Anda di halaman 1dari 88

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga RTBL klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard dapat tercetak dengan baik.

RTBL adalah panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan


untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta
memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan
panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman
pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan.

RTBL Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard diterbitkan untuk dapat memudahkan


engembangan kawasan Sekip-Bulaksumur-Boulevard khususnya dan kawasan UGM pada
umumnya, agar membentuk lingkungan akademik yang lebih kondusif sehingga tercipta
suasana yang nyaman untuk mahasiswa dan masyarakat umum.
Selanjutnya, semoga RTBL dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, Desember 2011

Tim Penyusun
Daftar Isi

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR TABEL v

Bab I Pendahuluan

1.1. Latar Belakang .................................................................................................. I-1


1.1.1. Pengertian dan Posisi RIPK (Rencana Induk Pengembangan Kampus) . I-1
1.1.2. Pengertian RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan) ………... I-3
1.1.3. Pengertian Klaster UGM ………………………………………………. I-3
1.1.4. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Klaster UGM …….. I-6
1.2. Tujuan dan Sasaran Perencanaan Fisik RTBL Klaster SBB ………………… I-7
1.2.1. Tujuan Perencanaan Fisik ....................................................................... I-7
1.2.2. Sasaran Perencanaan Fisik ...................................................................... I-7
1.3. Tinjauan dan Acuan Kebijakan Terkait Rencana Pengembangan UGM .......... I-8
1.3.1. Tinjauan Kebijakan Terkait Rencana Pengembangan UGM .................. I-8
1.4. Hasil Keluaran ................................................................................................. I-9
1.5. Rencana Lingkup Perencanaan ....................................................................... I-9
1.6. Metodologi Perencanaan ....................................................................... .......... I-10
1.6.1. Pendekatan Perencanaan .......................................................................... I-10
1.6.2. Tahapan Perencanaan .............................................................................. I-12

Bab II Deskripsi Profil

2.1. Profil Klaster SBB...................................................................................................I-1


2.2. Kondisi Eksisting ………………………........................................................... II-10

Bab III Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan


3.1. Evaluasi Terhadap Materplan/RIPK Terdahulu .................................................. III-1
3.1.1. Pemanfaatan Lahan Eksisting ................................................................... III-4
3.1.2. Fasilitas Pelayanan .................................................................................... III-5
3.1.3. Transportasi dan Aksesibilitas .................................................................. III-6
3.1.4. Analisis Lokasi dan Aspek Lahan ............................................................. III-6
3.1.5. Potensi Sumberdaya .................................................................................. III-7
3.2. Evaluasi Kebutuhan Ruang ................................................................................. III-11
3.2.1. Zona Temu Ilmiah dan Kebudayaan (MICE) ……................................... III-11
3.2.2 Zona Layanan Masyarakat ……………………………………………… III-12
3.2.3. Zona Riset Plasa ……………………………….................. III-13
..................... III-15
3.2.4. Zona Hunian Perumahan dan Asrama III-16
…………………………………..
3.2.5. Zona Arboretum …………………………………………………………

Bab IV Pendekatan Perencanaan

ii
4.1. Acuan Perencanaan..................................................................................................V-1
4.1.1. Konsep Educopolis .................................................................................. IV-1

ii
4.1.2. Peraturan Kementrian Umum tentang RTBL................................................V-2
4.2. Rencana Induk Pengembangan Kampus tentang RTBL IV-7
……………………….
4.3. Analisis Keterkaitan Acuan dengan Kondisi Eksisting Klaster Sekip- IV-11
Bulaksumur-Boulevard ……………………………………………………….. IV-11
4.3.1. Analisis Peruntukkan Lahan IV-12
……………………………………………. IV-16
4.3.2. Analisis Intensitas Pemanfaatan Lahan IV-17
…………………………………. IV-17
4.3.3. Analisis Tata Bangunan IV-18
…………………………………………………
4.3.4. Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung
…………………………………
4.3.5. Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau
………………………………….
4.3.6. Analisis Tata Kualitas Lingkungan
……………………………………..

Bab V Konsep Perancangan


5.1. Struktur Peruntukkan Lahan...................................................................................V-1
5.2. Intensitas Pemanfaatan Lahan V-2
…………………………………………………. V-2
5.3. Tata Bangunan V-8
………………………………………………………………… V-11
5.4. Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung
………………………………………..
5.5. Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau
………………………………………...

iv
Daftar Gambar

Gambar 1.1. Pembagian Klaster dan Zona dalam Masterplan UGM (1984)................I-4
Gambar 1.2. Rencana Pembagian Klaster pada Masterplan UGM yang Baru …….. I-5
Gambar 3.1. Skema Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan ……………………... III-2
Gambar 3.2. Rencana Tata Lansekap Landmark, Pedestrian Plaza ………………... III-3
Gambar 3.3. Eksisting Klaster SBB ……………………………………………….. III-5
Gambar 3.4 Klaster SBB …………………………………………………………... III-7
Gambar 3.5 Sumbu Imajiner RTBL Klaster SBB ….…………………………..…... III-10
Gambar 5.1. Pengelompokkan Zona Klaster V-5
………………………………………. V-7
Gambar 5.2. Tata Bangunan V-10
……………………………………………………….. V-11
Gambar 5.3. Jalur Sirkulasi………………………………………………………….
Gambar 5.4. Tata Vegetasi Klaster
…………………………………………………

Laporan Akhir iv
RTBL Klaster SBB
Universitas Gad jah Mada Yo gyakarta
Daftar Tabel

Tabel 3.1. Perkembangan Pencemaran di Lingkungan Kampus UGM, 1993-2000 III-8


.. Tabel 3.2. Luas Bangunan Eksisting Zona MICE III-11
…………………………………. III-12
Tabel 3.3. Luas Bangunan Eksisting Zona Layanan Masyarakat …………………..
Tabel 3.4. Luas Bangunan Eksisting Zona Riset Plasa …………………………….. III-13
Tabel 3.5. Luas Bangunan Eksisting Zona Hunian Perumahan dan Asrama ………. III-15
Tabel 5.1. Tabel Zona Rancangan Baru Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard …... V-1
BAB I
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Sebagai sebuah kampus perguruan tinggi yang memiliki jumlah fakultas terbanyak di
seluruh Indonesia, kampus Universitas Gadjah Mada secara fisik telah mengalami
perkembangan yang relatif pesat, yang tidak terlepas dari perkembangan kegiatan
akademiknya, yang ditengarai dengan berkembangnya jurusan dan program studi.
Termasuk pula dalam hal ini adalah jumlah mahasiswanya yang hingga saat ini
mencapai sekitar 49.000 orang. Perkembangan fisik yang sedemikian pesat juga
terkait dengan perkembangan kota dan wilayah perkotaan Yogyakarta, di mana
kampus Universitas Gadjah Mada tidak lagi berkedudukan sebagai kawasan yang
berada di pinggiran kota sebagaimana masih dirasakan sekitar dua dekade yang lalu.
Akan tetapi kampus Universitas Gadjah Mada sudah merupakan kawasan yang
bersifat urban, dengan segala konsekuensi dan kompleksitas kegiatan dan lingkungan
secara fisik.

Dari beberapa fakultas di wilayah kampus Universitas Gadjah Mada tersebut


terbentuk kelompok atau yang sering disebut sebagai Klaster. Dalam
perkembangannya, klaster- klaster tersebut telah menunjukkan adanya peningkatan
kegiatan yang sangat menyolok. Hal ini tentu saja dibarengi dengan meningkatnya
kebutuhan akan sarana dan prasarana penunjang kegiatan tersebut. Secara fisik,
penambahan fasilitas terutama yang berupa lahan, bangunan, dan lansekap tentunya
memerlukan penataan yang terencana dengan baik.

Melihat fakta tersebut maka sangat dibutuhkan sebuah evaluasi masterplan secara
berkala untuk mengetahui arah pengembangan fisik Universitas Gadjah Mada agar
perkembangan fisik yang terjadi memiliki arah yang jelas dan memiliki konsep yang
baik untuk jangka waktu yang panjang.

1.1.1. Pengertian dan posisi RIPK (Rencana Induk Pengembangan Kampus)


Rencana Induk Pengembangan Kampus adalah acuan bagi pelaksanaan,
pengembangan dan peningkatan fisik yang efisien, fungsional dan nyaman
I-1
bagi universitas, baik yang mencakup tata guna lahan, integrasi yang serasi
antara bangunan dengan ruang terbuka, peralatan dan jaringan pelayanan
yang memadai, serta sistem transportasi dan sarana pejalan kaki yang aman
dan aksesibel.
Fungsi Rencana Induk Kampus (sesuai dengan Rencana Induk Kampus,
yaitu tertuang pada Bab XVII Pasal 102) :
1. Sebagai acuan bagi pelaksanaan tanggungjawab Pimpinan Universitas
untuk menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan fisik yang efisien,
fungsional dan nyaman, dalam rangka melaksanakan misi dan mencapai
tujuan universitas, yang antara lain mencakup tata guna lahan, integrasi
yang serasi antara bangunan dengan ruang terbuka, peralatan dan
jaringan pelayanan yang memadai, serta sistem transportasi dan sarana
pejalan kaki yang aman dan aksesibel
2. Disusun dalam suatu instrumen yang bersifat imperatif, dengan tujuan
untuk menciptakan tatanan masyarakat universitas dan lingkungan
kampus yang tertib
3. Ditinjau kembali setiap jangka waktu 10 (sepuluh) tahun untuk
memenuhi kebutuhan penyesuaian terhadap perkembangan yang terjadi,
dan penyusunannya berdasarkan atas hasil kajian ilmiah terbaik pada saat
itu
Tetapi didalam Rencana Induk Pengembangan Kampus tersebut, bahasan
mengenai wawasan lingkungan atau pengembangan yang tanggap terhadap
aspek ekologi belum termuat secara langsung. Padahal kedua aspek tersebut
relatif penting bagi pengembangan UGM karena pengembangan kampus
turut memberikan kontribusi dan dampak cukup besar terhadap kawasan di
sekitarnya, baik secara fisik maupun sosial ekonomi. Keberadaan dan
perkembangan kampus UGM tersebut pada kurun waktu tertentu telah
memberikan pengaruh terhadap tata ruang kawasan, baik secara internal
pada lingkungan kampus maupun secara eksternal yaitu terkait dengan
lingkungan sekitarnya.
Sehingga dibutuhkan pula perencanaan yang baik dengan

I-2
mempertimbangkan tata letak bangunan dan lingkungan, pengaturan jalur-
jalur sirkulasi, perbaikan

I-3
sarana dan prasarana penunjang, yang kedepannya dapat digunakan sebagai
satu instrumen dalam pengendalian perkembangan wilayahnya.
Pencapaian keselarasan suatu kawasan yang baik, harus merupakan satu
kesatuan sistem organisasi yang mampu mengakomodasi kegiatan-kegiatan
sosial, ekonomi, budaya, edukasi, dan memiliki citra fisik maupun non fisik
yang kuat, serta estetika visual yang terencana secara terpadu. Untuk
meningkatkan pemanfaatan tata ruang suatu wilayah atau kawasan yang
terkendali, maka produk tata ruang suatu wilayah harus dilengkapi dengan
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

1.1.2. Pengertian RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan)


RTBL adalah panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang
dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan
dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan
dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi,
ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan
pengembangan lingkungan/kawasan.
Maksud dan tujuan penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
(RTBL) adalah untuk memberikan:
1. Masukan rencana dan program pembangunan fisik di lingkungan
Universitas Gadjah Mada dalam penanganan penataan kawasan.
2. Masukan teknis dalam bentuk rincian penataan perwujudan bangunan
dan lingkungan di kawasan Universitas Gadjah Mada.
3. Panduan untuk terciptanya suatu sistem penataan bangunan dan
lingkungan yang berkelanjutan, sesuai dengan arahan Rencana Strategis
(Renstra) UGM 2008-2012, dan Rencana Induk Pengembangan Kampus
(RIPK) UGM 2005-2015.

1.1.3. Pengertian Klaster di UGM


Klaster merupakan kumpulan, kelompok, himpunan, atau gabungan obyek
tertentu yang memiliki keserupaan atau atas dasar karakteristik tertentu.

I-4
Dalam konteks akademika, klaster merupakan kumpulan fakultas yang di
dalamnya terdapat kesamaan bidang ilmu. Sistem klaster bertujuan untuk
menata bidang-bidang ilmu yang memiliki kesamaan ke dalam suatu
kawasan tertentu.

Sistem klaster di Universitas Gadjah Mada telah dimulai sejak 1984. Di


tahun tersebut, fakultas-fakultas di UGM terbagi menjadi empat bidang
ilmu, yaitu :

 Klaster Sains dan Teknik


 Klaster Kesehatan
 Klaster Agro
 Klaster Sosial-Humaniora

Gambar 1.1. Pembagian Klaster dan Zona dalam Masterplan UGM (1984)

Seiring berjalannya waktu,, kampus Universitas Gadjah Mada mengalami


perkembangan yang pesat, di antaranya mengenai pertumbuhan jumlah
mahasiswa, kebutuhan fasilitas akademik dan non-akademik. Hal-hal
tersebut mendorong adanya perubahan-perubahan yang terjadi di kampus
UGM.
I-5
Gambar 1.2. Rencana Pembagian Klaster pada Masterplan UGM yang baru

Dalam rencana tata klaster UGM yang baru nantinya, sistem klaster terbagi
menjadi klaster akademik dan klaster non-akademik.
Klaster akademik terdiri dari :
 Klaster Kesehatan
 Klaster Teknik
 Klaster Sosio-Humaniora
 Klaster Sains
 Klaster Agro
 Klaster Vokasi
 Klaster Pasca Sarjana
Sedangkan klaster non-akademik terdiri dari :
 Klaster Komersil
 Klaster Boulevard dan Riset Plaza

I-6
 Klaster Perumahan
 Klaster MICE
 Klaster Administrasi
 Klaster Rumah Sakit
Sistem klaster yang baru ini adalah salah satu upaya untuk menjawab
permasalahan kebutuhan luasan ruang yang terus meningkat seiring
meningkatnya populasi mahasiwa di UGM serta progresif Ruang Terbuka
Hijau (RTH) yang dipenuhi.
Dengan adanya sistem klaster UGM yang baru, maka diperlukan
pembaharuan terhadap Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

1.1.4. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Klaster UGM


Pencapaian keselarasan suatu kawasan yang baik, harus merupakan satu
kesatuan sistem organisasi yang mampu mengakomodasi kegiatan-kegiatan
sosial, ekonomi, budaya, edukasi, dan memiliki citra fisik maupun non fisik
yang kuat, serta estetika visual yang terencana secara terpadu. Untuk
meningkatkan pemanfaatan tata ruang suatu wilayah atau kawasan yang
terkendali, maka produk tata ruang suatu wilayah harus dilengkapi dengan
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
Dalam pengembangan sistem klaster UGM, diperlukan pula perangkat
pengendali laju pertumbuhan dan penataan lahan peruntukan, serta panduan
terhadap penataan bangunan dan lingkungan pada suatu kawasan yang
memiliki kekuatan hukum tetap. Panduan tersebut berupa dokumen Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
Penataan klaster UGM melalui RTBL Klaster ini mampu memberikan
arahan terhadap pemanfaatan lahan dan pencapaian kualitas lingkungan yang
lebih baik.

