Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN


MATEMATIS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING
PADA MATERI PERSAMAAN LINIER TIGA VARIABEL DI
KELAS X IPA-6 SMA NEGERI 6 PANDEGLANG TAHUN
PELAJARAN 2019/2020

Disusun Oleh:
Ernita,S.Si
NIP. 196911192000032004

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


KABUPATEN PANDEGLANG
SMA NEGERI 6 PANDEGLANG
2019
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(CLASSROOM ACTION RESEARCH)
1. Judul Penelitian Meningkatkan Kemampuan
Pemahaman Matematis Dan Hasil
Belajar Matematika Melalui Model
Pembelajaran Discovery Learning
Pada Materi Persamaan Linier Tiga
Variabel Di Kelas X Ipa-3 Sma Negeri
6 Pandeglang Tahun Pelajaran
2019/2020
2. Peneliti
a. Nama Lengkap Ernita,S.Si
b. Jenis Kelamin Perempuan
c. Pangkat/Golongan NIP IV/A. 196911192000032004
d. Alamat Sekolah Jl.Pendidikan No.2 Ciekek Karaton
e. Alamat Rumah Kp.Ciekek Babakan Karaton (depan
MUI) kel.Karaton,Kec.Majasari
Pandeglang-Banten
3. Lama Penelitian

Pandeglang, Juni 2019

Kepala Bagian Perpustakaan Peneliti

Yeni Trisnani,S.Pd Ernita,S.Si


NIP. 197606052008012012 NIP.196911192000032004

Mengetahui,
Kepala SMAN 6 Pandeglang

Drs.H.Abdul Malik, M.Pd


NIP. 196208281986031008

ii
ABSTRAK

Ernita. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis Dan Hasil


Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Discovery Learning Pada
Materi Persamaan Linier Tiga Variabel Di Kelas X IPA-3 SMA Negeri 6
Pandeglang Tahun Pelajaran 2019/2020

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan pemahaman


matematis dan hasil belajar matematika pada materi Persamaan Linier Tiga
Variabel di kelas X IPA-3 SMA Negeri 6 Pandeglang Tahun Pelajaran
2019/2020. Metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas.
Sampel penelitian berjumlah 35 orang. Penelitian Tindakan Kelas ini
dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus, yang tiap siklusnya terdiri dari 4 tahap, yakni
tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penerapan model Discovery Learning dapat meningkatkan
kemampuan pemahaman matematis dan hasil belajar matematika siswa pada
materi persamaan linier tiga variable. Baik dari peningkatan hasil prestasi
observasi aktivitas peserta didik maupun dari peningkatan nilai tes peserta didik
dari siklus satu ke siklus dua. Hasil Observasi pada siklus I, skore aktivitas siswa
adalah 64,52 % sedangkan pada siklus II menjadi 75,24 %. Sedangkan perolehan
skore tes pada siklus I diperoleh nilai rata-rata sebesar 59,43 sedangkan pada
siklus II menjadi 72,57. Hasil penelitian menunjukkan model pembelajaran
Discovery Learning dapat meningkatkatkan kemampuan pemahaman matematis
dan hasil belajar siswa pada materi persamaan linier tiga variabel di kelas X IPA-
3. Disamping itu penerapan model pembelajaran Discovery Learning dapat
meningkatkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika.

Kata kunci: Discovery Learning , Kemampuan Pemahaman Matematis, Hasil


belajar

iii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan PTK ini dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Pemahaman

Matematis Dan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran

Discovery Learning Pada Materi Persamaan Linier Tiga Variabel Di Kelas X Ipa-

3 Sma Negeri 6 Pandeglang Tahun Pelajaran 2019/2020”.

Penyusunan PTK ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat Pengajuan

Kenaikan Pangkat Dalam Jabatan. Penyusunannya dapat terlaksana dengan baik

berkat dukungan dari banyak pihak. Untuk itu, pada kesempatan kali ini penulis

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Drs.H.Abdul Malik,M.Pd , selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 6 Pandeglang

yang telah memberikan ijin serta sarana dan prasarana selama penelitian, serta

memberikan arahan dan motivasi dalam menyelesaikan PTK ini.

2. Yeni Trisnani,S.Pd , selaku Kepala Perpustakaan SMA Negeri 6 Pandeglang

yang telah memberikan ijin dalam penggunaan fasilitas perpustakaan dan

peminjaman buku-buku literatur sebagai dukungan dalam penyelesaian

penyusunan PTK ini.

3. Siswa-siswi Kelas X IPA 6 SMA Negeri 6 Pandeglang, terimakasih atas

bantuan dan kerjasamanya selama proses penelitian ini berlangsung.

4. Keluarga yang dengan sepenuh hati memberikan dorongan dan semangat

kepada penulis dalam menyelesaikan PTK ini.

iv
5. Teman-teman guru, TU dan seluruh karyawan SMA Negeri 6 Pandeglang,

yang telah membantu penulis secara langsung maupun tidak langsung,

penulis menyampaikan rasa terimakasih.

6. Semua pihak yang telah memberikan motivasi dan bantuannya dalam

penyelesaian PTK ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis berharap semoga PTK ini memberikan manfaat bagi kita

semua.

Pandeglang, Juni 2019

Penulis

Ernita

v
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................i

ABSTRAK........................................................................................................ii

KATA PENGANTAR......................................................................................iii

DAFTAR ISI....................................................................................................v

DAFTAR TABEL............................................................................................vii

DAFTAR DIAGRAM......................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN1

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................3

C. Tujuan Penelitian..................................................................................4

D. Manfaat Penelitian................................................................................4

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Konseptual............................................................................5

1. Model Pembelajaran Discovery Learning......................................5

2. Kemampuan Pemahaman Matematis.............................................8

3. Prestasi Belajar...............................................................................10

B. Penelitian Yang Relevan.......................................................................15

C. Hipotesis Penelitian..............................................................................21

BAB III METODE PENELITIAN

A. Deskripsi Setting Penelitian..................................................................18

vi
B. Waktu Penelitian...................................................................................19

C. Prosedur Penelitian...............................................................................19

D. Teknik Pengumpulan Data...................................................................23

E. Instrumen Dan Pedoman Penelitian......................................................23

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian.....................................................................................30

1. Siklus I............................................................................................31

2. Siklus II...........................................................................................35

B. Pembahasan..........................................................................................39

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan...........................................................................................41

B. Saran.....................................................................................................41

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................43

LAMPIRAN.....................................................................................................46

vii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 : Langkang-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah.....................11

Tabel 4.1. Data nilai Pre-tes XI IPA 3............................................................30

Tabel 4.2. Lembar Observasi Siklus I Materi Barisan Aritmatika.................31

Tabel 4.3. Perolehan Skore Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus I.................32

Tabel 4.5. Lembar Observasi Siklus II Materi Barisan dan Deret Aitmatika.35

Tabel 4.6. Perolehan Skore Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus 2................36

viii
DAFTAR DIAGRAM

Halaman
Gambar.3.1. Alur Penelitian Tindakan Kelas..................................................25

