadinya
kopi, makanan defekasi
pedas, dan
makanan yang
mengiritasi
saluran cerna

Kolaborasi

8. Kolaborasi
pemberian
obat antidiare
3. Gangguan Setelah SIKI : 1. Untuk menilai
eliminasi diberikan asuhan fungsi usus
Observasi
fekal : keperawatan 2. Dukungan
Inkontinensia selama ..x24 jam 1. Monitor lingkungan
Fekal diharapkan pola peristaltik usus yang baik
berhubungan eliminasi fekal secara teratur mempengaruhi
dengan pasien normal kemudahan
penurunan dengan kriteria Terapeutik defekasi untuk
tonus otot hasil : SLKI : keluar
2. Berikan 3. Agar feses
1.Pengontrolan privasi, tidak mengeras
pengeluaran kenyamanan 4. Agar
feses dan posisi memudahkan
meningkat yang feses keluar
2. Defekasi meningkatkan 5. Untuk
membaik proses mengetahui
3.Frekuensi defekasi kelainan pada
buang air
besar 3. Anjurkan rectum
membaik waktu yang 6. Agar
4.Kondisi kulit konsisten mempermudah
perianal untuk buang eliminasi fekal
membaik air besar 7. Dengan
4. Gunakan memperban
enema rendah, yak
jika perlu mengkonsu
5. Anjurkan msi
dilatasi rektal makanan
digital, jika bergizi ma
perlu dapat
6. Ubah program mengurangi
latihan inkontinens
eliminasi ia fekal
fekal, jika atau
perlu konstipasi
8.
Edukasi

7. Anjurkan
mengkonsums
i makanan
tertentu, sesuai
program atau
hasil
konsultasi

Kolaborasi

8. Kolaborasi
dengan tenaga
medis lain
penggunaan
supositoria
g. Implementasi
No. HARI/ IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
DX TANGGAL
&
WAKTU
D.0001 Hari/tanggal/ Pemberian obat supposutoria S(subjective
Bulan/tahun Tahap Prainteraksi ):yaitu
(jam) A. Persiapan pernyataan
1. Persiapan Alat : atau
a. APD (Handscoon, keluhan dari
masker) pasien.
b. Perlak dan pengalas
O(objective
c. Bengkok 1 buah
): data yang
d. Tisu
diobservasi
e. Obat sesuai program
oleh
terapi (obat
perawat
suposutoria)
atau
2. Persiapan pasien
keluaga.
a. Pastikan identitas klien
b. Kaji kondisi klien A (analisis):
c. Beritahu dan jelaskan yaitu
pada klien tindakan kesimpulan
yang akan dilakukan dari data
d. mengatur pencahayaan subjektif
dan jaga privacy klien dan objektif
e. Posisi klien apakah
3. Persiapan perawat sudah
a. Menyiapkan obat teratasi atau
dengan benar belum
b. Cuci tangan
P(planning):
Tahap Orientasi rencana
tindakan
4. Memberikan salam &
yang akan
perkenalan diri
dilakukan
5. Melakukan identifikasi
kembali
pasien
sesuai
6. Menjelaskan tujuan dan
intervensi
prosedur Tindakan
7. Memberikan kesempatan
pada pasien untuk
bertanya
Tahap Kerja
8. Sebelum supposutoria
dibuka dari
pembungkus, pastikan
supposutoria tersebut
dalam keadaan keras
untuk memudahkannya
masuk ke dalam
dubur/vagina/uretra
9. Buka dengan hati-hati
pembungkus
supposutoria agar tidak
merusak/mematahkan
supposutoria
10. Tidak mematahkan
supposutoria karena 1
supposutoria adalah 1
dosis obat, jika
dipatahkan maka akan
menjadi ½ dosis
11. Jika diresepkan untuk
digunakan ½ dosis maka
sebelum supposutoria
dibuka, obat tersebut
dibagi 2 dengan cara
digunting menggunakan
gunting/pisau yang
sebelumnya dibesihkan
gunting/pisaunya
12. Olesi bagian ujung
supposutoria
menggunakan lubrikan
berbasis air (bisa dibeli
di apotek) atau basahi
dengan sedikit air
matang
13. Posisikan tubuh anda
sedikit miring ke kiri,
kaki kanan dibagian atas
(posisi sim)
14. Membentangkan
perlak/pengalas dibawah
bokong pasien
15. Gunakan tangan kiri
untuk membuka mulut
dubur lalu tahan
16. Masukkan supposutoria
kedalam dubur dengan
posisi bagian ujung
supposutoria terlebih
dahulu. Masukkan
dengan jari telunjuk/jari
tengah tangan kanan
sedalam 1 cm (anak-
anak) – 5 cm (dewasa)
atau seukuran telunjuk
orang dewasa
17. Diamkan selama
beberapa menit (5-10
menit) pada posisi tetap
tiduran (posisi sim) agar
obat dapat meleleh dan
diserap sempurna oleh
pembuluh darah dan
mencegah supposutoria
keluar dari dubur
Tahap Terminasi
18. Mengevaluasi hasil /
respon klien
19. Mendokumentasikan
hasilnya
20. Melakukan kontrak
untuk kegiatan
selanjutnya
21. Mengakhiri kegiatan,
membereskan alatalat
22. Mencuci tangan
D.0002 Hari/ Observasi S(subjective
tanggal/ ):yaitu
Bulan/tahun 9. Identifikasi penyebab pernyataan
(jam) diare atau
keluhan dari
Terapeutik pasien.

