Anda di halaman 1dari 10

3.

5 Membaca Referensi
Dalam kegiatan membaca dibutuhkan bahan bacaan yang tentunya berupa tulisan.
Menurut Tarigan (1984:22) bahan bacaan (tulisan) pada dasarnya dapat dibedakan atas dua
jenis, yaitu bahan bacaan ilmiah dan bahan bacaan sastra. Dalam bahasan ini, sesuai dengan
pokok bahasan dan subpokok bahasan, hanya akan dibahas bahan bacaan sebagai referensi
untuk menulis. Bahan bacaan yang dapat dijadikan referensi untuk menulis, antara lain,
adalah bahan bacaan berupa tulisan ilmiah/ karya ilmiah.
Untuk dapat memahami lebih dalam hal-hal mengenai bacaan ilmiah, berikut ini akan
dibahas tentang pengerttian karya ilmiah, prinsip-prinsip ilmiah, jenis-jenis karya ilmiah
ditinjau dari berbagai sudut pandang, membaca tulisan ilmiah biasa, membaca tulisan ilmiah
popular, dan mengakses informasi dari internet.

3.5.1 Pengertian Karya Ilmiah


Karya ilmiah adalahkarya tulis atau bentuk lainnya yang telah diakui dalam bidang
pengetahuan, teknologi, atau seni yan ditulis atau dikerjakan sesuai dengan tata cara ilmiah,
dan telah mengikuti pedoman atau konvensi ilmiah yang telah disepakati atau ditetapkan
(UM, 2000:1).

3.5.2 Prinsip-prinsip Ilmiah


Untuk dapat membedakan apakah suatu karya tulis tergolong ilmiah atau nonilmiah,
perlu diketahui beberapa prinsip ilmiah sebagai berikut. Pertama, prinsip objektivitas.
Prinsip ini mengharuskan penulis untuk tidak mengemukakan pendapat pribadinya. Penulis
harus bersikap jujur, terbuka, dan mengesampingkan perasaannya. Segala sesuatu yang
dikemukakan harus apa adanya.
Prinsip ilmiah yang kedua adalah empiris. Prinsip ini adalah bahwa segala sesuatu
yang dikemukakan penulis harus berdasarkan fakta. Selanjutnya, prinsip ketiga adalah
rasional, yaitu prinsip yang menghendaki cara pembahasan sesuatu harus berdasarkan rasio
atau dapat diterima akal sehat, baik proses maupun cara penulisannya. Terakhir, prinsip
deduktif dan induktif. Prinsip ini mengenai penyimpulan penemuan. Dalam penelitian
digunakan hipotesis (sesuatu yang dianggap benar untuk mengutarakan pendapat, tetapi
kebenarannya belum bisa dibuktikan) untuk menuntun peneliti dalam mengumpulkan data
(deduktif). Setelah data terkumpul, peneliti mempelajari datanya satu per satu, peneliti
mengemukakan penemuannya melalui pendekatan induktif (Hardjodipuro, 1982).
3.5.3 Jenis-jenis Karya Ilmiah
Pada dasarnya karya ilmiah merupakan bentuk dokumentasi dan publikasi dari hasil-
hasil pemikiran dan penelitian Karya ilmiah dapat dibedakan atas beberapa jenis ditinjau dari
berbagai sudut pandang. Ditinjau dari pendekatannya, karya ilmiah dapat dibedakan atas a)
karya ilmiah hasil kajian pustaka, b) karya ilmiah hasil penelitian, dan c) karya ilmiah hasil
kerja pengembangan. Ditinjau dari sudut pandang yang lain, yaitu sudut pandang bentuknya,
karya ilmiah dapat dibedakan atas beberapa jenis, antara lain, adalah a) paper /kertas kerja, b)
makalah, c) laporan, d) skripsi, e) tesis, dan f) disertasi. Ditinjau dari sasarannya atau
pembacanya, karya ilmiah dapat dibedakan atas a) karya ilmiah biasa dan b) karya ilmiah
populer

3.5.3.1 Jenis Karya Ilmiah Ditinjau dari Pendekatannya


Karya ilmiah yang berupa kajian pustaka adalah karya ilmiah hasil telaah yang
dilaksanakan untuk memecahkan masalah yang pada dasarnya bertumpu pada penelaahan
kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan. Telaah pustaka semacam
ini biasanya dilakukan dengan cara mengumpulkan data atau informasi dari berbagai sumber
pustaka yang kemudian disajikan dengan cara baru dan untuk keperluan baru. Dalam hal ini
bahan-bahan pustaka itu diperlakukan sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran atau
gagasan baru, sebagai bahan dasar untuk melakukan deduksi dari pengetahuan yang telah
ada, sehingga kerangka teori baru dapat dikembangkan, atau sebagai dasar pemecahan
masalah (UM, 2000:2).
Karya ilmiah yang berupa hasil penelitian pada dasarnya berupaya mencari jawaban
terhadap suatu permasalahan. Karya ilmiah yang berupa hasil penelitian ini pun dapa
dihasilkan dengan dua macam pendekatan, yaitu 1) pendekatan kuantitaif, dan 2) pendekatan
kualitatif (UM, 2000:1).
Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang berangkat dari suatu kerangka teori,
gagasan para ahli, ataupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya, kemudian
dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan berserta pemecahan-pemecahannya yang
diajuykan untuk memperoleh pembenaran (verivikasi) dalam bentuk dukungan data empiris
di lapangan. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang dilakukan dengan induktif.
Pendekatan ini berangkat dari pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri
penel;iti sebagai instrumen kunci (UM, 2000:1).
Karya ilmiah yang berupa kerja pengembangan adalah karya ilmiah yang dihasilkan
dari kegiatan merancang atau kegiatan menghasilkan produkl yang dapat dipakai untuk
memecahkan masalah-masalah aktual. Dalam hal ini, kegiatan pengembangan ditekankan
pada pemanfaatan teori-teori, konsep-konsep, prinsip-prinsip, atau temuan-temuan penelitian
untuk memecahkan masalah (UM, 2000:2).

3.5.3.2 Jenis Karya Ilmiah Ditinjau dari Bentuknya


Sebagaimana telah dikemukakan di atas, ditinjau dari bentuknya karya ilmiah dapat
dibedakan atas a) paper /kertas kerja, b) makalah, c) laporan, d) skripsi, e) tesis, dan f)
disertasi. Paper adalah segala jenis tugas kuliah yang harus diselesaikan secara tertulis, baik
sebagai hasil pembahasan buku maupun hasil studi ilmiah. Paper biasanya terbatas pada
pengetahuan yang diajarkan atau sekitar pokok bahasan yang tercakup dalam satu mata
kuliah. Panjang tulisan berkisar antara 10—15 halaman.
Makalah adalah karya tulis yang memuat pemikiran tentang suatu masalah atau topik
tertentu yan ditulis secara sistematis dengan disertai analisis yang logis dan objektif suatu
masalah (UM, 2000:5). Salah satu tujuan pokok penulisan makalah adalah untuk meyakinkan
pembaca bahwa topik yang ditulis memang perlu diketahui dan diperhatikan.
Laporan adalah karya ilmiah yang memberitahukan hasil penelitian atau pekerjaan
yang didapat dari laboratorium atau lapangan. Sebuah laporan disusun atas dasar kenyataan-
kenyataan, catatan-catatan, atau hasil dari sesuatu. Laporan bertujuan melatakkan fakta-fakta
yang tepat tanpa berhubungan dengan perasaan atau pandangan pribadi. Laporan haruslah
merupakan pernyataan-pernyataan yang didukung oleh perangkat fakta-fakta yang objektif.
Skripsi adalah karya ilmiah yang memberi gambaran tentang sesuatu masalah dengan
data dari pustaka, laboraorium, atau lapangan yang dibahas untuk memecahkan masalah.
Skripsi harus mengemukakan kenyataan-kenyataan dengan dasar logika, artinya masalah
yang dibahas harus dipandang sebagai hubungan sebab akibat.
Tesis disebut juga risalah ujian untuk memenuhi sebagian persyaratan menempuh
ujian S2. Beda antara tesis, skripsi, dan disertasi terletak pada intensitas (kedalaman) dan
ekstensitas (keluasan) jangkauan pandangannya.
Disertasi disebut juga naskah promosi, dalam arti untuk mencapai gelar Doktor (S3).
Penulisan disertasi pada prinsipnya sama dengan tesis, hanya saja pada disertasi pokok
persoalannya lebih luas daripada tesis dan konklusinya pun harus mempunyai generalisasi
yang lebih luas.

3.5.3.3 Jenis Karya Ilmiah Ditinjau dari Pembacanya


Ditinjau dari sasarannya atau pembacanya, karya ilmiah dapat dibedakan atas a) karya
ilmiah biasa dan b) karya ilmiah populer. Karya ilmiah biasa adalah karya ilmiah yang
ditujukan kepada masyarakat tertentu/ professional, sedangkan karya ilmiah yang ditujukan
kepada masyarakat umum disebut kaya ilmiah popular (Amir, 2007:41).

Membaca Tulisan Ilmiah


Dalam membaca tulisan ilmiah, pembaca perlu memahami unsur-unsur kebahasaan
yang membangun tulisan itu, yaitu huruf, kata, kalimat, dan paragraf. Kesatuan beberapa
huruf membentuk kata, kesatuan beberapa kata membentuk kalimat, dan kesatuan beberapa
kalimat membentuk paragraf, dan kesatuan beberapa paragraf membentuk wacana (dalam hal
ini disebut tulisan).

Karena suatu tulisan dibangun dari beberapa paragraf, pembaca perlu memiliki
pengetahuan tentang paragraf. Pada bagian terdahulu telah diuraikan tentang organisasi
gagasan dalam paragraf dan antarparagraf. Maksud utama membaca paragraf sebuah tulisan
adalah untuk mengetahui gagasan/ide pokoknya. Dengan demikian, pembaca dapat mengikuti
alur berpikir penulis. Cara menentukan ide pokok dapat dilihat dari kata (yang ada pada
kalimat utama) yang diulang kembali; diganti dengan kata ganti persona atau kata yang sama
arti; diikuti kata ganti penunjuk pada kalimat-kalimat penjelas.

Membaca Tulisan Ilmiah Populer


Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian terdahulu, tulisan ilmiah yang ditujukan
kepada masyarakat umum disebut tulisan ilmiah populer (Amir, 2007:41). Melengkapi
pendapat Amir, Soeseno (1993: 1) mengemukakan bahwa tulisan ilmiah populer adalah
tulisan ilmiah yang disajikan dengan penuturan yang mudah dimengerti.

Istilah populer digunakan untuk menyatakan sesuatu yang akrab dan menyenangkan
bagi populus (rakyat/ masyarakat) atau disukai oleh orang kebanyakan karena menarik dan
mudah dipahami. Oleh karena itu, dalam penuturannya, tulisan ilmiah populer harus lebih
sederhana daripada tulisan ilmiah biasa.

Tulisan ilmiah populer dapat dibedakan atas tiga jenis. Pertama, tulisan ilmiah
populer deskriptif yang membeberkan suatu pengetahuan sebagai kumpulan fakta begitu saja
dengan tujuan meningkatkan pengetahuan umum pembaca. Tulisan ilmiah populer seperti ini
biasanya membeberkan fakta apa adanya, atau penemuan mutakhir di bidang ilmu tertentu,
tanpa banyak mempersoalkan bagaimana jalannya proses penemuan atau hakikat hal yang
dibeberkan itu.

Jenis kedua, tulisan ilmiah populer bentuk deskriptif yang disertai tentang jalannya
proses pembentukan, riwayat penemuan, penjelasan mengapa dan bagaimana sesuatu bisa
terjadi. Jenis ketiga, tulisan ilmiah populer deskriptif yang disertai proses terjadinya sesuatu,
alasan mengapa bias terjadi, ditambah dengan masalah yang muncul dan pemecahan masalah
itu.

Untuk dapat memahami jenis tulisan ilmiah populer dalam kegiatan membaca, perlu
dipahami hal-hal yang terkait dengan pemahaman gagasan/ide pokok dala paragraf
sebagaimana tulisan ilmiah.

3.5.4 Mengakses Informasi dari Internet


Kehadiran dan kecepatan perkembangan teknologi informasi (TI) telah menyebabkan
terjadinya perubahan dramatis dalam segala aspek kehidupan. Kehadiran TI tidak
memberikan pilihan lain kepada dunia pendidikan selain turut serta dalam memanfaatkannya.
TI memungkinkan terjadinya proses komunikasi yang bersifat global dari dan ke seluruh
penjuru dunia.
TI dapat digunakan untuk mencari beragam sumber belajar yang ada di jaringan
internet. Sumber belajar yang ada di jaringan internet memungkinkan penggunanya untuk
dapat memperoleh informasi dari berbagai bidang pengetahuan; dari berbagai penjuru dunia;
dari berbagai jenis tulisan (buku, artikel, majalah, surat kabar, iklan, dll); dari informasi
terkini (paling mutakhir). Meskipun dalam lingkup yang sangat luas, pencarian informasi dari
internet dapat dilakukan dengan mudah melalui mesin-mesin pencari informasi (search
engine).
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, sumber belajar yang tersedia di jaringan
internet belumlah terlalu banyak. Pada umumnya sumber belajar yang tersedia ditulis dalam
bahasa Inggris. Meskipun sebagian besar informasi itu ditulis dalam bahasa Inggris, dalam
peningkatan keterampilan berbahasa Indonesia, informasi-informasi itu tetap saja sangat
berarti dan dapat dimanfaatkan. Misalnya, informasi tentang peningkatan kemampuan
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis secara umum. Oleh sebab itu, dalam
pembelajaran dewasa ini, penggunaan internet sangat dianjurkan untuk memperkaya
wawasan pengetahuan sivitas akademika.
3.5.5 Catatan Penting dalam Membaca Referensi
Membaca referensi, baik berupa buku, tulisan ilmiah, maupun tulisan yang diakses
dari internet, perlu dilakukan oleh mahasiswa untuk kegiatan menulis. Dalam kegiatan
membaca untuk menulis ini, pembaca perlu mencatat beberapa hal penting yang akan
mungkin diperlukan pada saat menulis.
Hal-hal yang perlu dicatat oleh seorang pembaca dalam kegiatan membaca referensi
adalah a) keterangan lengkap tentang sumber, b) informasi-informasi penting terkait dengan
topik bacaan, dan c) kutipan-kutipan pernyataan pakar yang dianggap perlu.
Keterangan lengkap tentang sumber, antara lain,mencakup: nama penulis (orang atau
lembaga), tahun penulisan/ tahun terbit, judul tulisan, tempat terbit/ nama kota, nama penerbit
(bila diterbitkan), alamat website/ situs dan tanggal akses (bila tulisan diakses dari internet).
Keterangan lengkap tentang sumber dipandang perlu dicatat karena dalam kegiatan menulis
ilmiah pernyataa-pernyataan yang dimuat harus dapat dipertanggungjawabkan dengan jalan
mencantumkan sumbernya.
Hal lain yang perlu dicatat dalam membaca refernsi adala informasi-informasi penting
terkait dengan topik bacaan. Informasi-informasi ini akan berguna untuk melengkapi dan
mengembangkan gagasan-gagasan penulis dalamkegiatan menulis.
Selanjutnya, hal yag perlu dicatat adalah kutipan-kutipan pernyataan pakar yang
dianggap perlu untuk mendukung data. Hal ini dilakukan untuk memperkuat gagasan-
gagasan penulis dalam kegiatan menulis ilmiah dan untuk menghindari penjiplakan. Untuk
lebih memahami penggunaan kutipan, baik dalam kegiatan membaca untuk menulis maupun
menulis karya ilmiah, berikut akan dibahas tentang kutipan.

3.5.6 Kutipan
Dalam penulisan karya ilmiah kita memerlukan kutipan-kutipan untuk memperkuat isi
uraian atau untuk membuktikan apa yang kita nyatakan. Kutipan adalah pinjaman kalimat
atau pendapat orang lain yang terdapat dalam buku-buku, jurnal ilmiah, surat kabar, dsb.
Sangatlah membuang waktu jika suatu kebenaran yang telah diselidiki dan dibuktikan
seseorang (ahli) dan sudah dipublikasikan harus diselidiki kembali oleh seorang penulis
untuk mendapatkan kesimpulan yang sama. Berikut akan dikemukakan hal-hal yang terkait
dengan kutipan (Keraf, 1990)

3.5.6.1 Jenis-Jenis Kutipan


Kutipan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu 1) kutipan langsung dan 2)
kutipan tidak langsung. Kutipan langsung adalah pinjaman pendapat orang lain dengan
mengambil secara lengkap kalimat-kalimat dalam teks aslinya. Kutipan tidak langsung adalah
pinjaman pendapat seseorang berupa inti pendapatnya saja, sedangkan kalimatnya disusun
sendiri oleh penulis laporan.

3.5.6.2 Prinsip-Prinsip Mengutip


Beberapa prinsip yang harus diperhatikan pada waktu membuat kutipan langsung.
1. Jangan mengadakan perubahan
Pada waktu mengutip langsung pengarang tidak boleh mengubah kata-kata atau
teknik teks aslinya. Jika ingin mengadakan perubahan, harus diberi keterangan
dalam tanda kurung siku.
2. Koreksi atas kesalahan
Bila dalam kutipan terdapat kesalahan, pada dasarnya penulis tidak boleh
memperbaiki kesalahan itu. Penulis hanya mengutip apa adanya. Dalam hal ini,
penulis hanya diperbolehkan memberi catatan atas kesalahan tersebut dengan
menuliskan kata [sic!] yang menunjukkan bahwa penulis laporan tidak
bertanggung jawab atas kesalahan tersebut.

3. Menghilangkan bagian kutipan


Dalam kutipan kita boleh menghilangkan bagian-bagian tertentu yang kurang
penting dengan syarat tidak mengakibatkan perubahan makna. Penghilangan
bagian-bagian itu ditandai dengan tanda elipsis.

3.5.6.3 Cara-Cara Mengutip


Ada dua cara membuat kutipan langsung, yaitu 1) kutipan langsung yang kurang atau
sama dengan empat baris dan 2) kutipan langsung yang lebih dari empat baris.

1. Kutipan Langsung < 4 Baris


Kutipan langsung yang kurang atau sama dengan empat baris ditulis dengan
cara-cara berikut:
 kutipan diintegrasikan dalam teks;
 jarak antarbaris dua spasi;
 kutipan diapit tanda petik;
 diberi identitas sumber.

2. Kutipan Langsung > 4 Baris


Kutipan langsung yang lebih dari empat baris ditulis dengan cara-cara berikut:
 kutipan dipisahkan dari teks;
 jarak antarbaris satu spasi;
 kutipan tidak diapit tanda petik;
 diberi identitas sumber.
Contoh-contoh Kutipan

1. Kutipan langsung < 4 baris, penulis dalam uraian (format A)


Kriteria pembuktian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis
nonstatistik. Arikunto (1990:250) menyatakan,”Apa yang disebut sebagai
analisis nonstatistik adalah mencari proporsi, persentase, dan rasio.”

2. Kutipan langsung < 4 baris, penulis dalam tanda kurung (format B)


“Hipotesis adalah suatu jawaban atau kesimpulan sementara yang harus
dibuktikan kebenarannya” (Surachmad, 1995:66).

3. Kutipan langsung > 4 baris, penulis dalam uraian (format A)


Apabila kita amati, penggunaan ejaan belum sepenuhnya diterapkan secara
benar berdasarkan ketentuan. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya
kesalahan penggunaan ejaan. Badudu (1996:99) menyatakan

Sampai saat ini masih banyak sekali kita lihat kesalahan


yang dibuat orang dalam menuliskan kata atau kalimat.
Penggunaan huruf kapital dan huruf kecil, penggunaan
tanda koma, tanda titik koma, tanda titik dua, penulisan kata
gabung yang terpisah atau serangkai masih saja kacau.

4. Kutipan langsung > 4 baris, penulis dalam tanda kurung (format B)


Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Metode deskriptif adalah metode yang membicarakan
tentang beberapa kemungkinan untuk memecahkan masalah
yang aktual dengan jalan mengumpulkan data, menyusun
dan mengklasifikasikannya, menganlisis data dan
menginterpretasikan hasil analisis data (Surachmad,
1995:131).

5. Kutipan dalam kutipan


Lebih lanjut, Macnamara (dikutip Maksum, 2007:2)mengemukakan
“Presentasi ibarat gunung es yang nampak indah di atas permukaan laut.
Namun keindahan gunung tersebut akan hilang manakala 90% bagian gunung
es yang ada di permukaan laut tersebut tenggelam. Dengan demikian, 90%
bagian dari presentasi adalah persiapan...”.

6. Kutipan Tidak langsung


Kesalahan-kesalahan penggunaan ejaan tidak hanya terdapat pada tulisan
siswa, melainkan terdapat juga pada surat-surat dinas. Arifin (1997:59) pernah
menyatakan bahwa masih banyak penulis surat yang kurang memperhatikan
ejaan dalam bahasa surat, terutama mengenai pemakaian tanda baca.

Rangkuman
Membaca adalah suatu kegiatan memahami informasi yang disampaikan melalui
bahasa tulis. Menulis adalah suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa
tulis sebagai medianya. Membaca dan menulis merupakan dua kegiatan yang saling
berhubungan karena keduanya menggunakan bahasa ragam tulis.
Dalam penggunaan ragam tulis perlu diperhatikan berbagai aspek, antara lain, aspek
organisasi gagasan dalam paragraf dan antarparagraf. Gagasan-gagasan yang dimuat dalam
wacana tulis, baik dalam paragraf maupun antarparagraf, haruslah memenuhi syarat
kelengkapan, keruntutan, dan kepaduan. Gagasan yang tertata dengan baik dalam bacaan
akan dapat memudahkan pembaca dalam memahami isi bacaan.
Terkait dengan bacaan, yang dapat dijadikan sebagai referensi dalam penulisan karya
ilmiah, antara lain, berupa buku, artikel ilmiah, dan artikel ilmiah populer baik yang didapat
dari perpustakaan maupun yang diakses dari internet. Dalam membaca referensi pembaca
perlu membuat catatan penting yang berisi informasi lengkap tentang sumber dan hal-hal
penting dalam bentuk kutipan-kutipan.
Referensi
Adhiyaksa. 2008. Ragam Bahasa. (http://intl.feedfury.com/content/15241462-
ragambahasa.html, diakses 9 Januari 2009).

Brown, Gillian dan George Yule. 1996. Analisis Wacana. Terjemahan oleh I. Soetikno.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hardjodipuro, Siswojo. 1982. Karya Ilmiah. Jakarta: Erlangga.

Hayon, Josep. 2003. Membaca dan Menulis Wacana. Jakarta: Storia Grafika.
IPB. 2001. Pedoman Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah. Bogor: IPB.

Lubis, A. Hamid. 1993. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa.

Jamal, Abdul. 2009. Tugas Bahasa Indonesia. (http://keranggan.blogspot.com/2009/10/tugas-


bahasa-indonesia-html, diakses 9 Januari 2009).

Meirani, Wasitoh. 2005. Organisasi Gagasan dalam Laporan Akhir Mahasiswa Politeknik
Negeri Sriwijaya. Tesis Magister Pendidikan Bahasa Program Pascasarjana Universitas
Sriwijaya. Tidak diterbitkan.

Oshima, Alice dan ann Hogue. 1983. Writing Academic English: A Writing and Sentence
Structure Workbook for International Students. Massachusetts: Addison-Wesley
Publishing Company.

Oregon Departement of Education. 2004. Official Scoring Guide, Writing 2003—2004,


(http://www.hsd.k12.or.us/school/specprograms/discover ideaedvs/ASMT/scoring guides,
diakses 26 Mei 2004).

Parera, J.D. 2001. Belajar Mengemukakan Pendapat. Jakarta: Erlangga.

Sakri, Adjat. 1992. Bangun Paragraf Bahasa Indonesia. Bandung: ITB.

Suparno dan M. Yunus. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sumadi dan Mansur Hasan. 2000. “Wacana Tulis Ilmiah Mahasiswa Jurusan Bahasa
Indonesia Universitas Negeri Malang”. Laporan penelitian Lembaga Penelitian Universitas
Negeri Malang. Tidak diterbitkan.

Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: UNM.

Widyamartaya, A. 2003. Seni Menuangkan Gagasan. Yogyakarta: Kanisius.

Zulfikar. 2009. Ragam Bahasa Bahasa. (http://zoel.web.id/2009/10/makalah-perkembangan-


bahasa-indonesia, diakses 9 Januari 2009).

Anda mungkin juga menyukai