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu komponen dari serangkaian mata

pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan yang

mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu,

matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang dimuat dalam kurikulum

pendidikan, hendaknya tidak hanya menjadi sesuatu yang dipelajari tetapi

dapat diaplikasikan dalam kahidupan sehari-hari. Matematika merupakan

mata pelajaran yang dapat melatih kemampuan berpikir logis, kritis, dan

sistematis. Pembelajaran matematika juga melatih kemampuan siswa dalam

bernalar dan mengembangkan aktivitas kreatif. Kemampuan siswa dalam

mengkomunikasikan gagasan dan pemecahan masalah juga dapat

dikembangkan melalui pembelajaran matematika untuk itu matematika perlu

dipahami secara mendasar. Salah satu cara agar matematika dapat dipahami

secara mendasar oleh siswa adalah dengan meningkatkan kualitas dalam

pembelajaran matematika. Agar tercipta pembelajaran yang berkualitas,

dalam pembelajaran matematika siswa harus menguasai berbagai kemampuan

matematis, dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar

siswa. Hasil belajar merupakan tolak ukur yang digunakan untuk menentukan

tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu mata

pelajaran. Hasil belajar dapat berupa keterampilan, nilai dan sikap setelah
siswa mengalami proses belajar. Melalui proses belajar mengajar diharapkan

siswa memperoleh kepandaian dan kecakapan tertentu serta perubahan-

perubahan pada dirinya.

PembelajaranDiscovery Learning dilakukan melalui penemuan terbimbing

melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi.

Menurut Wilcox (Hosnan, 2013) dalam pembelajaran dengan penemuan,

siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka

sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa

untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan

mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Model

pemebelajaran Discovery Learning suatu model pengajaran yang

menitikberatkan pada aktivitas siswa dan siswa memiliki kesempatan untuk

terlibat secara aktif dalam pembelajaran tersebut. Menurut Roestiyah (dalam

sari, 2016) keuntungan Discovery Learning dalam mengatasi rendahnya

penalaran komunikasi matematis dan self efficacy yaitu : 1) siswa aktif dalam

kegiatan pembelajaran, 2) dapat membangkitkan kegairahan belajar pada

siswa, 3) memberikan kesempatan pada siswa untuk berkembang dan maju

sesuai dengan kemampuannya masing-masing, 4) membantu siswa untuk

memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses

penemuan sendiri, 5) siswa akan dapat mentransfer pengetahuan ke dala

berbagai konteks, 6) strategi pembelajaran berpusat pada siswa tidak pada

guru, 7) guru hanya sebagai teman belajar saja dan membantu bila diperlukan.

Menurut Hosnan (2013) mengemukakan bahwa pembelajaran discovery


learningadalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif

dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh

akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa.

Discovery learning ini sangat baik digunakan juga karena anak juga dapat

belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri problem yang

dihadapinya.Dari uraian diatas diharapkan siswa tidak takut lagi

mengemukakan pendapat yang seharusnya mereka keluarkan. Mereka dapat

mengeluarkan ide-ide yang ada didalam fikiran mereka sehingga mereka

dapat mengolah dan mengkontruksikan sendiri pelajaran yang akan mereka

pelajari.Siswa didorong untuk terutama belajar sendiri melalui keterlibatan

aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mereka temukan

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, peneliti

bertujuan untuk mengadakan penelitian dengan judul “Meningkatkan

Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa dan Hasil Belajar Matematika

Melalui Model Pembelajaran Discovery Learning Pada Materi Persamaan

Linier Tiga Variabel Di Kelas X IPA 3 SMA Negeri 6 Pandeglang Tahun

Pelajaran 2018-2019”, sehingga diharapkan kemampuan pemahaman

matematis dan hasil belajar siswa akan lebih meningkat dalam mata pelajaran

matematika.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Apakah penerapan model pembelajaran Discovery Learning dapat

meningkatkan kemampuan pemahaman matematis dan hasil belajar siswa

dalam materi persamaan linear tiga variable?

2. Bagaimanakah proses atau langkah kegiatan model pembelajaran Discovery

learning meningkatkan kemampuan pemahaman matematis dan hasil belajar

siswa dalam materi Persamaan linear tiga variable ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Meningkatkan kemampuan pemahaman matematis dan hasil belajar siswa

pada materi persamaan linear tiga variable dengan model pembelajaran

Discovery Learning di kelas X IPA 6 SMA Negeri 6 Pandeglang.

2. Meningkatkan proses belajar mengajar pada materi persamaan linear tiga

variable dengan model pembelajaran Discovery Learning.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peserta didik, dapat meningkatkan kemampuan pemahaman

matematis dan hasil belajar siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi

belajar matematika kedepannya.

2. Bagi tenaga pendidik, dapat dijadikan motivasi untuk dapat dilaksanakan

di sekolah di tempat bekerja yaitu di SMA Negeri 6 Pandeglang, dalam

rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.

3. Bagi Sekolah : Sebagai bahan masukan dan informasi kepada para guru

dan siswa dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Konseptual

1. Model Pembelajaran Discovery Learning

Model pembelajaran Discovery Learning diartikan sebagai proses

pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan

pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa

mengorganisasi sendiri. Siswa diharapkan mampu menemunkan

sendiri konsep dari pembelajaran.

Menurut Robert B. Sund dalam Malik (2001:219) “Discovery

terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses

mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery

dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi,

penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive process

sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of

assimilatig conceps and principles in the mind.

Kemudian menurut Budiningsih (2005:43) “memahami konsep,

arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai

kepada suatu kesimpulan”. Kemudian Bruner dalam Hosnan (2014:

283) menyatakan “yang menjadi tujuan dalam strategi discovery

learning adalah hendaklah guru memberikan kesempatan kepada

muridnya untuk menjadi problem solver, seorang scientist, historin,


atau ahli matematika”. Dari beberapa kutipan diatas dijelaskan bahwa

Discovery Learning ini bertujuan untuk mendapatkan suatu

kesimpulan yang diperoleh dari interaksi yang dilakukan siswa

malalui beberapa proses yang didorong dan dibimbing oleh guru.

Didalam model pembelajaran Discovery Learning guru berperan

sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa

untuk belajar secara aktif, mengarahkan kegiatan belajar siswa

dengan didapatnya suatu tujuan yaitu tugas akhir. Siswa dituntut

melakukan kegiatan menghimpun informasi, membandingkan,

mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan,

mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan. Namun tiap

siswa juga harus menyadari bahwa adanya perbedaan kemampuan

diantara mereka sehingga mereka mampu mengenal baik dan

beradapatasi dengan baik pula.

Menurut Sabri (2007: 26) juga mengemukakan prosedur

Discovery Learning adalah sebagai berikut:

1) Simulation Guru mengajukan persoalan atau menyuruh peserta

didik membaca atau mendengarkan uraian yang memuat

permasalahan.