10. Timbang berat badan O(objective


pasien ): data yang
11. Intruksikan diobservasi
pasien/keluarga untuk oleh
mencatat perawat
warna,jumlah, atau
frekuensi dan keluaga.
konsistensi dari feses
A (analisis):
12. berikan asupan cairan
yaitu
oral (mis.larutan
kesimpulan
garamgula)
dari data
13. Evaluasi intake
subjektif
makanan yang masuk
dan objektif
14. Ajarkan teknik
apakah
menurunkan stres
sudah
Edukasi
teratasi atau
15. Anjurkan pasien belum
untuk menghindari P(planning):
makanan pembentuk rencana
gas seperti susu, kopi, tindakan
makanan pedas, dan yang akan
makanan yang dilakukan
mengiritasi saluran kembali
cerna sesuai
intervensi
Kolaborasi

Kolaborasi pemberian obat


antidiare
D.0003 Hari/ Observasi S(subjective
tanggal/ ):yaitu
16. Monitor peristaltik
Bulan/tahun pernyataan
usus secara teratur
(jam) atau
keluhan dari
Terapeutik
pasien.
17. Berikan privasi, O(objective
kenyamanan dan ): data yang
posisi yang diobservasi
meningkatkan proses oleh
defekasi perawat
18. Anjurkan waktu yang atau
konsisten untuk keluaga.
buang air besar
19. Gunakan enema A (analisis):
rendah, jika perlu yaitu
20. Anjurkan dilatasi kesimpulan
rektal digital, jika dari data
perlu subjektif
21. Ubah program latihan dan objektif
eliminasi fekal, jika apakah
perlu sudah
teratasi atau
Edukasi belum

22. Anjurkan P(planning):


mengkonsumsi rencana
makanan tertentu, tindakan
sesuai program atau yang akan
hasil konsultasi dilakukan
kembali
Kolaborasi sesuai
intervensi
23. Kolaborasi dengan
tenaga medis lain
penggunaan
supositoria
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2017. Teknik Prosedural Keperawatan, Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Kesehatan Kemenkes Malang. 2012. Modul Pembelajaran KDM. Malang.
Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses
Keperawatan.Edisi 4.Salemba
Tim pokja, SDKI DPP PPNI 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Tim pokja, SIKI DPP PPNI 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Tim pokja, SLKI DPP PPNI 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Potter &Perry.2010.Buku Ajar fundamental Keperawatan Volume 2.jakarta:
BukuKedokteranEGC
Wartonah,tarwoto.2006.KebutuhanDasarManusiadanProsesKeperawatan.Jakarta
:Salemba Medik
Brooker, Christine.2001.Kamus Saku Keperawatan.Jakarta:EGC
Harnawatiaj. 2010. Konsep Dasar Pemenhan Kebutuhan Eliminasi Fekal.
Heriana, Pelapina. 2014. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Binarupa aksara :
Tanggerang Selatan
Supriadi, Edi. 2021 Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah
Hasanuddin, Nurhikmah. 2021 Rasional Eliminasi fekal
Ayu, Winda 2013. Rasional Eliminasi Fekal

Anda mungkin juga menyukai