I-7
1.2. Tujuan dan Sasaran Perencanaan Fisik Masterplan Klaster Sosio-Humaniora

1.2.1. Tujuan Perencanaan Fisik Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan


(RTBL) Klaster SBB
Tujuan kegiatan dari perencanaan fisik Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL) Klaster Sosio-Humaniora adalah untuk mengevaluasi
kembali efektifitas pemanfaatan lahan serta meninjau kembali pentahapan
pengembangan fisik sesuai visi strategi UGM sehingga didapat kelayakan
investasi fisik untuk dibangun, dioperasikan, dihuni, mampu dirawat, dan
berkesinambungan (right-sizing the facilities), khususnya pada klaster Sosio-
Humaniora. Dalam waktu jangka panjang, diharapkan kegiatan ini dapat
dijadikan sebagai acuan bagi perancangan fisik kampus UGM khususnya
perancangan fisik Klaster Sosio-Humaniora yang memiliki kondisi sebagai
berikut:

 Mampu memenuhi kapasitas kebutuhan kampus UGM


 Meningkatkan daya guna dan hasil guna pelayanan, upaya pemanfaatan
ruang secara optimal yang tercermin pada penentuan jenjang fungsi
ruangnya.
 Memberikan arahan pembangunan dalam pengendalian dan pengawasan
pelaksanaan pembangunan.
 Mengakomodasikan kegiatan di sekitar kampus UGM dan sekitarnya yang
tercermin dalam pola intensitas penggunaan ruang.
 Menetapkan syarat-syarat ruang dan lingkungan fisik serta mengendalikan
dan mengarahkan perkembangan fisik di Kawasan Lingkungan Kampus
UGM, terutama pada lingkup kawasan Klaster Sosio-Humaniora dan
sekitarnya.
 Menciptakan suasana ‘educopolis’, yaitu suatu lingkungan yang kondusif
untuk proses pembelajaran dalam konteks pengembangan kolaborasi
multidisiplin dan tanggap terhadap isu ekologi demi mencapai visi
universitas.

1.2.2. Sasaran Perencanaan Fisik


I-8
Sasaran kegiatan dari evaluasi efektifitas pemanfaatan lahan dan perencanaan
fisik Klaster Sosio-Humaniora adalah untuk mengevaluasi kembali dan

I-9
mendukung upaya sistem penataan bangunan dan lingkungan di Klaster Sosio-
Humaniora.

1.3. Tinjauan dan Acuan Kebijakan Terkait Rencana Pengembangan UGM

1.3.1. Tinjauan Kebijakan Terkait Rencana Pengembangan UGM


Berbagai kebijakan yang ditinjau sebagai acuan rencana pengembangan UGM
secara substansial dan operasional adalah:
 Rencana Induk Pengembangan Kampus (RIPK) Universitas Gadjah Mada.
 Undang-undang nomor 26 tahun 2007 tentang Tata Ruang.
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 6 tahun 2007 tentang pedoman
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.
 Undang-undang nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
 Peraturan Pemerintah nomor 26 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan
 KPTS Menteri PU No. 640 tahun 1986, tentang Tata Cara Penyusunan
Rencana Detail Tata Ruang Kota
 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 2 tahun 1987, tentang pedoman
penyusunan Rencana Kota
 Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 59 tahun 1988, tentang juklak
Permendagri No. 2 tahun 1987
 Undang-undang No. 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang
 Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan dan Evaluasi Rencana Kota di Daerah,
Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Departemen Dalam Negeri, Juni
1994
 Peraturan daerah No. 23 tahun 1994, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Sleman, beserta reviewnya
 Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 8 Tahun 1998 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah
 Aturan-aturan tentang Perencanaan Tata Ruang yang mengikat khususnya di
Kabupaten Sleman

I-10
 Rencana Umum Tata Ruang Kecamatan

1.4. Hasil Keluaran


Hasil keluaran atau output yang diharapkan dari penyusunan perencanaan fisik dan
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Klaster Sosio-Humaniora UGM
adalah:
 Rencana kawasan atau masterplan khususnya kawasan klaster Sosio-Humaniora
UGM yang secara teknis dapat dipahami dan dimengerti sebagai suatu perencanaan
maupun sebagai suatu implementasi.
Output ini nantinya akan menjadi dasar penyusunan:
 Dokumen teknis perencanaan yang berupa analisa kawasan dan rencana kegiatan
Program Jangka Pendek dan Program Jangka Panjang.
 Daftar indikasi program yang bisa ditindaklanjuti menjadi Program Jangka
Menengah (RPJM) dan Jangka Panjang.

1.5. Rencana Lingkup Perencanaan


Lingkup wilayah Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah kawasan
kampus UGM khususnya Klaster Sosio-Humaniora yang mencakup Fakultas Ilmu
Budaya, Fakultas Psikologi, Fakultas Filsafat, Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi
dan Bisnis, serta Fakultas Isipol. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
akan disesuaikan dengan kondisi dan peraturan setempat yang memerlukan
penanganan khusus.
Dalam Penetapan ruang lingkup perencanaan wilayah secara konkrit, hasil diskusi
harus dikonsultasikan dengan Tim Teknis Universitas Gadjah Mada dan seluruh
pihak terkait.
Berikut adalah lingkup tugas kegiatan dalam penyusunan RTBL Klaster SOsio-
Humaniora UGM:
 Pengumpulan data: mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif dari sumber
primer maupun sekunder sebagai bahan analisis, menyajikan peta kawasan, dan
melakukan analisis data sebagai bahan untuk merumuskan masalah.
 Perumusan potensi dan masalah berdasarkan analisis lapangan, metode
pendekatan pemecahan dengan analisis SWOT.

I-11
 Penjabaran peruntukan lahan yang ditetapkan untuk jangka waktu tertentu,
terkait dengan jenis, jumlah, besaran, dan luas bangunan. Meliputi penetapan
fungsi-fungsi bangunan/peruntukan lahan mikro, kebutuhan ruang terbuka/open
space, aktivitas umum dan fasilitas sosial.
 Program bangunan dan lingkungan meliputi: faktor kelayakan yang ditinjau
dari faktor ekonomi, sosial, dan budaya.
 Rencana umum (designplan) meliputi: rencana tapak, rencana peruntukan lahan
mikro, rencana sistem pergerakan, rencana wujud bangunan.
 Rencana detil bangunan (design guidelines) meliputi: rencana teknis tata
bangunan yang menegaskan pencapaian kualitas minimal visual dan lingkungan
yang responsif, serta menjelaskan dimensi gubahan dan peletakan bangunan,
komponen bangunan, sarana dan prasarana lingkungan, open space, serta
pedestrian dan lain-lain.

1.6. Metodologi Perencanaan

1.6.1. Pendekatan Perencanaan


Pendekatan yang holistik menekankan pada pemahaman mengenai jaringan
interaksi yang integral antara elemen dengan lahan. Pada pemikiran holistik,
integrasi adalah lebih dari sekedar gabungan antar bagian. Pendekatan ini melihat
lahan tidak hanya sebagai material fisik/ biologis atau hanya sebagai aset estetis
tetapi merupakan total entitas ruang dan entitas visual dari tata kehidupan yang
mengintegrasikan geosphere, biosphere, noosphere dan artefak buatan manusia,
orang, tanaman, binatang dan materi abiotik merupakan bagian sistem yang saling
tak terpisahkan dari sistem yang lebih besar.
Konsep perencanaan tata ruang secara holistik tidak dapat dilepaskan dari wacana
akademis tentang konsep keseimbangan ekosistem. Ekosistem yang merupakan
kependekan dari frase eco-system (sistem ekologi) ini lahir dan berkembang
berdasar prinsip-prinsip ekologi yang menekankan pemahaman mengenai
hubungan makhluk hidup dengan lingkungan tempat hidupnya. Sebagai disiplin
ilmu, ekologi itu sendiri merupakan reaksi terhadap biologi dan botani yang
terlalu memfokuskan pada spesies secara individu. Sedangkan studi-studi yang

I-12
berkait dengan fenomena

I-13
tata lingkungan menuntut pengkajian tidak hanya terhadap karakter dan perilaku
spesies itu sendiri namun juga berkaitan dengan tata hubungan antar spesies,
bahkan antara spesies dengan lingkungan abiotiknya. Hal inilah yang membuat
studi-studi ekologi menjadi komplek.
Untuk menghadapi kompleksitas ini, kemudian para intelektual mulai
mengembangkan suatu metode pendekatan yang disebut pendekatan sistem
(system approach). Sistem sendiri adalah kumpulan elemen-elemen yang
memiliki satu hubungan atau lebih dalam rangka membentuk satu entitas
komponen yang berinteraksi secara aktif. Dalam konsep sistem, bagian-bagian itu
memiliki peran yang signifikan, tetapi interaksi mutual antara bagian itu
merupakan aspek yang lebih penting untuk kelangsungan sistem itu sendiri.
Keseimbangan adalah penentu keberlanjutan suatu ekosistem. Makna
keseimbangan itu sendiri yang secara sederhana kita mengerti sebagai suatu
kondisi kestabilan yang terjadi pada tata hubungan antara unsur-unsur yang
berlawanan bukanlah dalam pengertian yang statis. Keseimbangan ekosistem
adalah keseimbangan dalam kerangka proses yang dinamis dan memiliki
kontinuitas.
Metode perencanaan dalam rangka menyusun Penyusunan Master Plan Zona
Klaster Sosio-Humaniora, Universitas Gadjah Mada ini mengikuti suatu konsepsi
kerangka pikir berdasarkan hasil temuan analisis dan konsep dasar perencanaan
kawasan yang mencakup : kebijakan spasial, pengembangan penduduk, sumber
daya alam dan lingkungan, ekonomi, sosial, dan budaya sehingga didapat
rumusan- rumusan :
 Kebijakan dan arah pengembangan
 Tata guna lahan
 Pertumbuhan kawasan
 Pengembangan kegiatan
 Sistem transportasi
 Penataan bangunan
 Kelembagaan dan program pembangunan

I-14
1.6.2. Tahapan Perencanaan
Metodologi Pekerjaan Penyusunan Master Plan Zona Klaster Sosio-
Humaniora, Universitas Gadjah Mada meliputi seluruh pekerjaan mulai dari
persiapan survey lapangan sampai perumusan rencana yang merupakan
landasan pelaksanaan pembangunan yang mencakup tahapan dan rincian
pekerjaan sebagai berikut :
 Tahap Survey dan Penelitian
 Persiapan survey lapangan yakni persiapan dasar yang meliputi penyusunan
metode pelaksanaan studi literatur, dan pendalaman materi yang terkait
dengan materi kawasan perencanaan serta persiapan teknis berupa persiapan
peta, daftar pertanyaan atau amatan, dan peralatan survey yang akan
digunakan.
 Tahap survey dan penelitian yang meliputi jenis kegiatan yaitu:
 Identifikasi bangunan yang dilengkapi peta meliputi fungsi utama
bangunan atau fungsi lainnya
 Kondisi bangunan terkait kondisi fisik bangunan
(permanen/semi/nonpermanen), jenis konstruksi, banyak lantai dan
lainnya.
 Koefisien Dasar Bangunan (KDB), garis sempadan jalan, ketinggian
bangunan.
 Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
 Bentuk dan corak/tekstur bangunan.
 Identifikasi Utilitas (dilengkapi peta), meliputi:
 Jaringan listrik mencakup daya yang tersalur pada klaster tersebut,
gardu dan titik-titik sambungan, penerangan jalan dan sebagainya.
 Jaringan telepon mencakup pelanggan pada kawasan tersebut.
 Jaringan air bersih
 Jaringan pembuangan dan pengelolaan air limbah.
 Sistem pembuangan sampah
 Jaringan pembuangan air hujan

I-15
 Identifikasi Sumber Daya Alam/Lingkungan yang meliputi: Identifikasi
Ruang terbuka Hijau (taman, hutan dan pertanian)
 Tahap Analisis
Pekerjaan analisis meliputi penilaian terhadap seluruh aspek yang dapat
terinci pengukurannya yaitu:
 Penilaian terhadap situasi klaster Sosio-Humaniora dan lingkungan
sekitarnya, meliputi penegasan masing-masing fakultas dalam struktur
yang lebih luas.
 Penilaian terhadap faktor fisik dasar dengan mengukur ketersediaan
lahan/ruang serta melihat batasan pada kawasan perencanaan
 Penilaian terhadap aspek buatan, meliputi penilaian terhadap hasil
karya manusia sebagai dasar mengenali ciri/karakter terhadap masing-
masing bangunan.
 Penilaian terhadap kualitas kehidupan manusia pada area perencanaan
yang meliputi kegiatan pendidikan, perekonomian, dan transportasi di
sekitar klaster.
 Penilaian terhadap kualitas sumber daya alam/lingkungan yang berada
pada area perencanaan.
 Penilaian terhadap estetika lingkungan yang menunjukkan tingkat
hubungan manusia dengan alam lingkungannya, keserasian kehidupan
manusia pada area perencanaan.
 Penyusunan Rencana dan Rancangan
Rencana rancangan merupakan kegiatan rencana untuk mendapatkan
susunan tata ruang dan bangunan yang terinci dengan komposisi optimal
dalam setiap pengaturan komponennya.
Sifat dari rancangan masih berupa konsep matang dan siap diajukan pada
diskusi terbatas. Rencana rancangan tersebut berupa:
 Rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang kawasan
 Rencana sistem transportasi

I-16
 Rencana sistem jaringan utilitas: sistem jaringan air bersih, sistem
jaringan air kotor limbah, sistem jaringan listrik, sistem jaringan air
hujan, dan sistem jaringan sampah.

I-17
Profil dan Eksisting Bab II
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boluevard

BAB II
PROFIL DAN KONDISI EKSISITING

2.1. Profil Klaster SBB


Klaster SBB merupakan Klaster yang memiliki beberapa fungsi yakni Fungsi
Kemahasiswaan, Perumahan dan Fungsi Pelayanan Umum. Berikut ini adalah
Fungsi-Fungsi yang diwadai pada Klaster SBB untuk saat ini:

1. Kemahasiswaan
Penyaluran hobi, minat dan bakat mahasiswa diwadahi dalam Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM). Di Universitas Gadjah Mada tercatat 51 UKM, yang 47 di
antaranya aktif, yakni 23 Unit Olahraga, 11 Unit Kesenian, 5 Unit Kerohanian, 6
Unit Khusus dan 2 Unit Penalaran. Daftar UKM adalah:
- Unit kegiatan olah raga: :Renang, Selam, Karate Inkai, Kempo, Karate Kala
Hitam, Pencak Silat Merpati Putih, Pencak Silat Periasi Diri, Pencak Silat Pro
Patria, Pencak Silat Setia Hati Teratai, Tae Kwon Do, Judo, Hockey, Sepak
Bola, Soft Ball, Bola Voli, Bola Basket, Atletik, Berkuda, Bridge, Bulu tangkis,
Catur, Tenis Lapangan, dan Tenis Meja.
- Unit kegiatan kesenian: Kesenian Gaya Yogyakarta (SWAGAYUGAMA),
Kesenian Gaya Surakarta, Tari Bali, Tari Kreasi Baru, Fotografi, Gama Band,
Marching Band, Keroncong, Paduan Suara Mahasiswa, Teater, dan Seni Rupa.
- Unit kerohanian: Unit Kerohanian Islam (Jama'ah Shalahuddin), Unit
Kerohanian Katholik, Unit Kerohanian Kristen, Unit Kerohanian Hindu, dan
Unit Kerohanian Budha.

