Unsur-unsur interinsik pembangun puisi diantaranya: bunyi, kata, sarana retorika, dan tema.
Pertama adalah bunyi, keindahan bunyi dalam sebuah puisi terasa intensitassnya etelah puisi itu
dibacakan, dan bahkan jika mungkin dilagukan, tidak dilihat secara visual dalam bentuk tulisan.
Pada bagian ini, terdapat beberapa unsur pembangunnya yaitu: persajakan, rima. Pola perulangan
bunyi yang sengaja ditimbulkan & didayakan untuk mencapai efek keindahan itulah yang kemudian
dikenal sebagai persajakan, sajak, atau rima. Fungsi persajakan, yaitu yang dikenal sebagai daya
evokasi: kemampuan untuk membangkitkan bunyi lain secara ekspresif. Kedua, irama. Irama dalam
puisi berkaitan dengan gerak, alunan, bunyi yang teratur yang ritmis, dan itu akan terasa jika puisi
itu dibaca dan didengarkan. Unsur interinsik pembangun puisi selanjutnya yaitu kata, unsur kata
dalam hal ini mencakup: seleksi kata, jika dilihat dari segi penulis puisi, seleksi kata-kata adalah
proses penulisan yang intensif, menantang & sekaligus mengasyikkan sebagai manifestasi espresi
pengalaman emosionalnya. Dilihat dari sudut pebaca puisi, seleksi kata-kata adalah jaminan
pemerolehan kenikmatan emotif & kemudahanpemahaman dialog yang ditawarkan. Apek
pemilihan kata berdasarkan :aspek bunyi yaitu ketepatan pemilihan kata dari aspek bunyi
menjanjikan, salah satunya, nilai kepuitisan, dan itu berarti bahwa adanya efek keindahan pada puisi
yang bersangkutan. Aspek bentuk yaitu bentuk ekspresi yang padat dan indah, artinya bahwa
bentuk puisi menunjukan luasnya gagasan yang ingin ditawarkan selain memperoleh keindahan
didalamnya. Aspek makna, yaitu puisi hadir mendialog dna menawarkan suatu makna yang
terkandung didalamnya dengan cara literer, lewat nurani, hati dan rasa. Dan terakhir aspek
ekspresifitas, yaitu bahasa puisi diusahakan secara singkat pada guna mencapai pengungkapan
ekspresif atau efek seolah-oleh menyakinkan dari hati secara serta-merta, yang diusahakan
ketercapaiannya. Sarana retorika merupakan unsur yang sengaja dipakai untuk memperindah
pengungkapan kebahasaan & memperluas (juga mengongkretkan & memfasilitasi) jangkauan
pemaknaan. Sarana retorika meliputi: pemajasan. Pemajasan adalah suatu bentuk pengungkapan
yang berada di wilayah tarik-menarik antara makna denotai & konotasi, langsung & tidak
langsungnya makna yang ditunjuk, makna tersirat & tersurat. Pemajasan lebih difungsikan untuk
menambah kemungkinan berbagai dimensi pemaknaan. Secara garis besar majas dikelompokkan
menjadi 3 yaitu perbandingan, persamaan, pertautan. Citraan. Citraan untuk mengongkretkan
penuturan yang membantu pembaca untuk melihat, mendengar, merasakan, & menyentuh berbagai
pengalaman yang diungkapkan dalam puisi. Dan terakhir, penyiasatan struktur. Penyiasatan struktur
adalah salah satu wujud sarana retorika yang bermain di wilayah struktur & menghasilkan efek
retoris yang paling intensif. Penyiasatan struktur untuk lebih “menggayakan”, mengintensifkan, &
menghidupkan pengeksprsian. Unsur puisi yang terakhir adalah tema. Jika penulis puisi itu adalah
anak-anak, kandungan isi puisi yang dihasilkan mestinya tidak jauh dari dunia anak, pengalaman
anak, & bagimana cara anak memandang hal-hal itu semua yang menurut ukuran orang dewasa
terrgolong sederhana. Orang dewasayang menulis puisi anak pun mau tidak mau harus
“menyeuaikan diri” dengan duni & cara pandang anak agar puisi yang dihasilkan komunikatif bagi
pembaca anak. Tema-tema yang banyak ditemukan pda puisi anak misalnya, tema orang tua &
guru: tema orang tuadalam hal ini ibu atau bapak serta guru tampaknya menjadi obsesi & tumpahan
emosional bagi anak; tema binatang & lingkungan alam: teme binatang juga tampaknya mempu
memberikan hiburan dan keasyikan tersendiri bagi anak-anak; dan tema religious: tema religius
juga tak kalah menarik bagi anak-anak, misalnya untukmengungkapan kekaguman terhadap Tuhan.
Macam-macam puisi Anak, Berdasarkan isi kandungan yang ingin disampikan Huck dkk.
(1987:406-2) membedakan puisi anak ke dalam jenis antara lain: balada, balada adalah puisi yang
berisi cerita, namunia diadaptasikan untuk dinyanyikan atau paling tidak memberikan efek
nyanyian. Karkteristik balada adalah dipergunakan dialog dalam pengisahan cerita, kuatnya aspek
repetisi bnyi yang terwujud dalam bentuk rima & irama, & adanya unsure refrain sebagaimana
halnya dalam nyanyian. Puisi yang memiliki aspek balada misalnya, puisi yang berjudul “Mama,
Ada Orang Minta-Minta di Pintu Pagar” (karya Sherly Malinton). Kedua, puisi naratif. Puisi naratif
adalah puisi yang bercerita (Mitchel, 2003:147). Wujud puisinya dapat berupa puisi lirik, sonata,
atau syair, namun suatu hal yang pasti adalah bahwa puisi itu berisi cerita (Huck dkk. (1987:407).
Salah satu contoh puisi naratif adalah puisi yang berjudul “Putri Bangau” (karya Leon Agusta).
Terakhir, puisi lirik, puisi lirik adalah menggambarkan suasana hati, jiwa, perasaan, & pikiran. Puisi
lirik berwujud ontaran jiwa, hati perasaan, & pikiran untuk menyikapi sesuatu yang telah menjadi
pengalaman emosional penulisnya. Misalnya, puisi yang berjudul “Papaku” (karya Reynaldo
Marsadio).