Anda di halaman 1dari 8

Kerajaan Bali runtuh akibat siasat yang dilakukan oleh patih Gajah Mada yang pada saat itu

tengah
menjalankan misinya untuk memperluas wilayah ekspansinya ke nusantara.

Baca juga: Kerajaan Kutai

Pada mulanya, Patih Gajah Mada mengajak raja dari Kerajaan Bali untuk berunding mengenai
penyerahan wilayah kerajaan ke tangan majapahit. Oleh sebab itu, patih Kebo Iwa dikirim menuju
Majapahit untuk melakuakan perdamaian.

Namun sesampainya disana, Kebo Iwa dibunuh tanpan sepengetahuan Kerajaan Bali, lalu Kerajaan
Majapahit mengutus Patih Gajah Mada untuk berpura-pura mengajak berunding bersama.

Namun naas, Kerajaan Majapahit malah membunuh raja Gajah Waktra sehingga Kerajaan Bali pun
berada di dalam kekuasaan Kerajaan Majapahit.

Peninggalan Kerajaan Bali

pendiri kerajaan bali

Terdapat beberapa peninggalan dari Kerajaan Bali yang hingga sekarang dapat kita jumpai, diantaranya
sebagai berikut:

Prasasti Blanjong

Prasasti Panglapuan

Prasasti Gunung Panulisan

Prasasti-prasasti peninggalan Anak Wungsu

Candi Padas di Gunung Kawi

Pura Agung Besakih

Candi Mengening

Candi Wasan.
Majapahit didirika oleh Raden Wijaya setelah runtuhnya kerajaan Singosari akibat pertang saudara.

Kerajaan Majapahit bejaya sejak dipimpin Maha Patih Gajah Mada dan Raja Hayam Wuruk, wilayahnya
sangat luas sampai ke Burma(Birma) dan disebut Nusantara. Kejayaan tersebut dikarenakan kekuatan
maritim Majapahit yang sangat kuat

Majapihit mengalami kemunduran sejak Maha Patih Gajah Mada dan Raja Hayam Wuruk meninggal
dunia.

Majapahit sempat jaya kembali setelah dipimpin Raja Prabu Brawijaya ke 5 (anak dari Damarwulan
dengan Ratu Kencana Wungu) dan hancur setelah raja tersebut meninggal. Kemudian berdirilah
kerajaan Islam pertama di Nusantara yaitu Demak yang didirikan oleh Raden Patah (putra Damarwulan
dengan Dwarawati)

Kitab Negara Kertagama dan PararatonNegara Kertagama dan Pararaton memberitakan bahwa pada
tahun 1275 masa pemerintahan Sri Kertanegara dikirim ekspedisi dari Singosari ke Swarnabumi yang
disebut Pamalayu. Dalam Kertagama Pupuh XLI/5 diuraikan dengan jelas tentang pengiriman tentara
Singosari ke Melayu itu. Untuk menghadapi perluasan kekuasaan bangsa Mongol, sebagai persahabatan,
maka raja Kertanegara mengirimkan sebuah arca Amoghapasa yang merupakan hadiah dari raja
Kertanegara untuk Sri Maharaja Mauliwarmadewa. Patung ini ditempatkan di tempat suci Dharmasraya

Prasasti MasjusriPada prasasti di atas arca Manjusri dari candi Jago disebutkan bahwa pada tahun 1343,
Adityawarman bersama-sama dengan Gajah mada menaklukkan Bali.

Prasasti Amoghapasa

Menurut prasasti Amoghapasa yang dikeluarkan oleh raja Kertanegara pada tahun 1286 atau 1208 Saka
yang ditemukan di daerah Darmasraya (Jambi), bahwa pada abad ke 13 pusat kekuasaan Melayu berada
di Damasraya.
Prasasti Padang Roco

Prasasti Padang Roco adalah sebuah prasasti yang ditemukan di kompleks percandian Padangroco,
Nagari Siguntur, Kecamatan Sitiung, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat. Pada tahun 1911 dari
Padangroco ditemukan sebuah alas arca Amoghapāśa yang pada empat sisinya terdapat prasasti (NBG
1911: 129, 20e). Prasasti ini dipahatkan 4 baris tulisan dengan aksara Jawa Kuna, dan memakai dua
bahasa (Melayu Kuna dan Sansekerta) (Krom 1912, 1916; Moens 1924; dan Pitono 1966).