Laporan Akhir RTBL Klaster SBB


II‐
Universitas Gadjah Mada
1
Profil dan Eksisting Bab II
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boluevard

- Unit kegiatan khusus: Badan Penerbit Pers Mahasiswa, Mapagama, Unit


Kesehatan Mahasiswa, Pramuka, Satmenwa, dan Koperasi Mahasiswa
"KOPMA UGM".
- Unit kegiatan penalaran: Unit Penalaran llmiah Interdisipliner dan Unit
Penalaran Gama Cendekia.
Unit kegiatan mahasiswa (UKM) memiliki pusat kegiatan di Boulevard UGM
Gelanggang Mahasiswa, Gelanggang Mahasiswa terdiri dari ruang sekretariat,
ruang rapat dan ruang Hall. Ruang Sekretariat digunakan untuk sekretariat Unit
Kegiatan Mahasiswa. Ruang Hall selain digunakan untuk kegiatan olahraga Basket,
Bolavoli, Bulutangkis dan Bela Diri juga untuk kegiatan pameran dan pentas seni

2. PPTIK
Unit Penunjang Universitas PPTIK ini terletak di Jalan Pancasila Bulaksumur yang
dulu dikenal sebagai Boulevard Universitas Gadjah Mada. Unit ini diresmikan
penggunaannya pada tanggal 18 Februari 1978 dengan nama Pusat Komputer
Universitas Gadjah Mada. Unit ini bertanggung jawab langsung kepada Rektor.
UPU PPTIK mempunyai tugas menyediakan fasilitas dan layanan dibidang
teknologi informasi dan komunikasi bagi mahasiswa, dosen, karyawan dan seluruh
unit kerja dilingkungan UGM.

3. UC UGM
University Club (UC UGM) adalah hotel & convention. Berbagai tamu dari dalam
maupun luar negri ingin merasakan atmosfer pendidikan di lingkungan Universitas
Gadjah Mada. Dengan berbagai fasilitas yang ditawarkan, kami mencoba
memberikan kepuasan dan pengalaman yang tidak terlupakan selama berada di
Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan. Beberapa fasilitas yang disediakan oleh UC
adalah Ruang Rapat, Hall Room berkapasitas 400 orang, Restaurant, Wireless High-
speed Internet Access (Hotspot Area)

4. GAMAnet
Universitas Gadjah Mada sebagai suatu lembaga pendidikan tinggi di Indonesia
memiliki kampus yang terpadu namun terpisahkan oleh jarak yang cukup jauh
antara fakultas satu dengan yang lain, maka keberadaan jaringan akan sangat
dibutuhkan.
Profil dan Eksisting Bab II
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boluevard

Keberadaan suatu jaringan komunikasi data berbasis komputer diperlukan untuk


memperlancar arus penyebaran informasi dalam kampus maupun diluar kampus.
GAMA-net dikelola UPT Pusat Komputer. GAMA-net sendiri dirintis sejak tahun
1986, bekerjasama dengan UI, ITB, ITS, dan UNHAS, membentuk suatu sistem
jaringan antar kampus di Indonesia yang disebut dengan UNI-net. Fasilitas yang
tersedia hanya sebatas penggunaan elektronik-mail (E-mail). Penggunaan sistem
tersebut masih terbatas di lingkungan UPT Pusat Komputer UGM. Mulai tahun
1991 penggunaan sistem ini diperluas, sehingga disambungkan dengan beberapa
lembaga dan fakultas di lingkungan UGM, diantaranya adalah Pusat Studi
Kependudukan, Kantor Rektor, Unit Informasi Kesehatan Fakultas Kedokteran,
MIPA, Teknik, Peternakan, Isipol, Kehutanan, dan lainnya melalui infrastruktur
jaringan telepon kampus.
Saat ini GAMA-net bergabung dengan IPTEK-net dan salah satu provider swasta
(Lintas Arta) sehingga GAMA net berfungsi sebagai penghubung antara sesama
pusat informasi data base maupun perorangan di dalam kampus, baik dalam negeri
maupun luar negeri. Saat ini GAMA-net mampu menangani informasi dengan baik
lewat Internet.

5. Perumahan
Dalam laporan yang disampaikan oleh Presiden Universitit Prof. Dr. M. Sardjito
dalam Rapat Senat Terbuka Universitit Gadjah Mada di Sitihinggil, 19 September
1953 tersebut, dipaparkan tentang pembangunan tiga rumah guru yang sudah
didiami dan proses pembangunan 12 rumah guru dari luar negeri, yang merupakan
realisasi dari usaha bersama antara UGM, Djawatan Gedung-gedung dengan
Yayasan Guna Dharma.
Rumah-rumah di Komplek Bulaksumur dan Sekip dibangun dalam berbagai bentuk,
tampilan dan ukuran.

Laporan Akhir RTBL Klaster SBB


II‐
Universitas Gadjah Mada
3
Profil dan Eksisting Bab II
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boluevard

Seluruh rumah dosen yang terdapat di Komplek Bulaksumur dan Sekip ini diatur
dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan No. 056a/M/1979, dan disebut sebagai
Rumah Dinas Golongan II pada Universitas Gadjah Mada. Dalam surat keputusan
tersebut, yang saat ini tersimpan di Kantor Arsip UGM, sedikitnya disebutkan
tentang keberadaan 187 unit rumah, berikut tahun pembuatannya, yaitu mulai tahun
1951 sampai tahun 1976.
Di antara para dosen yang mendiami rumah di Komplek Bulaksumur dan Sekip juga
terdapat konvensi tidak tertulis, yang lahir sekitar tahun 1960-an. Bunyinya, rumah
dinas tersebut tidak bisa dibeli maupun diperjual-belikan, dan bisa didiami sampai
isteri atau suami dari dosen yang bersangkutan meninggal dunia.
Saat ini peruntukkan rumah dinas diatur dalam kebijakan pimpinan universitas.
Semasa Prof. Dr. Ichlasul Amal MA menjabat sebagai Rektor misalnya, rumah yang
telah kosong tidak lagi diperuntukkan bagi rumah dosen, tetapi diubah fungsinya
menjadi kantor, misalnya kantor pusat studi. Demikian pula saat Prof. Dr. Sofian
Effendi, MPIA menjabat sebagai Rektor, beberapa rumah yang telah kosong
difungsikan sebagai rumah dinas pejabat struktural universitas dan fakultas.

6. Pusat Studi
Universitas memiliki fasilitas berupa Pusat studi yang berkegiatan dalam penelitian
yang terbagi dalam bidangnya masing-masing.
- PS Sumberdaya Lahan,
- Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan ,
Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan berdiri pada April, 1973 sebagai
pusat studi pertama yang berada di UGM. Pusat Studi ini bergerak pada
penelitian tentang pertumbuhan populasi penduduk, kelahiran, kematian,
pertumbuhan dan hal yang berkaitan dengan kependudukan
- PS Pedesaan dan Kawasan,
- PS Transportasi dan Logistik,
- PS Keamanan dan Perdamaian,
Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian (PSKP) Universitas Gadjah Mada
(UGM), muncul dalam konteks konfigurasi politik dunia yang berubah,
khususnya pasca “Perang Dingin”. Situasi dan tantangan baru tersebut
menuntut pengembangan
Profil dan Eksisting Bab II
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boluevard

konsep dan ideide baru tentang perdamaian dan keamanan. PSKP UGM
didirikan pada tanggal 1 Oktober 1996 untuk mempertajam konsep dan
pemikiran mengenai keamanan dan perdamaian, dengan tujuan memperluas dan
memperdalam pemahaman masyarakat tentang isu-isu keamanan dan
perdamaian dalam lingkup nasional dan
regional. PSKP mendasarkan aktivitasnya pada bidang riset aksi (action
research). Dengan demikian sebagai pusat studi, PSKP memiliki komitmen
yang kuat terhadap aksi-aksi advokasi, fasilitasi, pelatihan, serta pendampingan
sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat di dalam transformasi
pembangunan. Sebagai lembaga riset, PSKP UGM mencoba untuk
menpromosikan nilai-nilai dan konsep-konsep perdamaian melalui pendidikan
secara formal dan nonformal. Secara non-formal PSKP UGM
mempromosikannya melalui institusi-institusi yang telah ada
- PS Bencana,
- PS Pariwisata ,
PUSPAR UGM merupakan salah satu bagian dari Lembaga Penelitian
Universitas Gadjah Mada, yang merupakan universitas tertua dan terbesar di
Indonesia. Lembaga ini berdiri pada tanggal 23 Juli 1994 dengan Surat
Keputusan Rektor UGM No. UGM/92/4576/UM/01/37. USPAR merupakan
lembaga non profit yang bergerak dalam bidang penelitian dan pengembangan
pariwisata dunia umumnya dan kepariwisataan Indonesia khususnya.
Dalam perkembangan selanjutnya, sebagai salah satu pusat penelitian di
lingkungan UNIVERSITAS GADJAH MADA, PUSPAR menjalin kerjasama
erat dengan pusat-pusat penelitian yang lain seperti Pusat Penelitian Pedesaan
dan Kawasan, Pusat Studi wanita, Pusat Penelitian Lingkungan Hidup dan
berbagai Pusat Penelitian yang lain.

Laporan Akhir RTBL Klaster SBB


II‐
Universitas Gadjah Mada
5
Profil dan Eksisting Bab II
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boluevard

Pusat Studi Pariwisata (PUSPAR) merupakan bagian dari Universitas Gadjah


Mada, oleh karena itu visi dan misi pusat ini tidak terlepas dari visi dan misi
universitas dengan menjadikan pariwisata sebagai media aktualisasinya. Untuk
melakukan pengkajian dan penelitian dibidang pariwisita secara antar disiplin.
- PS Ilmu Teknik,
- PS Jerman,
Kerja sama antara universitas Gadjah Mada dengan universitas-universitas di
Jerman baik formal maupun informal telah berjalan realtif lama. Kerja sama
tersebut seperti misalnya dengan universitas Karlsruhe, Stuttgart, Oldenburg,
Giessen, Berlin dll. Demikian juga kerja sama antara universitas Gadjah Mada
dengan German Academic Exchange Service (Deutscher Akademischer
Austauschdienst, DAAD), Badan Kerjasana Teknik Jerman (Gesellschaft fuer
Technische Zusammenarbeit, GTZ) dan juga dengan Badan Penelitian Jerman
(Deutsche Forschungsgesellschaft, DFG) dll.
Selama jangka waktu tersebut telah diselenggarakan berbagai macam kegiatan
yang dilakukan oleh universitas Gadjah Mada. Diantaranya adalah kegiatan
seminar dan kuliah umum yang dilakukan oleh Prof. Dr.-Ing. Dr. h.c. mult Franz
Nestmann, Prof. Dr. sc.agr. Dieter Prinz, Prof. Dr.-Ing. Norbert Einsenhouer,
Prof. Dr. Steinbach dan profesor-professor dari Jerman lainnya di universitas
Gadjah Mada serta kunjungan Rektor Universitas Gadjah Mada dan Pembantu
Rektor IV ke Jerman. Pada bulan maret juga ada kunjungan dari Parlemen
Jerman dan juga kunjungan menteri Penelitian dan Pendidikan Jerman Mrs.
Edelgard Buhlmann sengaja berkunjung ke UGM, 18 Maret 2005 untuk
mengetahui apa saja kiprah alumni Jerman di UGM.
Kegiatan konstruktif lainnya adalah seminar dan lokakarya kerja sama UGM
dan Universitas Karlsruhe; Sustainable Resource Development (SURED).
SURED I diselenggarakan dibawah Jurusan Teknik Sipil UGM Yogyakarta
tahun 2000 dan SURED II pada tahun tahun 2001 diselenggarakan langsung
dibawah Universitas Gadjah Mada. Kegiatan seminar ini kemudian melahirkan
berbagai macam ide kerja sama baru antara Universitas Gadjah Mada dan
universitas-universitas di Jerman serta dengan badan-badan donor Jerman
lainnya.
Profil dan Eksisting Bab II
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boluevard

- PS Korea,
- PS Pangan dan Gizi,
- PS Farmakologi Klinik & Kebijakan Obat,
- PS Sosial Asia Tenggara,
- PS Lingkungan Hidup,
Menyelenggarakan dan memfasilitasi kajian kritis dan holistik mengenai
lingkungan hidup, mendiseminasikan dan mengaplikasikan hasil kajian tersebut,
dalam kerangka Tri Dharma Perguruan Tinggi, meliputi pendidikan, penelitian
dan pengabdian masyarakat, dengan mengutamakan dharma penelitian.
- PS Pancasila,
usat Studi Pancasila (PSP-UGM) dibentuk sebagai tempat berkarya para pakar
dalam mengembangkan Pancasila melalui pendekatan multidisipliner untuk
memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Disamping memusatkan perhatian pada penelitian, PSP-UGM juga
bergerak dalam kegiatan lain seperti pelatihan, advokasi, diskusi, seminar dan
publikasi.
- PS Wanita,
PSW UGM merupakan bagian dari masyarakat yang berpartisipasi aktif dalam
pembangunan yang berkelanjutan dan dan menyiapkan sumber daya manusia
yang berkualitas. PSW UGM berupaya untuk menegakkan hak-hak perempuan
dan laki-laki atas kesempatan yang sama, pengakuan yang sama, dan
penghargaan yang sama di masyarakat dalam proses pembangunan, akses yang
sama terhadap pelayanan serta memiliki status sosial dan ekonomi yang simbang
(Kesetaraan dan keadilan Gender). Sumber daya manusia laki-laki dan
perempuan meresap dalam empat fungsi utama manajemen, yaitu perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi sehingga dilaksanakan Pengarusutamaan
Gender (PUG) atau Gender Mainstreaming.

