Skripsi
Oleh:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
Hidayatullah Jakarta.
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh:
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
PANITIA UJIAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh:
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Konsep bisnis waralaba menjadi salah satu strategi alternatif bagi UKM untuk
memberdayakan dan mengembangkan perekonomian di masa mendatang. Melalui
proses kemitraan waralaba yang saling menguntungkan antara UKM (investor/
franchisee) dengan franchisor (pemilik waralaba) ataupun sebaliknya, diharapkan
akan membuat UKM menjadi lebih kuat dan mandiri.
1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Selaku Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Euis Amalia, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Muamalat dan H. Ah. Azharuddin
Lathif, M.Ag. selaku Sekretaris Jurusan Muamalat.
3. Dr. H. Muhammad Taufiki, M. Ag. Selaku Pembimbing Akademik penulis
4. Ibu Hotnida Nasution, S. Ag., MA. dan Ibu Rosdiana, MA. selaku Dosen
Pembimbing skripsi penulis yang telah memberikan arahan, saran, dan ilmunya
hingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
5. Ir. H. Siyamto Hendro selaku Manajer Area Jabotabek Lembaga Pendidikan
Primagama yang telah bersedia meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk
membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
6. Pimpinan Perpustakaan yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi
perpustakaan di lingkungan perpustakaan Fakultas Syari’ah dan Hukum.
7. Orangtua tercinta yang selalu membimbing dan men-support penulis baik moril
maupun materiil tanpa pernah mengeluh dan berputus asa.
8. Saudari-saudari penulis; Jamila Dianasari, S.P., Rifda Kurnia Islami, S.pd., dan
Firda Aulia yang turut memberikan kontribusinya serta motivasi bagi penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. K.H. Bahruddin dan Umi serta teman-teman Ma’had Daar el-Hikam yang telah
memberikan banyak pelajaran berharga bagi penulis tentang kenikmatan dan
karunia Allah yang tak pernah terbatas ruang dan waktu.
10. Teman-teman mahasiswa jurusan Perbankan Syari’ah angkatan 2004 yang tidak
dapat disebutkan satu persatu namanya, semoga ilmu yang kita miliki dapat
bermanfaat di dunia dan akhirat.
11. Rekan-rekan tutor dan staff Bimbingan Belajar Gama ’88 yang sudah sangat
pengertian dan toleransi untuk memberikan keluangan waktu bagi penulis agar
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
Kiranya skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun kritik dan saran dari
para pembaca sangat diharapkan untuk kesempurnaannya, besar harapan penulis agar
skripsi ini bisa bermanfaat dan memberikan kontribusi bagi penulis dan masyarakat
seluruhnya.
14 Sya’ban 1430 H
Bekasi,
5 Agustus 2009 M
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I: PENDAHULUAN
WARALABA PRIMAGAMA
A. Pendekatan Analisis SWOT terhadap Strategi Pengembangan
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………........... 90
B. Saran ……………………………………………………………….. 92
LAMPIRAN ……………………………………………………………………….. 95
DAFTAR TABEL
Asalnya ........................................................................................ 3
Umum ............................................................................................. 20
Primagama .................................................................................... 43
Primagama ............................................................................... 61
Asalnya ........................................................................................ 3
Umum ............................................................................................. 20
Primagama .................................................................................... 43
Primagama ............................................................................... 61
PENDAHULUAN
dan UKM di masa mendatang. UKM harus mampu membesarkan dirinya secara
bersinergi dengan pengusaha besar terutama yang berkelas dunia serta bervisi
pengusaha besar), diharapkan dapat membuat UKM menjadi lebih kuat dan
mandiri.1
wirausahawan tidak perlu bekerja keras untuk merintis usaha dari nol, namun
tinggal menggunakan sistem paten yang telah terlebih dahulu diuji coba dan
1
Herustiati dan Victoria Simanungkalit, “Waralaba: Bisnis Prospektif bagi UKM,”
artikel diakses pada 29 Agustus 2008 dari http://www.google.co.id.
dalam jangka waktu tertentu memberikan lisensi kepada franchisee (terwaralaba)
untuk melakukan usaha pendistribusian barang dan jasa di bawah nama identitas
franchisor dalam wilayah tertentu. Usaha tersebut harus dijalankan sesuai dengan
ditawarkan melalui sistem ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelaku
usaha, baik untuk pelaku usaha yang ingin melebarkan usahanya maupun bagi
dikatakan mulai berkembang pesat sejak tahun 1990-an. Tepatnya pada tahun
1991 – 1996, pengguna pola waralaba mencatat lompatan yang cukup signifikan.
Jika pada tahun 1991 jumlah bisnis yang diwaralabakan baru 27 unit usaha, pada
tahun 1995 meningkat menjadi 139 (asing maupun lokal), peningkatan luar biasa
2
Gemala Dewi. dkk., Hukum Perikatan Islam di Indonesia, Jakarta, Kencana Prenada
Media Group, 2006, h. 187.
terjadi pada waralaba asing, meningkat 1.783, 33% (dari 6 unit usaha menjadi
pewaralaba asing sampai Maret 1996 saja sudah mencapai 199 perusahaan. 3
Tabel 1
Jumlah Perusahaan Franchise di Indonesia Berdasarkan Asalnya
Periode 1992 – 1997 4 & 2000 – 2004 5
Franchise Asing Franchise Lokal
Tahun
Jml Pertumbuhan Jml Pertumbuhan
1992 29 6
1995 117 303% 15 150%
1996 210 79,5% 20 33,3%
1997 235 11,9% 30 50%
2000 212 -9,8% 39 30%
2001 230 8% 42 8%
2002 255 11% 45 7%
2003 239 -16% 49 8, 8 %
2004 270 12, 9% 62 26, 5 %
Waralaba dan Lisensi Indonesia (Wali) sendiri memperkirakan ada 700 waralaba
3
Ibid., h. 13.
4
Herustiati dan Victoria Simanungkalit, “Waralaba: Bisnis Prospektif bagi UKM,”
artikel diakses pada 29 Agustus 2008 dari http://www.google.co.id.
5
Rambat Lupiyoadi, Entrepreneurship, h. 179.
jumlah yang sama banyak, yaitu lebih dari 500 merk waralaba. 6 Perkembangan
sangat besar. Omzet secara keseluruhan dari seluruh pemain di bisnis ini untuk
waralaba asing dalam hal daya tahan menghadapi krisis moneter. Bahkan
waralaba lokal justru mampu tumbuh sebesar 12, 5 %. Mengapa? Selisih kurs
yang demikian besar antara rupiah dengan dollar mengakibatkan waralaba lokal
tekanan kurs.8
Pangsa pasar Indonesia yang berpenduduk lebih dari 200 juta orang
keuntungan dari sistem waralaba ini. Karena bagi terwaralaba/ franchisee, dengan
sistem waralaba ini ia tidak harus memulai usaha dari nol, tapi hanya tinggal
6
“Data Perkembangan Waralaba,” artikel diakses pada 04 September 2008 dari
http://web.bisnis.com.
7
Tri Raharjo, “Franchise Tumbuh Subur dengan Catatan,” artikel diakses pada 21
Februari 2009 dari http://salamfranchise.com
8
Sri Bimo Ariotejo, “Franchise Sesuai Kocek Kantong Cekak,” Modal, Edisi 29 (Juni
2005): h. 10.
meneruskan setengah perjalanan yang telah dimulai oleh franchisor sebelumnya.
diperlukan perencanaan yang matang dan cara berpikir strategis. Karena di setiap
masalah yang nantinya akan kita hadapi selalu tersedia ruang kosong untuk
sebuah peluang. Di sinilah pentingnya strategi yang cerdas dan jitu, dan itu semua
perencanaan strategis, yaitu suatu pola atau struktur yang akan mendukung
menuju ke arah tujuan akhir yang ingin dicapai. Untuk dapat memilih dan
sebagaimana dikutip oleh Freddy Rangkuti dari Sun Tzu, bahwa: “Apabila kita
telah mengenal kekuatan dan kelemahan diri sendiri dan mengetahui kekuatan
dan kelemahan lawan, sudah dapat dipastikan bahwa kita akan dapat
9
Nindya Fatikhnansa, Bisnis Menguntungkan Dengan Modal 100.000-an, Jakarta, Hi-
Fest Publishing, 2008, h. 8.
memenangkan pertempuran.” Dalam perkembangannya saat ini, SWOT tidak
dipakai juga dalam penyusunan perencanaan strategi bisnis yang bertujuan untuk
dapat dicapai dengan jelas dan dapat segera diambil keputusan, berikut semua
telah memiliki sistem paten yang sudah teruji dengan baik, namun tetap saja
diperlukan suatu perencanaan bisnis yang akurat. Bagi pewaralaba rencana bisnis
maupun lokal, sehingga apabila tidak dikelola dengan serius secara efektif dan
efisien, bukan tidak mungkin apabila kelak waralaba yang telah dibangunnya
akan gagal di tengah jalan. Sedangkan bagi franchisee sendiri sangat penting
untuk meneliti terlebih dahulu sebelum membeli produk franchise yang diincar.
Sekalipun iklannya ‘wah’ dan promosinya gencar, namun hal itu belum cukup
kemudian hari. Jangan sampai investasi yang telah ditanamkan menjadi sia-sia
hanya karena kesalahan kita dalam memilih usaha waralaba yang akan dijalani.
Di sinilah arti penting dari analisis SWOT sebagai alat ukur untuk
10
Freddy Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, cet.xiv, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2006), h. x.
disusunnya dengan harapan bila semakin matang rencana dan strategi bisnis yang
disusunnya maka resiko kerugian yang akan diterima juga akan semakin minim.
1. Pembatasan Masalah
waralaba Primagama.
analisis SWOT?
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
b. Untuk mengetahui alternatif rencana dan strategi bisnis yang tepat untuk
Primagama
2. Manfaat Penelitian
b. Secara praktis agar dapat digunakan sebagai informasi dan rujukan dalam
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini akan digunakan jenis penelitian kualitatif di mana data
dinyatakan dalam bentuk tertulis berupa kata, kalimat, atau gambar dan bagan
yang tersusun secara sistematis dan tidak dinyatakan dalam bentuk angka.
2. Objek Penelitian
franchise terbanyak, mencapai lebih dari 688 cabang pada tahun ajaran 2008/
terbesar di Indonesia dan Five Top Franchise Award 2008 versi majalah Info
Franchise Indonesia.
a. Data Primer, melalui dokumen resmi dari sumber terkait dan juga melalui
untuk kemudian dianalisis. Pada tahap ini, data dikerjakan dan dimanfaatkan
berlangsung.
penelitian sebelumnya baik yang berupa skripsi, artikel maupun buku bacaan.
Berikut ini beberapa objek kajian penelitian yang membahas tentang waralaba:
Tabel 2
Review Kajian Terdahulu tentang Waralaba
F. Teknik Penulisan
Penulisan skripsi ini mengacu pada Buku Pedoman Penulisan Skripsi yang
diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2007.
G. Sistematika Penulisan
penelitian ini dibagi ke dalam empat bab dengan sistematika sebagai berikut:
Sistematika Penulisan.
Masalah dalam Bisnis Waralaba dan Kajian Waralaba dalam Pandangan Hukum
tentang Company Profile Primagama yang terdiri dari Gambaran Umum Lembaga
Pendidikan Primagama, Latar Belakang dan Sejarah Pendirian Lembaga, Visi dan
Kerja, Unit Usaha di Luar Bimbingan Belajar, Prestasi yang Diraih, selain itu
Penjualan Franchise tahun 2008/ 2009, Flow Chart Proses Penjualan Franchise,
Waralaba Primagama.
ditinjau dari Aspek Pemanfaatan Hak Cipta, Aspek Kemitraan Waralaba dan
jawaban dari permasalahan yang ada serta saran atau rekomendasi penelitian.
BAB II
A. Konsep Waralaba
1. Pengertian Waralaba
1). Bentuk kerjasama dalam bidang usaha dengan bagi hasil sesuai
kata franchise.12
“wara” yang berarti istimewa dan “laba” yang berarti keuntungan sehingga
dari suatu jenis usaha, franchisor berarti pemilik waralaba atau pemberi
11
DepDikNas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Pusat Bahasa, 2008, ed. xiv,
h. 1556.
12
Darmawan Budi Suseno, Waralaba Syariah, Yogyakarta, Cakrawala Publishing,
2008, h. 43.
13
Deden Setiawan, Franchise Guide Series, Jakarta, Dian Rakyat, 2007, h. 3.
Waralaba adalah terjemahan bebas dari kata franchise di mana
intelektualnya, seperti nama, merk dagang produk dan jasa, dan sistem operasi
merupakan salah satu bentuk pemberian lisensi, hanya saja agak berbeda
dan penjualan maupun hal-hal lain yang telah ditentukan oleh pemberi
penerima lisensi.15
unsur lainnya yang terkait, selama jangka waktu tertentu. Dan atas pemberian
14
Pietra Sarosa, Mewaralabakan Usaha Anda, Jakarta, Elex Media Computindo,
2006, cet.II, h. 2.
15
Gunawan Widjaya, Waralaba, Jakarta, Rajawali Pers, 2001, h. 12.
kewajiban-kewajiban untuk mengikuti ketentuan yang telah disepakati dengan
pihak franchisor.
Amerika, oleh perusahaan mesin jahit Singer sekitar tahun 1850-an. Kala itu,
tersebut juga memberikan pelayanan purna jual dan suku cadang . Jadi para
waralaba di Indonesia.18
Kurang lebih sejak tahun 90-an dunia bisnis Indonesia mulai marak
dengan pola waralaba ini, baik dari perusahaan asing maupun perusahaan
16
Deden Setiawan, Franchise Guide Series, h. 13.
17
“Sejarah Waralaba,” artikel diakses pada 21 Februari 2009 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/waralaba
18
Darmawan Budi Suseno, Waralaba Syariah, h. 12.
lokal.19 Sektor bisnis yang diwaralabakan meliputi minimarket/ retail,
jewelry, laundry, hiburan, dsb. Fenomena ini bisa jadi sangat menarik, sebab
digambarkan dalam kondisi yang sangat terpuruk. Akan tetapi, dari penelitian
RI No. 259/ MPP/ Kep/ 7/ 1997 tgl. 30 Juli 1997 tentang Ketentuan dan Tata
thn. 2006 tentang Ketentuan dan Tata cara Penerbitan Surat Tanda
tentang waralaba yang menggantikan PP No. 16/ 1997 karena dianggap terlalu
memihak kepada pewaralaba. Dalam PP. No. 42/ 2007 ini sanksi akan
19
Ibid., h. 1.
20
Ibid.,h. 2.
21
Gunawan Widjaya, h. 75-76.
dikenakan kepada kedua pihak yang tidak menaati ketentuan, di mana
tersebut secara tegas disebutkan dalam Permendag No. 31/ 2008 yang
2. Jenis-jenis waralaba
yaitu:
22
Linda T. Silitonga, “Tak Ada (lagi) Waralaba yang Luput dari Sanksi Denda,”
artikel diakses pada 21 Februari 2009 dari http://web.bisnis.com.
23
Gunawan Widjaya, Waralaba, h. 13.
Pemberian sebuah lisensi oleh seseorang (pemberi waralaba)
saling menguntungkan.25 Dalam sistem ini terdapat pelaku bisnis yang sukses
PEWARALABA TERWARALABA
Direktur Manajer
Staf Pegawai
Staf Pegawai
Staf Pegawai
24
Ibid.
25
Darmawan, Waralaba Syariah, h. 49.
26
Ibid., h. 48.
Pewaralaba dalam hal ini memberikan bantuan manajemen, teknis, dan
Terwaralaba membayar fee atas izin penggunaan merk dagang dan sistem
secara kontinu.
berikut:
Diagram 3
Hak & Kewajiban antara Franchisor dan Franchisee secara umum
PEWARALABA/ TERWARALABA/
FRANCHISOR FRANCHISEE
b. Kedua pihak yang terkait, yakni franchisor dan franchisee yang terikat
kontrak
e. Adanya fee (innitial fee dan royalty fee) yang diberikan oleh franchisee
27
Ibid., h. 14.
dan keseluruhan pengelolaan usaha yang telah ditransfer dari franchisor
kepada franchisee.
Diagram 1
Unsur-unsur dalam Waralaba
Unsur-unsur Waralaba
Perlindungan Hukum
Franchisor Franchisee
a. Biaya waralaba awal (up-Front Fee/ Initial Franchise Fee atau lazim
kepentingan terwaralaba.28
perjanjian.29
b. Royalty
28
Ibid., h. 55.
29
Ibid., h. 56.
30
Ibid.
pewaralaba secara periodik. Dalam prakteknya, uang tersebut dihitung
dalam perjanjian.
dalam menentukan jenis fee atau royalty sesuai dengan kontribusi yang
berikut:31
Tabel 4
31
Pietra Sarosa, Mewaralabakan Usaha Anda, h. 21.
operasional usaha dan
pemasarannya
Tabel 5
Keburukan Usaha Waralaba bagi Franchisor dan Franchisee
dahulu kita cermati tentang beberapa potensi masalah yang perlu diwaspadai.
32
Pietra Sarosa, Mewaralabakan Usaha Anda, h. 200.
d. Adanya kelalaian dari pihak franchisor untuk memenuhi kewajibannya
kepada franchisee
diharapkan
f. Tidak adanya i’tikad baik dari salah satu atau bahkan kedua belah pihak
Sedangkan secara garis besar menurut Pietra Sarosa, ada dua metode
33
Ibid., h. 201-202.
Jika masalah telah terjadi dan tidak dapat dihindari, maka dapat dilakukan
Islam)
Hak cipta dalam Islam diakui sebagai haqqul ibtikar yang pada
dapat dikenakan sewa (ujroh) yang dalam sistem waralaba biasa disebut
keuntungan dalam waralaba menggunakan sistem bagi hasil yang juga biasa
34
Darmawan Budi Suseno, Waralaba Syariah, h. 48.
Hak cipta dalam sistem waralaba ini meliputi logo, merk, buku
yang berciri khas dari usahanya. Imbalan dari penggunaan hak cipta ini
pewaralaba.
pemanfaatan hak cipta pun dapat diukur nilainya dengan materi. Dalam
hal ini akad yang paling tepat untuk digunakan adalah ijaroh (menyewa
hak cipta sebuah usaha waralaba selama seberapa periode disertai dengan
antara dua pihak atau lebih untuk melakukan suatu usaha tertentu yang
35
Ibid., h. 87.
dibagikan sesuai nisbah yang disepakati dan resiko yang ditanggung
adalah:38
36
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Perbankan Syariah, Jakarta, Zikrul Hakim,
2004, h. 51.
37
Darmawan, Waralaba Syariah, h. 90.
38
Ibid., h. 96.
39
Ibid., h. 98 – 99.
3. Peralatan (alat/ sarana yang digunakan dalam operasional bisnis
pihak.
Islam. Hal-hal sebagai berikut dapat dijadikan tolak ukur untuk menilai suatu
40
Syarifuddin R. A., Bisnis Halal Bisnis Haram, Jombang, Lintas Media, 2007, h.
13.
41
Ibid., h. 15.
42
Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta, Gema Insani Press,
1997, h. 203.
43
Adiwarman A. Karim, Bank Islam, Jakarta, Rajawali Pers, 2006, h. 29.
44
Syarifuddin, Bisnis Halal Bisnis Haram, h. 164.
tidak bertentangan dengan syariat Islam (baik dalam hal pemanfaatan hak
bahwa produk yang diwaralabakan halal dan tetap mengacu pada ketentuan-
setiap usaha bisnis yang dijalankan pasti tidaklah luput dari resiko kerugian
sekecil apapun itu, oleh karena itu pengelolaan bisnis secara profesional
pengusaha telah mengambil keputusan untuk terjun dalam bisnis waralaba ini.
resiko kerugian yang akan terjadi nantinya. Dalam hal ini penulis akan
akan dikaji.
1. Pengertian Strategi
dan Robert M. Grant, strategi adalah pola sasaran, maksud atau tujuan dan
perusahaan, dan jenis atau akan menjadi jenis apa perusahaan ini. 45
C. Craig dan Robert M. Grant, strategi adalah penetapan sasaran dan tujuan
jangka panjang sebuah perusahaan, dan arah tindakan serta alokasi sumber
perencanaan yang telah disusun dapat berjalan dan diantisipasi dengan sebaik-
dilakukan antara lain melalui pendekatan analisis SWOT yang memang lazim
45
James C. Craig dan Robert M. Grant, Strategic Management, Jakarta, Elex Media
Computindo, 2002, h. 5.
46
Ibid., h. 4.
menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan
Analisis situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah
analisis SWOT.47
Secara umum analisis SWOT sudah dikenal oleh sebagian besar tim
memberikan bobot realisme pada rencana yang akan dibuat perusahaan, jadi
oleh kombinasi faktor internal dan external. Kedua faktor tersebut harus
47
Freddy Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, cet.xiv,
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006) h. 18 -19.
lingkungan internal Strengths dan Weakness serta lingkungan external
a. Strenghts (Kekuatan)
b. Weakness (Kelemahan)
c. Opportunities (Peluang)
d. Threats (Ancaman)
Berbagai Peluang
Berbagai Ancaman
Keterangan :
Oriented Strategy)
kelemahan internal. 48
48
Ibid., h. 19 - 20.
5. Penggunaan Matriks Analisis SWOT
factor-faktor yang berada dalam lingkungan internal dan eksternal yang dapat
Tabel 6
Matriks SWOT Faktor-faktor IFAS* dan EFAS**
Ket:
a. Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan
ada.
b. Strategi ST
c. Strategi WO
d. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha
49
Ibid., h. 31 – 32.
BAB III
Primagama memiliki pasar sangat luas (siswa SD, SLTP, dan SMU) dengan
UAS, UAN, EBTA dan Sukses Ujian Masuk Perguruan Tinggi (bagi SMU/
SMK). Saat ini Primagama telah hadir di 688 outlet di 33 Provinsi serta
mencakup lebih dari 200.000 siswa di tahun ajaran 2008/ 2009. Primagama
seperti melalui metode belajar Smart Solution dan Life Skill Education yang
dimilikinya.50
50
Lembaga Pendidikan Primagama, “Gambaran Umum Primagama,” artikel diakses
pada 9 April 2009 dari www.primagama.co.id.
Pendirian Lembaga Pendidikan Primagama bermula dari sebuah
Tinggi Negeri (PTN) selain juga karena faktor ingin sekedar mendapatkan
membutuhkan Primagama.51
berkiprah di dunia pendidikan luar sekolah, maka pada tahun ke-4 setelah
51
Lembaga Pendidikan Primagama, “Latar Belakang dan Sejarah Pendirian
Primagama,” artikel diakses pada 9 April 2009 dari www.primagama.co.id.
52
Ibid.
Lembaga Pendidikan Primagama adalah pemegang Hak Cipta dari
tahun 1982 tentang Hak Cipta jo. UU No. 7 tahun 1987 tentang Perubahan
Atas UU No. 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta pada tanggal 3 Juli 1995 dan
telah terdaftar di Direktorat Hak Cipta, Paten dan Merk dengan Nomor
Pendaftaran 014127.53
1997 jumlah cabang telah bertambah menjadi 132 kantor cabang. Bila dirata-
memiliki 168 kantor cabang mandiri dan cabang franchise yang tersebar di 83
kota di 27 provinsi.54
pasar bimbingan belajar Primagama yang ada di 105 kota tersebut lebih dari
40% dari pasar riil, bahkan hampir di semua kota, posisi Primagama adalah
seiring dengan visi dan misi yang telah ditetapkan pihak manajemen. Visi
sebagai berikut:56
dalam prestasi
c. Menjadi perusahaan yang sanggup dijadikan mitra usaha yang handal dan
mengembangkan diri
56
Lembaga Pendidikan Primagama, “Visi dan Misi Primagama,” artikel diakses
pada 9 April 2009 dari www.primagama.co.id.
"Terdepan dalam Prestasi" merasa harus tetap arif dan kreatif menghadapi
untuk memberikan yang terbaik kepada para siswa sehingga lahirlah tradisi-
57
Lembaga Pendidikan Primagama, “Corporate Culture Primagama,” artikel
diakses pada 9 April 2009 dari www.primagama.co.id.
i. Primagama telah mengembangkan teknologi jaringan internet yang akan
terkoneksikan antar kantor cabang dan dapat diakses oleh user, baik siswa,
Diagram 5
Struktur Kepengurusan Unit Usaha Lembaga Pendidikan Primagama58
58
Lembaga Pendidikan Primagama, “Struktur Kepengurusan Unit Usaha
Primagama,” artikel diakses pada 9 April 2009 dari www.primagama.co.id.
Diagram 6
Struktur Organisasi Kantor Pusat Operasional
6. Mitra Kerja Lembaga Pendidikan Primagama
Newmont Sumbawa
Freeport, Papua
c. PT. Badak, Lng. & Co, Bontang, Bimbingan Belajar intensif untuk siswa
59
Lembaga Pendidikan Primagama, “Mitra Kerja Primagama,” artikel diambil dari
booklet Primagama tahun ajaran 2008/ 2009.
j. Wahana Visi Indonesia, Alor Area Development Program, Program Try
Out dan Pembahasan Ujian Nasional untuk Tingkat SMA/K dan Prediksi
SPMB 2008.
Selain unit Bimbingan Belajar, Primagama juga melakukan inovasi lain dalam
hal bisnis, yakni mengembangkan unit usaha yang juga tidak terlepas dengan
b. Primagama English
belajar siswa.
Ada beberapa prestasi penting yang dapat dicatat sebagai bukti tentang
60
Lembaga Pendidikan Primagama, “Unit Usaha di Luar Bimbingan Balajar
Primagama,” artikel diambil dari booklet Primagama tahun ajaran 2008/ 2009.
a. Rekor MURI tahun 1999 sebagai lembaga bimbingan belajar terbesar di
Indonesia
d. Superbrand tahun 2005 sebagai salah satu dari sekian merk terbaik, yang
e. Prospective Franchise & Business Consept 2006, sebagai salah satu merk
Majalah Pengusaha
Franchise Indonesia
61
Lembaga Pendidikan Primagama, “Prestasi yang Telah Diraih Primagama,”
artikel diakses pada 9 April 2009 dari www.primagama.co.id.
1. Mekanisme Pengelolaan dan Pengembangan Waralaba Primagama
pada tahun 1982 ini mulai diwaralabakan pada tahun 2000. Perkembangan
ratusan cabang yang ada sebelum difranchisekan. Oleh karena itu sejak tahun
2000 diterapkanlah sistem waralaba yang dinilai baik bagi pertumbuhan dan
franchisee pun menanggung resiko yang lebih kecil sebab nama besar
dipergunakan untuk pelatihan tutor dan staf lainnya. Selain itu, Primagama
juga menerapkan standardisasi gaji bagi sumber daya manusianya dengan cara
usahanya.
62
Lembaga Pendidikan Primagama, “Primagama Masa Lalu,” artikel diakses pada 9
April 2009 dari www.primagama.co.id
2. Manfaat Bisnis dan Prospek Usaha Waralaba Primagama
bisnis yang sudah memiliki track record dan system yang baik.63 Primagama
dalam dunia pendidikan tidak saja mulia namun juga dapat memberikan
belajar ini memiliki prospek usaha yang sangat cerah ditambah dengan
segmen pasarnya yang sangat luas mulai dari tingkat SD sampai SMA. Dalam
63
Lembaga Pendidikan Primagama, “Info Franchise Primagama,” artikel diambil
dari Brosur Franchise Primagama tahun ajaran 2008/ 2009.
Pengembangan Primagama menawarkan program kemitraan dengan
berikut:64
waktu lima tahun dan membayar royalty fee setiap bulan. Dalam hal
pelayanan kepada siswa seperti modul, paket soal latihan dan lembar
150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah) untuk lima tahun, dibayar
c. Membayar biaya survey sebesar Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah) untuk
pulau Jawa dan Rp 3.000.000,- (tiga juta rupiah) untuk luar pulau Jawa.
64
Lembaga Pendidikan Primagama, “Ketentuan dan Syarat Franchisee Primagama,”
artikel diakses pada 9 April 2009 dari www.primagama.co.id
e. Franchisee sanggup menyediakan dana modal kerja yang cukup untuk
bertahap.
media (iklan dan acara televisi, surat kabar, majalah dan tabloid nasional)
serta perencanaan kegiatan pemasaran lokal dengan event dan media lokal.
j. Jarak antar outlet untuk area Jakarta minimal 4 km tentu bila potensi pasar
franchise lima tahun kedua pada outlet yang sama. Rencana perpanjangan
pertimbangan.
4. Ketentuan Model Pengambilan Outlet Franchise Primagama
1) Franchise fee Primagama untuk satu outlet adalah sebesar antara Rp.
lima puluh juta rupiah) untuk lima tahun. Sesuai wilayah pembuka
sejumlah harga tiket dan akomodasi untuk 2 hari, untuk wilayah luar
Jawa.
strategis yang bisa di set-up menjadi 6 ruang kelas (luas per kelas
65
Lembaga Pendidikan Primagama, “Ketentuan Model Pengambilan Outlet Franchise
Primagama,” artikel diakses pada 9 April 2009 dari www.primagama.co.id
5) Franchisee dapat meminta bantuan Kepala Cabang dari franchisor
Franchise).
proses take over Franchise dan dapat dievaluasi minimal dalam waktu 2
(dua) tahun.
NO KETERANGAN KETENTUAN
ada)
66
Lembaga Pendidikan Primagama, “Ketentuan Penjualan Franchise Tahun 2008/
2009,” artikel diakses pada 9 April 2009 dari www.primagama.co.id
• Pembayaran lunas sebelum MoU
Rek Pembayaran
010.422.7979.
NPWP)
oleh Primagama.
Diagram 7
Flow Chart Proses Penjualan Waralaba Primagama
67
Lembaga Pendidikan Primagama, “Flow Chart Proses Penjualan Waralaba
Primagama,” artikel diambil dari Brosur Franchise Primagama Tahun Ajaran 2008/ 2009.
Survey
sebagai berikut:68
a. Product (Produk)
diciptakannya.
2). Adanya tim perumus soal dan Lit. Bang (Penelitian dan
68
Wawancara Pribadi dengan Siyamto Hendro. Jakarta, 27 April 2009.
dunia pendidikan dan menghimpun aspirasi dari masing-masing
cabang.
b. Price (Harga)
1). Kebijakan penetapan harga minimum yang ditentukan dari pusat untuk
sendiri.
2). Penetapan harga juga tergantung pada paket program dan kelas yang
c. Promotion (Promosi)
spanduk dan design produk yang sama untuk setiap media promosi di
tingkatan cabang.
d. Place (Tempat)
1). Lokasi harus strategis dan mudah dijangkau dengan transportasi serta
penduduk.
2). Lingkungan yang nyaman dan kondusif untuk kegiatan belajar siswa
e. People (Karyawan)
1). Tutor yang cerdas dan berwawasan luas, friendly (ramah dan
2). Staf dan Kepala Cabang yang profesional. Semua tutor, staf dan
1). Ruangan kelas dan bimbel yang nyaman, memenuhi kualitas standar
Boy.
g. Process (Operasioal Kegiatan Usaha)
pemberian hak test standar bagi siswa secara berkala serta pemenuhan
franchisee fee.
4). Adanya Tim Lit. Bang yang selalu mengontrol standar kualitas
terjadi di setiap cabang dan tidak dapat ditangani oleh cabang itu
sendiri.
jumlah siswa maupun jumlah outlet atau kantor cabang Primagama tumbuh
Grafik 1
Grafik Pertumbuhan Jumlah Siswa Bimbingan Belajar Primagama69
Grafik 2
Grafik Pertumbuhan Cabang Bimbingan Belajar Primagama70
69
Lembaga Pendidikan Primagama, “Grafik Pertumbuhan Jumlah Siswa Bimbingan
Belajar Primagama,” artikel diakses pada 9 April 2009 dari www.primagama.co.id
70
Lembaga Pendidikan Primagama, “Grafik Pertumbuhan Cabang Bimbingan
Belajar Primagama,” artikel diakses pada 9 April 2009 dari www.primagama.co.id
Dilihat dari data di atas dapat kita simpulkan, bahwa secara bisnis
Primagama
terobosan baru yang awalnya belum terpikirkan oleh Bimbel lainnya. Hal
yang dikeluarkannya.
Opscan 3 dan Opscan 5 NCS untuk akurasi test standar dengan (OMR)
Matematika Dahsyat.
mengelola bisnis Bimbel selama +/- 27 tahun dengan jumlah outlet yang
telah mencapai 688 outlet pada tahun ajaran 2008/ 2009. Di sisi lain
Primagama juga menerapkan pengawasan/ kontrol secara berjenjang untuk
(iklan koran dan majalah), elektronik (TV dan radio), dan internet (dengan
passive income yang didapat adalah sebesar Rp. 68.8 M/ 5 tahun atau
setara dengan Rp. 13,16 M/ thn. Dengan potensi sedemikian besar maka
tidak ada permasalahan berarti yang akan ditemui Primagama dalam hal
keuangan.
mengontrol
b. Kesulitan dalam pencarian tutor dan staf ahli untuk mengisi posisi di
Primagama untuk menyediakan staf dan tutor yang handal secara cepat
dan tepat untuk menempati cabang-cabang yang ada, baik yang dilakukan
oleh cabang sendiri ataupun yang dibantu dengan pusat. Kesulitan yang
masih relatif mahal untuk dibayar oleh pengusaha kecil, belum lagi
yang dipersiapkan per outletnya. Biaya yang mahal ini memberi implikasi
loyalitas dari tutor untuk Primagama padahal aset terbesar dalam sebuah
melainkan dari luasnya ilmu dan ketinggian akal budi yang dimilikinya.
formal (sekolah)
sekolah. Untuk itu perlu ada upaya lain untuk membantu pembelajaran
Lembaga Bimbel.
memiliki kelebihan dana yang belum tersalurkan. Dalam hal ini, sebagian
dilakukannya.
meragukan.
untuk terus melaju dalam bisnis Bimbel ini dan menjadi pioneer di antara
produknya
d. Adanya Franchisee yang lebih menitikberatkan pada unsur profit tanpa
perusahaannya.
waralaba Primagama:
Kekuatan
Produk yang inovatif dan berkualitas 0.15 4 0.60
Manajemen yang profesional 0.15 4 0.60
Promosi yang berkesinambungan dan 0.10 3 0.30
gencar
SOP yang matang dan kuat 0.10 3 0.30
Financial yang kuat 0.10 4 0.40
Pertumbuhan outlet lebih cepat 0.15 4 0.60
dibandingkan pesaingnya
Kelemahan
Banyaknya cabang menimbulkan 0.05 1 0.05
kesulitan dalam controlling
Kesulitan dalam pencarian tutor dan staff 0.10 2 0.20
ahli untuk disebarkan secara merata
di seluruh cabang yang ada
Franchisee fee yang masih tergolong
mahal untuk pelaku usaha kecil 0.05 2 0.10
Adanya keluhan tentang kesejahteraan
tutor yang kurang diperhatikan 0.05 2 0.10
Peluang
Paradigma masyarakat yang semakin 0.05 2 0.10
memprioritaskan pendidikan bagi
masa depan anaknya
Persaingan SPMB, UN dan US yang 0.15 4 0.60
semakin ketat
Menurunnya tingkat kepercayaan 0.05 2 0.10
masyarakat akan dunia pendidikan
formal (sekolah)
Kebijakan sekolah gratis dan pemberian 0.10 3 0.30
BOS oleh negara
Tawaran pinjaman dari lembaga keuangan 0.15 3 0.45
bagi investor yang ingin bekerjasama
dengan Primagama
Segmen pasar yang sangat luas, mulai 0.15 4 0.60
dari SD-SMP-SMU
Dukungan pemerintah untuk 0.05 3 0.15
perkembangan waralaba
Ancaman
Semakin menjamurnya perkembangan 0.10
Bimbel yang ada 0.10 1
Adanya sebagian Bimbel yang melakukan 0.10
persaingan tidak sehat 0.05 2
Inovasi produk yang seringkali dicontek 0.10
oleh pesaing 0.05 2
Adanya Franchisee yang lebih 0.10
menitikberatkan pada unsur profit 0.10 1
tanpa memperhatikan kepentingan
usaha dan visi-misi perusahaan
Total 1.00 2.70
1,0
Primagama
Secara garis besar, tinjauan keislaman terhadap strategi pengembangan
masalah pokok, yakni dari sisi pemanfaatan hak cipta dan sisi kemitraan usaha.
Apabila kita amati lebih lanjut, unsur yang terpenting yang menjadi
sebab timbulnya konsep bisnis waralaba adalah masalah hak cipta. Hak cipta
bisnis, brosur atau pamflet serta arsitektur tertentu yang berciri khas dari
usahanya. Adapun imbalan dari penggunaan hak cipta ini adalah pembayaran
(franchisor).
Seorang ahli hukum Islam, Fathi Daroini menyebut hak cipta ini
Ibtikar adalah sebagai karya cipta yang bersumber dari hasil pemikiran
hasil pemikiran tersebut jika dilihat dari kacamata fikih dapat dikategorikan
sebagai manfaat.71
71
Darmawan Budi Suseno, Waralaba Syariah, Yogyakarta, Cakrawala Publishing,
2008, h. 84.
sebagaimana dikutip oleh Darmawan).72 Sesuatu yang asalnya belum
hak cipta pun dapat diukur nilainya dengan materi. Dalam hal ini akad yang
paling tepat untuk digunakan adalah ijaroh (menyewa hak cipta sebuah usaha
waralaba selama seberapa periode disertai dengan timbal balik berupa materi).
Dalam hal penggunaan manfaat hak cipta tersebut, maka bagi pihak
pewaralaba berhak atas balas jasa yang berupa fee atau franchisee fee yang
merupakan bagian dari pemanfaatan hak cipta tersebut. Dan apabila fee atau
perjanjian, maka bisa disebut dengan pelanggaran atas hak orang lain, yang
penggunaan hak cipta, tidak bertentangan dengan hukum Islam, karena isi
dan selanjutnya kedua pihak tersebut diminta untuk saling menjaga kesetiaan
dan kejujuran selama masa perjanjian tersebut. Dan dalam hal ini pemanfaatan
hak cipta tersebut sama halnya dengan transaksi ijaroh (sewa-menyewa) yang
ada dalam syariat Islam. Dalam transaksi ijaroh, setiap persewaan yang
72
Ibid., h. 87.
73
Ibid., h. 110.
dilakukan akan mendapatkan kompensasi atas manfaat yang diberikan. Seperti
menyewa berdasarkan fatwa DSN,75 yang dalam hal ini dapat diaplikasikan
dalam pola bisnis waralaba sehubungan dengan penentuan franchisee fee pada
c. Objek kontrak, berupa pembayaran sewa (franchisee fee) dan manfaat dari
74
Ibnu Hajar Atsqolaani, Bulughul Maroom, (Al-Haromain, T.tp., 1957), Bab Ijaroh,
Hadits no. 6.
75
DSN MUI, Himpunan Fatwa DSN untuk LKS, Jakarta, DSN MUI BI, 2001.
d. Ada kejelasan waktu (masa) dalam penyewaan (5 tahun/ kontrak)
175.000.000 untuk jangka waktu 5 tahun tiap 1 outlet yang harus dibayarkan
pembekalan dan pelatihan manajerial untuk tutor dan staf di awal perjalanan
usaha sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati bersama dalam MoU.
Islam. Karena pada dasarnya pola kemitraan yang digunakan sama dengan
bentuk persekutuan (syirkah) ini telah diterangkan oleh Allah SWT dalam
sendiri, mulai dari penentuan franchisee fee, royalty fee, lama perjanjian,
hak dan kewajiban kedua pihak secara umum sampai dengan prosedur
pihak yang menanamkan ide, merk, dan konsep usahanya yang berupa hak
meliputi modul, paket soal latihan, pemasaran standar awal dan juga
AC, dan papan tulis. Penyediaan sarana dan prasarana tersebut diatur
pihak.
Dan dalam hal ini konsep bisnis waralaba yang dilakukan Primagama
Selain dari tinjauan terhadap aspek hak cipta dan kemitraan usaha
notaris yang menjadi saksi perjanjian. Jika tahap musyawarah ini tidak
secara berkala mulai dari tingkat cabang sendiri, sektor, area ataupun
76
Syarifuddin, Bisnis Halal Bisnis Haram, Jombang, Lintas Media, 2007, h.
164.
Begitu pun halnya ketika terjadi permasalahan dengan investor
telah disepakati bersama akan ditegur dan diberikan Surat Peringatan 1 (SP 1).
Primagama dengan investor karena dirasa sudah tidak terdapat kecocokan lagi
antara keduanya sehingga tidak dimungkinkan bila harus tetap seiring sejalan.
saat ini belum ada satu pun permasalahan yang harus dibawa ke jalur hukum.
Melalui uraian di atas dapat kita analisa bahwa pada dasarnya strategi
Islam. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat melalui indikator-indikator prinsip
dipergunakan.
modul dan paket soal latihan (suplemen), tutor yang handal sampai
yang harus ada pada diri setiap perusahaan. Tanpa keunggulan yang
77
Ibid., h. 13.
kompetitif tersebut, suatu perusahaan akan lebih cepat collaps karena
dan hanya dipenuhi oleh prestasi dan kualitas, merupakan suatu bukti
diibaratkan seperti sebuah koin mata uang yang memiliki dua sisi, di mana
Indonesia.
78
Syarifuddin, Bisnis Halal Bisnis Haram, Jombang, Lintas Media, 2007, h. 13.
79
Ibid., h. 15.
Di samping itu Islam juga menekankan agar kemaslahatan umat
Dalam hal ini segala upaya yang dilakukan hanya untuk mencari materi
terkait dalam proses bisnis waralaba Primagama terlihat dari Flow Chart
berhak menentukan rencana lokasi gedung outletnya sendiri dan juga para
Primagama secara langsung. Jika telah dilakukan survey atas lokasi yang
ada dan telah dianggap layak oleh pihak manajemen, maka disusunlah
lain yang terkait. Dan dalam hal ini investor (franchisee) bebas untuk
80
Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta, Gema Insani
Press, 1997, h. 203.
manajemen Primagama untuk mengikat mitra bisnisnya dalam sebuah
baik akan menjadi jalan untuk mencapai kerjasama yang sukses dan
langgeng.
ketentuan yang harus disepakati oleh kedua belah pihak (franchisor dan
tersebut.
syirkah al’uqud dan syirkah al-‘inan. Syirkah al-‘uqud yaitu akad yang
disepakati oleh dua orang atau lebih untuk mengikatkan diri dalam
81
Adiwarman A. Karim, Bank Islam, Jakarta, Rajawali Pers, 2006, h. 29.
perserikatan modal dan keuntungannya. 82 Begitu pula halnya dengan
disepakati di antara mereka sesuai dengang porsi kerja, keahlian atau dana
masing-masing.83
sendiri dengan bantuan dan arahan dari franchisor. Sehingga wajarlah bila
atas porsi kerja, keahlian ataupun bantuan yang telah diberikan franchisor
Primagama sebesar 10, 7 % dari total omset setiap bulannya. Di sisi lain,
82
M. Nadratuzzaman Hosen dan Sunarwin Kartika, Cara Mudah Memahami
Akad-akad Syariah, Jakarta, 2007, h. 44.
83
Ibid., h. 45.
kerusakan nama baik (reputasi) yang telah dibangunnya dan akan
tidak langsung.
surat teguran SP1, 2, dan 3 yang berarti pemutusan hubungan kerja antara
secara damai ini sejalan dengan visi Islam yang selalu mengupayakan
84
Syarifuddin, Bisnis Halal Bisnis Haram, h. 164.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
berikut:
kelemahan dan tantangan yang dihadapi melalui strategi SO, WO, ST dan
WT.
(sewa-menyewa), dengan objek akad adalah hak cipta, merk, logo, sistem
bisnis, SOP, dsb. Dan atas dasar persewaan itulah maka Primagama
berhak atas franchisee fee sebesar 75 juta – 175 juta rupiah untuk waktu 5
tahun.
berupa keahlian yang dimiliki dan hal lain sesuai kesepakatan. Di sisi lain,
Dalam hal ini bagi hasil diberlakukan sebagai kompensasi atas kontribusi
dalam landasan bisnisnya (yakni sisi pendidikan dan sisi bisnis usahanya),
pihak.
B. Saran
dengan Primagama
setiap kelemahan dan tantangan yang ada sebagai suplemen untuk semakin
timbal balik berupa pemberian royalty fee dari investor kepada franchisor.
Yang lebih utama adalah Primagama harus terus berupaya menciptakan
kondisi bisnis yang sehat dan Islami berdasarkan pertimbangan akal pikiran
Ariotejo, Sri Bimo. “Peluang Usaha Murah Meriah.” Modal, 29 Juni 2005.
Dewi, Gemala. dkk. Hukum Perikatan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2006.
Mancuso, Joseph dan Boroian, Donald. Peluang Sukses Bisnis Waralaba. Penerjemah
Besongo Dharmaputra. Jogjakarta: Dolphin Books, 2006.
Nugroho, Arwinto P., dkk., Membedah Peta Persaingan Bisnis Bakmi. Studi Kasus:
Segmentation, Targeting dan Positioning Waralaba Bakmi Tebet. Jakarta:
Enno Media, 2008.
Nugroho, Arwinto P., dkk., Jurus Jitu Mengelola dan Mengembangkan Restoran
Bakmi. Jakarta: Enno Media, 2008.
Pramono, Peni R. Cara Memilih Waralaba yang Menjanjikan Profit. Jakarta: PT.
Elex Media Komputindo, 2007.
Qordhowi, Yusuf. Norma dan Etika Ekonomi Islam. Penerjemah Zainal Arifin dan
Dahlia Husin. Jakarta: Gema Insani Press, 2001, cet. IV.
Rangkuti, Freddy. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2006, cet.XIV.
Sarosa, Pietra. Mewaralabakan Usaha Anda. Jakarta: Elex Media Computindo, 2006,
cet.II.
Shabri, Abul Futuh. Sukses Bisnis Berkat Wasiat Nabi. Penerjemah Misbakhlil Khaer.
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2007.
SM, Junaedi B. Islam dan Entrepreneurialisme (Suatu studi Fiqh Ekonomi Bisnis
Modern). Jakarta: Kalam Mulia, 1991, cet. I.
http://franchisefranchisor.blogspot.com
http://id.wikipedia.org/wiki/Waralaba
http://salamfranchise.com
http//www.depdag.go.id
http://www.google.co.id
http://web.bisnis.com
www.lfip.org
www.pkesinteraktif.com
www.primagama.co.id
www.vibiznews.com
Hal: Permohonan Izin Wawancara & Permohonan Data
Kepada
Yth. Ka. Div. Waralaba Lembaga Bimbel PRIMAGAMA
Di Jakarta
Sehubungan dengan tugas akhir yang sedang saya kerjakan dengan judul
“Strategi Pengembangan Bisnis Waralaba,” dengan ini saya meminta izin untuk dapat
melakukan penelitian dan wawancara pada Lembaga Pendidikan PRIMAGAMA.
Bersama dengan surat ini saya juga bermaksud mengajukan permohonan data
tertulis yang terkait dengan objek penelitian yang saya kaji. Adapun data-data
tersebut di antaranya adalah:
a. Contoh surat perjanjian kerjasama/ kontrak waralaba antara Primagama
(franchisor) dengan mitra bisnisnya (franchisee)
b. Contoh prospektus usaha waralaba Primagama
c. Laporan tahunan waralaba Primagama
Demikian surat ini saya ajukan guna memperoleh sumber data untuk
penelitian yang saya jalankan. Mohon kiranya agar Bapak/ Ibu berkenan memberikan
data tersebut. Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat baik bagi saya
pribadi, pihak Primagama, dan juga masyarakat lain secara umum.
Atas perhatian dan kerjasama Bapak/ Ibu saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr. wb.