Disusun Oleh:
PUTRA ARDHANA
NIM.211133028
B. Definisi
Ulkus diabetikum merupakan permasalahan yang sudah sering
muncul sekarang dimana luka pada kaki penderita diabetes melitus yang
diakibatkan karena suatu infeksi yang menyerang sampai ke dalam
jaringan subkutan(Andyagreeni, 2017).
Ulkus diabetikum merupakan komplikasi kronik dari diabetes
melllitus sebagai sebab utama morbiditas, mortalitasserta kecacatan
penderita Diabetes. Kadar LDL yang tinggi memainkan peranan penting
untuk terjadinya ulkusdiabetic melalui pembentukan plak atherosklerosis
pada dinding pembuluh darah, (zaidah, 2016).
Ulkus diabetikum merupakan kerusakan yang terjadi sebagian
(Partial Thickness) atau keseluruhan (Full Thickness) pada daerah kulit
yang meluas ke jaringan bawah kulit, tendon, otot, tulang atau persendian
yang terjadi pada seseorang yang menderita penyakit Diabetes Melitus
(DM), kondisi ini timbul akibat dari peningkatan kadar gula darah yang
tinggi (Tarwoto & Dkk., 2018).
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan ulkus diabetikum
adalah suatu kondisi yang timbul akibat dari peningkatan kadar gula darah
yang tinggi dan akan menyebabkan komplikasi kronik dari diabetes
mellitus dimana luka pada kaki penderita diabetes mellitus akan
mengakibatkan suatu infeksi yang menyerang sampai ke dalam jaringan
subkutan.
C. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi
Gambar 1. Prankreas
A. Pulau Langerhans
C. Glukagon
D. Etiologi
Diabetes dengan Ulkus(Corwin, 2017).
a. Faktor endogen:
1) Neuropati
Terjadi kerusakan saraf sensorik yang dimanifestasikan dengan
penurunan sensori nyeri, panas, tak terasa, sehingga mudah terjadi
syok dan otonom/simpatis yang dimanifestasikan dengan
peningkatan fatwa darah, produksi keringat tidak ada dan
hilangnya tonus vaskuler
2) Angiopati
Dapat disebabkan oleh faktor genetic, metabolic dan faktor resiko
lain.
3) Iskemia
Adalah arterosklerosis (pengapuran dan penyempitan pembuluh
darah) pada pembuluh darah besar tungkai (makroangiopati)
menyebabkan penurunan fatwa darah ke tungkai, bila terdapat
thrombus akan memperberat timbulnya gangrene yang luas.
Aterosklerosis dapat disebabkan oleh faktor:
- Adanya hormone aterogenik
- Merokok
- Hiperlipidemia
Manifestasi kaki diabetes iskemia:
- Kaki dingin
- Nyeri nocturnal
- Tidak terabanya denyut nadi
- Adanya pemucatan ekstrimitas inferior
- Kulit mengkilap
- Hilangnya rambut dari jari kaki
- Penebalan kuku
- Gangrene kecil atau luas.
b. Faktor eksogen
1) Trauma
2) Infeksi
E. Klasifikasi
Klasifikasi ulkus diabetik menurut (Wijaya, Andra Saferi dan Mariza
Putri,2013)adalah sebagai berikut:
a. Derajat 0 : Tidak ada lesi yang terbuka, luka masih dalam keadaan
utuh denganadanya kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki
seperti “claw, callus”
b. Derajat I : Ulkus superfisial yang terbatas pada kulit.
c. Derajat II : Ulkus dalam yang menembus tendon dan tulang.
d. Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa adanya osteomielitis.
e. Derajat IV : Gangren yang terdapat pada jari kaki atau bagian distal
kaki denganatau tanpa adanya selulitis.
f. Derajat V : Gangren yang terjadi pada seluruh kaki atau sebagian
pada tungkai.
6. Komplikasi
Menurut (Andyagreeni, 2017),komplikasi pada ulkus diabetikum yaitu;
a. Serangan jantung (kardiopati diabetik)
Kardiopati diabetik adalah gangguan jantung akibat diabetes.
Glukosa darah yang tinggi dalam jangka waktu yang panjang
akanmenaikan kadar kolestrol dan trigliserida. Lama kelamaan
akanterjadi aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah.
b. Penyakit ginjal (nefropatik diabetik)
Nefropatik diabetik adalah gangguan fungsi ginjal akibat
kebocoranselaput penyaring darah yang mengakibatkan penghalang
proteinrusak dan terjadi kebocoran protein ke urine (albuminuria).
c. Kebutaan akibat glukoma (retinopati diabetik)
Keadaan ini disebabkan rusaknya pembuluh darah yang
memberimakan pada retina.
d. Stroke
Tubuh penderita diabetes mengalami gangguan
metabolismekarbohidrat dan lemak sehingga rentan mengalami
tekanan darahtinggi aterosklerosis.
e. Luka yang tidak dapat sembuh
Penderita diabetes sulit menyembuhkan luka terbuka
yangdialaminya karena kadar glukosa yang tinggi dapat
menyebabkanpenyempitan pembuluh darah (vasokontriksi).