2) Problem Statement Peserta didik diberi kesempatan

mengidentifikasi permasalahan yang dipecahkan. Permasalahan

yang dipilih ini selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk

pertanyaan yang diajukan.


3) Data collection Untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan

benar tidaknya hipotesis ini. Siswa diberi kesempatan untuk

mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca

literature, mengamati objek, melakukan wawancara dengan nara

sumber, melakukan uji coba sendiri, dan sebagainya.

4) Data processing Semua informasi hasil bacaan, wawancara,

observasi, diklasifikasi, ditabulasi, bahkan bila perlu di hitung

dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan

tertentu.

5) Verification Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran atau

informasi yang ada, pertanyaan atau hipotesis yang telah

dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek apakah terjawab atau

tidak, terbukti atau tidak.

6) Generalization Tahap selanjutnya berdasarkan hasil verifikasi

tadi, siswa belajar menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu.

Dalam kutipan diatas dijelaskan bahwa dalam merencanakan

pembelajaran ada beberapa prosedur yang harus diperhatikan

untuk disiapkan yaitu stimulation, problem statement, data

collection, data processing, verification, dan generalitation. Pada

model ini siswa dilibatkan secara langsung untuk menemukan

sendiri suatu konsep dan prinsip, dimana guru berperan sebagai

fasilitator dan motivator bagi siswa pada materi yang diajarkan.


2. Kemampuan Pemahaman Matematis

Pemahaman matematis disebut juga Mathematical Understanding,

merupakan kemampuan matematis yang sangat penting dan harus dimiliki oleh

siswa dalam kegiatan belajar matematika. Pentingnya pemilikan pemahaman

matematis oleh siswa juga dikemukakan oleh Santrock (2008) bahwa pemahaman

pada konsep pembelajaran adalah aspek kunci dari kegiatan belajar mengajar.

Demikian pula pemahaman matematis merupakan landasan penting untuk berfikir

dalam menyelesaikan persoalan-persoalan matematika maupun masalah

kehidupan nyata.

Adapun tujuan pembelajaran matematika menurut Permendikbud No.

59 Tahun 2014 adalah agar siswa memiliki kemampuan antara lain :

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar

konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara

luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah;

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan

manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun

bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika;

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami

masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model

dan menafsirkan solusi yang diperoleh;

4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram,

atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah;


5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam

kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat

dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri

dalam pemecahan masalah;

6) Memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai

dalam matematika dan pembelajarannya;

7) Melakukan kegiatan-kegiatan motorik yang menggunakan

pengetahuan matematika;

8) Menggunakan alat peraga sederhana maupun hasil teknologi

untuk melakukan kegiatan-kegiatan matematik.

Tujuan implementasi Kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran

matematika merupakan pelaksanaan program kurikulum ke dalam praktik

pembelajaran matematika, sehingga terjadi perubahan dalam diri peserta didik

baik perubahan pengetahuan, keterampilan maupun sikap.

Hendriana dan Sumarmo (2014), membedakan dua tingkat pemahaman

sebagai berikut:

a. Pemahaman tingkat rendah yaitu pemahaman mekanikal, komputasional,

instrumental dan induktif yang meliputi kegiatan: mengingat dan menerapkan

rumus secara rutin atau dalam perhitungan sederhana.

b. Pemahaman tingkat tinggi yaitu pemahaman rasional, fungsional, relasional,

dan intuitif yang meliputi: mengaitkan suatu konsep/ prinsip dengan konsep

atau prinsip lainnya, menyadari proses yang dikerjakannya, dan membuat

perkiraan dengan benar.


Indikator pemahaman konsep matematis dalam kurikulum 2013 adalah:

a. Menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari

b. Mengklasifikasi objek – objek berdasarkan dipenuhi tidaknya persyaratan

yang membentuk konsep tersebut.

c. Mengidentifikasi sifat-sifat operasi atau konsep.

d. Menerapkan konsep secara logis.

e. Memberikan contoh atau lawan contoh dari konsep yang dipelajari.

f. Menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi matematis.

g. Mengaitkan berbagai konsep dalam matematika maupun di luar matematika.

h. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep.

3. Prestasi Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan peserta didik yang diperoleh melalui

proses, pembelajaran yang memerlukan waktu dan terjadi perubahan pada diri

orang yang belajar sesuai dengan tujuan belajar. Kemudian seseorang

dikategorikan menjadi tiga ranah atau aspek yaitu : kognitif, afektif dan

psikomotor.

Prestasi belajar adalah suatu usaha atau kegiatan anak untuk mengusai

bahan-bahan pelajaran yang diberikan guru di sekolah (Nasution 1995). Prestasi

belajar adalah istilah yang telah dicapai individu sebagai usaha yang dialami

secara langsung serta merupakan aktivitas yang bertujuan untuk memperoleh ilmu

pengetahuan, ketrampilan, kecerdasan, kecakapan dalam keadaan kondisi serta

situasi tertentu.
Prestasi belajar memang merupakan hasil proses yang kompleks yang

melibatkan sejumlah variabel dan faktor yang terdapat dalam diri individu sebagai

pembelajar (Sutardjo, 2003). Prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang

ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Prestasi akademik adalah hasil

belajar yang diperoleh dan kegiatan pembelajaran di sekolah atau di perguruan

tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan

penilaian. Sementara prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau

keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan

dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Jadi prestasi siswa berfokus pada nilai atau angka yang dicapai siswa dalam

proses pembelajaran di sekolah. Nilai tersebut terutama dilihat dan sisi kognitif,

karena aspek ini yang sering dinilai oleh guru untuk melihat penguasaan

pengetahuan sebagai ukuran pencapaian hasil belajar siswa. Oleh karena itu unsur

yang ada dalam prestasi siswa terdiri dan hasil belajar dan nilai siswa.

Hasil evaluasi tersebut didokumentasikan dalam buku nilai guru dan wali

kelas serta arsip yang ada di bagian administrasi kurikulum sekolah. Selain itu,

hasil evaluasi juga disampaikan kepada siswa dan orang tua melalui buku yang

disampaikan pada waktu pembagian rapor akhir semester atau kenaikan atau

kelulusan.

Sudjana (1990) mengatakan bahwa “di antara ketiga ranah ini, yakni

kognitif, afektif, psikomotorik, maka ranah kognitiflah yang paling sering dinilai

oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam

menguasai isi bahan pengajaran”.


Sedangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi siswa menurut

Merson U. Sangalang terdiri dari kecerdasan, bakat, minat dan perhatian, motif,

kesehatan, cam belajar, lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan, sekolah dan

sarana pendukung belajar.

a. Faktor kecerdasan

Biasanya, kecerdasan hanya dianggap sebagai kemampuan rasional

matematis. Rumusan di atas menunjukkan kecerdasan menyangkut

kemampuan yang luas, tidak hanya kemampuan rasional memahami,

mengerti, memecahkan problem, tetapi termasuk kemampuan mengatur

perilaku berhadapan dengan lingkungan yang berubah dan kemampuan

belajar dan pengalamannya.

b. Faktor bakat.

