DI SEKOLAH DASAR
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apresiasi bukanlah pengetahuan sastra yang harus dihafalkan, melainkan
bentuk aktivitas jiwa. Artinya, dalam mengapresiasi, siswa tidak sekedar
mengambil informasi yang berkaitan dengan isi atau mencari beberapa simpulan
logis. Melalui apresiasi sastra idealnya siswa dapat mengindra atau merasakan
kehadiran pelaku, peristiwa, suasana, dan gambaran obyek secara imajinatif.
Lebih dari itu, menurut apresiasi harus mencakup tanggapan emosional pada isi
cerita, tanggapan pada pelaku atau peristiwa, dan perasaan siswa dalam
merasakan/menikmati gaya bahasa pengarang cerita.
Dalam dunia pendidikan kajian sastra mampu memberikan sumbangsih
yang cukup besar dalam pola kebudayaan, sejarah, sosial dan dalam sastra itu
sendiri, sebab Sastra mampu menjawab terhadap apa yang pernah ada di muka
bumi, karena sastra berasal dari hasil pengamatan tentang apa yang terjadi
disekelilingnya sebagai opini yang mesti di ungkapkan serta hasil dari akibat
pengalaman bathin. Sastra adalah hasil dari olah pikir rasa dan karsa manusia
sehingga sastra mengandung nilai estetika yang tinggi.
B. Rumusan Masalah
Adapun beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pembelajaran apresiasi puisi sebagai kegiatan reseptif dan
ekspresif?
2. Bagaimana karakteristik cerita anak?
3. Apa perbedaan jenis bacaan cerita anak?
4. Bagaimana strategi pembelajaran sastra baik reseptif dan ekspresif?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang akan dibahas, adapun tujuan yang dicapai
dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pembelajaran apresiasi puisi sebagai kegiatan reseptif dan
ekspresif.
2. Untuk mengetahui karakteristik cerita anak.
3. Untuk mengetahui perbedaan jenis bacaan cerita anak.
4. Untuk mengetahuistrategi pembelajaran sastra baik reseptif dan ekspresif.
PEMBAHASAN
A. Pembelajaran Apresiasi Puisi sebagai Kegiatan Reseptif dan Ekspresif
Pada dasarnya puisi anak-anak dan puisi orang dewasa hanya sedikit
perbedaannya. Hal utama yang membedakan adalah dari segi bahasa, tema, dan
ungkapan gejolak emosi yang digambarkan. Puisi anak yang dilihat dari dunia
citraannya digambarkan dalam things (gambaran sesuatu) dan sign yang sesuai
dengan pengalaman anak.
Dalam proses pemahaman bacaan sastra untuk anak-anak sekolah dasar
dikenal tiga jenis cara atau teknik, yaitu teknik bottom up, teknik top down dan
model interaktif. Dari ketiga teknik tersebut yang cocok digunakan untuk
memahami puisi anak adalah model interaktif, yaitu pemahaman sebagai hasil
decoding dan dengan menghubungkan skema isi yang dimiliki.
Berikut adalah contoh puisi yang cocok untuk anak sekolah dasar jenjang
kelas akhir yang akan diapresiasikan dengan menggunakan model interaktif
diatas.
LEBAH DAN MAWAR
Adalah seekor lebah
Terbang ke mawar dan sembah
zum, zum, zum, zum
Hai bunga tolong beri aku
Sedikit dari madumu!
zum, zum, zum, zum
Lebah silahkan duduk
Tampaknya malu, ia tunduk
zum, zum, zum, zum
zum, zum, zum, zum
Kembang itu baik peri
Manisan lalu diberikan
zum, sum, zum, zum
zum, zum, zum, zum
zum, zum, zum, zum
Lebah mengambil manisan
Lalu berpantun hiasan
Hai bidadari puteri
Sekarang kumohon diri
zum, zum, zum, zum
zum, zum, zum, zum
(A. E. Wiranata)
Dalam proses pemahaman, puisi diatas, bisa digunakan model interaktif,
yaitu pemahaman melalui proses decoding dan penggunaan skemata. Puisi anak-
anak diciptakan melalui penggambaran things dan sign. Karena itu dalam proses
pemahamannya pun tidak terlepaskan dari gambaran dari keduan hal diatas. Puisi
anak-anak yang awalnya disajikan pada anak sebagai fungsi instrumental dan tidak
diajarkan sebagaimana sastra itu sendiri. Begitupun dengan puisi, bila anak ingin
mengungkapkan sesuatu, yang ada pertama kali dalam benaknya adalah gambar
sesuatu (things) kemudian hadir interpretasi dalam berbagai macam alternative.
Penafsiran puisi yang diberikan anak akan sesuai dengan pengalaman dan
pengetahuan mereka karena yang awal diinterpretasikan adalah tanda bukan
bendanya.
Sign dalam puisi yang merupakan print out atau system tanda harus
ditafsirkan sehingga hadir interpretasi. Dalam menginterpretasikan ini pemahaman
anak ditentukan oleh pengalaman dan pengetahuan atau skemata isi yang
dimilikinya (prior knowledge). Proses membaca puisi ditandai oleh formulasi
hipotesis menyangkut pengertian-pengertian dalam bacaan.
Anak mengawali proses interpretasi puisinya dengan membaca tanda yang
berupa kata (lebah, mawar, madu, dst) yang membawa anak berkelana menyusuri
skemata isi yang dimilikinya. Untuk memformulasi hipotesis makna puisi “Lebah
dan Mawar” ini anak harus mengungkit pengalaman dan pengetahuannya tentang
bunga mawar dan binatang lebah yang selalu menghisap madu. Dengan demikian,
anak akan mengakumulasikan rasa ingin tahu dan gambaran menemukan jawaban
tentang makna puisi itu melalui internalisasi yang mengacu pada gambar makna
dalam bacaan dan vicarious experience anak sehingga gambaran makna puisi itu
ditemukan.
Berdasarkan uraian diatas, dalam proses pemahaman puisinya, anak
menggunakan vicarious experience tentang kehidupan lebah dan mawar serta
hubungan kedua things tersebut sehingga dengan mengacu pada skemata isi yang
telah dimiliki dan keterbacaan tertentu yang dikompakkan kepada anak
sehubungan dengan hal-hal yang bisa menimbulkan ketidakseimbangan
(disequilibrium) seperti terlihat pada kata-kata peri, bidadari, puteri, dan bunyi
zum, zum, zum, zum,dan diharapkan puisi itu dapat dipahami anak. Jadi, isi
penafsiran itu harus sesuai dengan dunia vicarious anak mulai dari signdan
penghayatan tings-nya melalui perbandingan secara langsung dan dengan
mereflesikan sesuatu tentang mawar dan lebah tersebut yang tersembunyi dalam
simbol-simbol.
Bertolak dari uraian diatas, proses membaca puisi diawali dengan penyiapan
skemata dalam hubungan timbal balik tentang lebah dan mawar tadi dengan
perhatian pada print out sebagai system tanda. Dalam batas yang sulit ditetapkan,
terjadi proses pemaknaan yang ditandai dengan terdapatnya rekognisi makna kata,
kalimat, atau satuan paparan yang dapat dianalogikan sebagai kalimat seperti
terlihat pada bait pertama,
Adalah seekor lebah
Terbang ke mawar dan sembah
zum, zun, zum, zum,
dan penghubungan butir-butir pengertian baik secara restropektif yang mengacu
pada pemahaman satuan pengertian sebelumnya maupun secara prospektif yang
mengacu pada kemungkinan satuan pengertian lanjut yang mungkin dibuahkan.
Penghubungan ini terlihat dalam bait 1 dan 2, dan bait 2 dan 3, dst sehingga
terlihat kohesi dan koherensinya. Proses tersebut membuahkan dan diarahkan
melalui pemahaman informasi grafofonis. Pemahaman informasi grafofonis itu
sendiri berkaitan dengan proses inferensi, rekontruksi butir-butir pengertian dari
setiap bait yang secara tentative membuhkan totalitas pemahaman sebagaimana
terbentuk dalam komprehensi. Secara srimultan proses diatas idealnya disertai
dengan persepsi yang menyangkut gambaran elemen-elemen puisi anak-anak,
yaitu ritme, rima bunyi, imajeri, bahasa figurative, dll.
Tanggapan alamiah anak terhadapa ritme sebbuah puisi memiliki jenis
music tersendiri yang biasanya sangat ditanggapi oleh anak.Kebiasaan ank
memukul-mukul meja, menendang sesuatu, melantunkan kata-kata seperti
bernyanyi merupakan bagian dari irama kehidupan sehari-hari anak. Adanya
persamaan bunyi akhir setiap bait dan pengulangan “zum” menghadirkan ritme
yang menarik bagi anak untuk menirukannya. Dengan demikian pelibatan dunia
anak dalam “dunia dalam bacaan” membangkitkan lintasan memori anak akan
sesuatu. Aspek rima dan bunyi dalam puisi ini terlihat dari pengulangan dan
susunan bunyi zum, juga menambah interes anak.
Imajeri puisi ini bagi anak juga menarik karena betul-betul mengacu pada
pengalaman tanggapan inderawi anak terhadap diksi yang ada sehingga
memudahkan anak untuk memahami puisi tersebut.Bahasa figurative puisi anak
memberikan imaji baru pada anak. Hal ini dapat dilihat dalam bait ke 3 sampai ke
5 melalui pengontrasan keberadaan lebah dan mawar. Bentuk puisi anak secara
umum merupakan bentuk prosa.
Pengajaran apresiasi secara ekspresif dapat mengarahkan siswa pada
kegiatan pengungkapan ide, gagasan, dan perasaannya melalui pilihan kata yang
tepat.Pada implementasinya dikelas siswa dapat diarahkan untuk melalui penulisan
puisinya melalui penyusunan kata menjadi bentuk cinquain, haiku, alitostik, dll.
A. Kesimpulan
Apresiasi terhadap bentuk puisi dapat dilakukan dengan cara membaca puisi
dengan suara nyaring atau mendengarkan pembacaan puisi (poetary reading)
dan deklamasi.
Karakteristik cerita anak dintinjau dari beberapa segi, yaitu: bentuk penyajian,
bahasa yang digunakan, cara penuturan, tokoh, penokohan, latar, plot, dan
tema.
Perbedaan jenis bacaan cerita anak yaitu cerita bergambar dan cerita rakyat.
Cerita bergambar terdiri atas: 1. Buku Informasi dan Buku CeritaBuku; 2.
Cerita Bergambar Tanpa Kata; 3. Media dan Ilustrasi sebagai Wahana
Penceritaan.
Terdapat 3 strategi dalam pembelajaran apresiasi sastra baik reseptif dan
ekspresif, yaitu: 1. Strategi Prosa Fiksi; 2. CDA (Critical Discourse Analysis)
sebagai model; 3. Strategi Model Gordon. Serta terdapat 3 model
pembelajaran sastra pada makalah ini, yaitu: Model Strata, Model Taba dan
Model Moody.
B. Saran
Seorang guru hendaknya dapat mengajarkan sastra dengan baik kepada
siswa. Apabila sastra tersebut berupa cerita, maka guru harus memperhatikan
bacaan cerita sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Sehingga
mempermudah siswa dalam mempelajari sastra.
DAFTAR PUSTAKA