Anda di halaman 1dari 13

MODUL PERKULIAHAN

AUDITING II

TEKNIK PEMILIHAN SAMPLING


AUDIT UNTUK PENGUJIAN ATAS
PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN
SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

02
Fakultas Ekonomi S1 Akuntansi 01610003 Syafdinal, S.E., M.M.Ak
dan Bisnis Dr. H. Islahuzzaman, S.E., M.Si., Ak., C.A.
Dr. Rita Yuniarti, S.E., M.M., Ak.
Aida Wijaya, S.E., M.Si., Ak., CA.
Rini Susiani, S.E,. M.Ak., Ak., C.A.
Mirna Dianita, S.E., M.M., Ak., CA.

Abstract Kompetensi
Modul ini membahas mengenai Mahasiswa mampu menjelaskan,
Teknik pemilihan Sampling Audit menyusun dan melaksanakan
untuk Pengujian atas Pengendalian Teknik pemilihan Sampling Audit
dan Pengujian Substantif atas untuk Pengujian atas Pengendalian
Transaksi dan Pengujian Substantif atas
Transaksi

Dalam bab ini auditor harus menentukan ukuran sampel dan item sampel
yang akan dipilih dari populasi untuk setiap prosedur audit. Sampling audit adalah
penerapan prosedur audit terhadap kurang dari seratus persen unsur dalam suatu
saldo akun atau kelompok transaksi dengan tujuan untuk menilai beberapa
karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi.
Sampling audit dapat diterapkan baik untuk melakukan pengujian pengendalian
maupun pengujian substantif. Sampling audit banyak diterapkan auditor dalam
prosedur pengujian berupa vouching*, tracing* dan konfirmasi.

*Vouching  verifikasi dan konfirmasi entri yang dicatat dalam pembukuan dengan memeriksa
voucher atau bukti dokumenter seperti debit dan kredit catatan, faktur, kuitansi, laporan, dll.

*Tracing  Tracing adalah suatu kegiatan yang merupakan kebalikan dari Vouching. Arah kegiatan
tracing adalah mengikuti dokumen sumber hingga ke pencatatannya dalam catatan akuntansi.
adapun pelaksanaan dari tracing adalah mengikuti dokumen sumber, seperti faktur penjualan atau
laporan pengiriman, kemudian auditor melakukan penelusuran dokumen sumber tersebut melalui
sistem akuntansi ke pencatatan akhir dalam catatan akuntansi, seperti jurnal dan buku besar.

A. SAMPEL REPPRESENTATIF
Sampel representatif (representative sample) adalah sampel yang
karakteristiknya hampir sama dengan yang dimiliki oleh populasi, yang berarti item
item yang dijadikan sampel populasi serupa dengan item item yang tidak dijadikan
sampel. Jika tidak ada atau ditemukan banyak item yang hilang, sampel tersebut
dianggap non-representatif.
Salah satu cara untuk mengetahui apakah suatu sampel bersifat representatif
adalah dengan melakukan audit lebih lanjut atas populasi secara keseluruhan. Akan
tetapi, auditor dapat meningkatkan kemungkinan sampel dianggap representatif
dengan menggunakannya secara cermat ketika merancang proses sampling,
pemilihan sampel, dan evaluasi sampel. Hasil sampel dapat menjadi
nonrepresentatif akibat kesalahan nonsampling atau kesalahan sampling. Risiko dari
dua jenis kesalahan yang terjadi tersebut disebut sebagai risiko nonsampling dan
risiko sampling.
Hal yang dapat mengakibatkan hasil sampel menjadi tidak representatif :

‘20 Modul Auditing II


2 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
1) Resiko Kekeliruan non-sampling (non-sampling error)
2) Resiko Kekeliruan sampling (sampling error)

Risiko nonsampling (nonsampling risk) adalah risiko bahwa pengujian audit


tidak menemukan pengecualian yang ada dalam sampel. Kegagalan auditor untuk
mengenali pengecualian dan prosedur audit yang tidak sesuai atau tidak efektif
adalah penyebab risiko nonsampling.
Prosedur audit yang tidak efektif untuk mendeteksi pengecualian yang
diragukan adalah dengan memeriksa sampel dokumen pengiriman dan menentukan
apakah masing masing telah dilampirkan ke faktur penjualan, dan bukan memeriksa
sampel salinan faktur penjualan untuk menentukan apakah dokumen pengiriman
telah dilampirkan. Cara untuk mengendalikan risiko nonsampling bisa dilakukam
dengan merancang prosedur audit dengan cermat, instruksi yang tepat,
pengawasan dan melakukan review.
Risiko sampling (sampling risk) adalah risiko bahwa auditor mencapai
kesimpulan yang salah karna sampel populasi yang tidak representatif. Risiko
sampling adalah bagian sampling yang melekat akibat pengujian lebih sedikit dari
populasi secara keseluruhan.
Auditor memiliki dua cara untuk mengendalikan risiko sampling:
1. Menyesuaikan ukuran sampel.
2. Menggunakan metode pemilihan item sampel yang tepat dari populasi.