Bakat adalah kemampuan yang ada pada seseorang yang dibawanya sejak

lahir, yang diterima sebagai warisannya dari orang tua. Bagi seorang siswa,

bakat bisa berbeda dengan siswa lain. Ada siswa, yang berbakat dalam

bidang ilmu sosial, ada yang di ilmu pasti. Karena itu, seorang siswa yang

berbakat di bidang ilmu sosial akan sukar berprestasi tinggi di bidang ilmu

pasti, dan sebaliknya. Bakat-bakat yang dimiliki siswa tersebut apabila

diberi kesempatan dikembangkan dalam pembelajaran, akan dapat mencapai

prestasi yang tinggi. Seorang siswa ketika akan memilih bidang

pendidikannyha, sebaiknya memperhatikan aspek bakat yang ada padanya.

Untuk itu, sebaiknya bersama orang tuanya meminta jasa layanan psikotes
untuk melihat dan mengetahui bakatnya. Sesudah ada kejelasan, baru

menentukan pilihan.

c. Faktor minat dan perhatian

Minat adalah kecenderungan yang besar terhadap sesuatu. Perhatian adalah

melihat dan mendengar dengan balk dan teliti terhadap sesuatu. Minat dan

perhatian biasanya berkaitan erat. Apabila seorang siswa menaruh minat pada

satu pelajaran tertentu, biasanya cenderung untuk memperhatikannya dengan

baik. Minat dan perhatian yang tinggi pada mata pelajaran akan memberi

dampak yang baik bagi prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, seorang siswa

harus menaruh minat dan perhatian yang tinggi dalam proses pembelajaran di

sekolah. Dengan minat dan perhatian yang tinggi, kita boleh yakin akan

berhasil dalam pembelajaran.

d. Faktor motif

Motif adalah dorongan yang membuat seseorang berbuat sesuatu. Motif

selalu mendasari dan mempengaruhi setiap usaha serta kegiatan seseorang

untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam belajar, kalau siswa

mempunyai motif yang baik dan kuat, hal itu akan memperbesar usaha dan

kegiatannya mencapai prestasi yang tinggi. Siswa yang kehilangan motivasi

dalam belajar akan memberi dampak kurang balk bagi prestasi belajarnya.

e. Faktor cara belajar

Keberhasilan studi siswa dipengaruhi juga oleh cara belajar siswa. Cara

belajar yang efisien memungkinkan mencapai prestasi lebih tinggi


dibandingkan dengan cara belajar yang tidak efisien. Cara belajar yang efisien

sebagai berikut:

(a) Berkonsentrasi sebelum dan pada saat belajar.

(b) Segera mempelajari kembali bahan yang telah diterima.

(c) Membaca dengan teliti dan baik bahan yang sedang dipelajari, dan berusaha

menguasainya dengan sebaik-baiknya.

(d) Mencoba menyelesaikan dan melatih mengerjakan soal-soal.

f. Faktor lingkungan keluarga

Sebagian waktu seorang siswa berada di rumah. Orang tua, dan adik kakak

siswa adalah orang yang paling dekat dengan dirinya. Oleh karena. itu,

keluarga merupakan salah satu potensi yang besar dan positif memberi

pengaruh pada prestasi siswa. Maka orang tua sudah sepatutnya mendorong,

memberi semangat, membimbing dan memberi teladan yang baik kepada

anaknya. Selain itu, perlu suasana hubungan dan komunikasi yang lancar

antara orang tua dengan anak - anak serta keadaan keuangan keluarga yang

tidak kekurangan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup dan

kelengkapan belajar anak. Hal-hal tersebut ikut mempengaruhi prestasi

belajar siswa.

g. Faktor sekolah

Selain keluarga, sekolah adalah lingkungan kedua yang berperan besar

memberi pengaruh pada prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, sekolah

merupakan Iingkungan pendidikan yang sudah terstruktur, memiliki sistem

dan organisasi yang baik bagi penanaman nilai-nilai etik, moral, mental,
spiritual, disiplin dan ilmu pengetahuan. Apalagi bila sekolah berhasil

menciptakan suasana kondusif bagi pembelajaran, hubungan dan

komunikasi per orang di sekolah berjalan baik, metode pembelajaran aktif

interaktif, sarana penunjang cukup memadai, siswa tertib disiplin. Maka,

kondisi kondusif tersebut mendorong siswa saling berkompetisi dalam

pembelajaran. Keadaan ini diharapkan membuat hasil belajar siswa akan

lebih tinggi.

Sedangkan Syah (2001) secara global menjelaskan faktor — faktor yang

mempengaruhi belajar siswa dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

1) Faktor internal (faktor dan dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani

dan rohani siswa.

2) Faktor eksternal (faktor dan luar siswa), yakni kondisi lingkungan di

sekitar siswa.

3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar

siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk

melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

Jadi, keberhasilan siswa mencapai hasil belajar yang baik

dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor itu terdiri dan tingkat

kecerdasan yang baik, pelajaran sesuai bakat yang dimiliki, ada minat dan

perhatian yang tinggi dalam pembelajaran, motivasi yang baik dalam

belajar, cara belajar yang baik dan strategi pembelajaran variatif yang

dikembangkan guru. Suasana keluarga yang memberi dorongan anak


untuk maju. Selain itu, lingkungan sekolah yang tertib, teratur, disiplin,

yang kondusif bagi kegiatan kompetisi siswa dalam pembelajaran.

B. Penelitian Yang Relevan

a. Riska Novia Sari tahun 2014 dengan judul “Peningkatan Kemampuan

Penalaran Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Penemuan

Terbimbing”. Hasil penelitian Riska Novia Sari (2014) menunjukan bahwa

kemampuan penalaran dan komunikasi matematis peserta didik lebih baik

daripada pemahaman konsep matematis peserta didik yang menerapkan

pembelajaran konvensional, sehingga hasil belajar peserta didik di kelas

eksperimen juga lebih baik. Penelitian yang dilakukan menggunakan

model pembelajaran Discovery Learning untuk meningkatkanself

efficacydan kemampuan penalaran komunikasi peserta didik. Sedangkan

penelitian yang dilakukan oleh Riska Novia Sari (2014) menggunakan

pembelajaran penemuan terbimbinguntuk meningkatkan kemampuan

penalaran matematis peserta didik.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Hidayah Nurul Fajri tahun 2016 dengan

judul “Peningkatan Kemampuan Spasial dan Self Efficacy Siswa Melalui

Model Discovery Learning Berbasis Multimedia”. Hasil penelitian yang

diperoleh ialah bahwa self efficacy siswa lebih baik saat diterapkannya

Model Pembelajaran Discovery Learning Berbasis Multimedia” daripada

saat diterapkan model pembelajaran scientific. Dari hasil penelitian

persentase self efficacy siswa memberi respon positif terhadap beberapa


aspek yaitu aspek percaya kemampuan sendiri dan aspek bertindak mandiri

dalam mengambil keputusan. Penelitian yang dilakukan menggunakan

model pembelajaran Discovery Learning untuk meningkatkan self efficacy

dan kemampuan penalaran komunikasi peserta didik.

Berdasarkan deskripsi konseptual, hasil penelitian yang relevan

dan kerangka teoritik yang diuraikan, diajukan hipotesis sebagai berikut :

Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Dapat

Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis Dan Hasil

Belajar Matematika Pada Materi Persamaan Linier Tiga variable.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Deskripsi Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 6 Pandeglang yang berlokasi di

Jalan Raya Labuan Km. 1 Pandeglang. Hal ini dilakukan di sekolah

tersebut untuk memudahkan penulis melaksanakan penelitian, karena

penulis melaksanakan tugas sehari-hari di sekolah tersebut

Pengambilan sampel penelitian pada kelas X IPA 6 dengan jumlah

siswa 35 orang.

1. Faktor yang diselidiki

Untuk mampu menjawab permasalahan di atas, ada beberapa faktor yang ingin

diselidiki. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :

a. Faktor Siswa

Melihat kemampuan matematis siswa kelas X IPA 6 dalam

menyelesaikan soal-soal ulangan persamaan linear tiga variable.

b. Faktor Guru

Melihat cara guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran Discovery learning sehingga dapat

meningkatkan kemampuan pemahaman matematis dan hasil belajar

matematika siswa.
2. Persiapan Penelitian

Melaksanakan suatu penelitian tindakan kelas tidak akan berhasil tanpa suatu

persiapan yang terstrukstur, sehingga semua komponen yang direncanakan dapat

dikelola dengan baik.

Adapun langkah-langkah yang perlu ditempuh itu adalah :

1. Membuat skenario pembelajaran yang berisikan langkah-langkah yang

dilakukan guru disamping bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan siswa

dalam rangka implementasi tindakan perbaikan yang telah direncanakan.

2. Mempersiapkan LKPD yang sesuai dengan model pembelajaran sehingga

dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa.

3. Mencatat hasil belajar siswa dari proses sebelum dan sesudah tindakan

perbaikan

4. Melakukan pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji keterlaksanaan

rancangan, sehingga dapat melihat tingkat keberhasilan penelitian tindakan

kelas ini.

B. Waktu Penelitian

Untuk kepentingan penelitian ini , penulis melaksanakan penelitian sekitar 1,5

bulan yaitu mulai pada minggu kedua bulan Oktober sampai dengan minggu

kedua bulan Nopember tahun 2019.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini direncanakan terdiri dari 2 siklus,

masing-masing siklus terdiri dari satu sub pokok bahasan dan setiap siklus

diadakan tes formatif. Setelah tes formatif dilakukan refleksi terlebih dahulu
sebelum melanjutkan ke siklus berikutnya. Hasil masing-masing siklus

dibandingkan sehingga dapat diketahui terjadi peningkatan atau tidak.

Diagram 3.1 : Alur Penelitian Tindakan Kelas

Kajian Teori

Rencana Tindakan Pelaksanaan tindakan Observasi Tes I

Observasi Pelaksanaan Tindakan Perbaikan Refleksi


II Rencana

Tes II

Setiap siklus terdiri dari Perencanaan, Tindakan, Observasi, dan Refleksi. Langkah-

langkah setiap siklus :

Siklus 1

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan, langkah-langkah yang dilaksanakan adalah :

1) Menyiapkan RPP

2) Menyiapkan Buku Sumber (Buku Paket) dan Lembar Kerja Peserta

Didik

3) Menyiapkan soal tes bentuk essay

4) Menyiapkan lembar observasi guru yang dilakukan observer

5) Menyiapkan lembar observasi aktivitas siswa


b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan,urutan langkah-langkahnya sebagai berikut :

1) Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah

pembelajaran berbasis masalah.

2) Melaksanakan observasi bersamaan dengan tindakan kelas, yang

dilakukan oleh guru sebagai observer.

3) Melaksanakan tes formatif

4) Mengoreksi hasil tes formatif

c. Pengamatan

Melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa secara langsung sebagai

observer, dengan melihat keaktifan siswa dalam kelompok dan ketrampilan

siswa dalam memecahkan soal-soal yang ada dalam LKPD, serta mengamati

kelompok dalam menyajikan hasil karya mereka.

d. Refleksi

Setelah tahapan pelaksanaan, maka dilakukan refleksi antara lain :

1) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan dengan mengamati

keaktifitasan siswa

2) Memperbaiki hasil evaluasi pada tindakan siklus II

Siklus 2

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan, langkah-langkah yang dilaksanakan adalah :

1) Menyiapkan RPP
2) Menyiapkan Buku Sumber (Buku Paket) dan Lembar Kerja Peserta

Didik

3) Menyiapkan soal tes bentuk essay

4) Menyiapkan lembar observasi yang dilakukan observer

5) Menyiapkan lembar observasi aktivitas siswa

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan, urutan langkah-langkahnya sebagai berikut :

1) Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah

pembelajaran berbasis masalah.

2) Melaksanakan observasi bersamaan dengan tindakan kelas, yang

dilakukan oleh guru sebagai observer.

3) Melaksanakan tes formatif

4) Mengoreksi hasil tes formatif

c. Pengamatan

Melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa secara langsung sebagai

observer, dengan melihat keaktifan siswa dalam kelompok dan

ketrampilan siswa dalam memecahkan soal-soal yang ada dalam LKPD,

serta mengamati kelompok dalam menyajikan hasil karya mereka.

d. Refleksi

Setelah tahapan pelaksanaan, maka dilakukan refleksi antara lain :

1) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan dengan mengamati

keaktifitasan siswa

2) Memperbaiki hasil evaluai pada tindakan siklus II


D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini akan digunakan teknik:

1) Observasi yaitu dengan mengamati perilaku siswa dalam pembelajaran

dengan menggunakan Lembar Observasi dan Catatan Lapangan

2) Tes, yaitu untuk mengukur hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa

tiap siklus.

E. Instrumen Dan Pedoman Penelitian

1. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data

sebagai berikut :

a. Tes Kemampuan Pemahaman

Tes kemampuan pemahaman yang digunakan adalah tes essay.

Dengan tes essay akan terlihat kemampuan pemahaman konsep

matematis dan proses berfikir siswa terhadap materi yang

disampaikan setelah diberi tindakan. Tes ini diberikan setelah

tindakan pada setiap siklus selesai dilakukan.

b. Catatan Lapangan

Catatan lapangan berfungsi untuk membantu mengkaji, mengevalusi

dari setiap siklus dan sebagai data untuk melihat peningkatan

kemampuan pemahaman matematis siswa dalam menjawab soal dan

aktifitas yang ada pada lembar observasi.