Akibatnya sirkusasi darah menjadi terganggu dan mengakibatkan
transportasi nutrisiserta oksigen pada luka menjadi terhambat
sehingga penyembuhanluka berjalan sangat lambat.
f. Kematian
Jika kondisi diabetes pada penderita sudah parah dan
menyebabkankomplikasi berbagai penyakit berat,maka akibat
paling fatal daridiabetes mellitus adalah kematian
7. Pemeriksaan diagnostik/penunjang
Pemeriksaan diagnostik pada ulkus diabetikum menurut (Doenges,
2016).
a. Pemeriksaan fisik
b. Pemeriksaan vaskuler
Tes vaskuler noninvasive : pengukuran oksigen
transkutaneus,ankle brachial index (ABI), absolute toe systolic
pressure. ABI :tekanan sistolik betis dengan tekanan sistolik
lengan.
c. Pemeriksaan Radiologis
Gas subkutan, benda asing, osteomielitis
d. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
1) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula
darahpuasa >120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
2) Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam
urine.Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ).
Hasildapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau
( + ),kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
3) Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikanantibiotik
yang sesuai dengan jenis kuman.
8. Penatalaksaan medis
Untuk penatalaksanaan pada penderita ulkus DM khususnya
penderita setelah menjalani tindakan operasi debridement yaitutermasuk
tindakan perawatan dalam jangka panjang.
a. Medis
Menurut Sugondo (2019 )penatalaksaan secara medis
sebagaiberikut :
1) Obat hiperglikemik Oral
2) Insulin
a) Ada penurunan BB dengan drastis
b) Hiperglikemi berat
c) Munculnya ketoadosis diabetikum
d) Gangguan pada organ ginjal atau hati.
3) Pembedahan
Pada penderita ulkus DM dapat juga dilakukanpembedahan yang
bertujuan untuk mencegah penyebaranulkus ke jaringan yang
masih sehat, tindakannya antara lain:
a) Debridement : pengangkatan jaringan mati pada lukaulkus
diabetikum.
b) Neucrotomi
c) Amputasi
b. Keperawatan
Menurut Sugondo (2019), dalam penatalaksaan medis
secarakeperawatan yaitu :
1) Diit
Diit harus diperhatikan guna mengontrol peningkatanglukosa.
2) Latihan
Latihan pada penderita dapat dilakukan seperti olahraga kecil,
jalan -jalan sore, senam diabetik untuk mencegahadanya ulkus.
3) Pemantauan
Penderita ulkus mampu mengontrol kadar gula darahnya secara
mandiri dan optimal.
4) Terapi insulin
Terapi insulin dapat diberikan setiap hari sebanyak 2 kali sesudah
makan dan pada malamhari.
5) Penyuluhan kesehatan
Penyuluhan kesehatan dilakukan bertujuan sebagai edukasi bagi
penderita ulkus dm supaya penderita mampumengetahui tanda
gejala komplikasi pada dirinya danmampu menghindarinya.
6) Nutrisi
Nutrisi disini berperan penting untuk penyembuhan luka
debridement, karena asupan nutrisi yang cukup
mampumengontrol energy yang dikeluarkan.
7) Stress Mekanik
Untuk meminimalkan BB pada ulkus. Modifikasinya adalah
seperti bedrest, dimana semua pasin beraktifitas ditempat tidur
jika diperlukan. Dan setiap hari tumit kakiharus selalu dilakukan
pemeriksaan dan perawatan(medikasi) untuk mengetahui
perkembangan luka dan mencegah infeksi luka setelah dilakukan
operasidebridement tersebut.
8) Tindakan pembedahan
Fase pembedahan menurut Wagner ada dua klasifikasi antara
lain :
Derajat 0 : perawatan local secara khusus tidak dilakukan atau
tidak ada.
Derajad I – IV : dilakukan bedah minor serta pengelolaan medis,
dan dilakukan perawatan dalam jangka panjangsampai dengan
luka terkontrol dengan baik.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
Keletihan, nyeri seluruh badan dan hilangnya nafsu makan.
Mungkin adanya mual dan muntah.
c. Pengkajian pola gordon (pola fungsi kesehatan.
1) Persepsi kesehatan
Pasien tidak mengetahui penyebab penyakitnya, higienitas pasien
sehari-hari kurang baik.
2) Nutrisi metabolic
Diawali dengan mual, muntah, anoreksia menyebabkan
penurunan berat badanpasien.
3) Pola eliminassi
Akan mengalami perubahan BAK kuning pucat bau khas
4) Aktivitas
Akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya
nyeri akibat kurangnya asupan kalium tubuh
5) Tidur/istirahat
Akan terganggu karena adanya akibat kurangnya asupan kalium
tubuh
6) Kognitif
Pasien masih dapat menerima informasi namun kurang
berkonsentrasi karena nyeri ektremitas dan kelumpuhan.
7) Peran hubungan
Pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan
peran pasien pada kehidupan sehari-hari mengalami gangguan
8) Manajemen koping/ stress
Pasien mengalami kecemasan yang berangsur-angsur dapat
menjadi pencetus stress. Pasien memiliki koping yang adekuat.
9) Keyakinan/ nilai
Pasien memiliki kepercayaan, pasien jarang sembahyang
karena gejala penyakitnya
d. Pemeriksaan fisik
1) Ekteremitas
kaji adanya keletihan pada kaki dan tangan, kaji kekuatan
otot
2) Keadaan umum : lemah
3) Kesadaran : kaji GCS dengan seksama
2. Diagnosa keperawatan
a) Nyeri akut
b) Gangguan integritas kulit
c) Gangguan mobilitas fisik
d) Ansietas
e) Resiko infeksi
1. Intervensi
B. PEMBERIAN ANALGETIK
(I.08243)
1. Observasi
Identifikasi karakteristik
nyeri (mis. Pencetus, pereda,
kualitas, lokasi, intensitas,
frekuensi, durasi)
Identifikasi riwayat alergi
obat
Identifikasi kesesuaian jenis
analgesik (mis. Narkotika,
non-narkotika, atau NSAID)
dengan tingkat keparahan
nyeri
Monitor tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
Monitor efektifitas analgesik
2. Terapeutik
Diskusikan jenis analgesik
yang disukai untuk mencapai
analgesia optimal, jika perlu
Pertimbangkan penggunaan
infus kontinu, atau bolus
opioid untuk
mempertahankan kadar
dalam serum
Tetapkan target efektifitas
analgesic untuk
mengoptimalkan respon
pasien
Dokumentasikan respon
terhadap efek analgesic dan
efek yang tidak diinginkan
3. Edukasi
Jelaskan efek terapi dan efek
samping obat
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian dosis
dan jenis analgesik, sesuai
indikasi
2. Gangguan Setelah A. PERAWATAN INTEGRITAS
integritas dilakukan KULIT
kulit tindakan (I.11353)
keperawatan 1. Observasi
3x24 jam, Identifikasi penyebab
integritas kulit gangguan integritas kulit (mis.
meningkat Perubahan sirkulasi, perubahan
dengan kriteria status nutrisi, peneurunan
hasil : kelembaban, suhu lingkungan
a. Kerusakan ekstrem, penurunan mobilitas)
integritas 2. Terapeutik
kulit Ubah posisi setiap 2 jam jika
menurun tirah baring
b. Tidak ada Lakukan pemijatan pada area
kemerahan penonjolan tulang, jika perlu
c. Keadan Bersihkan perineal dengan air
luka hangat, terutama selama
Membaik periode diare
Gunakan produk berbahan
petrolium atau minyak pada
kulit kering
Gunakan produk berbahan
ringan/alami dan hipoalergik
pada kulit sensitive
Hindari produk berbahan dasar
alkohol pada kulit kering
3. Edukasi
Anjurkan menggunakan
pelembab (mis. Lotin, serum)
Anjurkan minum air yang
cukupAnjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
Anjurkan meningkat asupan
buah dan saur
Anjurkan menghindari
terpapar suhu ektrime
Anjurkan menggunakan tabir
surya SPF minimal 30 saat
berada diluar rumah
B. PERAWATAN LUKA
( I.14564 )
1. Observasi
Monitor karakteristik luka (mis:
drainase,warna,ukuran,ba
Monitor tanda –tanda inveksi
2. Terapeutik
lepaskan balutan dan plester
secara perlahan
Cukur rambut di sekitar daerah
luka, jika perlu
Bersihkan dengan cairan
NACL atau pembersih non
toksik,sesuai kebutuhan
Bersihkan jaringan nekrotik
Berika salep yang sesuai di
kulit /lesi, jika perlu
Pasang balutan sesuai jenis
luka
Pertahan kan teknik seteril
saaat perawatan luka
Ganti balutan sesuai jumlah
eksudat dan drainase
Jadwalkan perubahan posisi
setiap dua jam atau sesuai
kondisi pasien
Berika diet dengan kalori 30-
35 kkal/kgBB/hari dan
protein1,25-1,5 g/kgBB/hari
Berikan suplemen vitamin dan
mineral (mis vitamin
A,vitamin C,Zinc,Asam
amino),sesuai indikasi
Berikan terapi
TENS(Stimulasi syaraf
transkutaneous), jika perlu
3. Edukasi
Jelaskan tandan dan gejala
infeksi
Anjurkan mengonsumsi makan
tinggi kalium dan protein
Ajarkan prosedur perawatan
luka secara mandiri
4. Kolaborasi
Kolaborasi prosedur
debridement(mis: enzimatik
biologis mekanis,autolotik),
jika perlu
Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu
Edukasi
Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi
Anjurkan melakukan
ambulasi dini
Ajarkan ambulasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. berjalan
dari tempat tidur ke kursi
roda, berjalan dari tempat
tidur ke kamar mandi,
berjalan sesuai toleransi)
Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa
yang akan dating
3. Edukasi
Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai kebutuhan
Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
Latih penggunaan
mekanisme pertahanan diri
yang tepat
4. Kolaborasi