Sejarah kerajaan Melayu

Berita pertama kali yang menerangkan kerajaan melayu di Sumatera, yaitu dari Dinasti Tang. Menurut
catatan Dinasti Tang, utusan ke negeri mo-lo-yeu (melayu) pernah datang ke Cina pada tahun 644 dan
645 masehi. mereka datang ke Cina dengan membawa hasil Bumi. Hasil Bumi yang dipersembahkan itu
bukan merupakan upeti sebagi tanda takluk melayu kepada Cina, melainkan sebagai upaya promosi hasil
Bumi melayu ke negeri Cina.

Banyak ahli yang berpendapat bahwa kerajaan melayu di daerah Jambi sekarang ini. Melayu terletak
didekat selat Malakayang merupakan jalan perdagangan India-Cina. Oleh karena itu, banyak kapal asing
yang berlabuh di melayu sambil menunggu angin yang baik sebelum melanjutkan perjalanan. Selain itu,
kapal-kapal asing tersebut dapat memperbaiki peralatan kapal, melakukan bongkar muat barang, dan
menambah perbekalan. Pada saat itu pelabuhan melayu telah berperan sebagai tempat menimbun
barang dagangan yang dihasilkan daerah-daerah sekitarnya. Barang komoditas itu diantaranya lada dan
hasil hutan. Kondisi ini tentu saja menguntungkan dan memakmurkankerajaan melayu.

Seorang pendeta Cina bernama I-tsing mengabarkan bahwa sejak tahun 692 kerajaan melayu telah
ditaklukkan kerajaan Sriwijaya. Setelah itu sampai permulaan abad ke-12 tidak ada keterangna
sedikitpun mengenai negeri melayu. Untuk membuktikan persahabatan, Raja kertanegara mengirimkan
Arca Amogapasha beserta keempat belas pengiringnya ke melayu. Pada alas arca tersebut dituliskan
bahwa Kertanegara menghadiahkan arca bagi srimat Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa. Arca
Amogapasha kemudian diletakkan ditempat suci Dharmasraya. Saat ini prasasti Arca Amogapasha
berada di padangroco (Sumatera) yag bertarikh 1286 M.

Dalam perkembangan selanjutnya, Kerajaan Melayu mampu memainkan peran kembali di Sumatera
pada pertengahan abad ke-14. Pada saat itu melayu diperintah seorang Raja bernama Adityawarman.
Nama Adityawarman disebutkan pada Arca Manjusri di candi Jago, Jawa Timur. Didalam prasasti
tersebut diterangkan bahwa Adityawarman bersama-sama Gajah Mada telah berhasil menaklukkan
pulau Bali.
Sebenarnya Adityawarman merupakan salah seorang putra Majapahit keturunan melayu. Ia adalah
putra dari perkawinan Raden Wijaya dengan Dara Jingga. Sebelum menjadi Raja di kerajaan melayu, ia
pernah menjabat wredhamenteri (menteri tua) di Majapahit dengan gelar aryadewaraja pu Aditya.
Setelah berkuasa di melayu, ia menyusun kekuatan untuk melebarkan kekuasaan di Sumatera. Hasilnya,
pada tahun 1347 Melayu dapat meluaskan wilayah sampai ke daerah pagaruyung (minangkabau).
Adityawarman adalah seorang penganut Buddha Tantrayana. Ia menganggap dirinya sebagai
penjelmaan Lokeswara, sehingga setelah meninggal dunia diwujudkan dalam bentuk arca Bhairawa.
Masa pemerintahan Adityawarman berlangsung sampai tahun 1375. Penggantinya ialah anaknya yang
bernama Anangwarman. Masa pemerintahan Anangwarman tidak banyak diketahui sumber sejarahnya