Laporan Akhir RTBL Klaster SBB


II‐
Universitas Gadjah Mada
7
Profil dan Eksisting Bab II
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boluevard

- PS Ekonomi dan Kebijakan Publik,


- PS Perencanaan & Pembangunan Regional ,
- PS Bioteknologi,
Pusat Studi Bioteknologi awalnya bernama Pusat Antar Universitas (PAU)
Bioteknologi yang didirikan pada tahun 1985, dengan SK Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan RI No.909/D/T/1996.
Tujuan pendirian PAU Bioteknologi ini untuk mengembangkan bioteknologi di
Indonesia melalui kegiatan penelitian, seminar, lokakarya, magang penelitian,
kursus singkat dan pengiriman tenaga pengajar ke berbagai universitas di luar
negeri untuk program doktor dan master.
- PS Ekonomi Kerakyatan,
Pembentukan Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM dipicu oleh keprihatinan
terhadap perkembangan ilmu dan sistem ekonomi di Indonesia. Dalam beberapa
dekade belakangan ini, perkembangan ilmu dan sistem ekonomi di Indonesia,
tidak hanya semakin jauh dari cita-cita proklamasi tetapi juga semakin
meminggirkan rakyat dalam proses penyelenggaraan ekonomi.
Secara resmi, Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM yang lahir dengan nama
Pusat Studi Ekonomi Pancasila, dibentuk pada tanggal 17 Oktober 2002
berdasarkan Keputusan Rektor Universitas Gadjah Mada No.
177/P/SK/HKTL/2002, dengan Kepala Prof. Dr. Mubyarto (Alm) . Perubahan
nama menjadi Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan terjadi pada tanggal 3 April
2006 yaitu dengan terbitnya SK Rektor Universitas Gadjah Mada No.
176/P/SK/HT/2006.
- PS Sumberdaya & Teknologi Kelautan,
- PS Pengendalian Hayati,
- PS Kebudayaan,
sejak tahun 2000 institusi ini resmi menggunakan nama Pusat Studi Kebudayaan
Universitas Gadjah Mada (PSK-UGM). kajian-kajian kebudayaan
dikembangkan terutama dengan merengkuh semua pelaku budaya pusat-
pinggiran. Saat Prof.Dr.Umar Kayam mengelola institusi ini, beliau antara lain
mencetuskan ide Pasar Seni Gadjah Mada atau yang lebih dikenal dengan Gama
Fair.
Profil dan Eksisting Bab II
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boluevard

- PS Asia Pasifik ,
Menjadi pusat studi yang berkelas internasional berkaitan dengan Asia dan
Pasifik melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan budaya secara multi, lintas
atau interdisiplin sehingga dapat mendukung mewujudkan visi universitas
sebagai universitas riset yang bertaraf internasional, unggul, terkemuka,
berorientasi pada kepentingan bangsa dan berdasarkan Pancasila.
- PS Perdagangan Dunia
Usulan kegiatan ini didasarkan pada keperluan untuk memperluas dan
melengkapi kegiatan-kegiatan yang dirancang oleh PSPD UGM dalam skema
WTO Chairs Programme 2010-2013.
- PS Jepang,
- PS Agroekologi,
- PS Energi
Pusat Studi Energi ( PSE ) UGM adalah lembaga penelitian yang bergerak di
bidang rekayasa dan implementasi teknologi di bidang energi , khususnya energi
terbarukan, seperti solar cell( photovoltaic) , mikrohidro, kincir angin, daan lain-
lain. Selain itu
PSE juga melakukan berbagai pelatihan/ kursus yang berkaitan dengan
manajemen energi, AMDAL, RUKD, audit energi, dll.
Guna meningkatkan kemampuan aplikatif di bidang instrumentasi dan energi ,
PSE juga melaksnakan kegiatan pelatihan Mikrokontroller Tingkat Dasar,
Mikrokontroller Tingkat Lanjut Untuk Akuisisi data, Komputer Interfacing
Untuk Kontrol dan Akuisisi data. Untuk bidang energi terbarukan PSE
melaksanakan pelatihan antara lain Workshop Perencanaan, Instalasi, dan
Perawatan Pembangkit Listrik tenaga Surya, pembangkit Listrik tenaga angin,
Pembangkit Listrik Mikrohidro dan lain-lain.

Laporan Akhir II‐9


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah
Mada
Profil dan Eksisti ng Bab II
Klaster Sekip-Bula ksumur-Boluevard

2.2. Kondisi Eksisting


Kondisi saat ini Klaster SBB didominasi oleh bangunan 1 lantai yakni bangunan
dengan fungsi perumahan. Dan bebrapa bangunan memiliki ketinggian 3 lantai
Profil dan Eksisti ng Bab II
Klaster Sekip-Bula ksumur-Boluevard

Sesuai dengan Ketentuan bahwa bangunan dengan ketinggian dibawah 2 lantai


dapat dihapus (demolish) untuk dapat memenuhi kebutuhan dimasa mendatang.

Laporan Akhir II‐11


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah
Mada
Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan Bab III
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

BAB III
Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

3.1. Evaluasi Terhadap Masterplan/RIPK Terdahulu


Salah satu arahan mendasar yang menjadi basis dalam proses perancangan Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Klaster Sekip Bulaksumur Boulevard
Universitas Gadjah Mada adalah review terhadap masterplan atau Rencana-Rencana
Induk Pengembangan Kampus (RIPK) terdahulu. Pada RIPK 1996, tercatat titik
kelemahan utama dalam masterplan ini, yakni terkait rancangan dalam hal efektifitas
pemanfaatan lahan dan optimalisasi lahan hijau di lingkungan kampus, tata sirkulasi
dan pemanfaatan lahan parkir, serta tata massa terkait performa integrasi antar fungsi
bangunan terhadap bangunan lainnya. Hal ini secara sistemik menurunkan kualitas
keterhubungan aktifitas akademik antar fakultas dan menurunkan kualitas lingkungan
hijau kampus. Kelemahan ini disebabkan kurang terdefinisi secara baik pengaturan
pemanfaatan lahan dalam RIPK 1996 tersebut.

Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan didasarkan pada studi dan ketentuan serta
kebijakan terkait yang ada yaitu RIPK UGM 2005-2015 yang berisi tentang ketentuan
pembangunan gedung baru yang tidak dibangun di atas ruang terbuka hijau, tetapi di
atas bangunan lama yang berupa bangunan gedung berlantai 1 (satu) dan atau 2 (dua).
Sehingga efisiensi lahan diharapkan akan tercapai di antaranya melalui rancangan
bangunan dengan ketinggian minimal 3 lantai. Dalam ketentuan tersebut, untuk
mengefektifkan sirkulasi antar bangunan direkomendasikan adanya penghubung antar
bangunan berupa koridor atau jejalur. Di dalam melakukan evaluasi, juga didasarkan
pada pedoman rencana tata bangunan yang tertuang pada PERATURAN MENTERI
PEKERJAAN UMUM NOMOR 06/PRT/M/2007 PEDOMAN RTBL tentang KDB
(Koefisien Dasar Bangunan), KLB (Koefisien Lantai Bangunan), dan KDH (Koefisien
Daerah Hijau).

Laporan Akhir III-1


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan Bab III
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

Gambar 3.1. Skema Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan

Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan Klaster SBB juga terkait dengan rencana tata
lansekap Universitas Gadjah Mada yang menerapkan kebijakan open system dan
closed system. Open system (OS) ditujukan sebagai tempat parkir atau tempat kegiatan
lain yang dinaungi oleh pohon-pohon tinggi, besar dan beragam. Closed system (CS)
ditujukan sebagai daerah resapan air dan penyejukan udara dan dalam jangka panjang
seharusnya dapat menggantikan fungsi air conditioner di tiap blok zonasi sub-klaster.

Wilayah studi adalah Klaster SBB yang termasuk dalam kawasan UGM Yogyakarta;
yang berkonsep Educopolis yaitu kampus dengan kondisi lingkungan yang kondusif
untuk proses pembelajaran dalam konteks pengembangan sinergi interdisiplin dan
tanggap terhadap isu ekologis. Untuk itu, UGM telah melakukan penanaman pohon-
pohon penghijauan yang sesuai dengan konsep kampus educopolis.

Pada dasarnya konsep Rencana Induk Pengembangan Kampus (RIPK) UGM telah
memiliki strategi pengembangan yang cukup baik namun perlu disusun kembali
kerangka acuan RTBL meruntut pada kebutuhan masing-masing klaster secara spesifik
khususnya pada kasus studi Klaster SBB sehingga perlu dipertimbangkan hal-hal
berikut:
1. Peletakan entrance dan besaran, terutama karena entrance Klaster SBB merupakan
main entrance UGM
2. Peletakan tata unit dan orientasi bangunan
3. Pengaturan sirkulasi, jarak, dan besaran baik untuk pejalan kaki dan kendaraan.
Laporan Akhir III-2
RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan Bab III
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

4. Jarak pencapaian dari halte bus menuju ke main entrance harus dekat.
5. Aksesibilitas dan besaran lahan parkir yang mencukupi dalam konteks berkelanjutan
6. Ruang terbuka/shared placed menjadi optimal terintegrasi dengan fungsi-fungsi
bangunan disekitarnya.
7. Efektifitas lahan dan ruang yang ditingkatkan dengan rencana pembangunan gedung
minimal 5 lantai

3.1.1. Pemanfaatan Lahan Eksisting

Pemanfaatan lahan pada perencanaan Klaster SBB untuk menghasilkan suatu produk
baru yang lebih optimal sebagai penunjang fasilitas pendidikan tanpa mengurangi
potensi bangunan sekitar. Pemanfaatan lahan di dalamnya mengandung unsur-unsur
penggunaan lahan yang telah ada dan arahan pengembangan pemanfaatan lahan yang
lebih optimal berdasarkan evaluasi sumberdaya lahan dan kesesuaian pemanfaatan.

Evaluasi sumber daya lahan dan kesesuaian pemanfaatan diusahakan sedemikian


rupa sehingga beberapa area-area pada Klaster SBB yang pada mulanya kurang
terpelihara dapat dikembangkan sebagai area fungsional. Dalam evaluasi
sumberdaya lahan pada klaster ini nantinya sangat ditekankan pada pengelompokan
fungsi-fungsi bangunan ke dalam susunan zona atau sub-klaster, yaitu Zona Temu
Ilmiah dan Kebudayaan (MICE), Zona Layanan Masyarakat (Komersial), Zona Riset
Plasa, Zona Hunian Perumahan dan Asrama, serta Zona Arboretum. Upaya
pemanfaatan lahan-lahan atau bangunan-bangunan yang tidak terpakai
dikembangkan menjadi fasilitas-fasilitas pendidikan berdasarkan perkembangan
program pendidikan yang telah disesuaikan untuk beberapa masa yang akan datang.

Berdasarkan kompleksitas permasalahan yang ada, akan mempermudah analisis


fungsi kawasan perencanaan nantinya, yang akan menjadi acuan dalam perencanaan
nantinya.

Kondisi/konstruksi bangunan eksisting secara umum adalah bangunan permanen.


Masih terdapat pula beberapa bangunan dengan konstruksi non permanen yang
berfungsi sebagai tempat parkir dan food court. Umur bangunan dalam klaster ini
umumnya tergolong cukup tua, karena klaster ini termasuk dalam blok yang pertama
Laporan Akhir III-3
RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan Bab III
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

dibangun di lingkungan UGM.

Laporan Akhir III-4


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan Bab III
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

Dari kondisi yang akan dipetakan dibawah ini, dapat menjadi materi usulan tentang
beberapa bangunan yang akan diganti (demolition), yang merupakan bangunan
berlantai 1 dan 2, dijadikan bangunan berlantai tiga ke atas dengan dasar kebijakan
RIPK yang berlaku saat ini.

Gambar 3.2. Eksisting Klaster SBB

3.1.2. Fasilitas Pelayanan

Umumnya fasilitas pelayanan kampus UGM berada dalam Klaster ini. Misalnya
Sub- klaster Boulevard yang memberi fasilitas untuk kemahasiswaan dan UC, serta
Sub- klaster Sekip dan Bulaksumur yang mayoritas merupakan bangunan hunian.
Fasilitas pelayanan yang lebih kecil seperti aula, mushola, dll tersedia pada tiap
bangunan. Penempatan parkir pada klaster ini sekarang tersebar pada tiap-tiap

Laporan Akhir III-5


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan Bab III
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

bangunan karena antara bangunan satu dan yang di sebelahnya umumnya tidak
berkaitan fungsi dan memiliki pengguna yang berbeda-beda pula.

3.1.3. Transportasi dan Aksesibilitas

Akses utama dalam klaster ini yang juga merupakan main entrance dari kampus
Universitas Gadjah Mada adalah Sub-klaster Boulevard itu sendiri. Selain itu juga
terdapat Jalan Kaliurang yang membelah Klaster SBB.

Saat ini, kondisi system transportasi dalam klaster telah mengakomodasi kebutuhan
ruang sirkulasi kendaraan dengan cukup baik, terutama untuk civitas akademika
UGM. Namun tidak demikian untuk sirkulasi pejalan kaki. Tidak adanya trotoar atau
pergola khusus mengurangi kenyamanan bagi pejalan kaki. Vegetasi pun kurang
memberikan kenyamanan karena hanya memberi keteduhan di bagian-bagian
tertentu saja.

3.1.4. Analisis Lokasi dan Aspek Lahan

Klaster SBB yang terdiri dari Sub-klaster Sekip, Bulaksumur, dan Boulevard ini
berdiri diatas lahan seluas ± 270.000 m2 dengan batas lahan sebagai berikut:
 Utara: Graha Sbha Pramana dan Klaster Kesehatan
 Barat: Permukiman umum Sendowo
 Timur: Masjid Kampus UGM
 Selatan: Kawasan komersial umum

Laporan Akhir III-6


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan Bab III
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

Gambar 3.3. Klaster SBB

3.1.5. Potensi Sumber Daya

Pengelolaan dan pemanfaatan potensi sumberdaya dapat menentukan keberhasilan


pengembangan fungsi pada suatu kawasan. Hal ini dimaksudkan untuk
mengoptimalkan fungsi pemanfaatan kawasan dengan resiko sekecil mungkin dan
penanganan potensi kendala yang ada sebagai alternatif pemecahan masalah.
a. Sumber Daya Alam
Kondisi tanah di lingkungan Klaster SBB relatif subur dan cukup tersedia air,
sehingga mendukung pengembangan lansekap dan penanaman beberapa pohon
sebagai peneduh. Potensi ruang terbuka hijau tersebut diharapkan tidak menjadi
kendala pengembangan di lingkungan Klaster SBB, tetapi justru akan menjadi
potensi kekayaan di masa sekarang dan mendatang, karena fungsinya sebagai
paru- paru kota.

Terkait dengan masalah tata hijau dan lansekap yang merupakan bagian dari
penataan sumber daya alam ini adalah kualitas lingkungan kampus, khususnya
yang berhubungan dengan terdapatnya sejumlah bahan polutan di dalam udara di
kampus. Pengukuran yang dilakukan pada dua kurun waktu (1993 dan 1999/2000)
Laporan Akhir III-7
RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan Bab III
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

menunjukkan hasil yang cukup mengkhawatirkan dalam hal kandungan Karbon


Monoksida, sedangkan untuk jenis-jenis polutan lain sudah mendekati batas
ambang maksimal. Adapun untuk pencemaran lingkungan yang berupa
kebisingan, angka yang didapatkan pada tahun 1999/2000 sedikit berada di atas
batas ambang maksimal yang dipersyaratkan. Keseluruhan data pencemaran
tersebut menunjukkan masih diperlukannya upaya pencegahan dengan membatasi
peluang terproduksinya bahan-bahan polutan tersebut di lingkungan kampus, yang
juga harus disertai dengan berbagai penyelesaian teknis lansekap kampus
sehingga angka-angka yang telah melebihi batas ambang tersebut dapat dikurangi
seminimal mungkin, hingga berada di bawah batas ambang.

