Anda di halaman 1dari 19

MICROTEACHING SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR

Disusun oleh
Kelompok 6 MPI.C

Fitri Alhuda 1930203105


Dwitra Kencana 1930203055

Dosen Pengampu : Ade Akhmad Saputra, S. Hum. M. Pd

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kegiatan pembelajaran memiliki komponen utama yang perlu harus
dikuasai oleh pendidik, diantaranya: Tujuan atau kompetensi yang diharapkan
dapat dicapai, materi atau bahan ajar yang harus dikuasai oleh siswa, metode atau
cara untuk membelajarkan siswa agar mencapai tujuan yang diharapkan dan
evaluasi sebagai alat untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan atau
kompetensi yang ditetapkan. Sebagai pendidik, sejatinya perlu memperhatikan
empat komponen tersebut, mengingat bahwa pembelajaran merupakan sebuah
kegiatan yang komplek.
Seorang guru yang dikatakan profesional jika tidak memiliki kompetensi
menguasai komponen-komponen diatas, belum cukup untuk dikatakan sebagai
pendidik. Empat komponen diatas juga adalah komponen pembelajaran yang
saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Oleh karena itu, tak heran jika
pembelajaran juga dapat dikatakan sebagai sebuah sistem, dimana jika ada
komponen yang terganggu atau bahkan hilang, kegiatan pembelajaran pasti
terganggu dan pencapaian hasil belajar tidak maksimal.
Ada beberapa cara yang efektif di gunakan dalam proses pembelajaran
oleh guru untuk mempermudah memberikan pemahaman kepada anak.
Pembelajaran Micro Teaching merupakan sebuah pembelajaran yang dapat
dijadikan alternatif untuk membina dan membantu mahasiswa calon pendidik
dalam meningkatkan kompetensi mendidik. Kekurangan-kekurangan yang
mungkin masih dimiliki oleh mahasiswa calon pendidik dalam praktik
pendidikan, dapat diperbaiki melalui pembelajaran Micro Teaching. Oleh karena
itu, secara konsep Micro Teaching adalah proses untuk melatih, membina dan
meningkatkan kemampuan mendidik bagi mereka calon pendidik.
Tolak ukur keberhasilan seorang guru adalah tercapainya Tujuan dan Hasil
pembelajaran, untuk mencapai tujuan dan Hasil pembelajaran tersebut dibutuhkan
seorang guru yang benar-benar memiliki kapasitas sebagai tenaga pendidik

1
professional. 4 Kompetensi Guru harus dipahami untuk kemudian dikuasai
melalui sebuah latihan yang sistematis dan terkontrol. Menurut UU No 14 tahun
2005 tentang Guru dan Dosen; seorang guru profesional harus memiliki empat
kompetensi dasar dalam pendidikan. (1) Pedagogi, (2) Kepribadian, (3)
Profesional dan (4) Sosial. Upaya kearah tersebut bisa ditempuh salah satunya
dengan cara mengoptimalkan beberapa kegiatan seperti observasi dan Micro
Teaching.1
Micro Teaching berarti suatu kegiatan mengajar yang dilakukan dengan
cara menyederhanakan atau segalanya dikecilkan. Maka, dengan memperkecil
jumlah siswa, waktu, bahan mengajar dan membatasi keterampilan mengajar
tertentu akan dapat diidentifikasi berbagai keunggulan dan kelemahan pada diri
calon guru secara akurat.

1
UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Micro Teaching


Microteaching berasal dari dua kata yaitu “Micro” yang berarti kecil,
terbatas, sempit dan “Teaching” berarti mengajar. Jadi, Micro Teaching
berarti suatu kegiatan mengajar yang dilakukan dengan cara menyederhanakan
atau segalanya dikecilkan. Maka, dengan memperkecil jumlah siswa, waktu,
bahan mengajar dan membatasi keterampilan mengajar tertentu, akan dapat
diidentifikasi berbagai keunggulan dan kelemahan pada diri calon guru secara
akurat. Micro Teaching atau pembelajaran mikro, dijelaskan oleh para ahli
dengan berbagai pengertian berikut :2
1. Mc. Laughlin dan Moulton yang menjelaskan bahwa“microteaching is as
performance training method to isolate the component parts of the
teaching process, so that the trainee can master each component one by
one in a simplified teaching situation” (pembelajaran mikro pada intinya
adalah suatu pendekatan atau model pembelajaran untuk melatih
penampilan/ keterampilan mengajar guru melalui bagian demi bagian dari
setiap keterampilan dasar mengajar tersebut, yang dilakukan secara
terkontrol dan berkelanjutan dalam situasi pembelajaran).
2. A. Perlberg menjelaskan bahwa “micro teaching is a laboratory training
procedure aimed at simplifyng the complexities of regular teaching -
learning processing” (pembelajaran mikro pada dasarnya adalah sebuah
laboratorium untuk lebih menyederhanakan proses latihan kegiatan belajar
mengajar/pembelajaran).
3. Sugeng Paranto (1980) menjelaskan bahwa pembelajaran mikro
merupakan salah satu cara latihan praktek mengajar yang dilakukan dalam
proses belajar mengajar yang di "mikro" kan untuk membentuk,
mengembangkan keterampilan mengajar.

2
Dadang Sukirman. Micro Teaching. (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Kementrian Agama.2012) hlm.3-10.

3
Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil inti dari pembelajaran
mikro, kurang lebih sebagai berikut :
1. Micro teaching pada intinya merupakan suatu pendekatan atau cara untuk
melatih calon guru dan guru dalam rangka mempersiapkan dan
meningkatkan kemampuan (kompetensi) penampilan mengajarnya.
2. Sesuai namanya micro teaching, maka proses pelatihan dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran mikro dapat dilakukan untuk
seluruh aspek pembelajaran. Adapun dalam teknis pelaksanaannya
dilakukan secara bertahap dan hanya memfokuskan pada bagian demi
bagian secara terisolasi sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh yang
akan berlatih atau sesuai dengan arahan dari supervisor.
3. Pada saat peserta berlatih melalui pendekatan pembelajaran mikro, untuk
mencermati penampilan peserta, dilakukan pengamatan atau observasi
oleh supervisor atau oleh yang telah berpengalaman. Terhadap setiap
penampilan peserta dilakukan pencatatan, direkam dan kemudian
dilakukan diskusi umpan balik untuk mengkaji kelebihan dan kekurangan,
kemudian menyampaikan saran dan solusi pemecahan untuk memperbaiki
terhadap kekurangan yang masih ada dalam proses latihan berikutnya.

B. Karakteristik Micro Teaching


Pembelajaran mikro pada intinya adalah penyederhanaan
pembelajaran. Karena penyederhanaan maka tentu tidak semua keterampilan
mengajar dipraktikkan dalam satu waktu, akan tetapi keterampilan mengajar
dipraktikkan sendiri-sendiri. Seperti keterampilan membuka pelajaran berdiri
sendiri, demikian juga pada latihan berikutnya difokuskan pada keterampilan
menjelaskan dan sebagainya. Berikut ini beberapa hal fundamental berkaitan
dengan karakteristik pembelajaran Mikro Teaching. Di antara karakteristik
tersebut adalah sebagai berikut :3
1. Microteaching is a real teaching. Pembelajaran mikro adalah kegiatan
mengajar yang sebenarnya (real teaching), akan tetapi dilaksanakan bukan

3
Dadang Sukirman.Op,cit,Hlm.51-55

4
pada kelas yang sebenarnya, melainkan dalam suatu kelas, laoratorium
atau tempat khusus yang dirancang untuk pembelajaran mikro.
2. Micro teaching lessons the complexities of normal classroom teaching.
Sesuai dengan namanya micro, latihan mengajar dilakukan secara mikro
atau disederhanakan. Penyederhanaan ini dilakukan dalam setiap unsur
atau komponen pembelajaran.
3. Microteaching focuses on training for the accomplishment of specific tasks
Latihan yang dikembangkan dalam pendekatan pembelajaran mikro hanya
difokuskan pada jenis-jenis keterampilan tertentu secara spesifik, sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh setiap yang berlatih atau atas dasar saran
yang diberikan oleh pihak supervisor. Fokus keterampilan tersebut bisa
berupa keterampilan membuka pelajaran saja, maka keterampilan lainnya
tidak menjadi fokus latihan, dan sebagainya.
4. Micro teaching allows for the increased control of practice Pembelajaran
mikro diarahkan untuk meningkatkan kontrol pada setiap jenis
keterampilan yang dilatihkan. Kontrol yang ketat, cermat dan
komprehensif relatif lebih mudah dilakukan dalam pembelajaran mikro,
karena setiap peserta yang berlatih hanya memfokuskan diri pada
keterampilan tertentu saja.
5. Micro teaching greatly expands teh normal knowledge of results or
feedback dimension in teaching. Pembelajaran mikro diharapkan dapat
memperluas wawasan dan pemahaman yang terkait dengan pembelajaran,
karena pihak-pihak yang berkepentingan dan juga terlibat di dalamnya
mendapatkan masukan dari pihak lainnya.

C. Perencanaan Pelaksanaan Micro Teaching


Pembelajaran mikro teaching pada dasarnya merupakan salah satu
pendekatan pembelajaran untuk melatih bagian-bagian keterampilan mengajar.
Seperti halnya dengan setiap model atau pendekatan pembelajaran lainnya,
dalam pelaksanaannya terdapat beberapa ketentuan pokok yang harus

5
diperhatikan dan diikuti agar pelaksanaan pembelajaran tersebut sesuai dengan
pendekatan atau model yang diterapkan.
Perencanaan pembelajaran adalah kegiatan merumuskan tujuan apa
yang akan dicapai oleh suatu kegiatan pengajaran, cara apa yang akan dipakai
untuk menilai pencapaian tujuan tersebut, materi atau bahan apa yang akan
disampaikan, bagaimana cara menyampaikannya, dan alat atau media apa
yang diperlukan. Sedangkan perencanaan pembelajaran mikro, yaitu membuat
perencanaan atau persiapan untuk setiap jenis keterampilan mengajar yang
akan dilatihkan, secara keseluruhan unsur-unsur perencanaan tersebut meliputi
menentukan tujuan, materi, metode, media dan evaluasi. Perencanaan
Pembelajaran yang dibuat oleh guru praktikan dalam pembelajaran mikro,
merupakan langkah awal untuk melakukan salah satu jenis keterampilan
mengajar.4
Demikian juga halnya dengan proses pembelajaran mikro, agar dalam
proses pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar dan berhasil baik, maka
tentu saja harus mengikuti langkah-langkah atau prosedur sesuai dengan
hakikat pembelajaran mikro itu sendiri. Hal ini penting agar kegiatan pelatihan
yang dilakukan melalui pembelajaran mikro dapat membuahkan hasil yang
maksimal, yaitu dapat meningkatkan keterampilan mengajar bagi guru.
Adapun tahap-tahap kegiatan yang harus dilakukan oleh guru dalam
mempersiapkan diri untuk melaksanakan pembelajaran mikro meliputi
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Memahami hakikat pembelajaran mikro, terutama berkenaan dengan
pertanyaan-pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana pembelajaran mikro
sebagai suatu pendekatan untuk mempersiapkan, membina dan
meningkatkan kemampuan guru.
2. Mempelajari dengan mendalam jenis-jenis keterampilan dasar mengajar
yang akan dilatihkan dalam pembelajaran mikro. Jenis-jenis keterampilan

4
Dian Andriani, “Perencanaan Pembelajaran Mikro Taeching”.
https://www.academia.edu/31832318/Perencanaan_Pembelajaran_Mikro_Hakikat_prinsip_dan_m
odel_perencanaan_.

6
tersebut terutama keterampilan yang bersifat umum, yang biasa dilakukan
dalam setiap kegiatan pembelajaran.
3. Melakukan observasi ke sekolah (kelas) tempat berpraktek atau latihan;
dimaksudkan untuk belajar langsung dari lapangan bagimana proses
pembelajaran itu dilakukan. Melakukan observasi di kelas yang
sebenarnya terutama diperlukan bagi peserta pemula, yang belum pernah
menjadi guru.
4. Membuat persiapan tertulis (perencanaan pembelajaran); yaitu membuat
rencana pelaksanaan pembelajaran sama layaknya seperti rencana
pelaksanaan pembelajaran pada umumnya.
5. Membentuk kelompok; yaitu membagi peserta latihan kedalam beberapa
kelompok kcil sesuai dengan karateristik model pembelajaran yaitu
model pembelajaran yang disederhanakan, termasuk jumlah pesertanya
itu sendiri.
Kelima jenis kegiatan tersebut harus dilakukan oleh setiap peserta
sebagai langkah awal proses pembelajaran mikro. Persiapan awal yang harus
dikuasai dengan matang terutama memahami konsep atau teori, prinsip dan
langkah-langkah pembelajaran mikro. Konsep atau teori sangat penting
dikuasai, sebagai dasar atau persiapan untuk menunjang kelancaran praktek
yang akan dilakukan dalam tahap selanjutnya.
Perencanaan pembelajaran mikro memiliki unsur-unsur yang sama
dengan unsur perencanaan pembelajaran pada umumnya, hanya saja dalam
pembelajaran mikro unsur perencanaan tersebut lebih disederhanakan dan
memfokuskan pada jenis keterampilan yang akan dilatihkan saja. Unsur-
unsur pokok yang dikembangkan dalam perencanaan pembelajaran meliputi: 5
1. Pengembangan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran adalah sesuatu
yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran, yaitu gambaran
perubahan perilaku siswa ke arah yang positif.

5 Dadang Sukirman.Op,cit,Hlm.156

7
2. Pengembangan isi atau materi pembelajaran. Materi pembelajaran yaitu
isi atau bahan yang akan dipelajari siswa. Materi harus direncanakan dan
dikembangkan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
3. Pengembangan metode dan media atau proses pembelajaran. Dalam
merumuskan kegiatan pembelajaran harus menggambarkan aktivitas
siswa yang tinggi. Dalam proses pembelajaran, yang belajar itu adalah
siswa, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator.
4. Pengembangan evaluasi atau penilaian pembelajaran. Evaluasi atau
penilaian dalam pembelajaran dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas
proses dan hasil pembelajaran.

D. Proses Pelaksanaan Micro Teaching


Setiap guru harus mampu mengembangkan atau membuat perencanaan
pembelajaran. Membuat perencanaan permbelajaran tersubut dimaksudkan
untuk mempermudah atau memberi pedoman bagi guru yang hendak
mengajar. Dalam mengembangkan atau menyusun rencana pembelajaran pada
dasarnya mengembangkan empat komponen pokok pembelajaran yaitu
mengembangkan tujuan atau kompetensi, mengembangkan isi atau bahan ajar
untuk mencapai tujuan, mengembangkan metode, alat, media dan sumber
pembelajaran, dan mengembangkan sistem penilaian. Dalam membuat
rencana pelaksanaan pembelajaran harus berurutan dan memperhatikan
langkah-langkah penyususnannya. Langkah-langkah operasional menyusun
RPP yaitu menetapkan identitas mata pelajaran, menatapkan SK dan KD,
merumuskan tujuan pembelajaran, menetapkan materi atau bahan ajar,
menetapkan kegiatan pembelajaran, menetapkan metode, alat, media, dan
sumber pembelajaran, dan menetapkan penilaian.
Apabila setiap tahap kegiatan dalam persiapan pembelajaran mikro
telah dilakukan, rencana pembelajaran mikro seperti telah dijelaskan di atas
telah dibuat, maka kegiatan berikutnya calon guru atau peserta yang akan
berlatih telah siap untuk melakukan kegiatan inti (praketk) pembelajaran
mikro. Oleh karena itu yang dimaksud dengan kegiatan inti pembelajaran

8
Mikro Teaching yaitu pelaksanaan praktek tampil mengajar dalam kelas atau
di laboratorium sesuai dengan hakikat pembelajaran mikro yang sudah di
bahas sebelumnya.
Praktek latihan mengajar yang dilakukan melalui pendekatan
pembelajaran mikro, adalah mengajar yang sebenarnya. Dengan demikian
setiap unsur atau pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran
Mikro Teaching harus memerankan dirinya secara logis dan otimal layaknya
seperti kegiatan pembelajaran yang sebenarnya. Hal ini bertujuan terutama
untuk mengkondisikan suasana pembelajaran yang sebenarnya, agar calon
guru atau guru yang sedang berlatih dapat melakukan proses pembelajaran
secara maksimal.
Setiap anggota kelompok, sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-
masing mulai melakukan aktivitas pembelajaran mikro, yaitu praktek melatih
keterampilan dasar mengajar pada tempat yang sudah direncanakan untuk
pembelajaran mikro. Adapun pihak-pihak terkait dalam pembelajaran mikro,
serta tugas dan fungsi yang harus dijalankannya, pada intinya dapat dirinci
sebagai berikut:
1. Pihak guru yang berlatih
2. Pihak siswa
3. Pihak Observer
4. Pihak pembimbing atau dosen
5. Sarana dan fasilitas pendukung
Setiap unsur atau pihak yang terlibat dalam pembelajaran mikro harus
mampu memerankan fungsinya secara wajar dan diarahkan pada upaya
membantu peserta yang berlatih agar memiliki kemampuan atau kecakapan
yang diharapkan. Adapun proses kerja atau skenario dari setiap elemen dalam
pembelajaran mikro dapat dijelaskan dalam fungsi dan peran setiap unsur pada
pembahasan berikut ini.
1. Fungsi dan peran guru yang berlatih
Calon guru atau peserta yang berlatih dalam pembelajaran mikro
teaching, pada saat ia tampil harus memposisikan dirinya sebagai guru.

9
Tugas guru adalah membelajarkan siswa, walaupun suasana
pembelajarannya dilakukan dalam ruang atau tempat khusus untuk
pembelajaran mikro, bukan di kelas yang sebenarnya menghadapi teman
sendiri atau teman sejawat sebagai siswanya, akan tetapi tugas guru adalah
mengajar yang sebenarnya
Seperti halnya kegiatan pembelajaran yang sebenarnya, maka
setiap tahapan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam pembelajaran
mikro harus ditempuh. Kegiatan membuka pembelajaran, kegiatan inti dan
kegiatan penutup pembelajaran secara utuh harus dilakukan. Hanya
mengingat waktu pembelajaran mikro berkisar antara 10 s.d 15 menit,
maka guru yang berlatih harus menyesuaikan dengan waktu yang tersedia.
Demikian pula dengan unsur materi pembelajaran, interaksi pembelajaran
harus dilakukan sebagaimana mestinyta. Hanya karena setiap peserta yang
berlatih memfokuskan pada jenis-jenis keterampilan tertentu saja, maka
dalam pelaksanaannya ketika memerankan sebagai guru, jenis
keterampilan yang dilatihkan terus menerus harus menjadi fokus latihan.
Unsur pokok yang membedakan antara kegiatan pembelajaran
mikro dengan pembelajaran biasa terletak pada “fokus jenis keterampilan”
yang akan dilatihkan. Jika dalam pembelajaran biasa seluruh unsur
pembelajaran harus dikuasai dan dilakukan secara optimal untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Maka dalam pembelajaran mikro (sebagai tempat
berlatih) guru memusatkan perhatian dan kemampuannya kepada jenis
keterampilan spesifik yang sedang dilatihkan. Oleh karena itu unsur
pembelajaran lain walaupun dilakukan, sifatnya hanya sebagai penunjang
agar pembelajaran berlangsung secara wajar. Sedangkan yang menjadi
acuan utama tetap fokus pada latihan menerapkan jenis keterampilan yang
direncanakan.
Contoh: jika dalam perencanaan pembelajaran mikro, fokus materi
latihannya adalah “Keterampilan Bertanya”, maka jenis keterampilan itu
yang mendominasi dan harus terus menerus dilatihkan dalam
pembelajarannya. Mulai membuka pembelajaran misalnya, maka apersepsi

10
dilakukan dengan menerapkan unsur-unsur “keterampilan bertanya”.
Melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru yang sedang
berlatih, apakah sudah dapat mengkondisikan siswa untuk mengikuti
kegiatan pembelajaran, sesuai dengan hakikat dari apersepsi. Demikian
pula dalam kegiatan inti saat membimbing interaksi pembelajaran dan
kegiatan akhir untuk menutup pembelajaran, “keterampilan bertanyalah”
yang lebih banyak digunakan.
Dengan memfokuskan kegiatan pada jenis keterampilan bertanya
sebagai keterampilan dasar mengajar yang dilatihkan, maka akan
memberikan gambaran dan informasi yang lengkap tingkat kemampuan
guru yang sedang berlatih dalam penguasaan dan keterampilan bertanya
dalam pembelajaran. Kelebihan dan kekurangan akan terlihat oleh
pembimbing dan pihak yang mengobservasi, sehingga akan diperoleh
bahan untuk melakukan diskusi pasca tampil berlatih. Jika pada tahap
latihan pertama ”keterampilan bertanya” ternyata belum bisa berjalan
sebagaimana yang diharapkan, maka peserta yang berlatih melakukan
persiapan ulang untuk tampil pada sesi latihan yang kedua kalinya dengan
didasarkan pada masukan hasil diskusi dan refleksi pada penampilan
pertama.
2. Fungsi dan peran siswa
Dalam proses pembelajaran, siswa diposisikan sebagai objek
sekaligus subjek pembelajaran. Siswa harus berperan aktif merespon setiap
stimulus pembelajaran agar memperoleh hasil pembelajaran yang
memuaskan. Keterlibatan siswa aktif belajar akan menentukan kualitas
proses dan hasil pembelajaran itu sendiri.
Dalam pembelajaran mikro, pihak siswa dituntut untuk
memposisikan dirinya sebagai siswa yang sedang mengikuti pembelajaran,
seperti dalam kegiatan pembelajaran biasa. Bahkan dalam pembelajaran
mikro fungsi dan peran siswa bisa bertugas ganda; pertama berfungsi
sebagai siswa yang sedang mengikuti pembelajaran; kedua, sekaligus
sebagai observer. Hal ini sangat memungkinkan, mengingat yang

11
bertindak sebagai siswa dalam pembelajaran mikro melalui feer teaching
adalah teman sendiri, yang tentu saja sudah memiliki wawasan dan
pemahaman terkait dengan jenis keterampilan yang dilatihkan oleh guru
(temannya). Dengan demikian pada saat berperan sebagai siswa, sekaligus
ia juga aktif untuk mencermati gerak-gerik dan perilaku guru, membuat
catatan kelebihan dan kekurangannya untuk dijadikan bahan masukan pada
saat diskusi balikan.
Menurut Sheridian, keterlibatan secara aktif dari setiap anggota
dalam kelompok pembelajaran mikro sangat diharapkan. Melalui aktivitas
yang tinggi dari setiap unsur yang terlibat dalam pembelajaran mikro
diharapkan dapat memberikan masukan, pengalaman dan pembelajaran
yang sangat berharga bagi pihak yang berlatih (trainee). Dengan demikian
informasi mengenai kelebihan maupun kekurangan, komentar, kritik, saran
dan solusi yang disampaikan tidak hanya dari observer atau pembimbing
saja, melainkan bisa datang dari pihak yang berperan sebagai siswa.
Dengan demikian pembelajaran mikro akan semakin kaya dengan berbagai
masukan yang justru sangat diperlukan oleh peserta yang berlatih untuk
meningkatkan keterampilan dan kecakapannya.
3. Fungsi dan peran observer
Salah satu bagian dari tugas anggota kelompok dalam
pembelajaran mikro teaching dengan cara “observer”. Tugas observer
sesuai dengan namanya adalah melihat, memperhatikan, mengamati dalam
bahasa Inggris “to observe” memiliki banyak makna antara lain yang
dikemukakan di atas yaitu melihat, memperhatikan, mengamati dan makna
sejenis lainnya yang bisa dipakai untuk tugas observer.
Pada saat melakukan tugas observasi, pihak observer jangan
sampai mengganggu guru yang sedang berlatih. Diupayakan agar guru
yang berlatih merasa tidak ada yang mengawasi, sehingga seolah-olah
tidak mengetahui bahwa ia diobservasi. Sebagai observer ia hanya melihat
dengan seksama penampilan guru yang sedang berlatih. Oleh karena itu
secara teknis pihak observer sebaiknya menempati ruang yang aman tidak

12
terlihat oleh guru yang sedang berlatih, namun pihak observer dapat
melihat langsung gerak-gerik dan seluruh penampilan guru yang sedang
berlatih. Tujuan dari kegiatan observasi adalah untuk mengumpulkan data
dan informasi yang akurat dan komprehensif sesuai dengan apa yang
dilihat dan didengar pada saat guru berlatih. Data tersebut sangat
diperlukan sebagai bahan masukan pada kegiatan diskusi yang akan
dilakukan setelah kegiatan latihan selesai.
Bila Anda sebagai calon guru atau bahkan sudah menjadi guru
tampil mengajar di depan kelas, biasanya yang bersangkutan akan sulit
untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan saat ia tampil. Dengan
demikian kita akan mengalami kesulitan untuk mengetahui unsur mana
yang harus diperbaiki dan mana yang harus ditingkatkan atau bahkan
dihilangkan sama sekali. Kesulitan itu akan muncul karena pada saat
tampil ia kekurangan data atau informasi yang dating dari pihak luar. Oleh
karena itu dengan adanya pihak lain yang secara khusus diminta untuk
mengobservasi, maka kita hanya fokus melaksanakan proses latihan
semaksimal mungkin, dan infomasi dari penampilannya akan muncul dari
pihak observer atau pembimbing.
Observer dalam proses pembelajaran mikro memiliki peran dan
kedudukan yang sangat penting, karena dari hasil pengamatan observer
itulah data dan informasi untuk memperbaiki dan meningkatkan
penampilan mengajar setiap yang berlatih akan didapatkan. Oleh karena
sekali lagi pihak observer atau pembimbing harus yang sudah memiliki
pengalaman lebih, agar dapat melaksanakan tugasnya secara professional.
Disamping itu untuk menunjang kelancaran tugas pihak observer,
perhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut:
a. Format Observasi; Setiap observer harus dilengkapi dengan format
observasi. Format ini sangat penting sebagai panduan bagi
observer dalam melakukan pengamatannya. Melalui format
observasi, pihak observer dapat mengetahui sejauhmana pihak
yang berlatih telah mampu menerapkan jenis keterampilan yang

13
dilatihkannya. Isi format observasi tentu saja harus disesuaikan
dengan setiap jenis keterampilan yang dilatihkannya.
b. Melihat dan mendengarkan; Observer tidak boleh ikut campur
(intervensi) ketika pembelajaran sedang berlangsung. Sesuai
dengan fungsinya observer hanya merekam apa yang dilihat dan
didengar, sesuai dengan format observasi yang dipegangnya. Jika
dianggap perlu disamping menggunakan pedoman observasi, pihak
observer dituntut membuat cacatata tambahan yang dianggap
penting sesuai dengan pengalaman yang dimilikinya.
c. Fokus pada penampilan; observer ketika melakukan tugasnya
mengobservasi guru yang sedang berlatih, hanya membatasi dan
memfokuskan pada penampilan keterampilan yang sedang
dilatihkannya. Adapun unsur-unsur lain yang diluar fokus latihan
apalagi menyangkut dengan unsur kepribadiannya sebaiknya
diabaikan saja.
4. Fungsi dan peran pembimbing
Dalam pembelajaran mikro yang bertindak sebagai pembimbing
ialah dosen mata kuliah pembelajaran mikro atau pihak supervisor, sesuai
dengan fungsi, tujuan dan kewenangannya. Bila tugas observer dilakukan
oleh pihak mahasiswa, maka mahasiswa tersebut sebatas pada mengamati
guru yang sedang berlatih, sedangkan tugas dosen atau pihak supervisor
lainnya adalah memonitor seluruh pelaksanaan pembelajaran mikro itu
sendiri.
Pihak pembimbing atau supervisor bertugas mengelola seluruh
pelaksanaan pembelajaran mikro. Apakah semua pihak yang terlibat dalam
pembelajaran mikro seperti guru yang berlatih, pihak yang menjadi siswa,
pihak observer sudah menjalankan tugas sesuai denga fungsi dan perannya
masing-masing. Pihak pembimbing mencatat dan menyimpulkan seluruh
aspek pembelajaran mikro yang telah dilakukan. Hasil monitoring
kemudian dijadikan dasar untuk melakukan diksusi umpan balik dan

14
sebagai bahan proses pembimbingan pada proses pelatihan atau
pembelajaran mikro berikutnya.
5. Fungsi dan peran sarana/fasilitas pendukung
Keberadaan sarana dan fasilitas untuk menunjang kelancaran
pembelajaran mikro, tidak kalah penting dibandingkan dengan unsur-unsur
pembelajaran mikro lainnya sepert: pihak guru, siswa, observer dan pihak
pembimbing. Tersedianya sarana dan fasilitas pendukung yang memadai
baik secara kuantitas maupun kualitas, akan menentukan tingkat kualitas
yang dihasilkan dari pembelajaran mikro itu sendiri. Idealnya sarana dan
fasilitas pendukung yang harus dimiliki untuk kelancaran pembelajaran
mikro antara lain terdiri dari:
a. Ruang khusus (laboratorium) pembelajaran mikro dengan setting
ruangan dibagi kedalam tiga bagian utama yaitu:
1) Ruang kelas untuk pembelajaran, lengkap dengan meja, kursi,
papan tulis, media dan kelengkapan kelas lainnya.
2) Ruang observasi, yaitu tempat untuk observer melihat langsung
penampilan guru. Batas antara ruang observasi dengan ruang
kelas penampilan, sebaiknya disekat oleh kaca yang hanya
tembus pandang dari satu sisi (observer), sementara pihak guru
dan siswa di ruang kelas penampilan tidak dapat melihat ke
ruang observer.
3) Ruang teknisi yang akan mengoperasikan peralatan perekam
(Audio visual). Demikian halnya ruang teknisi, sama dengan
ruang observer disekat oleh kaca yang hanya dapat dilihat dari
satu arah yaitu dari pihak teknisi saja.
b. Kamera perekam; yaitu kamera yang dipasang didalam ruang kelas
untuk merekam seluruh aktivitas guru dan siswa selama
beralangsungnya pembelajaran mikro. Jenis kamera yang digunakan
sebaiknya adalah kamera otomatis. Penempatan kamera diusahakan
ditempat yang netral sehingga dapat menjangkau seluruh area
aktivitas dalam ruang kelas. Dengan demikian kamera aktif

15
mengikuti seluruh gerak-gerik guru ketika mengajar tanpa harus
menggunakan operator (kameramen). Hal ini penting agar tidak
mengganggu situasi pembelajaran atau latihan yang sedang
dilaksanakan. Gambarnya langsung tersambung ke ruang observer
dan ruang teknisi, dan melalui TV monitor yang dipasang diruang
ruang observasi, pihak observer dapat dengan jelas melihat dan
mendengar suasana pembelajaran di tempat latihan. Demikian juga
pihak teknisi akan dengan mudah mengendalikan peralatan yang
digunakannya sehingga semua aktivitas pembelajaran akan
terpantau.
c. Ruang proyeksi; yaitu suatu ruang pembelajaran yang akan
digunakan untuk memutar ulang hasil rekaman pada saat guru
berlatih mengajar. Ruang proyeksi sekaligus juga digunakan untuk
diskusi umpan balik dan melakukan pembahasan yang dianggap
perlu sesuai dengan hasil latihan yang telah dilakukan. Dalam ruang
proyeksi sebaiknya dilengkapi dengan peralatan teknologi informasi
dan komunikasi, misalnya seperangkat komputer dengan LCD yang
selalu siap untuk digunakan. Ruangan proyeksi sebaiknya juga
tersambung dengan jaringan internet, agar memudahkan untuk
melakukan akses informasi untuk memperkaya bahan pada saat
kegiatan umpan balik. Letak ruang proyeksi diusahakan
berdampingan dengan ruang lab pembelajaran mikro, bahkan
sebaiknya merupakan bagian dari lab pembelajaran mikro itu
sendiri. Hal ini penting agar setiap selesai proses latihan di ruang
kelas tempat berlatih (lab pembelajaran mikro), pada saat itu pula
bisa secara langsung dilakukan pemutaran ulang dan diskusi umpan
balik.6

6 Dadang Sukirman.Op,cit,Hlm.107-120

16
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Dari pembahasan makalah dapat di simpulkan bahwa Micro Teaching
atau Pembelajaran micro dapat diartikan sebagai cara dalam melatih
keterampilan keguruan atau praktik mengajar dalam lingkup kecil atau
terbatas. Jumlah pesertanya sekitar 5 sampai 10 orang, ruang kelasnya
terbatas, waktu pelaksanaanya berkisar antara 10 dan 15 menit, terfokus
kepada keterampilan mengajar tertentu, dan pokok pembahasannya
disederhanakan. Perencanaan pembelajaran adalah kegiatan merumuskan
tujuan apa yang akan dicapai oleh suatu kegiatan pengajaran, cara apa yang
akan dipakai untuk menilai pencapaian tujuan tersebut, materi atau bahan apa
yang akan disampaikan, bagaimana cara menyampaikannya, dan alat atau
media apa yang diperlukan. Sedangkan perencanaan pembelajaran mikro,
yaitu membuat perencanaan atau persiapan untuk setiap jenis keterampilan
mengajar yang akan dilatihkan, secara keseluruhan unsur-unsur perencanaan
tersebut meliputi menentukan tujuan, materi, metode, media dan evaluasi.
Dalam proses pelaksanaan pembelajaran Micro Teaching ada pihak-
pihak terkait serta tugas dan fungsi yang harus dijalankannya sebagai berikut:
Pihak guru yang berlatih, pihak siswa, pihak observer, pihak pembimbing atau
dosen dan sarana dan fasilitas pendukung
B. Saran
Demikian makalah yang kami sampaikan. Dengan harapan semoga
dapat bermanfaat bagi semua pihak. Kami menyadari masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini. oleh karena itu kritik dan saran
sangat ddiperlukan demi kemaslahatan kita semua. Dan semoga kita bisa
mengambil hikmahnya. Aamiin.

17
DAFTAR PUSTAKA

Sukirman, Dadang. (2012). Micro Teaching. Jakarta: Direktorat Jenderal


Pendidikan Islam Kementrian Agama. Hlm.107-120
Sukirman, Dadang. (2012). Micro Teaching. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Kementrian Agama. Hlm.156
Sukirman, Dadang. (2012). Micro Teaching. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Kementrian Agama. Hlm.51-55
Dian.Andriani.“Perencanaan pembelajaran micro teaching”.
https://www.academia.edu/31832318/Perencanaan_Pembelajaran_Mikro_
Hakikat_prinsip_dan_model_perencanaan_.
Sukirman, Dadang. (2012). Micro Teaching. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Kementrian Agama.
UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

18

Anda mungkin juga menyukai