Kedudukan kerajaan ini makin terdesak karena munculnya kerajaan-kerajaan besar yang juga memiliki
kepentingan dalam bidang perdagangan, seperti Kerajaan Siam di sebelah utara yang menguasai daerah-
daerah di Semenanjung Malaka termasuk Tanah Genting Kra. Dan Kerajaan Singasari di daerah timur
yang dipimpin oleh Raja Kertanegara dengan mengirim ekspedisi ke arah barat (Ekspedisi Pamalayu)
yang mengadakan pendudukan terhadap Kerajaan Melayu, Pahang, dan Kalimantan, sehingga
mengakibatkan kedudukan Sriwijaya makin terdesak

Faktor Ekonomi: Aktivitas perdagangan berkurang karena daerah strategis perdagangan yng dikuasai
Sriwijaya jatuh ke kekuasaan raja-raja di sekitarnya. Sehingga sejak akhir abad ke-13 Sriwijaya menjadi
kerajaan kecil dan wilayahnya terbatas pada daerah Palembang. Kerajaan Sriwijaya yang kecil & lemah
akhirnya dihancurkan oleh kerajaan Majapahit tahun 1377 M.

Medang Kamulan pada hakekatnya merupakan Lanjutan dari kerajaan Mataram Kuno. Meskipun
sebenarnya penguasa di kerajaan ini bukan wangsa atau dinasit yang memerintah di Mataram Kuno.
Kerajaan Medang Kamulan adalah kerajaan di Jawa Timur, pada abad ke 10. Kerajaan ini merupakan
kelanjutan Dinasti Sanjaya (Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah), yang memindahkan pusat
kerajaannya dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Mpu Sindok adalah pendiri kerajaan ini, sekaligus pendiri
Dinasti Isyana, yang menurunkan raja-raja Medang. Dinasti Isana memerintah selama 1 abad sejak
tahun 929 M. Pemindahan pusat kerajaan tersebut diduga dilatar belakangi karena letusan Gunung
Merapi, kemudian Raja Mataram Kuno Mpu Sindok pada tahun 929 memindahkan pusat kerajaan
Mataram dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Menurut catatan sejarah ( beberapa prasasti), dapat
diketahui bahwa Kerajaan Medang Kamulan terletak di Jawa Timur, yaitu di Watu Galuh, tepi sungai
Brantas. Ibu kotanya bernama Watan Mas. Sekarang kira-kira adalah wilayah Kabupaten Jombang ( Jawa
Timur ).

detikNews
Home

Berita

Daerah

Jawa Timur

Internasional

detikX

Kolom

Blak blakan

Pro Kontra

Infografis

Foto

Video

Hoax Or Not

Suara Pembaca

Jawa Barat

Jawa Tengah & DIY

Makassar

Medan

Indeks

detikNews

Berita

Kerajaan Medang: Sejarah hingga Peninggalan Runtuhnya

Puti Yasmin - detikNews

Jumat, 27 Mar 2020 18:41 WIB


Candi Prambanan ditutup sementara saat pandemi Corona Kerajaan Medang/Foto: Candi Prambanan
(Jauh Hari./detikcom)

Jakarta - Indonesia memiliki berbagai kerajaan di masa lampau, salah satunya kerajaan Medang.
Kerajaan ini terletak di Jawa Timur dan merupakan lanjutan dari Kerajaan Mataram Kuno di Jawa
Tengah.

Kerajaan ini juga dikenal dengan nama Kerajaan Medang Kamulan. Banyak peninggalan Kerajaan
Medang Kamulan yang menjadi saksi sejarah berdirinya kerajaan Hindu ini.

Baca juga:

Penuturan Empu Totok yang Pernah Memegang Langsung Keris Diponegoro

Berikut fakta-fakta Kerajaan Medang:

1. Sejarah Kerajaan Medang

Kerajaan Medang berdiri di Jawa Timur pada abad ke-10 dengan Ibu Kota Wantan Mas yang terletak di
kawasan sungai Brantas. Sebelumnya, Kerajaan Medang berdiri di Jawa Tengah dengan nama Kerajaan
Mataram.

Lokasi kerajaan harus pindah ke Jawa Timur karena letusan Gunung Merapi menghancurkan Kerajaan
Mataram. Berdasarkan Prasasti Mantyasih, raja pertama Kerajaan Medang saat berada di Jawa Tengah
adalah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.

Puncak kejayaan terjadi pada tahun 898-910 masehi. Kala itu, Kerajaan Medang dipimpin oleh Raja
Balitung dan memiliki kekuasaan meliputi Bagelen di Jawa Tengah hingga Malang di Jawa Timur.

Selain itu, ada juga yang menyebutkan puncak kejayaan Kerajaan Medang terjadi pada masa Raja
Airlangga. Hal itu tertulis dalam kitab Arjunawiwaha karya Mpu Kanwa.

2. Raja Kerajaan Medang


Sistem pemerintahan Kerajaan Medang Kamulan adalah monarki atau sistem pemerintahan kerajaan.
Ada beberapa raja yang tertulis dalam sejarah kehidupan politik Kerajaan Medang Kamulan setelah
pindah ke Jawa Timur.

Raja pertama Kerajaan Medang di Jawa Timur bernama Mpu Sindok. Raja ini memerintah bersama sang
istri Sri Wardhani Pu Kbih selama lebih dari 20 tahun.

Ada banyak kebijakan yang dikeluarkan Mpu Sindok demi menjaga keberlangsungan hidup Kerajaan
Medang, misalnya membangun bendungan hingga waduk.

Kemudian, Kerajaan Medang juga pernah dipimpin oleh Raja Dharmawangsa Teguh yang merupakan
cucu Mpu Sindok. Raja ini dikenal sangat peduli terhadap rakyatnya.

Bahkah, Raja Dharmawangsa pernah menurunkan tentara guna merebut perdagangan yang dikuasai
oleh Kerajaan Sriwijaya. Sayang, pertempuran tersebut nihil dan justru mengundang serangan balik.

Akibat serangan balik tersebut, Raja Dharmawangsa terbunuh. Kejadian ini dikenal sebagai penyerangan
Pralaya. Selepas dari itu, Kerajaan Medang dipimpin oleh Raja Airlangga.

Raja Airlangga merupakan keponakan dari Raja Dharmawangsa. Ia merupakan anak dari Raja Bali
Udayana yang menikah dengan Mahendradatta atau saudara dari Raja Dharmawangsa.

Terpilihnya Raja Airlangga karena seluruh keluarga Raja Dharmawangsa telah terbunuh dalam
penyerangan Pralaya. Sehingga Airlangga berusaha untuk membalas dendam dan mengembalikkan
kehormatan dari Kerajaan Medang.

Raja Airlangga berhasil memulihkan Kerajaan Medang dengan menaklukan raja-raja di bawah Kerajaan
Sriwijaya. Ia pun memindahkan Ibu Kota Kerajaan Medang ke Kahuripan.

Baca juga:
Rahasia Candi Keboireng Makin Misterius dengan Ditemukannya Kepala Kala

3. Keruntuhan Kerajaan Medang

Runtuhnya Kerajaan Medang Kamulan dimulai setelah dipimpin oleh Raja Airlangga. Kerajaan tersebut
terpaksa dibagi menjadi dua kerajaan, yakni Kerajaan Janggala dan Kerajaan Kediri.

Keputusan tersebut dilakukan oleh Raja Airlangga guna mencegah terjadinya perang saudara. Diketahui,
sang putri dari permaisuri Raja Airlangga memutuskan untuk tidak terlibat dalam kerajaan dan menjadi
seorang petapa.

Akhirnya, Kerajaan Medang diberikan putra-putra dari selir Raja Airlangga. Sehingga sejarah Kerajaan
Medang berakhir di zaman pemerintahan ini.

4. Peninggalan

Ada banyak peninggalan Kerajaan Medang Kamulan yang tercatat oleh sejarah. Pertama Prasasti Mpu
Sindok yang menceritakan kehidupan politik Kerajaan Medang Kamula di masa Mpu Sindok.

Kemudian, Prasasti Bangli yang menceritakan pembangunan candi sebagai tempat peristirahatan sang
mertua dari Mpu Sindok, Rakyan Bawang.

Selain prasasti, Kerajaan Medang juga memiliki peninggalan candi seperti, Candi Prambanan, Candi
Kalasan, dan Candi Ijo yang terletak di Jawa Tengah.

Anda mungkin juga menyukai