Tabel 3.1. Perkembangan Pencemaran di Lingkungan Kampus UGM, 1993-2000


Batas maksimal
No. Jenis polutan yang Des 1993 1999/2000
yang diukur diperbolehkan
1. Karbonmonoksida (CO) 2,6 ppm Tak terdeteksi 8 ppm
2. Karbon dioksida 247 -
3. Hidrokarbon 0,24 ppm Tak terdeteksi -
4. Sulfur dioksida (SO2) 0,3 ppm Tak terdeteksi 0,025 ppm
5. Nitrogen dioksida 0,2 ppm 0,0006 ppm 0,0016 ppm
(NO2)
6. kebisingan 70 dba 57,4 dba 70,7 dba
Sumber: RIP Kampus 2005-2015

Permasalahan kondisi tata lansekap:


 Taman di seluruh kampus yang sangat gersang terutama disaat musim kemarau,
sangat tidak terawat, dan pada saat musim hujan air hujan melimpah
menggenangi area lansekap dan;
 Kampus tidak semuanya terasa sejuk, rindang, damai, tenang, dan nyaman
untuk belajar maupun kegiatan lainnya. Taman belum ditata dan dirawat
dengan baik.

Laporan Akhir III-8


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan Bab III
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

b. Sumber Daya Buatan

Bangunan yang potensial saat ini di lingkungan Klaster SBB adalah bangunan
MICE, yang terdiri dari Graha Sbha Pramana, Purna Budaya, University Club,
Kagama, dsb. Bangunan tersebut secara fungsional akan memberikan kehidupan
bagi kegiatan ilmiah dan kebudayaan dalam kawasan kampus. Potensi lain dari
aspek bangunan kampus adalah kemampuan menciptakan bentuk bangunan
dengan dasar estetika dan lingkungan kampus UGM sehingga salah satu bangunan
kampus akan menjadi landmark bagi bangunan kampus sekitarnya.

Bentuk bangunan di Klaster SBB relatif sama. Untuk mempertahankan


keselarasan dan konsistensi bentuk antara bangunan yang telah ada dan bangunan
yang akan dibangun, diperlukan adanya arahan-arahan yang berupa guidelines,
yang dapat menunjukkan ciri-ciri atau karakter pada setiap bangunan di kampus
UGM pada umumnya, dan pada Klaster SBB pada khususnya. Dengan terciptanya
ciri-ciri atau karakter pada semua fasad bangunan di seluruh kampus UGM, akan
terwujud unsur ‘kemenerusan’ yang menjadi bagian “urban design” kota
Yogyakarta.

Dalam usaha menciptakan guidelines yang selaras dengan kota Yogyakarta, pada
pengembangan RTBL Klaster SBB nantinya UGM juga mengambil konsep
sumbu imajiner dalam sirkulasinya.

Laporan Akhir III-9


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan Bab III
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

Gambar 3.4. Sumbu Imajiner RTBL Klaster SBB

c. Sumber Daya dan Kelembagaan


Potensi SDM di lingkungan Klaster SBB mengalami kenaikan dari segi kuantitas
maupun kualitas, baik dari sisi mahasiswa, dosen dan karyawan. Meskipun tingkat
perkembangan SDM-nya terus meningkat, namun kualitas SDM perlu pembinaan
lebih jauh berkaitan searah dengan perkembangan program pendidikan/
kurikulum.

Di sisi lain, lokasi UGM di Yogyakarta memiliki peluang untuk mendukung


atmosfer akademik, dengan suasana yang penuh rasa kebersamaan, memiliki
moralitas relatif tinggi, adanya rasa memiliki, saling menghormati dan
menghargai, serta lingkungan kerja yang baik.

Klaster SBB tidak terlepas dengan university governance di UGM yang berstatus
sebagai PT BHMN, atau lebih dikenal dengan otonomi pengelolaan kampus.
Otonomi universitas yang dikaitkan dengan kebijaksanaan pembiayaan sendiri
memungkinkan peningkatan kesejahteraan staf, yang diantaranya ditujukan untuk
peningkatan kreatifitas tenaga akademik, sehingga kualitas proses pembelajaran
dapat ditingkatkan.

Laporan Akhir III-


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan Bab III
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

Isu lain tentang university governance adalah penegakan hukum yang masih
lemah untuk beberapa peraturan, serta birokrasi dan prosedur yang tidak jelas
sehingga menghambat beberapa kegiatan. Organisasi yang besar cenderung
menurunkan efisiensi dan produktifitas.

Sejalan dengan arahan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan keterkaitan


dan kesepadanan antara penelitian dengan pengabdian masyarakat maka kegiatan
pengabdian masyarakat yang sementara ini banyak dilakukan oleh Lembaga
Pengabdian Masyarakat perlu diubah pendekatannya.

Fasilitas akademik mencukupi untuk pengembangan kegiatan, tetapi di sisi lain


terdapat penggunaan ruang dan fasilitas yang tidak efisien, karena waktu
pemanfaatannya belum optimal, maupun adanya sejumlah fasilitas pendidikan
dengan ruang dan peralatan yang sudah tidak layak. Isu yang terkait dengan
pengelolaan sarana-prasarana ini adalah belum adanya kesepakatan
pendistribusian kewenangan.

3.2. Evaluasi Kebutuhan Ruang

3.2.1. Zona Temu Ilmiah dan Kebudayaan (MICE)

MICE ("Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition" atau Pertemuan, Insentif,


Konvensi, dan Pameran) atau The Meetings Industry, merupakan suatu jenis
kegiatan pariwisata di mana suatu kelompok besar, biasanya direncanakan dengan
matang, berangkat bersama untuk suatu tujuan tertentu [Wikipedia Indonesia]. Zona
MICE dalam perencanaan RTBL Klaster SBB UGM sendiri dimaksudkan sebagai
zona yang memfasilitasi serangkaian kegiatan MICE, mulai dari kegiatan konferensi
atau seminar hingga peristirahatan.

Tabel 3.2. Luas Bangunan Eksisting Zona MICE


Nama Bangunan Luas Lt Dasar Juml Lantai Luas Total Lantai
UC Guest House 1691.1 3 5073.3
UC 1 1258.8 3 3776.4

Laporan Akhir III-


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan Bab III
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

UC 2 4787.4 2 9574.8
UC 3 4459.9 2 8919.8
Purna Budaya 5857.8 1 5857.8
Total 18055 33202.1
Sumber : Daftar Barang Milik Negara Unit Kerja UGM Kawasan Bulaksumur (DPPA)
dan Olah Data Tim Blokplan

Dalam klaster SBB eksisting, sudah terdapat University Club (UC UGM) dan
Wisma Kagama yang memfasilitasi berbagai kegiatan MICE dalam lingkungan
kampus UGM. Bersama Grha Sabha Pramana, ketiga fasilitas ini sudah
dimanfaatkan dalam rangkaian kegiatan exhibition, expo, ataupun pernikahan.

Sesuai dengan peraturan RIPK 2005-2015, bangunan yang perlu diganti adalah
bangunan 1 dan 2 lantai. Dalam zona ini, bangunan UC seluruhnya dipertahankan
karena termasuk bangunan baru dan satu kesatuan. Dan untuk Purna Budaya, bagian
yang dilestarikan adalah Pendopo Purna Budaya karena termasuk dalam bangunan
heritage, sedangkan untuk bagian yang lain diganti.

3.2.2. Zona Layanan Masyarakat (Komersial)

Maksud dari Zona Komersial disini adalah zona yang berisikan fasilitas-fasilitas
yang memberikan pelayanan pada masyarakat pada umumnya dan pada civitas
akademika UGM pada khususnya. Selain melayani masyarakat, zona ini juga
sebagai pendukung Zona MICE. Antara lain dengan fasilitas bank, fasilitas
kesehatan atau klinik, restoran atau food court, serta koperasi.

Klaster SBB kini telah memiliki berbagai fasilitas, baik yang berada dibawah
pengelolaan dan pengawasan UGM maupun pihak luar yang bekerjasama dengan
UGM. Fasilitas tersebut antara lain terdapat dalam tabel di bawah ini.

Laporan Akhir III-


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan Bab III
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

Tabel 3.3. Luas Bangunan Eksisting Zona Layanan Masyarakat


Luas Total
Lokasi Nama Bangunan Luas Lt Dasar Juml Lantai Lantai
BLOK A10 Kantor SMEDC 129.35 1 129.35
GMUM PT. BPR Duta
BLOK A11 Gama 323 1 323
BLOK A14 Kantor Kosudgama 225.55 1 225.55
BLOK A15 Kantor Kosudgama 225.55 1 225.55
GMUM Kantor Pos UGM 349.7 1 349.7
Kantor Bank Negara
BLOK H4 Indonesia 275.7 1 275.7
Kantor GMUM
BLOK H5 (Swaragama) 299.7 1 299.7
BLOK H6 Kantor GMC lama 409.7 1 409.7
BLOK H8 KOPMA UGM 590 1 590
BLOK K2 Jogja Medianet 321.8 1 321.8
BLOK L3 Kantor GMC 311.55 1 311.55
BLOK L4 Kantor Bank Niaga 333.6 1 333.6
BLOK L6 Kantor Bank Mandiri 309.5 1 309.5
Total 4104.7 4104.7
Sumber : Daftar Barang Milik Negara Unit Kerja UGM Kawasan Bulaksumur (DPPA)
dan Olah Data Tim Blokplan

Bangunan-bangunan berlantai satu di atas direncanakan untuk diganti dengan


bangunan berlantai tinggi sesuai dengan ketentuan RIPK 2005-2015. Selain itu,
UGM juga telah memiliki fasilitas baru berlantai tinggi Gama Bookstore yang
belum dapat digunakan sekarang.

Laporan Akhir III-


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan Bab III
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

3.2.3. Zona Riset Plasa

UGM memiliki visi untuk menjadi universitas riset kelas dunia yang unggul,
mandiri, bermartabat, dan dengan dijiwai Pancasila mengabdi kepada kepentingan
dan kemakmuran bangsa. Kegiatan-kegiatan pembelajaran, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat, yang didukung dengan fasilitas yang berbasis
Teknologi Informasi dan Komunikasi, sistem manajemen modern, dan sumberdaya
manusia yang berkualitas tinggi difokuskan untuk mencapai visi tersebut.

Namun sayangnya keberadaan Pusat-Pusat Studi yang menampung kegiatan


pembelajaran dan penelitian di lingkungan UGM tersebut masih bersifat sporadic,
tidak terkoordinasi dan terpadu dalam sebuah wadah aktivitas riset. Kondisi tersebut
cukup menyulitkan koordinasi antar Pusat Studi. Karena itu diperlukanlah suatu
upaya untuk mengoptimalkan koordinasi yang lebih baik dalam rangka membuka
peluang kerjasama dan sinergisme dalam aktivitas riset antar Pusat studi di
lingkungan UGM. Lalu tercetuslah gagasan UGM untuk menyatukan Pusat-Pusat
Studi tersebut menjadi sebuah wadah aktivitas riset kolaborasi multidisiplin, yang
kemudian dinamakan sebagai International Research Plaza (IRP), yang kemudian
dalam Laporan RTBL Klaster SBB ini diistilahkan dengan Zona Riset Plasa.

Tabel 3.4. Luas Bangunan Riset Eksisting UGM


Lokasi Nama Bangunan Luas Lt Juml Luas Total
Dasar Lantai Lantai
Kantor Pusat Sumber Daya dan Tek.
BLOK A4 116 1 116
Kelautan
BLOK B2 Kantor Pusat Studi Ekonomi Pancasila 116 1 116
Kantor Pusat Studi Pengendalian
BLOK B7 116 1 116
Hayati
BLOK B9 Pusat Studi Korea 116 1 116
BLOK
Kantor Pusat Studi Jerman 162.4 1 162.4
B11
BLOK Kantor Pusat Studi Jepang 162.4 1 162.4

Laporan Akhir III-


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan Bab III
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

B12
BLOK
Kantor Pusat Studi Asia Pasifik 205.25 1 205.25
B13
BLOK
SKKK 663.4 1 663.4
B19
BLOK
Kantor Managemen Parkir 157 1 157
B20
BLOK
Kantor Majalah Balairung 113.5 1 113.5
B21
Kantor Pusat Studi Perdagangan
BLOK C7 116 1 116
Dunia
BLOK C9 Pusat Studi Pariwisata (JTTC) 116 1 116
BLOK
Kantor Pusat Studi Bencana Alam 116 1 116
C16
BLOK
Pusat Studi Agro Ekologi 116 1 116
D13
BLOK
Kantor Pusat Studi Pancasila 133.88 1 133.88
D22
BLOK E9 Kantor PUSTRAL 138 1 138
BLOK
Kantor Magister Hukum 236.8 1 236.8
E12
BLOK Kantor Pusat Studi Farmakologi dan
205.25 1 205.25
F12 Kebijakan Obat
BLOK
Kantor Internasional Student Housing 116 1 116
F13
Pos MENWA 338.1 1 338.1
BLOK J3 Kantor Pusat Studi Pariwisata 420.37 1 420.37
Kantor Koperasi Keluarga Gadjah
BLOK J7 420.37 1 420.37
Mada
BLOK Kantor Pusat Studi Energi 300 1 300

Laporan Akhir III-


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan Bab III
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

K1a
BLOK K5 Kantor PPS. Wanita 306.05 1 306.05
Unit Pencegahan Penyalahgunaan
BLOK K7 288.8 1 288.8
Narkoba
BLOK K8 Kantor PSPMPT 288.8 1 288.8
Kantor Pusat Studi Keamanan dan
BLOK K9 367.8 1 367.8
Perdamaian
BLOK M3 Pusat Studi Transportasi dan Logistik 300.3 1 300.3
BLOK M5 Kantor Darma Wanita 300.3 1 300.3
Kantor Pusat Pengembangan
BLOK N2 182 1 182
Kebijakan Industrialisasi
DAA 1043.25 1 1043.25
PPTIK 1126 2 2252
GELANGGANG MAHASISWA 10119.28 1 10119.28
Pusat Studi Kependudukan dan
791.6 2 1583.2
kebijakan UGM
Total 19814.9 21732.5
Sumber : Daftar Barang Milik Negara Unit Kerja UGM Kawasan Bulaksumur (DPPA)
dan Olah Data Tim Blokplan

3.2.4. Zona Hunian Perumahan dan Asrama

Universitas menyediakan fasilitas hunian bagi para pengajar dan mahasiswanya,


serta bagi para peserta pelatihan, latihan ataupun tamu yang memiliki kepentingan
di dalam UGM. Antara lain adalah hunian perumahan Sekip dan Bulaksumur,
Bulaksumur Residence, Cemaralima Residence, Darmaputera Residence, serta
Ratnaningsih Residence. Keempat residence tersebut tersebar dalam penjuru kota
Yogyakarta, sedangkan hunian perumahan Sekip dan Bulaksumur berada dalam
kawasan kampus UGM, tepatnya di Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard.

Berdasarkan data DPPA UGM, jumlah hunian dalam Blok Sekip dan Bulaksumur
berjumlah total 281 bangunan, termasuk di dalamnya adalah flat heritage serta

Laporan Akhir III-


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan Bab III
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

bangunan yang kini dialihfungsikan menjadi Pusat Studi, kantor, penginapan GMUM,
bangunan komersial, ataupun bangunan kosong.

Gambar 3.5. Zona Hunian Perumahan Sekip dan Bulaksumur Eksisting UGM

Tergambarkan dalam gambar di atas bahwa zona hunian perumahan eksisting


mencapai lebih dari setengah luas Klaster SBB. Tentu saja hal ini membuat
pemanfaatan kawasan tidak dapat maksimal, apalagi zona ini didominasi oleh
bangunan satu lantai.