B. SAMPLING STATISTIK VS SAMPLING NONSTATISTIK  DAN PEMILIHAN


SAMPEL PROBABILISTIK DAN NONPROBABILISTIK

Metode sampling audit dapat dibagi menjadi dua kategori utama :


1) sampling statistik dan
2) sampling nonstatistik.

Kategori tersebut karena keduanya melibatkan tiga tahap :


1) Perencanaan sampel.
2) Pemilihan sampel dan melakukan pengujian.
3) Pengevaluasian hasil.

‘20 Modul Auditing II


3 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Tujuan dari perencanaan sampel adalah memastikan bahwa pengujian audit
dilakukan dengan cara yang memberikan risiko sampling yang diinginkan dan
meminimalkan kemungkinan kesalahan nonsampling. Pemilihan sampel melibatkan
keputusan bagaimana sampel dipilih dari populasi.
Sampling statistik (statistical sampling) menerapkan aturan matematika,
auditor dapat mengkuantifikasi (mengukur) risiko sampling dalam merencanakan
sampel dan dalam mengevaluasi hasil.
Dalam sampling nonstatistik (non-statistical sampling) auditor memilih item
sampel yang diyakini akan memberikan informasi yang paling bermanfaat, dalam
situasi tertentu, dan mencapai kesimpulan mengenai populasi atas dasar
pertimbangan. Karena alasan tersebut penggunaan sampling nonstatistik sering kali
disebut dengan sampling pertimbangan (judgemental sampling)
Dalam pemilihan sampel probabilistik (probabistic sampel selection) auditor
memlih secara acak item-item sehingga setiap item populasi memiliki item
probabilitas yang sama untuk dimasukkan dalam sampel. Proses ini memerlukan
ketelitian yang sangat tinggi dan menggunaan salah satu dari beberapa metode
yang telah dibahas secara singkat. Sedangkan dalam pemilihan sampel
nonprobabilistik (nonprobabilistik sample selection), auditor memilih item sampel
dengan menggunakan pertimbangan yang profesional dan bukan metode
probabilistik. Auditor dapat menggunakan salah satu dari beberapa metode
pemilihan sampel nonprobabilistik.

Metode pemilihan sampel nonprobabilistik (pertimbangan) antara lain :


1. Pemilihan sampel terarah.
2. Pemilihan sampel blok.
3. Pemilihan sampe sembarangan.

Metode pemilihan sampel probabilistik antara lain :


1. Pemilihan sampel acak sederhana.
2. Pemilihan sampel sistematis (sampling sistematis).
3. Pemilihan sampel probabilitas yang proporsional dengan ukuran.
4. Pemilihan sampel yang bertahap.

C. METODE PEMILIHAN SAMPEL PROBABILISTIK

‘20 Modul Auditing II


4 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Sampling statistik mengharuskan sampel probabilistik mengukur risiko
sampling. Untuk sampel probabilistik, auditor tidak menggunakan pertimbangan
mengenai item atau pos sampel mana yang akan dipilih, kecuali dalam memilih
mana dari 4 (empat) metode pemilihan yang akan digunakan.
1. Pemilihan sampel acak sederhana.
Setiap kombinasi dari item populasi yang mungkin memiliki kesempatan
yang sama untuk dimasukkan dalam sampel.
2. Pemilihan sampel sistematis (sampling sistematis)
Auditor menghitung suatu interval dan kemudian memilih item-item yang
akan dijadikan sampel berdasarkan ukuran interval tersebut. Interval
ditentukan dengan membagi ukuran populasi dengan ukuran sampel yang
diinginkan.
3. Pemilihan sampel probabilitas yang proporsional dengan ukuran.
Mengambil sampel di mana probabilitas pemilihan setiap item populasi
individual bersifat proporsional dengan jumlah tercatatnya. Metode ini
dievaluasi dengan menggunakan sampling non-statistik atau sampling
statistik unit moneter
4. Pemilihan sampel yang bertahap.
Membagi populasi ke dalam sub-populasi, biasanya menurut ukuran
dolar, dan mengambil sampel yang lebih beasr dari subpopulasi itu
dengan ukuran yang lebih besar. Metode ini dievaluasi dengan
menggunakan sampling non-statistik dan sampling statistik variabel.

D. METODE PEMILIHAN SAMPEL NON-PROBABILISTIK


Metode pemilihan sampel nonprobabilistik adalah metode yang tidak
memenuhi persyaratan teknis bagi pemilihan sampel non-probabilistik. Karena
metode tersebut tidak didasarkan pada probabilitas matematika, keterwakilan
sampel mungkin sulit ditentukan.
1. Pemilihan sampel terarah.
Pemilihan item atau pos tanpa bias yang disengaja oleh auditor. Dalam
hal ini, auditor memilih item populasi tanpa memandang ukurannya,
sumber, atau karakteristik lainnya yang membedakan.
2. Pemilihan sampel blok.

‘20 Modul Auditing II


5 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Auditor memilih pos pertama dalam suatu blok, dan sisanya diilih secara
berurutan. Contoh: asumsikan sampel blok adalah berupa urutan
transaksi penjualan sebanyak 100 dari jurnal penjualan untuk minggu
ketiga Bulan Maret, maka auditor dapat memilih total sampel sebanyak
100 dengan mengambil 5 blok dari 20 pos, 10 blok dari 10, 50 blok dari 2
atau 1 blok dari 100.
Penggunaan sampel blok ini hanya dapat diterima bila jumlah blok yang
digunakan masuk akal.
3. Pemilihan sampel sembarangan.
Pemilihan sampel sembarangan (haphazard sample selection) adalah pemilihan
sampel item atau pos tanpa bias yang disengaja oleh auditor. Kekurangan
pemilihan sampel sembarangan yang paling serius adalah sulitnya menjaga agar
tetap tidak bias dalam melakukan pemilihan. Karena pelatihan auditor dan bias
yang tidak disengaja, item populasi tertentu akan lebih besar kemungkinannya
untuk dimasukkan dalam sempel ketimbang yang lainnya.

E. SAMPLING UNTUK TINGKAT PENGECUALIAN


Auditor menggunakan sampling pada pengujian pengendalian dan pengujian
substantive atas transaksi untuk menentukan apakah pengendalian berjalan secara
efektif dan apakah tingkat kesalaan moneter berada di bawah batas yang dapat
ditoleransi. Untuk melakukannya, auditor mengestimasi persentase item-item dalam
populasi yang memiliki karakteristik atau atribut kepentingan. Persentase ini
disebut sebagai tingkat keterjadian (accurence rate) atau tingkat pengecualian
(exception rate). Contoh: auditor menentukan tingkat penggecualian sebesar 3%,
maka 3 % dari rata rata 100 faktur tidak perlu diverifikasi/diperiksa.
Auditor sangat memperhatikan jenis pengecualian berikut dalam populasi
data akuntansi :
1. Menyimpan atau deviasi daripengendalian yang diterapkan klien.
2. Salah saji moneter dalam populasi data transaksi.
3. Salah saji moneter dalam rincian transaksi saldo akun

Tingkat pengecualian dalam suatu sampel akan digunakan untuk


mengestimsi tingkat pengecualian dalam populasi yang merupakan “estimasi
terbaik” auditor atas tingkat pengecualian populasi. Istilah pengecualian (exception)

‘20 Modul Auditing II


6 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
harus dipahami sebagai mengacu pada deviasi dari prosedur pengendalian klien
maupun jumlah yang salah secara moneter, apakah hal itudisebabkan oleh
kesalahan akuntansi yang tidak disengaja atau penyebab lainnya. Istilah deviasi
(deviation) terutama mengacu pada penyimpangan dari pengendalian yang telah
digariskan.
Karena tingkat pengecualian didasarkan pada sampel, kemungkinan besar
tingkat pengecualian akan berbeda dari tingkat pengecualian populasi aktual.
Perbedaan ini disebut sebagai kesalahan sampling (sampling error).
Dalam menggunakan sampling audit untuk menentukan tingkat pengecualian,
auditor ingin mengetahui seberapa besar tingkat pengecualian itu, dan bukan lebar
interval keyakinannya. Karena itu auditor berfokus pada batas estimasi interval, yang
disebut tingkat pengecualian atas yang dihitung (computed upper exception
rate = CUER) atau yang diestimasi dalam melakukan pengujian pengendalian dan
pengujian supstantif atas transaksi.

F. APLIKASI SAMPLING AUDIT NONSTATISTIK


Auditor menggunakan 14 langkah yang dirancang dengan baik untuk
menerapkan sampling audit pada pengujian pengendalian dan pengujian substantif
atas transaksi. Auditor harus mengikuti langkah langkat tersebut dengan cermat
untuk memastikan diterapkannya persyaratan audit maupun sampling dengan benar.
Merencanakan sampel
1. Menyatakan tujuan pengujian audit.
2. Memutuskan apakah sampling audit dapat diterapkan.
3. Mendifinisikan atribut dan kondisi pengecualian.
4. Mendefinisikan populasi.
5. Mendefinisikan unit sampling.
6. Menetapkan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi.
7. Menetapkan risiko yang dapat diterima atas penentuan risiko penilaian
yang terlalu rendah.
8. Mengestimasi tingkat pengecualian populasi.
9. Menentukan ukuran sampel awal.
Memilih Sampel dan Melaksanakan Prosedur Audit
10. Memilih sampel.
11. Melaksanakan proseur audit.

‘20 Modul Auditing II


7 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Mengevaluasi Hasil
12. Menggenaralisasi dari sampel ke populasi.
13. Menganalisis pengecualian.
14. Memutuskan aksebtabilitas populasi.

Gambar 2.1 Istilah yang digunakan dalam Sampling Audit

‘20 Modul Auditing II


8 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Gambar 2.2 Pedoman bagi ARO dan TER untuk sampling non-statistik:
Pengujian Pengendalian

Gambar 2.3 Pedoman bagi ARO dan TER untuk sampling Non-statistik:
Pengujian Substantif atas Transaksi

‘20 Modul Auditing II


9 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Gambar 2.4 Dampak Faktor Perubahan terhadap Ukuran Sampel

Gambar 2.5 Ikhtisar Langkah-langkah Sampling Audit

‘20 Modul Auditing II


10 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
G. SAMPLING AUDIT STATISTIK
Metode sampling statistik yang paling sering digunakan untuk pengujian
pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi adalah sampling atribut
(atribute sampling). Sampling nonstatistik juga memiliki atribut, yang merupakan
karakteristik yang sedang diuji dalam populasi, tetapi sampling atribut merupakan
metode statistik.

Distribusi Sampling
Distribusi sampling adalah distribusi frekuensi hasil semua sampel berukuran
khusus yang dapat diperoleh dari populasi yang memiliki beberapa karakteristik
tertentu.
Distribusi sampling memungkinkan auditor untuk membuat laporan probabilitas
mengenai kemungkinan terwakilnya stiap sampel dalam distribusi.sampling atribut
didasarkan pada distribusi binominal, imana setipsampel dalam populasi memiliki
satu dari dua nilai yang mungkin atau deviasi pengendalian.

Menggunakaan Sampling Atribut Dalam Pengujian Pengendalian Dan


Pengujian Substantif Atas Transaksi
 Merencanakan Sampel
1. Menyatakan tujuan pengujian audit
2. Memutuskan apakah sampling audit dapat diterapkan
3. Mendefinisikan atribut dan kondisi pengecualian
4. Mendefinisikan populasi
5. Mendefinisikan unit sampling
6. Menetapkan tingkat pengecualian
7. Menetapkan ARO
8. Mengestimasi tingkat pengecualian populasi
9. Menentukan ukuran sampel awal
 Memilih Sampel
10. Memilih sampel
11. Melaksanakan prosedur audit
 Mengevaluasi Hasil

‘20 Modul Auditing II


11 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
12. Menggeneralisasi dari sampel ke populasi
13. Menganalisis pengecualian
14. Memutuskan akseptabilitas populasi

Kritik yang biasanya dilontarkan terhadap sampling statistik adalah bahwa hal
tersebut mengurangi penggunaan pertimbangan/judgment profesional auditor.
Perbandingan di antara 14 langkah yang dibahas dalam modul ini untuk sampling
non-statistik dan atribut menunjukkan bahw akritik tersebut tidak terbukti. Agar
aplikasinya tepat, sampling atribut mengharuskan auditor menggunakan
pertimbangan rofesionalnya di sebagian besar langkah tersebut. Ketika memilih
ukuran sampel awal, auditor sangat tergantung pada TER dan ARO, yang
memerlukan estimasi yang cermat. Demikian juga dengan evaluasi akhir atas
kelayakan aplikasi sampling atribut secara keseluruhan, yang termasuk kelayakan
ukuran sampel, juga didasarkan pada pertimbangan profesional tingkat tinggi.

‘20 Modul Auditing II


12 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
REFERENSI

 Arens A. Alvin, Randal J. Elder dan Mark S. Beasley. 2015. Auditing dan
Jasa Assurance Pendeketan Terintegrasi . Jilid 2. Edisi Lima Belas-
Jakarta. Erlangga

 Audit Kontemporer. Theodorus M. Tuanakota-Jakarta, Salemba Empat,


2015.

 Principles of Auditing An Introduction to International of Auditing. Rick


Hayers, Philip Wallage, Hans Gortemake 3rd Edition , Pearson, Ltd, 2014

 IAPI, 2014. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).

‘20 Modul Auditing II


13 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id

Anda mungkin juga menyukai