2. Pengolahan Data
Data kuantitatif dan data kualitatif dari hasil penelitian setiap siklus,

kemudian dianalisis pada setiap tahapannya sehingga dapat dijadikan acuan

untuk siklus (tahapan) berikutnya.

Cara Menganalisa Data Yang Berupa Tes Pemahaman

skor tes siswa


Nilai= x100 %
skor maksimal
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Deskripsi data hasil penelitian yang meliputi data tes pemahaman

matematis siswa dengan menggunakan model pembelajaran discovery

learning. Jumlah siswa pada kelas penelitian ada 35 orang. Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 6 Pandeglang, maka diperoleh data

yang menunjukan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Adapun hasil

dari penelitian materi persamaan linear tiga variable di SMA Negeri 6

Pandeglang dapat dilihat pada tebel berikut:

Tabel 4.1 : Data nilai Pre-tes X IPA 6

Skore Skore Persentase

No Nama Perolehan Ideal (%)

1 50 100 50
ADITYA ALIYUDIN PUTRA
2 70 100 70
AHMAD HAEKAL FIRLI
3 50 100 50
AKHMAD HANAPI
4 60 100 60
ANASTASIA PUTRI
5 30 100 30
ARYANI
6 50 100 50
BIMANTARA
7 70 100 70
BUNGA PUJARANI
8 30 100 30
DAYU ARTA SAMUDRA
9 80 100 80
DEVI SITI NURAENI
10 60 100 60
DINA YUNISSA AULIA
11 40 100 40
DYTHA ULYANNI
12 FAUZI RAMADHAN 40 100 40
RUSTIAWAN
13 40 100 40
GITA PRIMAWATI
14 65 100 65
IHYA ULUMUDIN
15 30 100 30
IKA APRIANI FADILLAH
16 55 100 55
INGGIT ARDIANSYAH
17 40 100 40
LIA AYU MAHARANI
18 M PUTRA PRATAMA 30 100 30
MARDOTILAH
19 MEIDIANSYAH GHAZI 25 100 25
FIRDAUS
20 80 100 80
MELA NURAENI
21 25 100 25
MUHAMAD DANIL
22 MUHAMAD RIDHO 40 100 40
WAHYUDI
23 40 100 40
MUHAMMAD RIDO
24 65 100 65
NURFIKA DISTIANI
25 30 100 30
PINAROH
26 30 100 30
RESTI ROHIMAH
27 40 100 40
RIZKI ANUNGRAH
28 70 100 70
RUSMIATI
29 65 100 65
SHIFA FADILAH

30 65 100 65
SITI NURAFNI
31 30 100 30
SURYA
32 60 100 60
TARMA SAPUTRA
33 40 100 40
VARISA NADYA AZZAHRA
34 60 100 60
YUDI HILMAN PAUJI
35 50 100 50
WINDA ASTUTI
Rata-rata 48,71 100 48,71
Dalam pelaksanaan proses perbaikan pembelajaran siklus I pada materi

persamaan linier tiga variabel dilakukan pengamatan oleh teman sejawat dengan

menggunakan lembar observasi sebagai berikut:

Tabel 4.2: Lembar Observasi Siklus I Materi Barisan Aritmatika

No. Aspek Yang Dinilai Kemunculan Keterangan

Ya Tidak

1. Guru menyampaikan Kurang

tujuan pembelajaran

2. Guru melaksanakan Baik

apresiasi

3. Guru menjelaskan materi Kurang

dengan memberi contoh

pengerjaan soal

4. Guru mengajukan Baik

pertanyaan kepada siswa

5. Siswa diberi kesempatan Baik

untuk bertanya

6. Siswa diberi kesempatan Kurang

untuk berpikir

7. Guru memberi motivasi Baik

8. Guru melaksanakan Baik

evaluasi

9. Guru memberikan tindak Baik


lanjut

Adapun saran yang diberikan adalah harus mampu menguasai materi serta

memberikan penjelasan yang terurut dan jelas terhadap siswa supaya proses

pembelajaran berjalan dengan kondusif.

Hasil observasi aktivitas siswa dalam PBM selama siklus pertama dapat

dilihat pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3: Perolehan Skore Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus I

Skore Skore Persentase

No Perolehan Ideal (%)

1 ADITYA ALIYUDIN PUTRA 6 12 50

2 AHMAD HAEKAL FIRLI 10 12 83,33

3 AKHMAD HANAPI 8 12 66,67

4 ANASTASIA PUTRI 9 12 75

5 ARYANI 7 12 58,33

6 BIMANTARA 6 12 50

7 BUNGA PUJARANI 9 12 75

8 DAYU ARTA SAMUDRA 6 12 50

9 DEVI SITI NURAENI 11 12 91,67

10 DINA YUNISSA AULIA 8 12 66,67

11 DYTHA ULYANNI 6 12 50

FAUZI RAMADHAN 12
7 58,33
12 RUSTIAWAN
13 GITA PRIMAWATI 6 12 50

14 IHYA ULUMUDIN 9 12 75

15 IKA APRIANI FADILLAH 7 12 58,33

16 INGGIT ARDIANSYAH 8 12 66,67

17 LIA AYU MAHARANI 8 12 66,67

M PUTRA PRATAMA 12
6 50
18 MARDOTILAH

MEIDIANSYAH GHAZI 12
7 58,33
19 FIRDAUS

20 MELA NURAENI 11 12 91,67

21 MUHAMAD DANIL 7 12 58,33

MUHAMAD RIDHO 12
7 58,33
22 WAHYUDI

23 MUHAMMAD RIDO 6 12 50

24 NURFIKA DISTIANI 9 12 75

25 PINAROH 6 12 50

26 RESTI ROHIMAH 6 12 50

27 RIZKI ANUNGRAH 8 12 66,67

28 RUSMIATI 9 12 75

29 SHIFA FADILAH 9 12 75

30 SITI NURAFNI 10 12 83,33

31 SURYA 7 12 58,33

32 TARMA SAPUTRA 8 12 66,67

33 VARISA NADYA 7 12 58,33


AZZAHRA

34 YUDI HILMAN PAUJI 11 12 91,67

35 WINDA ASTUTI 7 12 58,33

7,83 12 64,52

Hasil perolehan skore rata- rata aktivitas siswa dalam kegiatan belajar

mengajar pada siklus pertama cukup baik dengan perolehan skore 7,83 atau 64,52

% dari skore ideal 12. Namum pada awal kegiatan guru kurang menggali jawaban

siswa dari pertanyaan yang diberikan guru.