Tabel 3.5. Luas Bangunan Eksisting Zona Hunian Perumahan dan Asrama
Nama Bangunan Luas Lt Dasar Juml Lantai Luas Total Lantai
Blok A 2200.3 1 2200.3
Blok B 1740.19 1 1740.19
Blok C 2943.56 1 2943.56
Blok D 3162.05 1 3162.05
Blok E 1933.9 1 1933.9
Blok F 488.25 1 488.25

Laporan Akhir III-


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Evaluasi Efektifitas Pemanfaatan Lahan Bab III
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

Blok G 991.4 1 991.4


Blok J 840.74 1 840.74
Blok K 1691.55 1 1691.55
Blok L 1336.1 1 1336.1
Blok M 1801.8 1 1801.8
Blok N 11149.8 1 11149.8
Blok S 558.5 1 558.5
Blok T 1411.3 1 1411.3
Blok U 1182.9 1 1182.9
Total 33432.34 33432.34
Sumber : Daftar Barang Milik Negara Unit Kerja UGM Kawasan Bulaksumur (DPPA)
dan Olah Data Tim Blokplan

3.2.5. Zona Arboretum


Pada kondisi saat ini, dalam Klaster SBB belum ada tempat yang khusus
dialokasikan sebagai arboretum. Pada rencana RTBL ke depannya, ada beberapa
lokasi yang akan dialihfungsikan sebagai arboretum.

Laporan Akhir III-


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Pendekatan Perencanaan Bab IV
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

BAB IV
PENDEKATAN PERENCANAAN
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

Pada bab IV ini didasarkan pada Permen No.06 Tahun 2007 RTBL yang menjadi acuan
dalam membuat rancangan RTBL Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard yang baru.

4.1. Acuan Perancangan

4.1.1. Konsep Educopolis


Dalam kajian Rencana Stratejik Universitas Gadjah Mada dapat dikemukakan
prinsip dasar yang terkait dengan perkembangan fisik kampus sebagai “suatu sistem
interaksi sosial yang khas masyarakat akademis, mandiri, berwawasan
internasional dalam jiwa kebangsaan yang tinggi”. Sebagai suatu sistem sosial,
kawasan kampus dapat diibaratkan sebagai “kota” atau dalam istilah
kemasyarakatan jaman Yunani disebut dengan “polis”. Kawasan kampus UGM
harus mampu mewadahi dan menjamin keberlangsungan proses pembelajaran
masyarakat akademis yang sudah dicanangkan dalam rencana stratejik universitas.
Dengan demikian sangat tepat jika visi dan arah pengembangan fisik kampus
Universitas Gadjah Mada adalah mewujudkan Educopolis, A conducive
environment for learning within ecological and
multidiciplinary colaborative developed setting towards the achievement of the
university’s vision
(Educopolis, suatu lingkungan yang kondusif untuk proses pembelajaran dalam
konteks pengembangan kolaborasi multidisiplin dan tanggap terhadap isu ekologi
demi mencapai visi universitas).
Pengembangan fisik Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard yang terkait dengan
aspek akademik dan administratif hendaknya diarahkan, agar memiliki fasilitas dan
infrastruktur dengan kapasitas yang mampu :
 memberikan pelayanan untuk berlangsungnya proses belajar mengajar secara
efektif dan efisien;

Laporan Akhir IV-1


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Pendekatan Perencanaan Bab IV
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

 memberikan pelayanan menuju terwujudnya sinergi proses belajar-mengajar,


penelitian dan pelayanan profesional pada masyarakat untuk menghasilkan
proses penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas secara berkelanjutan; dan
 memberikan pelayanan optimal dengan mengacu pada struktur (komposisi)
dan manajemen program studi, baik secara vertikal (level program studi) dan
horisontal (jumlah dan bidang ilmu) yang telah disepakati sebagai strategi
pengembangan akademik menuju universitas riset.

4.1.2. Peraturan Kementrian Umum tentang RTBL


a. Struktur Peruntukan Lahan
Struktur Peruntukan Lahan adalah merupakan komponen rancang kawasan yang
berperan penting dalam alokasi penggunaan dan penguasaan lahan/tata guna
lahan yang telah ditetapkan dalam suatu kawasan perencanaan tertentu
berdasarkan ketentuan dalam rencana tata ruang wilayah.
 Peruntukkan Lahan Makro
Peruntukan Lahan Makro, yaitu rencana alokasi penggunaan dan
pemanfaatan lahan pada suatu wilayah tertentu yang juga disebut dengan tata
guna lahan. Peruntukan ini bersifat mutlak karena telah diatur pada
ketentuan dalam rencana tata ruang wilayah.
 Peruntukkan Lahan Mikro
Peruntukan Lahan Mikro, yaitu peruntukan lahan yang ditetapkan pada skala
keruangan yang lebih rinci (termasuk secara vertikal) berdasarkan prinsip
keragaman yang seimbang dan saling menentukan. Hal-hal yang diatur
adalah:
i. Peruntukan lantai dasar, lantai atas, maupun lantai besmen;
ii. Peruntukan lahan tertentu, misalnya berkaitan dengan konteks lahan
perkotaan-perdesaan, konteks bentang alam/lingkungan konservasi, atau
pun konteks tematikal pengaturan pada spot ruang bertema tertentu.
Dalam penetapan peruntukan lahan mikro ini masih terbuka kemungkinan
untuk melibatkan berbagai masukan desain hasil interaksi berbagai pihak
seperti perancang/penata kota, pihak pemilik lahan, atau pun pihak
pemakai/pengguna/masyarakat untuk melahirkan suatu lingkungan dengan
Laporan Akhir IV-2
RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Pendekatan Perencanaan Bab IV
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

ruang-ruang yang berkarakter tertentu sesuai dengan konsep struktur


perancangan kawasan.
Penetapan ini tidak berarti memperbaiki alokasi tata guna lahan pada aturan
rencana tata ruang wilayah yang ada, namun berupa tata guna yang diterapkan
dengan skala keruangan yang lebih rinci, misalnya secara vertikal per lantai.
b. Intensitas Pemanfaatan Lahan
Intensitas Pemanfaatan Lahan adalah tingkat alokasi dan distribusi luas lantai
maksimum bangunan terhadap lahan/tapak peruntukannya. Komponen penataan
intensitas pemanfaatan lahan meliputi:
 Koefisien Dasar Bangunan
Koefisien Dasar Bangunan (KDB), yaitu angka persentase perbandingan
antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung yang dapat dibangun dan
luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai.
 Koefisien Lantai Bangunan
Koefisien Lantai Bangunan (KLB), yaitu angka persentase perbandingan
antara jumlah seluruh luas lantai seluruh bangunan yang dapat dibangun dan
luas lahan/ tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai.
 Koefisien Daerah Hijau
Koefisien Daerah Hijau (KDH), yaitu angka persentase perbandingan antara
luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang diperuntukkan
bagi pertamanan/penghijauan dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan
yang dikuasai.
c. Tata Bangunan
Tata Bangunan adalah produk dari penyelenggaraan bangunan gedung beserta
lingkungannya sebagai wujud pemanfaatan ruang, meliputi berbagai aspek
termasuk pembentukan citra/karakter fisik lingkungan, besaran, dan konfigurasi
dari elemen-elemen: blok, kaveling/petak lahan, bangunan, serta ketinggian dan
elevasi lantai bangunan, yang dapat menciptakan dan mendefinisikan berbagai
kualitas ruang kota yang akomodatif terhadap keragaman kegiatan yang ada,
terutama yang berlangsung dalam ruang-ruang publik.

Laporan Akhir IV-3


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Pendekatan Perencanaan Bab IV
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

Tata Bangunan juga merupakan sistem perencanaan sebagai bagian dari


penyelenggaraan bangunan gedung beserta lingkungannya, termasuk sarana dan
prasarananya pada suatu lingkungan binaan baik di perkotaan maupun di
perdesaan sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dengan aturan tata ruang
yang berlaku dalam RTRW Kabupaten/Kota, dan rencana rincinya.
Tata bangunan meliputi beberapa komponen diantaranya:
 Pengaturan Blok Lingkungan, yaitu perencanaan pembagian lahan dalam
kawasan menjadi blok dan jalan, dimana blok terdiri atas petak
lahan/kaveling dengan konfigurasi tertentu. Pengaturan ini terdiri atas:
Bentuk dan Ukuran Blok, Pengelompokan dan Konfigurasi Blok, Ruang
terbuka dan tata hijau.
 Pengaturan Kaveling/Petak Lahan, yaitu perencanaan pembagian lahan
dalam blok menjadi sejumlah kaveling/petak lahan dengan ukuran, bentuk,
pengelompokan dan konfigurasi tertentu. Pengaturan ini terdiri atas: Bentuk
dan Ukuran Kaveling, Pengelompokan dan Konfigurasi Kaveling, Ruang
terbuka dan tata hijau.
 Pengaturan Bangunan, yaitu perencanaan pengaturan massa bangunan dalam
blok/kaveling. Pengaturan ini terdiri atas: Pengelompokan Bangunan, Letak
dan Orientasi Bangunan, Sosok Massa Bangunan, Ekspresi Arsitektur
Bangunan.
 Pengaturan Ketinggian dan Elevasi Lantai Bangunan, yaitu perencanaan
pengaturan ketinggian dan elevasi bangunan baik pada skala bangunan
tunggal maupun kelompok bangunan pada lingkungan yang lebih makro
(blok/kawasan). Pengaturan ini terdiri atas: Ketinggian Bangunan,
Komposisi Garis Langit Bangunan, Ketinggian Lantai Bangunan.
d. Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung
Sistem sirkulasi dan jalur penghubung terdiri dari jaringan jalan dan pergerakan,
sirkulasi kendaraan umum, sirkulasi kendaraan pribadi, sirkulasi kendaraan
informal setempat dan sepeda, sirkulasi pejalan kaki (termasuk masyarakat
penyandang cacat dan lanjut usia), sistem dan sarana transit, sistem parkir,
perencanaan jalur pelayanan lingkungan, dan sistem jaringan penghubung.

Laporan Akhir IV-4


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Pendekatan Perencanaan Bab IV
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

Penataan sistem sirkulasi dan jalur penghubung dapat memberikan beberapa


manfaat:
 Mengoptimalkan efisiensi pemanfaatan prasarana jalan dengan jenis arus
pergerakan yang terjadi.
 Mendapatkan distribusi atau penyebaran pergerakan yang selaras dengan
jenis aktivitas yang diwadahi sehingga dicapai ketertiban.
 Mencapai kinerja fungsi serta keseimbangan, kaitan, keterpaduan dari
berbagai elemen pergerakan, lingkungan dan sosial, antara kawasan
perencanaan dan lahan di luarnya.
e. Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau
Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau merupakan komponen rancang kawasan,
yang tidak sekadar terbentuk sebagai elemen tambahan atau pun elemen sisa
setelah proses rancang arsitektural diselesaikan, melainkan juga diciptakan
sebagai bagian integral dari suatu lingkungan yang lebih luas. Penataan sistem
ruang terbuka diatur melalui pendekatan desain tata hijau yang membentuk
karakter lingkungan serta memiliki peran penting baik secara ekologis, rekreatif
dan estetis bagi lingkungan sekitarnya, dan memiliki karakter terbuka sehingga
mudah diakses sebesar-besarnya oleh publik.
Prinsip-prinsip penataan Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau:
 Pelestarian ruang terbuka kawasan
 Aksesibilitas publik
 Keragaman fungsi dan aktivitas
 Skala dan proporsi ruang yang manusiawi dan berorientasi bagi pejalan kaki
 Sebagai pengikat lingkungan/bangunan
 Sebagai pelindung, pengaman dan pembatas lingkungan/bangunan bagi
pejalan kaki.
f. Tata Kualitas Lingkungan
Penataan Kualitas Lingkungan merujuk pada upaya rekayasa elemen-elemen
kawasan yang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu kawasan atau subarea
dengan sistem lingkungan yang informatif, berkarakter khas, dan memiliki
orientasi tertentu. Komponen penataan lingkungan meliputi:
Laporan Akhir IV-5
RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Pendekatan Perencanaan Bab IV
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

 Konsep Identitas Lingkungan, yaitu perancangan karakter (jati diri) suatu


lingkungan yang dapat diwujudkan melalui pengaturan dan perancangan
elemen fisik dan nonfisik lingkungan atau subarea tertentu.
 Konsep Orientasi Lingkungan, yaitu perancangan elemen fisik dan
nonfisik guna membentuk lingkungan yang informatif sehingga
memudahkan pemakai untuk berorientasi dan bersirkulasi.
 Wajah Jalan, yaitu perancangan elemen fisik dan nonfisik guna membentuk
lingkungan berskala manusia pemakainya, pada suatu ruang publik berupa
ruas jalan yang akan memperkuat karakter suatu blok perancangan yang
lebih besar.
g. Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan
Sistem prasarana dan utilitas lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik suatu
lingkungan yang pengadaannya memungkinkan suatu lingkungan dapat
beroperasi dan berfungsi sebagaimana semestinya. Sistem prasarana dan utilitas
lingkungan mencakup jaringan air bersih dan air limbah, jaringan drainase,
jaringan persampahan, jaringan gas dan listrik, serta jaringan telepon, sistem
jaringan pengamanan kebakaran, dan sistem jaringan jalur penyelamatan atau
evakuasi.
Komponen Penataan utilitas lingkungan meliputi:
 Sistem jaringan air bersih, yaitu sistem jaringan dan distribusi pelayanan
penyediaan air bagi penduduk suatu lingkungan, yang memenuhi persyaratan
bagi operasionalisasi bangunan atau lingkungan, dan terintegrasi dengan
jaringan air bersih secara makro dari wilayah regional yang lebih luas.
 Sistem jaringan air limbah dan air kotor, yaitu sistem jaringan dan distribusi
pelayanan pembuangan/pengolahan air buangan rumah tangga, lingkungan
komersial, perkantoran, dan bangunan umum lainnya, yang berasal dari
manusia, binatang atau tumbuh-tumbuhan, untuk diolah dan kemudian
dibuang dengan cara-cara sedemikian rupa sehingga aman bagi lingkungan,
termasuk di dalamnya buangan industri dan buangan kimia.
 Sistem jaringan drainase, yaitu sistem jaringan dan distribusi drainase suatu
lingkungan yang berfungsi sebagai pematus bagi lingkungan, yang

Laporan Akhir IV-6


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Pendekatan Perencanaan Bab IV
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

terintegrasi dengan sistem jaringan drainase makro dari wilayah regional


yang lebih luas.

Laporan Akhir IV-7


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Pendekatan Perencanaan Bab IV
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

 Sistem jaringan persampahan, yaitu sistem jaringan dan distribusi pelayanan


pembuangan/pengolahan sampah rumah tangga, lingkungan komersial,
perkantoran dan bangunan umum lainnya, yang terintegrasi dengan system
jaringan pembuangan sampah makro dari wilayah regional yang lebih luas.
 Sistem jaringan listrik, yaitu sistem jaringan dan distribusi pelayanan
penyediaan daya listrik dan jaringan sambungan listrik bagi penduduk suatu
lingkungan, yang memenuhi persyaratan bagi operasionalisasi bangunan
atau lingkungan, dan terintegrasi dengan jaringan instalasi listrik makro dari
wilayah regional yang lebih luas.
 Sistem jaringan telepon, yaitu sistem jaringan dan distribusi pelayanan
penyediaan kebutuhan sambungan dan jaringan telepon bagi penduduk suatu
lingkungan yang memenuhi persyaratan bagi operasionalisasi bangunan atau
lingkungan, yang terintegrasi dengan jaringan instalasi listrik makro dari
wilayah regional yang lebih luas.
 Sistem jaringan pengamanan kebakaran, yaitu sistem jaringan pengamanan
lingkungan/kawasan untuk memperingatkan penduduk terhadap keadaan
darurat, penyediaan tempat penyelamatan, membatasi penyebaran
kebakaran, dan/atau pemadaman kebakaran.
 Sistem jaringan jalur penyelamatan atau evakuasi, yaitu jalur perjalanan
yang menerus (termasuk jalan ke luar, koridor/selasar umum dan sejenis)
dari setiap bagian bangunan gedung termasuk di dalam unit hunian tunggal
ke tempat aman, yang disediakan bagi suatu lingkungan/kawasan sebagai
tempat penyelamatan atau evakuasi.

4.2. Rencana Induk Pengembangan Kampus tentang RTBL


Rencana Induk Pengembangan Kampus atau RIPK merupakan Rencana Induk
Kampus (RIK) adalah instrumen yang digunakan sebagai dasar dalam menetapkan
kebijakan (policy), prosedur dan tugas-tugas lain yang terkait dengan perencanaan
dan pengelolaan fasilitas fisik dan peralatan yang diperlukan Universitas Gadjah
Mada.
Beberapa komponen yang diatur pada RIPK yang menjadi acuan untuk penyusunan
RTBK adalah sebagai berikut:
Laporan Akhir IV-8
RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Pendekatan Perencanaan Bab IV
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

a. Tata Bangunan
Arahan penataan bangunan meliputi beberapa prinsip sebagai berikut.
 Bangunan baru tidak dibangun di atas ruang terbuka hijau, tetapi di atas
bangunan lama yang masih berupa bangunan satu lantai atau dua lantai
 Bangunan baru menerapkan efisiensi lahan, diantaranya melalui rancangan
bangunan dengan ketinggian minimal 3 lantai
 Bangunan berciri arsitektur tropis dengan ciri khas diantaranya melalui
bentuk atap limasan, penggunaan batu candi atau batu alam warna gelap
 Bangunan menggunakan warna-warna alam
 Bangunan menggunakan konfigurasi fasad formal dan artikulasi fasad yang
kuat
 Terdapat penghubung antar bangunan berupa koridor atau jejalur
 Optimalisasi penggunaan bangunan dengan menambah jumlah jam
penggunaan

b. Sirkulasi eksternal & Tata Parkir


Strategi Jangka Pendek
Pembagian wilayah-wilayah kampus menjadi klaster-klaster, serta melakukan
pagarisasi di dalam klaster-klaster itu sendiri menyediakan kenyamanan bagi
pejalan kaki dan pengendara sepeda.

Laporan Akhir IV-9


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Pendekatan Perencanaan Bab IV
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

Strategi Jangka Menengah


Diharapkan sudah dapat dibangun jalan-jalan alternatif atau jalan lingkar guna
penutupan atau penurunan status jalan Kaliurang tersebut bekerjasama dengan
Pemerintah Propinsi DIY dan Pemerintah Kabupaten Sleman.

Strategi Jangka Panjang


Dalam menyusun program jangka panjang penataan transportasi kampus UGM
harus memegang konsep bahwa pengembangan sistem transportasi kampus
dilaksanakan secara komprehensif, sistematik, dan berkesinambungan.
Sistematik berarti semua unsur harus dicermati keterkaitannya karena
transportasi adalah “sistem terbuka,” sedangkan kampus adalah suatu area yang
tertutup guna terjamin sekuritinya.

Perencanaan Sirkulasi pada Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard tidak jauh berbeda


dengan kondisi eksisting sekarang, sirkulasi keluar dan masuk tetap.
Sedangkan kantong parkir untuk mobil terbagi dalam empat titik, tata letak parkir
diarahkan memiliki kedekatan dengan sirkulasi masuk hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi presentase kendaraan yang masuk ke dalam Klaster Sekip-Bulaksumur-
Boulevard. Parkir kendaraan roda dua diletakkan pada basement bangunan baru.

Laporan Akhir IV-10


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Pendekatan Perencanaan Bab IV
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

Tata lansekap terkait secara langsung dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di


UGM. Hal-hal yang menjadi permasalahan pada saat ini meliputi:
 Penyelesaian masalah lingkungan, yang meliputi faktor fisiologis (termal,
kebisingan) kawasan dan psikologis (estetika, orientasi) kawasan.
 Kebutuhan akademik, terkait dengan pengetahuan yang bisa diserap dengan
keragaman jenis tanaman serta penggunaannya sebagai laboratorium alam
 Fungsi rekreasi (ekowisata)
Minimal pada setiap klaster perlu diadakan, selain fungsional kegiatannya juga
perlu ditingkatkan menjadi ekoteknik, dan juga ekospiritualnya.

c. Utilitas
Agar kampus terasa sejuk, damai, tenang, nyaman untuk belajar, maka disana-
sini perlu dibuat kolam-kolam dan saluran yang selalu berisi air dengan ikan-
ikan di dalamnya. Tentu saja rangkaian yang sangat mendukung adalah taman,
dan untuk menyiram tanaman di musim kemarau, cukup di ambilkan dari kolam
atau saluran di sebelahnya.

Laporan Akhir IV-11


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Pendekatan Perencanaan Bab IV
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

4.3. Analisis Keterkaitan Acuan dengan Kondisi Eksisting Klaster Sekip-


Bulaksumur- Boulevard

4.3.1. Analisis Peruntukkan Lahan


Analisis peruntukkan lahan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard merupakan
komponen rancang kawasan yang berperan penting dalam alokasi penggunaan dan
penguasaan lahan/tata guna lahan yang telah ditetapkan dalam suatu kawasan
perencanaan Kampus UGM yang didasarkan pada ketentuan dalam rencana tata
ruang wilayah. Prinsip-prinsip penataan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
secara fungsional meliputi penataan keragaman tata guna yang seimbang, saling
Laporan Akhir IV-12
RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Pendekatan Perencanaan Bab IV
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

menunjang

Laporan Akhir IV-13


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Pendekatan Perencanaan Bab IV
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

(compatible) dan terintegrasi. Selain itu pola distribusi jenis peruntukan yang
mendorong terciptanya interaksi aktivitas. Sesuai dengan konsep Educopolis yang
dicanangkan pada setiap rancangan pengembangan Kampus UGM, yaitu “suatu
lingkungan yang kondusif untuk proses pembelajaran dalam konteks pengembangan
kolaborasi multidisiplin dan tanggap terhadap isu ekologi demi mencapai visi
universitas”.
Selain itu penetapan peruntukan lahan yang tanggap terhadap topografi dan
kepentingan kelestarian lingkungan di dalam Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard
dengan meminimalkan penyebaran area terbangun dan perkerasan serta beradaptasi
dengan tatanan kontur yang ada.

4.3.2. Analisis Intensitas Pemanfaatan Lahan


a. KDB
Pengaturan kepadatan bangunan suatu wilayah atau kawasan bertujuan untuk
mendapatkan ruang-ruang terbuka diantara bangunan-bangunan pada wilayah
atau kawasan yang bersangkutan. Ruang-ruang terbuka diantara atau sekitar
bangunan- bangunan dimaksudkan untuk :
 Memperoleh peredaran udara lingkungan
 Pemerataan penyinaran matahari
 Penyerapan air hujan ke dalam tanah
 Keamanan lingkungan untuk bahaya kebakaran dan gempa
Perhitungan kepadatan bangunan adalah dengan memperhitungkan ketersediaan
lahan dan jumlah penduduk yang akan ditampung.
Sebagai dasar analisis, klasifikasi kepadatan bangunan suatu wilayah atau
kawasan dihitung berdasar Luas Bangunan dikurangi pekarangan dibagi Luas
Wilayah/ Kawasan. Menurut Kep. Men. Kimpraswil No. 327/KPTS/M/2002,
klasifikasi kepadatan bangunan untuk blok peruntukan adalah :
 KDB sangat tinggi : > 75%
 KDB tinggi : 50% - 75%
 KDB sedang : 20% - 50%
 KDB rendah : 5% - 20%

Laporan Akhir IV-14


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Pendekatan Perencanaan Bab IV
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

 KDB sangat rendah : > 5%


Selanjutnya dalam analisis kepadatan bangunan ini, pendekatan yang akan
digunakan adalah sebagai berikut :
 Menilai kecenderungan pertumbuhan kepadatan bangunan yang ada
 Mengkaitkan fungsi-fungsi penggunaan lahan
 Memberikan dasar arahan kepadatan bangunan pada masing-masing
pemanfaatan lahan
Dalam kaitan fungsi Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard yang didasarkan
pada survei kebutuhan fasilitas dan analisis pemanfaatan lahan, maka kegiatan
yang akan direncanakan di klaster ini adalah riset (berupa pusat studi-pusat
studi), aktivitas komersial (berupa fasilitas MICE), dan transportasi. Kepadatan
bangunan untuk kegiatan yang berbeda akan memiliki kebijakan kepadatan
bangunan yang berbeda pula. Pertimbangan yang lain untuk penentuan adalah
kondisi lahan sebagai daerah resapan. Berdasar pertimbangan di atas maka dasar
arahan kepadatan bangunan pada masing-masing pemanfaatan kegiatan
campuran adalah:
 Fungsi atau kegiatan pada lahan hijau/ ruang terbuka : < 20%
 Fungsi atau kegiatan pendidikan dan permukiman : 20% - 50%
 Fungsi atau kegiatan perdagangan dan jasa : 50% - 75%
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) merupakan perbandingan antara luas lantai
dasar bangunan dengan luas persil atau kapling lahan. Penetapan KDB
merupakan upaya pengendalian agar kepadatan bangunan yang
direncanakandapat terlaksana. Dengan tercapainya kepadatan bangunan maka
pengendalian kawasan dalam rangka melindungi daerah resapan dan pertanian
akan tercapai. Jika kepadatan bangunan diwujudkan dengan jumlah bangunan
pada setiap fakultas, maka KDB akan diwujudkan dengan luas dasar bangunan
dalam suatu persil atau kavling lahan/ pekarangan dimana bangunan didirikan.
Sasaran KDB adalah persil atau lahan pekarangan dalam blok-blok
pemanfaatan. Oleh karena itu, besarnya KDB akan diarahkan sebesar 40%.

Laporan Akhir IV-15


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Pendekatan Perencanaan Bab IV
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

b. KLB
Peraturan tinggi bangunan memberikan kebijakan tentang tinggi bangunan
maksimal (dihitung dari lantai dasar/ tanah atau ground floor sampai dengan
puncak atap bangunan) dalam suatu kawasan atau lingkungan agar terwujud tata
bangunan yang sesuai dengan rencana. Pengaturan ketinggian bangunan juga
akan terkait dengan aspek jumlah lantai bangunan melalui Koefisien Lantai
Bangunan (KLB).
Adapun klasifikasi ketinggian bangunan adalah :
 Bangunan sangat rendah dengan tinggi maksimum 12m
 Bangunan rendah dengan tinggi maksimum 20m
 Bangunan sedang dengan tinggi maksimum 28m
 Bangunan tinggi dengan tinggi lebih dari 28m
Koefisien Lantai Bangunan (KLB) merupakan perbandingan antara luas lantai
bangunan dengan luas persil dimana bangunan berada. Pengaturan KLB
merupakan upaya efisiensi pemanfaatan lahan yang karena faktor ekonomi tanah
(mahalnya harga tanah dan keterbatasan lahan di kawasan strategis). Hal ini
untuk mengakomodasi kegiatan komersial sehingga bangunan yang berada di
lahan yang memiliki nilai ekonomi tinggi akan memiliki luas tanah lebih besar
daripada luas dasar bangunannya.
Selain pertimbangan harga tanah, KLB juga mempertimbangkan faktor
lingkungan yang berkaitan dengan peraturan tinggi bangunan karena wilayah
perencanaan relatig dekat dengan bandara Adisucipto yang memiliki peraturan
aga bangunan yang berada dalam radius 4 km dari bandara harus memiliki tinggi
bangunan di bawah 40 meter.
Secara umum tinggi bangunan di Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard berkisar
dari lantai 1 sampai lantai 3 atau ketinggian bangunan sampai dengan 12 meter,
sehingga tinggi bangunan dikategorikan bangunan dengan ketinggian sedang.
Karena tiap-tiap blok pada klaster ini memiliki tingkat perkembangan yang
cukup signifikan, maka untuk jangka waktu 10 tahun yang akan datang
dimungkinkan arahan pengembangan bangunan ke arah vertikal. Efisiensi
penggunaan tanah diakomodasi dengan pengaturan ketinggian bangunan yaitu

Laporan Akhir IV-16


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Pendekatan Perencanaan Bab IV
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

Koefisien Lantai

Laporan Akhir IV-17


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Pendekatan Perencanaan Bab IV
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

Bangunan dan pelestarian lahan terbuka. Misalnya, untuk pusat kegiatan riset,
komersial diberikan ketinggian bangunan sampai 6 lantai untuk jangka waktu 10
tahun mendatang (tahun 2020).
Kondisi bangunan yang ada di Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard rata-rata
berlantai 3. Beberapa bangunan masih memiliki ketinggian 1 dan 2 lantai yakni
Gedung Wisma Kagama, gedung Gelanggang Mahasiswa, Purna Budaya,
PPTIK, dan DAA. Bangunan dengan ketinggian 1 dan 2 lantai tersebut diganti
dengan bangunan baru vertikal dengan ketinggian minimal 5 lantai, untuk
melestarikan adanya ruang terbuka hijau.
c. KDH
Pada klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard memiliki eksisting untuk daerah
hijau belum sebanding dengan banyaknya bangunan yang ada didalamnya.
Dapat dikatakan bahwa pada Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard masih jarang
perutukkan lahan untuk ruang terbuka hijau.
Area Kuster Sekip-Bulaksumur-Boulevard merupakan area yang dilalui cukup
banyak kendaraan sehingga sangat diperlukan merancang ruang terbuka hijau
untuk menyeimbangkan kondisi udara dilingkungan Klaster Sekip-Bulaksumur-
Boulevard agar mampu tercipta lingkungan belajar yang kondusif.
Untuk selanjutnya Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard perlu diarahkan untuk
memiliki KDH yang ideal yakni sebanding dengan lahan terbangun pada klaster
Sekip-Bulaksumur-Boulevard yakni dengan menambah kantong-kantong
terbuka hijau di beberapa titik.
d. KTB
Kondisi sekarang bangunan pada Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard belum
terdapat fasilitas basement, namun untuk kedepannya bangunan baru dengan
ketinggian 6 lantai dirancang memiliki basement untuk dapat menampung parkir
sepeda motor baik untuk mahasiswa maupun karyawan Klaster Sekip-
Bulaksumur-Boulevard, hal ini dimaksudkan untuk dapat meningkatkan
keamanan dan kenyamanan di lingkungan klaster tersebut.

Laporan Akhir IV-18


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Pendekatan Perencanaan Bab IV
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

4.3.3. Analisis tata bangunan


Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard memiliki bangunan dengan ketinggian rata-
rata 1-2 lantai, hanya beberapa yang memiliki ketinggian 3 lantai. Beberapa
bangunan memiliki orientasi yang tidak sama serta memiliki citra bangunan masing-
masing, sehingga dapat dikatakan secara keseluruhan bangunan pada Klaster Sekip-
Bulaksumur-Boulevard belum terlihat sebagai satu kesatuan yang utuh.
Orientasi bangunan yang sesuai standar adalah arah barat-timur agar bukaan
maksimal serta tidak terkena cahaya matahari secara langsung, tetapi pada Klaster
Sekip-Bulaksumur-Boulevard orientasi bangunan masih belum. Orientasi bangunan
yang berbeda-beda mengakibatkan pemanfaatan lahan yang tidak efisien dan akan
mempengaruhi jalur sirkulasi yang ada dalam Klaster Sekip-Bulaksumur-
Boulevard.

Bangunan-bangunan yang terdapat pada Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard


cenderung padat dan jarak bangunan yang berdekatan terutama pada kompleks
perumahan dosen serta bangunan di sekitar Boulevard, jarak bangunan yang terlalu
berdekatan akan membuat bangunan tidak berfungsi secara maksimal seperti
misalnya, sirkulasi udara tidak berlangsung secara maksimal, serta cahaya matahari,
sistem pencegahan musibah seperti kebakaran akan sulit diterapkan.

Sirkulasi bagi pejalan kaki maupun kendaraan bermotor masih belum jelas, karena
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard belum memiliki pedestrian secara
keseluruhan.

Selanjutnya, Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard diarahkan memiliki lingkungan


yang lebih kondusif dan lebih interaktif antar bangunan yang didalamnya. Dengan
memakimalkan interaksi antar bangunan yang ada didalamnya serta memberikan
kemudahan akses baik bagi mahasiswa maupun umum untuk dapat mengakses
setiap fasilitas yang ada pada Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard.

Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard juga diarahkan untuk memiliki ruang terbuka


hijau yang lebih maksimal.

Laporan Akhir IV-19


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Pendekatan Perencanaan Bab IV
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

4.3.4. Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung


Sirkulasi utama eksisting pada Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard terbagi
menjadi beberapa bagian. Untuk Sekip melewati Jalan Sekip. Untuk bagian
Bulaksumur- Boulevard akses utama yaitu melewati jalan Boulevard UGM.
Sirkulasi pada Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard masih belum terbagi secara
jelas antara sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki. Ketidakjelasan tersebut membuat
alur sirkulasi tidak terarah. Hampir tidak ada pedestrian bagi pejalan kaki dalam
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard. Sehingga kedepannya Klaster Sekip-
Bulaksumur- Boulevard diarahkan untuk sirkulasi pejalan kaki dan kendaraan
memiliki sirkulasi masing-masing. Pedestrian direncanakan sebagai sirkulasi
pejalan kaki didalam Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard, pedestrian juga
digunakan sebagi jalur penghubung antar bangunan. Hal ini dimaksudkan untuk
memberikan jalur interaksi antar bangunan. Pedestrian juga merupakan upaya untuk
mengurangi polusi udara dan meningkatkan sustainabilitas di lingkungan Klaster
Sekip-Bulaksumur-Boulevard.
Kantong parkir pada kondisi eksisting masih tersebar dibeberapa titik. Penyebaran
parkir mengakibatkan kondisi di sekeliling gedung akademik tidak terkendali secara
kebisingan dan polusi udara. Kondisi ini dapat memngganggu kegiatan akademis
dalam klaster tersebut.

4.3.5. Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau


Ruang terbuka hijau pada eksisting Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard masih
sangat minim. Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard akan diarahkan memiliki ruang
hijau yang maksimal dengan menerapkan sistem pembangunan bangunan baru
diatas 75% lahan bangunan lama sehingga 25 % dari lahan tersebut dapat digunakan
sebagai lahan hijau terbuka. Ruang terbuka hijau menjadi hal yang penting karena
dapat memberikan manfaat seluas-luasnya untuk ruang interaksi antar mahasiswa
dan kalangan umum. Ruang terbuka hijau juga dapat menjadi pengikat antar
bangunan mengingat dalam Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard memiliki
beberapa fasilitas yang berbeda.
Ruang terbuka hijau yang maksimal juga dapat memberikan dampak positif bagi
keberlangsungan kegiatan dalam bangunan. Sirkulasi udara, dapat berlangsung
Laporan Akhir IV-20
RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Pendekatan Perencanaan Bab IV
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

secara

Laporan Akhir IV-21


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Pendekatan Perencanaan Bab IV
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

maksimal, cahaya matahari tidak akan mengenai secara langsung serta meredam
kebisingan yang timbul dari kendaraan umum yang lewat di Jalan Kaliurang
maupun jalan utama yang melewati klaster ini.
Pohon merupakan salah satu komponen tata hijau, pada eksisting Klaster Sekip-
Bulaksumur-Boulevard pohon peneduh terhitung cukup banyak, keseluruhan pohon
tersebut dipertahankan dan selanjutnya akan ditambah dngan pohon peneduh yang
baru di tempat yang masih sedikit pohon peneduh.
Keberadaan ruang terbuka hijau yang maksimal juga dapat memberikan
sumbangan untuk UGM menjadi kawasan yang lebih sustainable.

4.3.6. Analisis Tata Kualitas Lingkungan


Penataan kualitas lingkungan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard merujuk pada
upaya rekayasa elemen yang ada di dalamnya. Orientasi yang nampak khas adalah
adanya pola grid yang nampak pada perencanaan blokplan baru. Konsep identitas
lingkungan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard diwujudkan melalui pengaturan
elemen fisik yang berupa bangunan, dan juga elemen non fisik yang berupa lanskap.
Secara garis besar ide dari identitas elemen fisik (bangunan gedung) adalah
kesamaan benang merah dalam penggunaan batu candi pada desain bangunan itu
sendiri. Selain itu yang lebih utama adalah penjabaran arsitektur tropis yang
diaplikasikan di dalam desain.
Untuk kegiatan pendukung utama yang akan diwujudkan adalah kegiatan interaksi
yang terjalin antar hirarki bangunan yang saling berhadapan dan membentuk plasa
di tengah atau inner courtyard.
Sedangkan konsep orientasi lingkungan dapat ditunjukkan dengan pola tata
informasi (directory signage system), yaitu pengolahan elemen fisik di lingkungan
untuk menjelaskan berbagai informasi/petunjuk mengenai tempat yang ada di
Klaster Sekip- Bulaksumur-Boulevard sehingga memudahkan pemakai mengenali
lokasi dirinya terhadap lingkungan dengan mengadakan sistem tata rambu pengarah
(directional signage system).
Wajah jalan yang berusaha diwujudkan dalam konsep perencanaan blokplan Klaster
Sekip-Bulaksumur-Boulevard ini bertujuan agar elemen fisik dan nonfisik guna

Laporan Akhir IV-22


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Pendekatan Perencanaan Bab IV
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

membentuk lingkungan berskala manusia. Pengaturan ini dapat terdiri atas wajah
penampang jalan dan bangunan yang bersinergis satu sama lain, pengadaan street
furniture dan pedestrian yang jelas (sistem grid dan dilengkapi dengan tata hijau
yang meneduhi), serta pengadaan signage yang memperjelas sistem informasi
perletakkan/posisi pada Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard.

Laporan Akhir IV-23


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Konsep Perancangan Bab V
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

BAB V
KONSEP PERANCANGAN
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

5.1. Struktur Peruntukan Lahan


Pada blokplan Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard (Klaster SBB) peruntukan
lahan yang dirancang masih berupa konsep yang makro, yaitu melihat secara
keseluruhan kawasan SBB sebagai suatu rancangan yang saling terkait.
Sekip-Bulaksumur-Boulevard merupakan gabungan dari beberapa blok yaitu
administrasi, komersial, hunian, pusat studi, pelayanan masyarakat dan mahasiswa
serta MICE (UC, Wisma Kagama). Blok-blok tersebut masih belum menunjukkan
suatu keteraturan, maka perlu adanya pengaturan sehingga blok-blok tersebut
dapat dikelompokan dalam zona-zona yang berbeda.
Selain itu, rancangan baru ini juga berfungsi untuk menambah kapasitas layanan
yang ada di Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard untuk jangka waktu 10 tahun ke
depan.

Tabel 5. 1 Tabel Zona Rancangan Baru Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

LUAS LANTAI LUAS TOTAL LUAS LANTAI LUAS TOTAL LUAS LAHAN KDB KLB
No NAMA BLOK
DASAR EKSISTING LANTAI EKSISTING DASAR RTBL LANTAI RTBL (PER ZONA) RTBL RTBL
ZONA TEMU ILMIAH &
1 KEBUDAYAAN (MICE) 18055 33202.1 7581.6 33708.96 58086 0.36 1.07
2ZONA RISET PLASA 19814.9 21732.5 4354.56 23950.08 19388 0.30 1.31
ZONA HUNIAN 33432.34 33432.34 6531.84 32659.2 41810 0.16 0.94
3 PERUMAHAN DAN ASRAMA
ZONA LAYANAN 4104.7 4104.7 7483.06 32504.91 27870 0.41 1.37
4 MASYARAKAT
TOTAL 75406.94 92471.64 25951.06 122823.15 147154 0.30 1.12

Tabel di atas menunjukkan perbandingan luas total lantai eksiting dengan luas total
lantai blokplan baru. Dari tabel, dapat dilihat bahwa masing-masing fungsi kegiatan
memiliki kapasitas baru yang akan dibutuhkan pada beberapa tahun mendatang

Laporan Akhir V-1


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Konsep Perancangan Bab V
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

5.2. Intensitas Pemanfaatan Lahan


a. Koefisien Dasar Bangunan
Koefisien Dasar Bangunan (KDB), yaitu angka persentase perbandingan
antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung yang dapat dibangun dan
luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai.
Dalam proses perancangan, klaster SBB mengambil lahan dari lahan eksisting
bangunan lantai 1 dan 2 kecuali bangunan Pendopo Wisma Kagama, Pendopo
Purna Budaya, dan University Club (UC).

b. Koefisien Lantai Bangunan


Koefisien Lantai Bangunan (KLB), yaitu angka persentase perbandingan
antara jumlah seluruh luas lantai seluruh bangunan yang dapat dibangun dan
luas lahan/ tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai.

c. Koefisien Dasar Hijau


Koefisien Daerah Hijau (KDH), yaitu angka persentase perbandingan antara
luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang diperuntukkan bagi
pertamanan/penghijauan dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang
dikuasai.

5.3. Tata Bangunan


a. Pengelompokkan Blok
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard dikelompokkan dalam beberapa zona.
Zona-zona tersebut masing-masing memiliki satu fungsi yang sama, yaitu
MICE (Meeting, Incentive, Convention,and Exhibition), komersial, hunian
(yang terdiri dari hunian dosen dan mahasiswa), riset plaza (yang terdiri dari
pusat studi dan pusat pembelajaran lainnya), dan arboretrum (zona hijau
kampus).

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta


Konsep Perancangan Bab V
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

Laporan Akhir V-2


RTBL Klaster SBB

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta


Konsep Perancangan Bab V
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

V-3
Laporan Akhir
RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Konsep Perancangan Bab V
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

Laporan Akhir V-4


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Konsep Perancangan Bab V
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

Gambar 5. 1 Pengelompokkan Zona Klaster

b. Ketinggian Lantai Bangunan


Untuk memenuhi kebutuhan dan kapasitas bangunan-bangunan yang ada di
klaster SBB, maka perlu adanya penambahan fasilitas/bangunan. Penambahan
tersebut dilakukan dengan mengganti bangunan-bangunan lama yang sudah
tidak efektif terutama bangunan lantai 1 dan 2.
Selain itu, untuk mengoptimalkan ruang terbuka hijau, maka bangunan-
bangunan baru yang direncanakan akan memiliki lantai lebih dari 3 lantai.

Laporan Akhir V-5


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Konsep Perancangan Bab V
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

Laporan Akhir V-6


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Konsep Perancangan Bab V
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

Gambar 5. 2 Tata Bangunan

Laporan Akhir V-7


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Konsep Perancangan Bab V
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

5.4. Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung


Sirkulasi dalam klaster SBB terbagi menjadi beberapa macam yaitu jalur sirkulasi
utama (yang dilalui kendaraan bermotor), jalur pedestrian atau pejalan kaki, dan
jalur sepeda.
Jalur sirkulasi utama kendaraan di klaster SBB tedapat dua titik yaitu jalur yang
melewati Boulevard yaitu jalan sepanjang Boulevard dan jalur yang melewati
daerah Sekip yaitu jalan Kaliurang.
Pada daerah Boulevard terdapat gate atau pintu masuk dan keluar dari dan menuju
ke kompleks Bulaksumur-Boulevard. Pintu masuk tersebut juga berfungsi untuk
membatasi kendaraan yang masuk ke dalam kompleks Bulaksumur-Boulevard,
sehingga aktivitas akademisi maupun administratif yang terdapat di dalam klaster
ini tidak terlalu terganggu.
Jalur untuk pedestrian terbagi menjadi dua yaitu pedestrian utama dan pedestrian
kecil. Pedestrian utama yaitu pedestrian besar yang terdapat di daerah riset plaza
menuju ke zona MICE. Sedangkan jalur pedestrian kecil terdapat di jalur-jalur
arboretrum dan di setiap zona.
Untuk jalur sepeda direncanakan ada pada tiap zona. Jalur tersebut dibatasi
dengan garis kuning seperti yang sudah ada sekarang. Dengan penambahan jalur
sepeda ini, juga perlu adanya penertiban terhadap kendaraan-kendaraan umum.
Hal tersebut dimaksudkan agar pengguna sepeda memiliki rasa aman dan nyaman
untuk berkendara di sekitar UGM terutama di klaster SBB ini.

Laporan Akhir V-8


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Konsep Perancangan Bab V
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

Laporan Akhir V-9


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Konsep Perancangan Bab V
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

Gambar 5. 3 Jalur Sirkulasi

Laporan Akhir V-10


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Konsep Perancangan Bab V
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

5.5. Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau


Ruang terbuka direncanakan ada pada setiap zona atau blok bangunan. Ruang
terbuka ini berasal dari 25% luas lantai dasar eksisting, sehingga bangunan yang
baru direncanakan pada 75% luas lantai dasar eksisting. Hal tersebut dilakukan
untuk menambah kapasitas ruang terbuka hijau di lingkungan Sekip-Bulaksumur-
Boulevard.

Gambar 5. 4 Tata Vegetasi Klaster

Laporan Akhir V-11


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Konsep Perancangan Bab V
Klaster Sekip-Bulaksumur-Boulevard

Laporan Akhir V-12


RTBL Klaster SBB
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai