Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SAINS DAN TEKNOLOGI

ANALISA ENERGI TERBARUKAN BIODIESEL DAN INOVASI EFISIENSI


PRODUKSI

Disusun oleh :

Nama : Siti Khoirunnisa


NIM : 19312241024
Kelas : Pendidikan IPA A 2019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Rahmat ,Hidayah, serta Karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah Kajian MIPA yang berjudul “Analisa Energi Terbarukan Biodiesel Dan Inovasi
Efisiensi Produksi” ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kajian MIPA serta untuk menambah wawasan mengenai Energi Terbarukan Biodiesel bagi
teman-teman dan juga bagi kami sendiri sebagai pembuat makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 18 Desember 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... 2

DAFTAR ISI .................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................4

A. Latar Belakang ................................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 5

C. Tujuan ................................................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. 6

A Ketersediaan Bahan Bakar Fosil ..................................................................... 6


B. Energi Terbarukan Biodiesel Dan Keunggulannya ........................................ 7
C. Inovasi Yang Mendukung Efisiensi Produksi Biodisel ................................. 8

BAB III PENUTUP..........................................................................................................13

A. Kesimpulan.......................................................................................................13

B. Saran................................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini Indonesia masih sangat bergantung pada bahan bakar berbasis fosil
sebagai sumber energi. Berdasarkan data Departemen Energi dan Sumber Daya
mineral menunjukkan bahwa dengan persediaan minyak mentah di Indonesia, yaitu 9
milyar barrel, dan dengan laju produksi rata rata 500 juta barrel per tahun, persediaan
tersebut akan habis selama 18 tahun. Untuk mengurangi ketergantungan terhadap
minyak bumi dan memenuhi persyaratan lingkungan global, maka dikembangkan
bahan bakar alternatif ramah lingkungan yang bersifat energi terbarukan.
Energi terbarukan adalah energi yang berasal dari "proses alam yang
berkelanjutan", seperti tenaga surya, tenaga angin, arus air proses biologi, dan panas
bumi. Sumber energi terbarukan membuat perbedaan sebagai solusi yang menjanjikan
produksi energi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Indonesia memiliki
potensi sumber energi terbarukan dalam jumlah besar. Hal ini diterapkan pada
pemanfaatan energi terbarukan salah satunya Biodiesel.
Biodiesel adalah bahan bakar terbarukan ramah lingkungan, yang terbuat dari
minyak nabati. Secara kimia biodiesel termasuk dalam golongan mono alkyl ester
atau metyl ester dengan panjang rantai karbon antara 12 sampai 20, sedangkan
petroleum diesel (solar) mempunyai komponen utama adalah hidrokarbon. Karena
mempunyai sifat kimia dan fisika yang serupa dengan solar maka biodiesel dapat
digunakan langsung untuk mesin diesel atau dicampur dengan solar tanpa perlu
memodifikasi mesin.
Mengembangkan biodiesel adalah sangat penting bagi Indonesia karena
berbagai alasan termasuk melimpahnya ketersediaan bahan baku; bahan bakar
alternatif terbarukan untuk memperkuat ketahanan energi negara dan merupakan
solusi untuk meningkatkan kualitas udara lokal di beberapa negara kota besar di
indonesia. Biodiesel menawarkan alternatif jangka pendek yang realistis untuk
pengganti bahan bakar fosil, dan ini juga akan menjadi tambahan emisi yang
diperlukan teknologi gratis untuk masa depan. Pada tahun 2020 Indonesia terus
mengembangkan biodiesel oleh PT Pertamina yang dimandatori B40 yang ditargetkan
akan rampung uji coba pada kuartal I 2021 mendatang.

4
Biodiesel digadang gadang sebagai inovasi yang akan dikembangkan secara
pesat di Indonesia, fakta menujukkan bahwa Indonesia melampaui China dalam
pengembangan Biodiesel. Namun biodiesel tidak lepas dari dampak terhadap
lingkungan yang ditimbulkan mulai dari limbha produksi hingga emisi karbon yang
ditimbulkan. Biodiesel kelapa sawit diprediksi oleh banyak kalangan menjadi andalan
sebagai sumber bahan bakar nabati (BBN) yang paling tinggi produktivitasnya
dibandingkan dengan sumber BBN lainnya. Proses produksi biodiesel kelapa sawit
berpotensi mencemari lingkungan akibat dari keluaran limbah padat (tandan buah
kosong, serat, cangkang buah dan abu bakar) dan limbah cair kelapa sawit (palm oil
mill effluent/POME). Makalah ini menganalisis pemanfaatan energi terbarukan
biodiesel.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ketersediaan bahan bakar fosil masa sekarang ?
2. Bagaimana pemanfaatan energi terbarukan Biodiesel dan keunggulannya?
3. Inovasi apa saja yang mendukung efisiensi produksi Biodisel?

C. Tujuan
1. Mengetahui ketersediaan bahan bakar fosil masa sekarang.
2. Mengetahui pemanfaatan energi terbarukan biodiesel dan keunggulannya.
3. Mengetahui inovasi yang mendukung efisiensi produksi biodisel.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ketersediaan Bahan Bakar Fosil


Dari aspek penyediaan, Indonesia merupakan negara yang kaya dengan
sumberdaya energi baik energi yang bersifat unrenewable resources maupun yang
bersifat renewable resources. Namun demikian, eksplorasi sumberdaya energi lebih
banyak difokuskan pada energi fosil yang bersifat unrenewable resources sedangkan
energi yang bersifat renewable relatif belum banyak dimanfaatkan. Kondisi ini
menyebabkan ketersediaan energi fosil, khususnya minyak mentah, semakin langka
yang menyebabkan Indonesia saat ini menjadi net importir minyak mentah dan
produk-produk turunannya. Berdasarkan data Departemen Energi dan Sumber Daya
mineral menunjukkan bahwa dengan persediaan minyak mentah di Indonesia, yaitu 9
milyar barrel, dan dengan laju produksi rata rata 500 juta barrel per tahun, persediaan
tersebut akan habis selama 18 tahun.
Dengan semakin menipisnya cadangan energi fosil pada satu sisi, sementara
disisi lain konsumsi energi terus mengalami peningkatan menjadi ancaman terhadap
perkembangan perekonomian Indonesia. Oleh karenanya berbagai upaya perlu
dilakukan untuk mendorong pemanfaatan penggunaan energi yang efisien diiringi
dengan pencarian sumber-sumber energi fosil baru secara intensif dan
mengembangkan energi alternatif yang bersifat renewable resources (energi
terbarukan). Energi terbarukan adalah energi yang berasal dari "proses alam yang
berkelanjutan", seperti tenaga surya, tenaga angin, arus air proses biologi, dan panas
bumi. Konsep energi terbarukan mulai dikenal pada tahun 1970-an, sebagai upaya
untuk mengimbangi pengembangan energi berbahan bakar nuklir dan fosil. Definisi
paling umum adalah sumber energi yang dapat dengan cepat dipulihkan kembali
secara alami, dan prosesnya berkelanjutan. Dengan definisi ini, maka bahan bakar
nuklir dan fosil tidak termasuk di dalamnya. Sumber energi terbarukan membuat
perbedaan sebagai solusi yang menjanjikan produksi energi yang berkelanjutan dan
ramah lingkungan. semua energi terbarukan sudah pasti juga merupakan energi
berkelanjutan, karena senantiasa tersedia di alam dalam waktu yang relatif sangat
panjang sehingga tidak perlu khawatir atau antisipasi akan kehabisan

6
sumbernyaIndonesia memiliki potensi sumber energi terbarukan dalam jumlah besar.
Hal ini diterapkan pada pemanfaatan energi terbarukan salah satunya Biodiesel.
B. Energi Terbarukan Biodiesel Dan Keunggulannya
Akhir tahun 2004 luas total perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah
mencapai 5,3 juta hektare (ha) dengan produksi minyak kelapa sawit (crude palm
oil/CPO) sebesar 11 juta ton. Perkembangan perkebunan sawit ini masih terus
berlanjut dan diperkirakan dalam lima tahun mendatang Indonesia akan menjadi
produsen CPO terbesar di dunia dengan total produksi sebesar 15 juta ton per tahun.
Salah satu produk hilir dari minyak sawit yang dapat dikembangkan di Indonesia
adalah biodiesel yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif, terutama untuk
mesin diesel.
Biodiesel secara umum didefinisikan sebagai ester monoalkil dari minyak
tanaman dan lemak hewan. Minyak yang berasal dari tumbuhan dan lemak hewan
serta turunannya mempunyai kemungkinan sebagai pengganti bahan bakar diesel
(Srivastava dan Prasad, 2000).
Biodiesel adalah bahan bakar terbarukan ramah lingkungan, yang terbuat dari
minyak nabati. Secara kimia biodiesel termasuk dalam golongan mono alkyl ester
atau metyl ester dengan panjang rantai karbon antara 12 sampai 20, sedangkan
petroleum diesel (solar) mempunyai komponen utama adalah hidrokarbon. Karena
mempunyai sifat kimia dan fisika yang serupa dengan solar maka biodiesel dapat
digunakan langsung untuk mesin diesel atau dicampur dengan solar tanpa perlu
memodifikasi mesin.
Biodiesel memiliki sifat fisis yang sama dengan minyak solar sehingga dapat
digunakan sebagai bahan bakar alternatif untuk kendaraan bermesin diesel. Dibanding
bahan bakar solar, biodiesel memiliki beberapa keunggulan, yaitu: (i) biodiesel
diproduksi dari bahan pertanian, sehingga dapat diperbaharui, (ii) memiliki bilangan
cetane yang tinggi, (iii) ramah lingkungan karena biodiesel tidak mengandung sulfur
sehingga tidak ada emisi SOx, (iv) aman dalam penyimpanan dan transportasi karena
tidak mengandung racun. Biodiesel tidak mudah terbakar karena memiliki titik bakar
yang relatif tinggi, (v) meningkatkan nilai produk pertanian Indonesia, (vi)
memungkinkan diproduksi dalam skala kecil menengah sehingga bisa diproduksi di
pedesaan, (vii) menurunkan ketergantungan suplai minyak dari negara asing dan (viii)
biodegradabel: jauh lebih mudah terurai oleh mikroorganisme dibandingkan minyak
mineral (Susilo, 2006, Georgogianni dkk, 2007).

7
Biodiesel digadang gadang sebagai inovasi yang akan dikembangkan secara
pesat di Indonesia, fakta menujukkan bahwa Indonesia melampaui China dalam
pengembangan Biodiesel. Namun biodiesel tidak lepas dari dampak terhadap
lingkungan yang ditimbulkan mulai dari limbha produksi hingga emisi karbon yang
ditimbulkan. Biodiesel kelapa sawit diprediksi oleh banyak kalangan menjadi andalan
sebagai sumber bahan bakar nabati (BBN) yang paling tinggi produktivitasnya
dibandingkan dengan sumber BBN lainnya.

C. Inovasi Yang Mendukung Efisiensi Produksi Biodisel


Biodiesel dihasilkan melalui proses transesterifikasi minyak atau lemak
dengan alkohol. Gugus alkil dalam alkohol akan menggantikan gugus hidroksil pada
struktur ester minyak dengan dibantu katalis. NaOH dan KOH adalah katalis yang
umum digunakan. Alkohol yang dapat digunakan antara lain metanol, etanol,
propanol, butanol dan amil alkohol (Ma dan Hanna, 1999; Pramanik, 2003).

8
Gambar 1.Mekanisme transesterifikasi minyak nabati dengan katalis basa.
Keseluruhan proses merupakan suatu rangkaian tiga urutan reaksi dan
merupakan reaksi reversibel, dimana di- dan monogliserida dihasilkan sebagai
intermediate. Tahap pertama (Persamaan 1) adalah reaksi antara basa dengan alkohol
menghasilkan alkoksida dan katalis terprotonasi. Serangan nukleofilik dari alkoksida
pada gugus karbonil dari trigliserida menghasilkan sebuah intermediet (Persamaan 2),
alkil ester dan anion trigliserida terbentuk (Persamaan 3). Pada tahap akhir akan
terjadi deprotonasi dari katalis, yang selanjutnya menghasilkan katalis aktif yang baru
(Persamaan 4), katalis tersebut bereaksi kembali dengan molekul alkohol lainnya,
sampai terbentuk monogliserida dan mengalami reaksi yang sama hingga
menghasilkan alkil ester dan gliserol (Schuchardt dkk, 1998).
a. Penggunaan Gelombang Ultrasonik
Penggunaan gelombang ultrasonik memberikan pengaruh positif untuk
menaikkan produk metil ester pada mekanisme transesterifikasi minyak nabati.
Pencampuran dengan menggunakan ultrasonik lebih baik dibanding-kan dengan
menggunakan pengadukan karena adanya efek kavitasi (Mahamuni dan Adewuyi,
2009; Deshmane dkk, 2009; Santos dkk, 2009). Kecepatan reaksi meningkat
karena efek kavitasi, termal, dan mekanik yang dihasilkan gelombang ultrasonik
yang memberikan energi yang sangat besar. Peningkatan laju reaksi akan
menghasilkan konversi pembentukan biodiesel yang lebih tinggi dan proses
berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan proses tanpa penggunaan
ultrasonik. Efek termal merupakan absorpsi energi gelombang ultrasonik yang
menyebabkan suhu medium meningkat. Besar absorpsi energi gelombang
ultrasonik ini tergantung pada viskositas, massa jenis, dan impedansi medium,
serta frekuensi gelombang yang diberikan.
Gelombang ultrasonik yang melalui medium juga mengalami pengurangan
energi, karena sebagian energinya diabsorpsi oleh medium akibatnya suhu
medium meningkat (Sabbagha, 1980). Kavitasi adalah salah satu efek akibat
adanya gelombang ultrasonik di dalam cairan. Jika pada cairan diradiasikan
gelombang ultrasonik maka tekanan cairan tersebut akan bertambah pada saat
gelombang ultrasonik mempunyai amplitudo positif dan akan berkurang pada saat
amplitudo negatif. Akibat perubahan tekanan ini maka gelembung-gelembung gas
yang biasanya ada dalam cairan akan terkompresi pada saat tekanan cairan naik
dan terekspansi pada saat tekanan turun. Bila amplitudo gelombang ultrasonik

9
cukup besar maka gelembung tersebut akan pecah pada saat kompresi, yaitu pada
saat tekanan di luar gelembung besar untuk memecahkan gelembung yang
sebelumnya sudah berukuran maksimum (mengembang saat ekspansi). Pecahnya
gelembung ini akan menghasilkan gelombang kejut (shock waves) karena terjadi
pada tekanan yang besar (Trisnobudi, 2001).
Efek mekanik terjadi akibat gelombang ultrasonik yang merambat di dalam
medium yang mengakibatkan adanya getaran partikel di dalam medium itu.
Getaran ini terjadi pada semua intensitas, sehingga dapat menyebabkan efek
mekanik terhadap partikel di dalam medium. Efek mekanik ini dapat
menimbulkan percepatan partikel (Sabbagha, 1980).

Berbagai sumber minyak/lemak dapat dijadikan sebagai bahan baku biodiesel,


antara lain minyak kelapa, minyak sawit, minyak biji jarak, minyak kedelai, dan
sebagainya. Di Indonesia saat ini sedang dikembangkan bahan bakar alternatif
dari minyak biji jarak, minyak sawit dan minyak kelapa.
Penelitian tentang biodiesel dengan ultrasonik yang pernah dilakukan adalah
pembentukan biodiesel dari minyak kedelai dan etanol dengan katalis natrium
hidroksida menggunakan digital sonofier power supply 80 – 100 kHz daya 120 W
(Jose dkk, 2005) dan pembuatan biodiesel dari destilat asam lemak minyak sawit
dan metanol dengan katalis natrium hidroksida menggunakan ultrasonic bath
procured 50 kHz dan 120 W (Deshmane dkk, 2008). Reaksi transesterifikasi
minyak kelapa dapat dilakukan dengan bantuan gelombang ultrasonik yang
menyebabkan semakin banyak katalis yang digunakan maka semakin banyak ion
metoksida yang terbentuk dan semakin besar peluang konversi minyak kelapa
menjadi biodiesel.
b. Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca dari Palm Oil Mill Effluent (POME)
Biodiesel kelapa sawit diprediksi oleh banyak kalangan menjadi andalan
sebagai sumber bahan bakar nabati (BBN) yang paling tinggi produktivitasnya
dibandingkan dengan sumber BBN lainnya. Proses produksi biodiesel kelapa sawit
berpotensi mencemari lingkungan akibat dari keluaran limbah padat (tandan buah
kosong, serat, cangkang buah dan abu bakar) dan limbah cair kelapa sawit (palm
oil mill effluent/POME). POME adalah limbah cair yang berasal dari serangkaian
proses produksi CPO atau biodiesel pada pabrik kelapa sawit. Komposisi limbah
POME terdiri dari 90-95% air, 0,6-0,7% minyak dan 4-5% padatan terlarut(10).

10
POME berasal dari 3 proses dalam produksi CPO yaitu proses sterilisasi tandan
segar yang menghasilkan air kondensat (18%), dari sentrifuge sludge (74,5%) dan
dari pencucian hidrosiklon (30%)(4,7). Volume total POME yang dihasilkan dalam
proses produksi CPO atau biodiesel bervariasi jumlahnya tergantung pada beberapa
hal, seperti jenis metode sterilisasi, umur dan jenis tanaman, kondisi tandan buah
segar dan variasi musim.

Volume limbah cair yang dihasilkan pabrik kelapa sawit sangat besar. Data
perkiraan total limbah cair yang dikeluarkan oleh pabrik kelapa sawit dengan
kapasitas 60 ton/jam dengan masa kerja 16 jam/hari adalah 643,2 m3/hari. Volume
limbah sebanyak ini harus diolah sebelum dibuang ke sungai. Kualitas dari limbah
POME menunjukkan nilai yang masih jauh dari standar baku mutu yang ditetapkan
oleh pemerintah (Tabel 1)

Tabel 1. Karakteristik POME


Inovasi pengelolaan limbah POME juga berpotensi menyelamatkan emisi
karbon. Perhitungan banyaknya gas metan yang terperangkap oleh proses metan
capture yang menyebabkan gas metan tidak terurai ke atmosfer . Potensi emisi
karbon yang dapat diselamatkan dengan memanfaatkan limbah POME adalah
126,4 kg/ton atau mengurangi emisi sebesar 8,2 % dari total emisi yang
dikeluarkan . Nilai kisaran ini sangat besar bila dikaitkan dengan jumlah total
produksi biodiesel skala besar. Sebagai ilustrasi misalnya pabrik kelapa sawit
dengan kapasitas olah TBS 60 ton/jam masa kerja 16 jam/hari, maka diperkirakan
biodiesel yang diproduksi adalah 280 ton/hari atau 6.260,8 ton/bulan. Dari
kapasitas total produksi pabrik tersebut maka bila pabrik mengolah POME-nya
emisi karbon yang bisa diselamatkan setiap bulan dan setiap tahun adalah 26,4 ton
dan 791,2 ton CO2.. Sehingga upaya pengelolaan limbah POME menghasilkan dua

11
keuntungan bagi industri kelapa sawit, yaitu keuntungan berupa tambahan energi
dan partisipasi dalam pengurangan emisi gas rumah kaca.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Biodisel merupakan solusi ketergantungan atas bahan bakar fosil. Biodiesel
merupakan bahan bakar yang bersifat terbarukan dan berkelanjutan yang ramah
lingkungan, biodiesel terbuat dari minyak nabati. Biodiesel telah mengalami
perkembangan secara pesat hingga yangvterbari adalah biodiesel B40 yang masih
dalam tahap uji coba, yang nantinya kan terus dikembangkan hingga B100.
Dengan menggunakan inovasi penggunaaan gelombang ultrasonik dalam
produksi biodiesel bisa menaikkan produk metil ester , dengan ultrasonik
pencampuran lebih baik dari pengadukan karena ada efek kavitasi. Reaksi
transesterifikasi minyak kelapa dapat dilakukan dengan bantuan gelombang ultrasonik
yang menyebabkan semakin banyak katalis yang digunakan maka semakin banyak ion
metoksida yang terbentuk dan semakin besar peluang konversi minyak kelapa
menjadi biodiesel.
Namun biodiesel tidak lepas dari dampak terhadap lingkungan yang
ditimbulkan mulai dari limbha produksi hingga emisi karbon yang ditimbulkan.
Biodiesel kelapa sawit diprediksi oleh banyak kalangan menjadi andalan sebagai
sumber bahan bakar nabati (BBN) yang paling tinggi produktivitasnya dibandingkan
dengan sumber BBN lainnya. Proses produksi biodiesel kelapa sawit berpotensi
mencemari lingkungan akibat dari keluaran limbah padat (tandan buah kosong, serat,
cangkang buah dan abu bakar) dan limbah cair kelapa sawit (palm oil mill
effluent/POME). Upaya pengelolaan limbah POME menghasilkan dua keuntungan
bagi industri kelapa sawit, yaitu keuntungan berupa tambahan energi dan partisipasi
dalam pengurangan emisi gas rumah kaca.

B. Saran

Dalam pengembangan biodiesel masih dalam tahap pengembangan yang


signifikan, biodiesel yang dikembangkan tentunya mempunyai kekurangan yang
sampai saat ini masih diperbaharui dan diperbaiki jika diterapkan. Kinerja dari
biodiesel sekarang perlu ditinjau ulang dan melewati uji sehingga siap digunakan
dalam kehidupan sehari-hari.

13
DAFTAR PUSTAKA

Arif Dwi Santoso,dkk. 2017. Eneegi Terbarukan dan Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca
dari Palm Oil Mill Effluent. Jurnal Teknologi Lingkungan. Diunduh dari
ejournal2.bppt.go.id pada 18 Desember 2020.
CB Herman Edyanto. 2013. Emisi Karbon sebagai Dasar Implementasi Penyediaan Ruang
Terbuka Hijau di DKI Jakarta. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia. Diunduh dari
ejournal.bppt.go.id pada 18 Desember 2020.
Deshmane, V. G., Gogate, P. R., dan Pandit, A. B., 2009. Ultrasound-Assisted Synthesis of
Biodiesel from Palm Fatty Acid Distilate, Ind. Eng. Chem. Res. 48, 7923-7927.
Jose, A. C., Ernesto, E. B., dan Alape, F., 2005. Biodiesel from Alkaline Transesterification
Reaction of Soybean Oil Ultrasonic Mixing, JAOCS, 82 (7), 525-530.
Lebunu Hewage, et.al. 2019. A Scientometeic Review. Global Research On Carbon Emission.
Diunduh dari www.researchgate.net pada 17 Desember 2020.
Ma, F., dan Hanna, M.A., 1999. Biodiesel Production: A Review, Bioresource Technology,
70, 1-15.
Martin Dajmin dan Soni S. Wirawan. 2010. Pengaruh Komposisi Biodiesel Terhadap Kinerja
Mesin dan Emisi Gas Buang. Jurnal Teknologi Lingkungan. Diunduh dari
ejournal.bppt.go.id pada 18 Desember 2020.
Pramanik, K., 2003. Properties and Use of Jatropha curcas Oil and diesel Fuel Blends in
Compression Ignition Engine, Renewable Energy, 28, 239-248.
Sabbagha R. E., 1980. Diagnostic Ultrasound Applied to Obstetrics and Gynecology, Haper
& Row, London, pp 19-31.
Santos, F. F. P., Matos, L. J. B. L., Rodrigues, S., dan Fernandes, F. A. N., 2009.
Optimization of the Production of Methyl Esters from Soybean Waste Oil Applying
Ultrasound Technology, Energy & Fuels, 23, 4116-4120.
Schuchardt, U., Serchui, R. dan Vargas, R. M., 1998. Transesterification of Vegetables Oil, J.
Braz. Chem. Soc., 199-210.
Sirvastava, A. dan Prasad, R., 2000. Triglycerides Based Biodiesel Fuels, Renewable
Sustainable Energy, 4, 111-133.

14
Sri Kembaryanti Putri, dkk. 2012. Studi Proses Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa
(Coconut Oil) dengan Bantuan Gelombang Ultrasonik. Jurnal Rekayasa Proses.
Diunduh dari journal.ugm.ac.id pada 18 Desember 2020.
Susilo, B., 2006. Biodiesel sumber Energi Alternatif Pengganti Solar yang terbuat dari
Ekstraksi Minyak jarak Pagar, Trubus Agrisarana, Surabaya.
Trisnobudi, A., 2001. Aplikasi Ultrasonik,, Departemen Teknik Fisika, Bandung: Intitut
Teknologi Bandung.

15

Anda mungkin juga menyukai