Evaluasi penguasaan materi dilakukan secara tertulis dalam bentuk tes

formatif. Adapun hasil tes formatif pada akhir pelaksanaan siklus pertama dapat

dilihat pada tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.4: Nilai Tes Siklus I


Skore Skore Persentase

No Perolehan Ideal (%)

1 ADITYA ALIYUDIN PUTRA 75 100 75

2 AHMAD HAEKAL FIRLI 75 100 75

3 AKHMAD HANAPI 70 100 70

4 ANASTASIA PUTRI 75 100 75

5 ARYANI 40 100 40

6 BIMANTARA 60 100 60

7 BUNGA PUJARANI 75 100 75

8 DAYU ARTA SAMUDRA 40 100 40

9 DEVI SITI NURAENI 70 100 70

10 DINA YUNISSA AULIA 75 100 75

11 DYTHA ULYANNI 45 100 45

FAUZI RAMADHAN
45 100 45
12 RUSTIAWAN

13 GITA PRIMAWATI 50 100 50

14 IHYA ULUMUDIN 75 100 75

15 IKA APRIANI FADILLAH 50 100 50

16 INGGIT ARDIANSYAH 60 100 60

17 LIA AYU MAHARANI 40 100 40

M PUTRA PRATAMA
50 100 50
18 MARDOTILAH

MEIDIANSYAH GHAZI
45 100 45
19 FIRDAUS

20 MELA NURAENI 90 100 90

21 MUHAMAD DANIL 40 100 40

MUHAMAD RIDHO
50 100 50
22 WAHYUDI

23 MUHAMMAD RIDO 50 100 50

24 NURFIKA DISTIANI 70 100 70

25 PINAROH 50 100 50
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, diperoleh rata-rata nilai tes siklus I dengan

menggunakan model pembelajaran PBL adalah 59,43. Penguasaan siswa terhadap

materi pembelajaran masih tergolong kurang. Dari nilai ideal 100,00 perolehan

nilai rata-rata kelas masih di bawah nilai KKM. Jika dibandingkaan dengan hasil

penguasaan materi sebelumnya ada peningkatan sebesar 10,72 %.

Adapun kegagalan yang terjadi pada siklus pertama adalah sebagai berikut :

1) Sebagian siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran PBL. Meskipun

demikian dengan adanya pembagian kelompok dan penggunaan LKPD siswa

kelihatan lebih bersemangat berdiskusi dengan kelompoknya, untuk

menyelesaikan soal-soal pada LKPD.

2) Guru terlalu cepat dalam menyampaikan pembelajaran

3) Masih ada kelompok yang belum bisa menjawab pertanyaan maupun

menyelesaiakan tugas dengan waktu yang ditentukan.

4) Hasil evaluasi pada siklus pertama mencapai rata-rata 59,43 dengan nilai

tertinggi 90,00 dan terendah 35. Perbedaan nilai tertinggi dan terendah

sangat besar.

1. Siklus II

Dalam pelaksanaan proses perbaikan pembelajaran siklus II pada materi

Barisan Dan Deret Aritmatika dilakukan pengamatan oleh teman sejawat dengan

menggunakan lembar observasi sebagai berikut :

Tabel 4.5 : Lembar Observasi Siklus II Materi Barisan dan Deret Aitmatika

No. Aspek Yang Dinilai Kemunculan Keterangan

Ya Tidak
1. Guru menyampaikan Baik

tujuan pembelajaran

2. Guru menjelaskan materi Baik

dengan tanya jawab

3. Siswa diberi kesempatan Baik

untuk bertanya

4. Siswa diberi kesempatan Baik

untuk berpikir

5. Guru memberikan Baik

motivasi

6. Guru memberikan Baik

penguatan

Saran-saran yang diberikan adalah bahwa guru harus mampu membuat

media pembelajaran yang sederhana, seperti misalnya media berupa alat peraga

sederhana sehingga siswa akan mudah meningat apa yang sudah diberikan dalam

proses pembelajaran.

Hasil observasi aktivitas siswa dalam proses KBM selama siklus II dapat

dilihat pada tabel 4.6 berikut.:

Tabel 4.6 : Perolehan Skore Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus 2


Skore Skore Persentase

No Perolehan Ideal (%)

1 ADITYA ALIYUDIN PUTRA 8 12 66,67

2 AHMAD HAEKAL FIRLI 8 12 66,67

3 AKHMAD HANAPI 10 12 83,33

4 ANASTASIA PUTRI 9 12 75

5 ARYANI 9 12 75,00

6 BIMANTARA 8 12 66,67

7 BUNGA PUJARANI 8 12 66,67

8 DAYU ARTA SAMUDRA 8 12 66,67

9 DEVI SITI NURAENI 12 12 100

10 DINA YUNISSA AULIA 10 12 83,33

11 DYTHA ULYANNI 7 12 58,33

FAUZI RAMADHAN 12
8 66,67
12 RUSTIAWAN

13 GITA PRIMAWATI 8 12 66,67

14 IHYA ULUMUDIN 12 12 100

15 IKA APRIANI FADILLAH 10 12 83,33

16 INGGIT ARDIANSYAH 12 12 100

17 LIA AYU MAHARANI 9 12 66,67

M PUTRA PRATAMA 12
8 66,67
18 MARDOTILAH

MEIDIANSYAH GHAZI 12
9 66,67
19 FIRDAUS

20 MELA NURAENI 12 12 100

21 MUHAMAD DANIL 8 12 66,67


Skore perolehan rata-rata aktivitas siswa adalah 9,48 atau 75,24 % dari skore

ideal 12.

Evaluasi penguasaan materi dilakukan secara tertulis dalam bentuk tes

formatif. Adapun hasil tes formatif pada akhir pelaksanaan siklus kedua dapat

dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7: Nilai Tes Siklus II


Skore Skore Persentase

No Nama Perolehan Ideal (%)

1 80 100 80
AGUSTIAN
2 70 100 70
AJENG SEPTIANA
3 AMAK NOPALINO 80 100 80
RAMADAN
4 75 100 75
ANISA DEWI
5 70 100 70
BANOWATI
6 85 100 85
DELLA MEGA PUSPITA
7 80 100 80
DIDA LESTARI
8 75 100 75
DIDI
9 100 100 100
DINI HARDIYANTI
10 80 100 80
ELINDA SARI
11 60 100 60
EVA SRI HANDAYANI
12 FAJRI WAHYU 60 100 60
HERMAWAN
13 75 100 75
FIRMAN BATARA
14 85 100 85
HERLINA INDRI
15 INDAH CAHYA 75 100 75
NINGTIAS
16 90 100 90
JUMIYANTI
17 70 100 70
KAMALUDIN
18 70 100 70
M. REZA NUGRAHA
19 65 100 65
MARIA ULFAH
20 100 100 100
MILDA
21 MOH'HAMAD RIZKY 65 100 65
BAHAR
22 MUHAMAD IRWAN 60 100 60
SUPARDIANSYAH
23 MUHAMMAD FAQIH 60 100 60
AL-HAQIQI
24 85 100 85
NATASYA AGUSTIA
25 60 100 60
NOVA FITRIYANI
26 40 100 40
NURDIN
27 75 100 75
NYIMAS ROHMAH
28 60 100 60
PUTRI APRILIANI
Hasil evaluasi pada siklus ke dua ada perubahan rata-rata nilai tes yang

signitifikan. Perolehan rata-rata nilai hasil evaluasi siklus 2 adalah 72,57 jadi ada

peningkatan sebesar 13,14 % dari perolehan nilai rata-rata pada evaluasi siklus

satu.

Pada siklus kedua mengalami keberhasilan yang sangat berarti, adapun

keberhasilan yang diperoleh adalah sebagai berikut

a. Dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning dalam

KBM membuat siswa lebih aktif, mandiri dalam mengerjakan dan

menyelesaikan soal-soal matematika yang diberikan guru. Kemungkinan

siswa tersebut sudah merasa memahami konsep matematika yang telah

dipelajari dengan cara atau bahasanya sendiri.

b. Hasil tes penguasaan materi pada siklus dua rata-rata kelas adalah 72,57.

Hal ini menjukkan bahwa model pembelajaran PBL bisa meningkatkan

kualitas pembelajaran.

B. Pembahasan

Pembahasan dan temuan hasil penelitian didasarkan pada aspek yang ditelaah

dalam penelitian ini, meliputi pelaksanaan KBM dengan menggunakan model ,

discovery learning peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa,

aktivitas belajar siswa dan aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran

menggunakan model PBL.

Pada siklus kedua mengalami keberhasilan yang sangat berarti, hal ini

terbukti dengan hasil yang tampak dari kemajuan yang dialami oleh masing-

masing siswa yang semakin meningkat.


a. Kegiatan siswa dalam proses KBM sudah mengarah ke pembelajaran

berbasis masalah secara lebih baik. Siswa mampu meningkatkan

kemampuan pemahaman matematisnya sehingga pemahaman siswa tentang

materi barisan dan deret aritmatika menjadi lebih baik. Hal ini ditunjukan

dengan hasil evaluasi pada akhir siklus ke dua meningkat dari rata-rata

59,43 menjadi 72,57.

b. Membagi siswa dalam kelompok-kelompok ternyata sangat menunjang dan

menjadikan siswa lebih aktif dalam proses KBM , siswa lebih berani

mengemukan pendapat dan bertanya. Selain itu juga dapat membuat siswa

berhasil membangun kerja sama yang baik dalam mendiskusikan pertanyaan

atau persoalan yang diberikan oleh guru.

c. Model pembelajaran PBL yang digunakan pada kelas eksperimen membuat

siswa lebih aktif, mandiri dalam mengerjakan dan menyelesaikan soal – soal

matematika yang diberikan oleh guru. Kemungkinan siswa tersebut sudah

merasa memahami konsep matematika yang telah dipelajari dengan cara

atau bahasanya sendiri. Model pembelajaran discovery learning

memberikan respon positif pada siswa dalam menemukan konsep, cara

memecahkan masalah yang dihadapi khususnya bidang matematika,

kemudian siswa berusaha membuat rumusan sampai memengembangkan

dan menyajikan hasil diskusi dalam kelompok maupun antar kelompok

belajar, dan kemudian yang terakhir mengevaluasi proses pemecahan

masalah.
d. Meningkatnya aktivitas siswa dalam proses KBM didukung oleh

meningkatnya aktivitas guru dalam meningkatkan motivasi siswa,

membimbing dan mendorong siswa untuk aktif dalam diskusi kelompok.

Model pembelajaran PBL yang digunakan membuat siswa lebih aktif,

mandiri dalam mengerjakan dan menyelesaikan soal – soal matematika yang

diberikan oleh guru.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan sebagai

berikut.

1. Penerapan model pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan

kemampuan pemahaman matematis dan hasil belajar siswa. Peningkatan

diketahui dari hasil belajar pada siklus 1 sebesar 59,43 dan siklus kedua

72,57

2. Pembelajaran model discovery learning dapat meningkatkan aktifitas

belajar siswa kelas X IPA 6 SMA Negeri 6 Pandeglang sehingga

mempengaruhi terhadap hasil belajar siswa. Dari pengamatan peneliti

3. Penerapan model pembelajaran discovery learning dapat membuat

pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan, tidak membosankan

sehingga membuat pembelajaran lebih bermakna. Dari hasil observasi

pada siklus ke dua memperlihatkan aktivitas siswa sangat baik yaitu

75,24 %.

B. Saran

Dari hasil penelitian tindakan kelas ini terbukti bahwa, model

pembelajaran discovery learning dalam pembelajaran matematika materi barisan

dan deret aritmatika dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematis

siswa, dan hasil belajar siswa , maka kami menyarankan:


1. Pembelajaran model discovery learning merupakan salah satu alternatif

untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematis dan hasil belajar

matematika siswa. Oleh karena itu diharapkan kepada guru agar dapat

menerapkan model discovery learning untuk meningkatkan prestasi siswa

terutama dalam pembelajaran matematika.

2. Untuk melatih siswa berani mengemukakan pendapat dan mengajukan

pertanyaan – pertanyaan sebaiknya dalam pembelajaran matematika

menggunakan model discovery learning .


DAFTAR PUSTAKA

Adisty, F. (2017). “Pengaruh Model Pembelajaran Based Learning (PBL)


Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Ditinjau dari
Kemampuan Awal Matematika dan Kemandirian Belajar Peserta Didik.
Tesis. UNJ. Tidak Diterbitkan.

Ahsan, A. (2012). Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah. Jakarta:


PT Rikena Cipta.

Arends, R.I. (2008). Learning to Teach: Belajar untuk Mengajar. Buku Dua.
(Penerjemah: Helly Prayitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto).
Yokyakarta: Pustaka Pelajar.

Asnila, Z., Deswita, H., & Pengaraian, U. P. (2015). Pengaruh Penerapan Model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Terhadap Kemampuan
Pemahan Konsep Matematis Siswa Kelas X SMAN 3 Tambusai .

Ausubel, David P. (2012). The Use of Advanced Organizersmin the Learning and
Retention of Meaningful Verbal Material”Journal of educational
psychology,267-272.

Dahar, R.W. (2006). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:


Erlangga.

Hasibuan, J & Moedjiono. (2008). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Hendriana, H & Sumarmo,U. (2014). Penilaian Pembelajaran Matematika.


Bandung: Refika Aditama.

Hendriana, H., Rochaeti, E.E. & Sumarmo, U. (2017). Hard Skills dan Soft Skills
Matematika Siswa. Bandung: PT Refika Aditama.

Nugroho, A. (2014). Penyebab Siswa Cepat Bosan dan Malas.


html://majudankreatif.blogspot.com/2014/9/penyebab-siswa-cepat-bosan
–dan- malas.

Permendikbud (2014). Tentang kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas


Madrasah Aliyah. Depdikbud. Jakarta.

Rusman (2011). Model – Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme


Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Sanjaya, W. (2014). Strategi pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Santrock, J.W. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Media Group.

Suyono & Hariyanto. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya Offset.

Triyanto. (2014). Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan


Implementasinya dalam Kurikulum Kurikulum Tingkat Satuan
pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai