FARMAKOLOGI - II
OLEH :
KELOMPOK I :
HAJAH NINGSIH INTA (F201902008)
SURIA (F201902011)
SAMHARIRA (F201902013)
SINARITTA (F201902014)
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................5
C. Tujuan.............................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................7
A. Definisi Hiperlipidemia..................................................................................7
B. Etiologi Hiperlipidemia..................................................................................8
D. Gejala dan Tanda Hiperlipidemia...................................................................8
E. Tatalaksana terapi farmakologi....................................................................11
F. Terapi Non-Farmakologi................................................................................9
BAB III PENUTUP...............................................................................................18
A. Kesimpulan...................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................32
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hiperlipidemia merupakan kondisi dimana kadar lipid darah yang
melebihi kadar normalnya. Hiperlipidemia disebut juga peningkatan lemak
dalam darah dan karena sering disertai peningkatan beberapa fraksi
lipoprotein, disebut juga hiperlipoproteinemia. Hiperlipidemik dapat berupa
hiperkolesterolemia dan hipertrigliseridemia. Obat-obat antihiperlipidemik
(hipolipidemika) adalah golongan obat yang digunakan untuk menurunkan
kadar lipida darah yang melebihi ambang batas normal. Lipida darah (lipid
plasma) terdiri dari lemak-lemak netral (trigliserida), kolesterol (kolesterin)
dan fosfolipida. Karena lipid tidak larut dalam air, zat tersebut dibawa
dalam plasma dari jaringan ke jaringan dengan cara terikat pada protein.
Lipid plasma yang utama terdiri atas kolesterol, trigliserid, fosfolipid
dan asam lemak bebas. Lipid plasma ini tidak larut dalam cairan plasma.
Agar lipid plasma dapat diangkut dalam sirkulasi, maka susunan molekul
lipid tersebut perlu dimodifikasi, yaitu dalam bentuk lipoprotein yang
bersifat larut dalam air. Lipoprotein ini bertugas mengangkut lipid dari
tempat sintesisnya menuju tempat penggunaannya. Apolipoprotein
berfungsi untuk mempertahankan struktur lipoprotein dan mengarahkan
metabolisme lipid tersebut.
Diagnosa hiperlipidemia aterogenik yang tepat membutuhkan
penentuan abnormalitas lipoprotein yang spesifik dan pengobatan diarahkan
untuk memperbaiki kelainan lipoprotein bukan hanya menurunkan kadar
total kolesterol dan trigliserida plasma saja.
Dengan meningkatnya kompleksitas obat-obat yang digunakan dalam
pengobatan pada saat ini, dan berkembangnya polifarmasi maka
kemungkinan terjadinya interaksi obat makin besar. Interaksi obat perlu
diperhatikan karena dapat mempengaruhi respon tubuh terhadap
pengobatan.
Interaksi dikatakan terjadi ketika efek dari satu obat diubah
oleh obat lain, makanan , minuman, atau oleh beberapa bahan kimia
lingkungan. Mekanisme yang tidak biasa atau khas bagi pasangan
obat tertentu yang rinci terdapat dalam monograf. Sangat banyak obat yang
berinteraksi, bukan oleh mekanisme tunggal, tetapi sering oleh dua atau
lebih mekanisme, meskipun untuk kejelasan sebagian besar mekanisme
yang dibahas di sini seolah-olah mereka terjadi dalam isolasi. Untuk
kenyamanan mekanisme interaksi dapat dibagi menjadi interaksi yang
melibatkan farmakokinetik obat dan yang melibatkan farmakodinamik.
Interaksi obat dan efek samping obat perlu mendapat perhatian.
Sebuah studi di Amerika menunjukkan bahwa setiap tahun hampir 100.000
orang harus masuk rumah sakit atau harus tinggal di rumah sakit lebih lama
dari pada seharusnya, bahkan hingga terjadi kasus kematian karena interaksi
dan/atau efek samping obat. Pasien yang dirawat di rumah sakit sering
mendapat terapi dengan polifarmasi (6-10 macam obat) karena sebagai
subjek untuk lebih dari satu dokter, sehingga sangat mungkin terjadi
interaksi obat terutama yang dipengaruhi tingkat keparahan penyakit atau
usia.
Interaksi obat yang tidak diinginkan dapat dicegah bila kita
mempunyai pengetahuan farmakologi tentang obat-obat yang
dikombinasikan. Tetapi haruslah diakui bahwa pencegahan itu tidaklah
semudah yang kita bayangkan, mengingat jumlah interaksi yang mungkin
terjadi pada orang penderita yang menerima pengobatan polypharmacy
cukup banyak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hiperlipidemia?
2. Bagaimanakah etiologi hiperlipidemia?
3. Bagaimanakah patofisiologi hiperlipidemia?
4. Bagaimanakh tanda dan gejala hiperlipidemia?
5. Bagaimana tata laksana terapi farmakologi antihiperlipidemia?
6. Bagaimana tata laksana terapi non farmakologi antihiperlipidemia?
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui dan memahami pengertian hyperlipidemia.
2. Dapat mengetahui etiologi hiperlipidemia.
3. Dapat mengetahui dan memahami Patofisiologi hiperlipidemia.
4. Dapat mengetahui tanda dan gejala hiperlipidemia.
5. Dapat mengetahui tatalaksana terapi farmakologi terhadap hiperlipidemia.
6. Dapat mengetahui terapi non farmakologi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Hiperlipidemia
Hiperlipidemia adalah suatu kondisi kelebihan lemak dalam sirkulasi
darah. Dapat disebut juga dengan hiperlipoproteinemia karena substansi lemak
yang mengalir di peredaran darah terikat oleh protein karena lemak merupakan
partikel yang tidak larut air. Secara umum, hiperlipidemia dapat dibedakan
menjadi 2 sub kategori yaitu hiperkolesterolemia dan hipertrigliseridemia
(Harikumar, dkk., 2013).
Hiperlipidemia juga dapat didefinisikan sebagai peningkatan kadar plasma
kolestrol atau trigliserida atau keduannya (Roy, 2011; Talbert, 2008). Sehingga
jika ingin membahas penyakit yang berhubungan dengan abnormalitas lipid, lebih
tepat jika menggunakan istilah displidemia.
B. Etiologi Hiperlipidemia
Hiperlipidemia berdasarkan etiologinya dibedakan menjadi tiga yaitu,
dislipidemia primer yang disebabkan karena kelainan genetik spesifik dan
dislipidemia sekunder yaitu, dislipidemia yang terjadi karena penyakit lain yang
menyebabkan kelainan metabolism lemak dan lipoprotei.
1. Dislipidemia Primer
Dislipidemia primer diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi
Fredrickson, yang berdasarkan pada elektroforesis atau ultrasentrifugasi
lipoprotein.
a. Tipe I, yaitu kenaikan kolesterol dengan kadar trigliserida yang tinggi.
b. Tipe II, yaitu kenaikan kolesterol dengan kadar trigliserida yang normal.
c. Tipe III, yaitu kenaikan kolesterol dan trigliserida 7.
d. Tipe IV, kenaikan trigliserida, munculnya aterom dan kenaikan asam urat.
e. Tipe V, kenaikan trigleserida saja
(Harikumar, dkk., 2013)
2. Dislipidemia Sekunder
Dislipidemia sekunder atau dislipidemia didapat memiliki bentuk yang
mirip dengan dislipidemia primer. Dislipidemia sekunder dapat meingkatkan
resiko aterosklerosis dini, pancreatitis, atau berbagai komplikasi lainnya.
Penyebab tersering dari dislipidemia sekunder ini adalah diabetes mellitus,
penggunaan obat diuretik, beta bloker, dan esterogen jangka panjang.
Dislipidemia sekunder dapat juga disebabkan oleh penyakit hipotiroidisme,
gagal ginjal, nefrotik sindrom, ikterik obstruktif, cushing syndrome, anoreksia
nervosa, konsumsi alcohol, serta dapat pula disebabkan oleh penyakit endokrin
yang langka atau penyakit gangguan metabolisme lainnya (Harikumar, dkk.,
2013).
C. Patofisiologi Hiperlipidemia
Hiperlipidemia dapat terjadi karena dua mekanisme. Mekanisme pertama
adalah kelebihan produksi VLDL oleh hati sebagai akibat dari kenaikan asam
lemak bebas yang melewati hati. Mekanisme kedua adalah adanya gangguan pada
pemecahan VLDL dan kilomikron oleh lipoprotein lipase. Ketika aktifitas
lipoprotein lipase menurun, trigliserida gagal dihidrolisa, diubah, atau 10
dihancurkan, dan metabolism kilomikron serta VLDL remnan tertunda
(Harikumar, dkk., 2013).
3. Hydroxymethylglutaryl-Coenzyme A (HMG-CoA)
Reductase Inhibitors (Statin) HMG-CoA reductase inhibitors termasuk
di dalamnya adalah atorvastatin, fluvastatin, lovstatin, pravastatin, rosuvastatin
dan simvastatin. Mekanisme obat golongan ini adalah dengan menghambat rate
limiting enzymepada pembentukan kolesterol. Obat golongan ini dapat
menurunkan infark mikard dan mortalitas total pada pencegahan sekunder,
sama halnya pada pencegahan untuk pasien pria usia pertengahan yang bebas
penyakit jantung koroner. Penelitian meta analisis menunjukan bahwa
penggunaan obat ini dapat menurunkan resiko terjadinya stroke. Sintesis
kolesterol dapat diturunkan, dengan kompensasi berupa peningkatan aktivitas
reseptor LDL hepatik (dengan asumsi bahwa kemudian hati dapat lebih
mengambil kolesterol yang dibutuhkan dari darah) dan terjadi penurunan level
LDL kolesterol dalam sirkulasi sampai dengan 35%. Juga terjadi peningkatan
sedang level HDL dan penurunan level trigliserida.
Dosis lazim atorvastatin, 10–80 mg/hari; fluvastatin, 20–40 mg/hari;
lovastatin, 10–80 mg/hari; pravastatin, 10–40 mg/hari; rosuvastatin, 5–40
mg/hari; dan simvastatin, 5–40 mg/hari. Obat – obat golongan ini biasanya
diberikan satu kali sehari pada saat malam hari (dimana sebagian besar sintesis
kolesterol terjadi pada malam hari).Pada rentang dosis akhir yang tinggi, dosis
bagi dua kali sehari dapat digunakan. Efek sampingnya antara lain miositis,
yang kejadiannya dapat lebih tinggi pada pasien yang juga mendapatkan fibrat
atau niasin bersamaan dengan statin. Produsen merekomendasikan untuk
melakukan monitoring enzim hati dan otot.Beberapa obat (eritromisin,
siklosporin danantijamur azole) menurunkan metabolisme obat ini (Baron,
2006).
4. Fibric acid derivatives
Derivat asam fibrat termasuk gemfibrozil, fenofibrat dan klofibrat.
Fibrat dapat menurunkan sintesis dan meningkatkan pemecahan partikel VLDL,
dengan efek sekunder pada level LDL dan HDL. Obat golongan ini
menurunkan level LDL sampai dengan 10 – 15% dan level trigliserida sampai
dengan 40% dan meningkatkan level HDL sampai 15 – 20%. Dosis lazim
gemfibrozil adalah 600 mg satu atau dua kali sehari.Efek sampingnya termasuk
kholelithiasis, hepatitis dan miositis.Insidensi hepatitis dan miositis dapat
meningkat pada pasien yang juga mendapatkan obat penurun lipid lainnya.Hasil
penelitian klinik yang besar menunjukan bahwa penggunaan klofibrat
menunjukan kematian yang lebih tinggi secara signifikan, terutama karena
kanker, pada kelompok perlakukan, sehingga sebaiknya tidak digunakan
(Baron, 2006).
5. Ezetimibe
Ezetimibe merupakan obat penurun lipid baru yang mekanisme kerjanya
dengan menghambat absorpsi kolesterol dari diet dan bilier dengan memblok
penyebrangan (passage) melewati dinding saluran cerna. Ezetimibe dapat
menurunkan LDL kolesterol antara 15 – 20% saat digunakan sebagai
monoterapi dan dapat membantu menurunkan level LDL pada pasien yang
mendapatkan statin yang belummencapai target terapetik.Efek dari ezetimide
pada penyakit jantung koroner dan keamanan jangka panjangnya belum
diketahui secara pasti.Dosis lazim ezetimide adalah 10 mg/hari (Baron, 2006).
6. Suplemen minyak ikan (N-3 Polyunsaturated Fatty Acids atau N-3 PUFA
atau Omega-3 Fatty Acids)
Penggunaan suplementasi minyak ikan (ikan, minyak ikan, atau minyak
asam linolenik tinggi) pada dosis rendah (1 – 2 g/hari) disebutkan untuk
pencegahan penyakit jantung koroner. Berdasarkan bukti klinis, penggunaan
suplemen minyak ikan pada dosis 3 – 4 gram perhari adalah aman dan
effikasius dalam menurunkan trigliserida dan merupakan alternatif terhadap
fibrat atau asam nikotinat dalam terapi hipertrigliseridemia (Blackmore, dkk,
2004)
Tabel 1. Menunjukan rangkuman efek terapi obat penurun lipid dan lipoprotein
Tabel 2. Pilihan obat yang direkomendasikan dalam penanganan berbagai tipe
hiperlipidemia.
F. Terapi Non-Farmakologi
1. Mengurangi asupan lemak jenuh
Diet tinggi kolesterol dapat meningkatkan kadar kolesterol dan LDL
dalam darah. Makanan tinggi kolesterol dapat ditemukan pada makanan yang
berasal dari hewan, seperti daging dan produk susu, sehingga makanan jenis ini
sebaiknya dikurangi untuk menjaga kadar kolesterol dalam darah tetap normal
(Kerver dkk.,2003). Menurut institutes of health (U.S Department of health an
human service 2002) lemak jenuh merupakan komponen utama makanan yang
menentukan kadar LDL serum. Pengaruh lemak jenuh terhadap kolesterol total
dalam serum telah banyak diteliti. Analisis dari beberapa penelitian
menunjukkan bahwa setiap peningkatan 1% kalori dari lemak jenuh akan
disertai peningkatan LDL serum sebesar 2%. Sebaliknya, penurunan 1% asupan
lemak jenuh dapat menurunkan kadar LDL serum sebesar 2%.
2. Memilih sumber makanan yang dapat menurunkan kolesterol
Merekomendasikan untuk memilih buah-buahan (≥2 kali/hari) sayur (≥
3 kali/hari) gandum terutama gandum utuh (≥6 kali/hari) dan makanan yang
rendah lemak seperti susu rendah lemak dapat menurunkan kadar kolesterol
total dalam darah. Diet serat larut seperti oatmeal, kacang-kacangan, jeruk
strawberrry dan apel (wild dkk., 2009).
3. Penurunan berat badan
Obesitas berkaitan dengan peningkatan resiko terjadinya hiperlipidemia,
CHD, sindrom metabolik, hipertensi,, stroke, diabetes mellitus, serta keganasan.
Panduan dari ATP III menekankan penurunan berat badan pada pasien obesitas
sebagai bagian dari intervensi penurunan berat badan.
4. Meningkatkan aktifitas fisik yang teratur
Aktivitas fisik diketahui dapat menurunkan faktor resiko penyakit
pembuluh perifer dan arteri koroner, termasuk obesitas, stress fisiologis, kontrol
glikemik yang lemah dan hipertensi. Latihan fisik juga dapat meningkatkan
sirkulasi HDL dan fungsi jantung serta pembuluh darah (Stapleton dkk, 2010).
Sebagai contoh, berjalan cepat selama 30 menit tiga sampai empat kali dalam
seminggu dapat berpengaruh pada kadar kolesterol. Akan tetapi, pasien dengan
nyeri dan/atau diduga menderita penyakit jantung harus berkonsultasi dengan
dokter sebelum memulai latihan fisik.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hiperlipidemia adalah suatu kondisi kelebihan lemak dalam sirkulasi darah,
sebagai peningkatan kadar plasma kolestrol atau trigliserida atau keduannya
2. Dislipidemia primer karena kelainan genetik spesifik dan dislipidemia sekunder
karena penyakit lain yang menyebabkan kelainan metabolism lemak dan
lipoprotei.
3. Mekanisme pertama adalah kelebihan produksi VLDL, kedua adalah adanya
gangguan pada pemecahan VLDL dan kilomikron oleh lipoprotein lipase.
4. Tanda dan gejalanya yaitu xantoma, xanthelasma, nyeri dada, nyeri perut,
hepatosplenomegali, kadar kolesterol atau trigliserida tinggi, serangan jantung,
obesitas, intoleransi glukosa, lesi menyerupai jerawat pada sekujur tubuh, plak
ateromatosus pada pembuluh darah arteri, arkus senilis, dan xantomata.
DAFTAR PUSTAKA