Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS DIETETIK II

PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR PADA PASIEN LUKA BAKAR 40%


DENGAN KELUHAN NYERI AKUT

Dosen Pengampu :
Deny Yudi Fitranti, S.Gz, M.Si.
Choirun Nissa, S.Gz, M.Gizi.
Ayu Rahadiyanti, S.Gz, MPH
Ahmad Syauqy, S.Gz, MPH, PhD

Disusun Oleh :

Aurellia Putri Ardiansyah


22030119130037

PROGRAM STUDI GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS DIPONEGORO
2022
Pertanyaan Kasus :
I. Memahami diagnosis dan pathopysiologi
1. Deskripsikan bagaimana klasifikasi luka bakar. Identifikasi dan
deskripsikan luka bakar pada Tn.A
Jawab :
Luka bakar diklasifikasikan kedalam 2 kelompok yakni berdasarkan
kedalaman kerusakan jaringan dan klasifikasi berdasarkan keluasan/luas
kerusakan jaringan. Klasifikasi berdasarkan kedalaman luka jaringan dapat
dilihat pada tabel berikut:1
Tabel 1. Klasifikasi kedalaman luka bakar

a. Superficial thickness juga disebut sebagai luka bakar derajat 1 yang


hanya mengenai epidermis. Luka bakar ini biasa tampak sebagai eritrema,
kemerahan, keluhan rasa nyeri atau hipersensitivitas setempat misalnya
akibat tersengat sinar matahari. Jenis luka bakar ini biasanya akan sembuh
dalam 5-7 hari dan tidak berbekas.2
b. Partial thickness atau juga disebut luka bakar derajat II terjadi kerusakan
jaringan pada bagian epidermis dan juga dermis. Pada luka bakar ini, kulit
akan terdapat bula (lesi menonjol melingkar berisi cairan), sedikit edema
dan terasa nyeri berat. Luka bakar ini dibedakan lagi menjadi dua yakni
derajat II dangkal (superficial) yang kerusakan organnya mengenai
epidermis dan dermis, serta derajat II dalam (deep) dimana kerusakannya
mengenai hampur seluruh bagian dermis.2
c. Full thickness atau luka bakar derajat III dimana kerusakan atau
kehilangan jaringan terjadi pada seluruh bagian kulit yakni pada
epidermis, dermis dan jaringan hypodermis. Kerusakan kulit cukup luas.
Sedangkan, gejala pada luka ini tidak memiliki bula ataupun rasa nyeri.2
Selain berdasarkan kedalaman, faktor lain yang mempengaruhi derajat
luka bakar adalah luas luka bakar. Luas luka bakar dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:1

Gambar 1. Perkiraan luas luka bakar


Berdasarkan American Burn Association (1984), keparahan cedera
luka bakar klasifikasikan berdasarkan Luas Permukaan Tubuh Total (LPTT):3
a. Cedera luka bakar minor
1) Luka bakar dengan LPTT < 15 % pada orang dewasa usia < 40 tahun
2) Luka bakar dengan LPTT < 10 % pada orang dewasa usia > 40 tahun
3) Luka bakar dengan LPTT < 10 % pada anak-anak usia < 10 tahun
b. Cedera luka bakar sedang
1) Luka bakar dengan LPTT 15 % - 25 % pada orang dewasa usia < 40
tahun
2) Luka bakar dengan LPTT 10 % - 20 % pada orang dewasa usia > 40
tahun
3) Luka bakar dengan LPTT 10 % - 20 % pada anak-anak usia < 10 tahun
c. Cedera luka bakar mayor
1) Luka bakar dengan LPTT ≥25 % pada orang dewasa dengan usia < 40
tahun
2) Luka bakar dengan LPTT >20 % pada orang dewasa dengan usia > 40
tahun
3) Luka bakar dengan LPTT >20 % pada anak-anak usia < 10 tahun
Menurut Marx, Hockberger & Walls, (2009) luka bakar berat adalah
luka dengan luas permukaan luka >10% dari total luas permukaan tubuh pada
anak-anak dan usia lanjut, sedangkan pada orang dewasa luka bakar berat
adalah luka dengan luas permukaan luka >20% dari total luas permukaan
tubuh dan luas luka >5% pada luka bakar full thicknes (derajat 3) di segala
usia.4
Deskripsi luka bakar Tn.A :
Berdasarkan data pasien diketahui Tn. A berusia 65 tahun yang diakui
mengalami trauma level 2 dengan total area tubuh yang terbakar sebesar 40%
akibat kebakaran mobil. Sehingga, luka bakar Tn.A tergolong dalam cedera
luka bakar mayor dengan derajat kedalaman yakni derajat 3 atau full
thickness.
2. Jelaskan “rule of nines’ yang digunakan pada luka bakar.
Jawab :
Rule of nine merupakan metode yang biasa digunakan oleh dunia
medis untuk menghitung persentase luka bakar dan digunakan untuk
membantu mengambil keputusan pengobatan. Persentase luka berdasarkan
‘Rule of nine’ seperti pada tabel dibawah ini.5
Tabel 2. Persentase Luka bakar serta bagiannya
No. Anggota Tubuh Persentase %
1. Kepala dan leher 9%
2. Dada 9%
3. Perut 9%
4. Punggung 9%
5. Pantat 9%
6. Lengan dan tangan kanan 9%
7. Lengan dan tangan kiri 9%
8. Paha kanan 9%
9. Paha kiri 9%
10. Betis – kaki kanan 9%
11. Betis – kaki kiri 9%
12. Perineum dan genetalia 1%
(kelamin)

Pada gambar 1. Juga merupakan gambaran metode perhitungan luas


luka bakar dengan menggunakan “Rule of nine” oleh Wallace dan Lund-
Browder. Hasil perhitungan luas luka bakar pada anak (huruf a,b,c pada
gambar 1) berdasarkan gambar tersebut disesuaikan dengan tabel dari Lund-
Browder sebagai faktor koreksi.1

Tabel 3. Tabel Lund-Browder

Setelah dilakukan perhitungan dengan “Rule of nine” kemudian dapat


diklasifikasikan jenis derajat keparahan luka bakar pada pasien.
3. Resusitasi cairan yang diberikan pada Tn.A adalah LR @610 ml/jam x 8
jam pertama dan menurun 305 ml/jam x 16 jam. Apa tujuan utama dari
resusitasi cairan? Jelaskan secara singkat formula Parkland. Apa cairan
intravena yang umum digunakan pada pasien luka bakar untuk
resusitasi? Apa komponen pada solusi tersebut?
Jawab :
Resusitasi cairan menjadi salah satu terapi pertolongan awal yang
dapat diberikan apabila terjadi luka bakar. Pemberian resusitasi cairan ini pada
24 – 48 jam pertama periode hypovolemia. Pemberian resusitasi cairan ini
bertujuan untuk mempertahankan perfusi organ secara menyeluruh dan
menghadapi inflamasi sistematik yang massif serta hipovolomia cairan
intravascular dan ekstravaskular.6 Formula Parkland merupakan pedoman
yang digunakan untuk resusitasi Sebagian besar pasien luka bakar. Pada
formula parkland yang dikembangkan dari formula Evans and Brooke
menyarankan pemberian 2ml/kg/% total tubuh yang terkena luka bakar selama
24 jam pertama.7
Cairan intravena yang direkomendasikan langsung pada pasien luka
bakar adalah cairan LR (Ringer laktat), 50% total perhitungan cairan dibagi
menjadi 2 tahap dalam waktu 24 jam pertama. Tahap 1 diberikan 8 ja dan
tahap 2 diberikan 16 jam setelahnya. Cairan diberikan menggunakan 2 jalur
IV line, diutamakan untuk dipasang pada kulit yang tidak terkena luka bakar.8
Selain itu, terapi cairan yang diberikan pada pasien luka bakar diantaranya
adalah cairan kristaloid dan koloid. Cairan kristaloid mengandung elektrolit
yang terdistribusi 20% di intravaskuler dan 80% di ekstravaskuler. Sedangkan
cairan koloid mengandung elektrolit dan makromolekul organic yang
memiliki kemampuan terbatas dalam melintasi membrane endothelial.6
4. Apa itu cidera inhalasi? Bagaimana itu mempengaruhi pada manajemen
pasien?
Jawab :
Cedera inhalasi merupakan kondisi dimana sesorang menghirup asap
kebakaran dan karbonmonoksida yang menyebabkan inflamasi dan edema
pada pernapasan yang. Pada pasien dengan cedera inhalasi, sisa-sisa
pembakaran senyawa kimia dapat memperberat distribusi oksigen pada sel
atau jaringan. Penderita luka bakar dengan riwayat terperangkap pada ruang
tertutup, adanya tanda bulu hidung dan alis yang terbakar, suara serak atau
stridor, sputum atau liur berwarna kehitaman (mengandung karbon), serta
dijumpai luka bakar pada bagian wajah dan leher dapat dicurigai mengalami
cedera inhalasi.9,10 Kondisi cedera inhalasi ini menjadi penyulit pada kasus
luka bakar dan memiliki prognosis buruk. Cedera inhalasi yang menyebabkan
inflamasi pada daerah saluran pernapasan ini apabila terjadi pada daerah akan
menekan saluran cerna kerongkongan yang akan menyebabkan kejadian
disfagia pada pasien. Sehingga, pemberian intervensi diet pada pasien akan
terganggu dan mempengaruhi manajemen pasien.
5. Luka bakar sering digambarkan sebagai salah satu cedera metabolik
yang paling stres. diskusikan efek luka bakar pada metabolisme dan
bagaimana ini akan mempengaruhi kebutuhan gizi
Jawab :
Kondisi penyembuhan luka bakar menyebabkan meingkatnya
kebutuhan nutrisi pada pasien. Selain itu, adanya anemia yang dapat
mempeburuk proses metabolism nutrisi oleh karena hemoglobin yang
merupakan penghantar oksigen yang dibutuhkan untuk metabolism
makronutrien akibat asupan yang tidak adekuat dan perdarahan akut melalui
luka sehingga menimbulkan defisiensi makanan. Keadaan tersebut yang
menjadi alas an adanya peningkatan kebutuhan nutrisi pada pasien.11 Selain
itu, kerusakan akut fungsi hati adalah salah satu komplikasi serius luka bakar
yang sering terjadi. Hal ini terjadi karena 2/3 darah yang beredar melalui hati
berasal dari vena porta dan hanya 1/3 dari aorta. Sehingga darah sinusoid
mengandung lebih sedikit oksigen dari darah yang masuk ke sebagian besar
organ lain, karena itu hepatosit rentan terhadap aktivitas yang menguras
energi di antaranya seperti metabolisme makronutrien, dan perubahan
metabolisme yakni hipermetabolisme dan hiperkatabolik pada luka bakar akan
memperberat gangguan hati.12
6. List semua medikasi yang diberikan pada Tn.A. identifikasi interaksi
dari obat dan zat gizi yang harus dimonitor.
Jawab :13
a. Asam askorbat 500 mg tiap 12 jam
- Beberapa bentuk asam askorbat mengandung sodium dan harus
dihindari jika sedang pada diet khusus sodium atau garam.
b. Chlorhexidine 0,12% dolusi oral 15 ml tiap 12 jam14
- Berikan secara terpisah dengan makanan
- Dapat mempengaruhi rasa makanan dan minuman
- Hindari pemberian makanan dan minuman selama 30 menit setelah
konsumsi obat ini.
c. Tablet Farmotidine tiap 12 jam
- Diskusikan dengan dokter, apabila tidak ada efek samping maka
dapat melanjutkan diet normal
d. Injeksi heparin 5000 unit tiap 8 jam
- Diskusikan dengan dokter, apabila tidak ada efek samping maka
dapat melanjutkan diet normal
e. Tablet multivitamin 1 tablet tiap hari
- Multivitamin/mineral (MVM) dasar biasanya tidak berinteraksi
dengan obat-obatan, dengan satu pengecualian penting. Jika Anda
minum obat untuk mengurangi pembekuan darah, seperti warfarin
(Coumadin® dan Jantoven®), bicarakan dengan penyedia layanan
kesehatan sebelum mengambil MVM atau suplemen makanan dengan
vitamin K. Vitamin K menurunkan efektivitas obat dan dokter
mendasarkan dosis sebagian pada jumlah vitamin K yang biasanya
Anda konsumsi dari makanan dan suplemen.
f. Zinc sulfat 220 mg per hari
- Konsumsi zinc dengan coffee/kafein akan mengurangi absorbs zinc
pada tubuh
- Mengkonsumsi makanan yang mengandung serat dan fitat, yakni
bahan kimia yang ditemukan dalam biji-bijian seperti jagung dan
sorgum juga dapat mengurangi penyerapan zinc dalam tubuh.
- Konsumsi protein hewani dapat meningkatkan penyerapan zinc,
sedangkan protein nabati seperti kedelai dapat mengurangi
penyerapan.
g. Methadone 5 mg tiap 8 jam
- Diskusikan dengan dokter terkait konsumsi anggur dan jus anggur
Ketika mengkonsumsi obat ini
h. Oxandrolone 10 mg tiap 12 jam
- Diskusikan dengan dokter, apabila tidak ada efek samping maka
dapat melanjutkan diet normal.
i. Tablet senna 8,6 mg tiap hari
- Diet biasa dan program olahraga penting untuk fungsi usus biasa.
Makan diet tinggi serat dan konsumsi cairan yang banyak (8 gelas)
setiap hari seperti yang direkomendasikan oleh dokter.
j. Cairan oral Docusate 100 mg taip 12 jam
- Digunakan untuk mengatasu sembelit/stool softener
- Penting bagi Anda untuk menyimpan daftar tertulis semua obat resep
dan nonresep (over-the-counter) yang Anda pakai, serta produk apa
pun seperti vitamin, mineral, atau suplemen makanan lainnya. Anda
harus membawa daftar ini setiap kali Anda mengunjungi dokter atau
jika Anda dirawat di rumah sakit. Ini juga merupakan informasi
penting untuk dibawa bersama Anda jika terjadi keadaan darurat.
k. Silver sulfadiazine 1% krim topical diaplikasikan tiap hari15
- Apabila dikonsumsi bersamaan dengan suplementasi magnesium maka
konsentrasi serum magnesium akan menurun/berkurang.
l. Acetaminophen oral 650 mg tiap 4 jam seperti yang dibutuhkan
- Diskusikan dengan dokter, apabila tidak ada efek samping maka
dapat melanjutkan diet normal.
m. Midazolam HCl (versed) 100 mg pada sodium chloride 0,9% 100 ml IV
infusion, inisiasi infus pada 1mg/jam
- Diskusikan dengan dokter, apabila tidak ada efek samping maka
dapat melanjutkan diet normal.
- Jangan biarkan anak mengkonsumsi anggur atau jus anggur Ketika
mengkonsumsi obat ini.
n. Hydromorphone (Dilaudid) injeksi 0,5 – 1 mg, intravena tiap 15 menit
sesuai kebutuhan
- Diskusikan dengan dokter, apabila tidak ada efek samping maka
dapat melanjutkan diet normal.
o. Injeksi Fentanyl (Sublimaze) 50 – 100 mg intravena tiap 15 menit sesuai
kebutuhan
- Jangan mengkonsumsi anggur atau minum jus anggur ketika
mengkonsumsi obat ini.
p. Propofol (Diprivan) 10 mg/ml, premic infusion, mulai dari 25
mcg/kg/menit intravena berkelanjutan
- Propofol sangat larut dalam lemak dan merupakan suspense dari
emulsi lemak 10% sehingga memiliki kandungan nutrisi 1,1
kkal/ml.16
- Memperhatikan high fat EN, infusi rate 30ml/jam atau 790 kalori
lemak/hari
- Hindari konsumsi anggur dan jus anggur bersamaan dengan
konsumsi obat ini.
q. Thiamin 100 mg x 3 hari
- Beberapa obat akan menurunkan level thiamin pada tubuh, misalnya
pada
o Furosemide (Lasix®), yang digunakan untuk mengobati tekanan
darah tinggi dan pembengkakan yang disebabkan oleh kelebihan
cairan dalam tubuh.
o Fluorouracil (5-fluorouracil dan Adrucil®), yang digunakan
dalam perawatan kemoterapi untuk beberapa jenis kanker
- Beri tahu dokter, apoteker, dan penyedia layanan kesehatan lainnya
tentang suplemen makanan dan resep atau obat bebas yang
dikonsumsi. Mereka dapat memberi tahu Anda jika suplemen
makanan dapat berinteraksi dengan obat-obatan Anda atau jika obat-
obatan tersebut dapat mengganggu cara tubuh Anda menyerap,
menggunakan, atau memecah nutrisi seperti thiamin.

r. Folat 1 mg x 3 hari
- Beberapa obat akan menurunkan level folat pada tubuh, misalnya :
o Suplemen folat dapat mengganggu metotreksat (Rheumatrex®,
Trexall®) saat dikonsumsi untuk mengobati kanker.
o Konsumsi obat anti-epilepsi atau anti-kejang, seperti fenitoin
(Dilantin®), carbamazepine (Carbatrol®, Tegretol®, Equetro®,
Epitol®) dan valproate (Depacon®), dapat mengurangi kadar
folat dalam darah. Juga, mengonsumsi suplemen folat dapat
mengurangi kadar obat-obatan ini dalam darah.
o Konsumsi sulfasalazine (Azulfidine®) untuk kolitis ulserativa
dapat mengurangi kemampuan tubuh untuk menyerap folat dan
menyebabkan kekurangan folat.
- Beri tahu dokter, apoteker, dan penyedia layanan kesehatan lainnya
tentang suplemen makanan dan resep atau obat bebas yang
dikonsumsi. Mereka dapat memberi tahu Anda jika suplemen
makanan dapat berinteraksi dengan obat-obatan Anda atau jika obat-
obatan tersebut dapat mengganggu cara tubuh Anda menyerap,
menggunakan, atau memecah nutrisi seperti thiamin.
II. Memahami Terapi Diet/Gizi
7. Menggunakan evidence-based guidelines, deskripsikan potensi manfaat
dari enteral nutrisi dini pada pasien luka bakar.
Jawab :
Pemberian dukungan nutrisi enteral sejak dini di ruang intensif
memperbaiki outcome klinis pasien. Pada pasien kritis, rute enteral
direkomendasikan segera diberikan karena mencegah atrofi mukosa, menjaga
flora normal usus, menjaga sistem enzim enterohepatik, menurunkan angka
kematian, dan pemakaian lama ventilator. Selain itu, Pemberian nutrisi enteral
dini mempercepat penyembuhan, meningkatkan survival rate, serta
mengurangi komplikasi infeksi.17 Dukungan nutrisi enteral dini pada luka
bakar yang parah telah menunjukkan banyak keuntungan, seperti peningkatan
asupan kalori, sekresi insulin dan retensi protein, perbaikan usus integritas
mukosa, dan penurunan insiden gastritis stress.18 EN dini dengan hasil yang
lebih baik (penurunan infeksi nosokomial, komplikasi total, dan kematian)
dibandingkan pasien dengan risiko gizi rendah.19
8. Apa kriteria umum yang digunakan untuk menilai kesiapan inisiasi
nutrisi enteral pada pasien luka bakar?
Jawab :
Pasien yang dirawat di RS harus menjalani pemeriksaan nutrisi awal
dalam waktu 48 jam setelah masuk. Sedangkan pasien dengan risiko gizi yang
lebih tinggi di ICU perlu dilakukan assessmen gizi penuh. Alat skrining dan
assessmen yang digunakan untuk evaluasi status gizi seperti Mini Nutrition
Assessment (MNA), Malnutrition Universal Screening Tool, Short Nutrition
Assessment Questionnaire, Malnutrition Screening Tool, dan Subjective
Global Assessment. Penggunaan NRS-2002 dan NUTRIC biasanya digunakan
untuk menentukan risiko gizi pada pasien critical ill. Pasien dengan ‘berisiko’
memoloko skor NRS-2002 >3 dan ‘risiko tinggi’ dengan skor NRS-2002 ≥5
atau skor NUTRIC ≥5. Pasien dengan risiko gizi tinggi akan lebih
mendapatkan manfaat dari enteral feeding dini. Selain itu, pasien yang tidak
bisa mengkonsumsi makanan secara oral dan pasien yang menggunakan
ventilator ≥72 jam juga diberikan EN.19
9. Apa kandungan gizi special yang direkomendasikan untuk enteral nutrisi
yang diberikan pada pasien luka bakar dan trauma menurut
ASPEN/SCCM guidelines?
Jawab :
Berdasarkan rekomendasi ASPEN kebutuhan protein untuk pasien
luka bakar adalah 1,5 0 2,0 gr/kgBB/hari. Sedangkan energi 25 – 30
kkal/kgBB/hari dan densitasi energi formula enteral sebesar 1,5 – 2,0
kkal/ml.19
10. Mikronutrien tambahan apa yang perlu suplementasi dalam terapi luka
bakar? berapa dosis yang dianjurkan?
Jawab :
Menurut ESPEN, pemberian rekomendasi suplementasi mikronutrien
dengan dosis standar dapat menyebabkan pasien luka bakar mengalami
sindroma defisiensi. Suplementasi vitamin antioksidan (termasuk vit E dan
asam askorbat/vit C) dan beberapa mineral seperti selenium, zinc, dan copper
akan meningkatkan outcome terutama pada pasien luka bakar, trauma dan
criticall ill. Rekomendasi optimal pada dosis selenium untuk pasien critical ill
berada pada range 500 – 750 mg/hari. Sedangkan untuk dosis, frekuensi,
durasi dan rute terapu tidak distandarisasikan.19
III.Penilaian Gizi
11. Menggunakan tinggi dan berat badan Tn.A, hitung BBI, %BBI, IMT dan
BSA
Jawab :
- BBI = (TB – 100) – 10%(TB – 100)
= (182,8 – 100) -10%(182,8 – 100)
= 82,8 – 8,28 = 74,5 kg
BB aktual
- %BBI = x 100%
BBI
71,2
= x 100% = 95,57%
74,5
BB
- IMT =
TB ( m ) x TB(m)
71,2
= = 21,3 kg/m2
1,828 x 1,828

- BSA =
√ Tinggi ( cm ) x Berat( kg)
3600

=
√ 182,8 x 71,2
3600
=
√ 13015,36
3600
= 1,90 m2

12. Kebutuhan energi dapat diperkirakan dengan menggunakan berbagai


persamaan. Persamaan Xie dan Zawacki sering digunakan. Estimasi
kebutuhan energi Tn.A menggunakan persamaan tersebut. Berapa
kkal/kg yang dia butuhkan berdasarkan persamaan ini?
Jawab :
- Persamaan energi expenditure dengan:20
o Zawacki = 1440 x BSA
= 1440 x 1,90
= 2736 kkal
o Xie = (1000 x BSA) + (25 x TBSA)
 TBSA = % x 100
= 40% x 100
= 40
Xie = (1000 x BSA) + (25 x TBSA)
= (1000 x 1,9) + (25 x 40)
= 1900 + 1000
= 2900 kkal
13. Tentukan persamaan kebutuhan protein Tn.A, berikan alasan untuk
perkiraan yang digunakan.
Jawab :
Protein yang diberikan kepada Tn.A adalah 1,2 – 2,0 gr/kg berat badan
actual atau sebesar 85,4 – 142,4 gr per hari. Berdasarkan rekomendasi
ASPEN, Studi terbaru pada penyakit kritis menunjukkan bahwa penyediaan
protein lebih erat terkait dengan hasil positif daripada penyediaan energi total
(khususnya, pengiriman makronutrien lain dari lemak dan karbohidrat). Juga,
dosis protein yang dibutuhkan oleh pasien sakit kritis tampaknya lebih tinggi
dari yang diperkirakan sebelumnya..19
14. Catatan kemajuan MD menunjukkan bahwa pasien mengalami cedera
ginjal akut. apa ini? jika fungsi ginjal pasien terus memburuk dan ia
membutuhkan terapi pengganti ginjal secara terus menerus, perubahan
apa yang akan Anda lakukan pada rejimen nutrisi Anda saat ini dan
mengapa?
Jawab :
Perubahan yang akan dilakukan untuk menyesuaikan kondisi pasien
yakni renal akut adalah pembatasan cairan dan pengaturan asupan protein.
Formula khusus penyakit dan pembatasan cairan yang parah mungkin jarang
digunakan pada sebagian kecil pasien berdasarkan kasus per kasus karena
lebih banyak manfaat fisiologis, seperti profil elektrolit dan pembatasan
volume (ginjal). Berdasarkan rekomendasi ASPEN, protein yang diberikan
pada pasien dengan gagal ginjal akut adalah sebesar 1,2 – 2,0 gr/kg BB
actual/hari dan energi sebesar 25 – 30 kkal/kg/hari. Selain itu, formulasi
khusus lebih rendah dalam elektrolit tertentu misalnya seperti, fosfat dan
kalium.19
15. pasien ini menerima obat propofol. dengan menggunakan informasi yang
Anda tuliskan pada pertanyaan #6, perubahan apa yang akan Anda buat
pada rejimen nutrisi Anda dan bagaimana Anda menilai toleransi
terhadap obat?
Jawab :
Karena propofol sangat larut dalam lemak dan merupakan suspense
dari emulsi lemak 10% sehingga memiliki kandungan nutrisi 1,1 kkal/ml.
Sehingga sebelum merancang resep formula enteral perlu dilakukan
perhitungan energi dan lemak. Toleransi terhadap propofol dimonitoring
melalui nilai laboratorium, yaitu kadar glukosa darah, trigliserida, dan pCO2.
Apabila pasien tidak dapat mentoleransi propofol atau pemberian propofol
berlebih, pasien akan mengalami hiperglikemia, hipertrigliserida dan
peningkatan produksi CO2.21
IV. Diagnosis Gizi
16. Identifikasi setidaknya 2 masalah gizi yang bersangkutan dan diagnosa
gizi yang sesuai.
Jawab:
- NI 1.1 Increased energy expenditure
- NI 5.1 Increased Nutrition Need (Protein dan cairan)
17. Tulis statement PES untuk tiap masalah gizi.
Jawab:
- NI 1.1 Increased energy expenditure (P) berkaitan dengan keadaan
hypermetabolic (E) ditandai dengan luka bakar tinkat berat yakni sebesar
40% TBSA dan mengalami trauma inhalasi (S)
- NI 5.1 Increased nutrition need (protein dan cairan) berkaitan dengan
keadaan luka bakar tingkat berat sebesar 40% TBSA (E) ditandai dengan
indikator peningkatan stress dan pemantauan prealbumin rutin (S)
V. Intervensi Gizi
18. Pasien menerima makanan enteral menggunakan impak dengan
glutamin @60 ml/jam. Tentukan energi dan protein yang disediakan oleh
resep ini. memberikan pedoman untuk memenuhi kebutuhan pasien
yang dihitung menggunakan persamaan Xie
Jawab:
a. Impact glutamin @60 ml/jam
Densitas energi : 1,3 kkal/ml
Osmolalitas : 640 mOsm/kg air
Kandungan gizi :
- Protein 24%
- Karbohidrat 46%
- Lemak 30%
- Total energi/hari = 60 ml x 24 jam x 1,3 kkal/ml
= 1872 kkal
- Protein = 24% total energi
= (24% x 1872)/4
= 112,32 gr
b. Formula Xie
Energi = (1000 x BSA) + (25 x TBSA)
= (1000 x 1,9) + (25 x 40)
= 1900 + 1000
= 2900 kkal
Protein = 1,5 – 2,0 gr/kg/hari
= 112,05 – 149,4 gr/hari
Untuk memenuhi kebutuhan pasien maka,
2900 kkal = y (ml/jam) x 24 jam x 1,3 ml/kkal
Y (ml/jam) = 2900 : 24 x 1,3
Y (ml/jam) = 92,95
Y = 93 ml/jam
Protein = (24% x 2900 kkal)/4
= 174 gram
Berdasarkan perhitungan, asupan pasien pada impact glutamin hanya
mengandung kalori sebesar 1872 kkal dan protein 112,32 gr. Apabila
dibandingkan dengan formula Xie maka jumlah tersebut masih dibawah
perhitungan.
19. Dengan menggunakan informasi pada catatan intake/output, tentukan
energi dan protein yang diberikan selama periode waktu tersebut.
bandingkan energi dan protein yang diberikan oleh makanan enteral
dengan perkiraan kebutuhan Mr.A.
Jawab:
Intake dari Enteral = 565 mL
Energi dan protein yang diberikan selama periode ini diantaranya:
- Asupan energi dari enteral = 565 x 1,3kkal = 734,5 kkal
- Asupan protein dari enteral = 24% x 734,5kkal
- Asupan protein dari enteral = 176,28/4 = 44,07 gram
Perbandingan :
- Kebutuhan energi Mr. Angelo (Rumus Xie) = 2924,46 kkal
- Kebutuhan protein Mr Angelo (1,5g/kgBB/hari) = 106,8 gram
Sehingga dapat diketahui, asupan Mr.Angelo saat ini hanya bisa memenuhi
25,1% kebutuhan energi dan 41,3% kebutuhan protein
20. Salah satu residen pada tim Kesehatan bertanya padamu jika dia harus
menghentikan makanan enteral karena tekanan darah pasien yang tidak
stabil. Apa rekomendasi yang bisa kamu berikan untuk membuat tim
pasien kritikal care tentang pemberian makan tabung dan status
hemodinamik.
Jawab:
Apabila pasien sedang dalam status hemodynamic tidak stabil
pemberian enteral nutrition harus dihentikan hingga kondisi pasien stabil atau
diresusitasi kembali. Inisiasi/reinisiasi EN dapat dipertimbangkan dengan
hati-hati pada pasien yang menjalani penghentian dukungan vasopresor.
Sehingga rekomendasi yang diberikan adalah dengan menghentikan
pemberian enteral nutrisi dan memantau hemodinamik hingga kembali stabil.
Namun, apabila kondisi pasien tidak kunjung stabil, dapat dilakukan dengan
pemberian Parental nutrition.19
VI. Monitoring dan Evaluasi Gizi
21. List faktor yang perlu dimonitoring untuk menilai toleransi dan
kecukupan support nutrisi.
Jawab :
Monitoring terkait toleransi dapat ditentukan dengan pemeriksaan
fisik, seperti pada flatus dan feses, evaluasi radiologi, dan tidak adanya
keluhan pasien seperti nyeri atau distensi abdomen. Intoleransi GI biasanya
ditandai dengan muntah, distensi abdomen, keluhan ketidaknyamanan, output
NG tinggi, GRV tinggi, diare, flatus dan feses berkurang, atau radiografi
abdomen abnormal.19
22. Apa metode terbaik untuk menilai kebutuhan kalori pada pasien critical
ill? Apa faktor yang dibutuhan untuk dipertimbangkan sebelum tes
diperintahkan.
Jawab :
Kami menyarankan agar kalorimetri tidak langsung (IC) digunakan
untuk menentukan kebutuhan energi bila tersedia dan jika tidak ada variabel
yang mempengaruhi akurasi pengukuran. Perhitungan kebutuhan energi
dihitung dengan rumus sederhana yakni 25-30 kkal/kg/hari. Faktor yang perlu
dipertimbangkan diantaranya seperti berat badan, medikasi, energi
ekspenditur pada pasien, treatments, dan suhu tubuh pasien.19
23. Tuliskan catatan ADIME yang memberikan penilaian nutrisi dan
rekomendasi pemberian makan enteral Anda dan/atau evaluasi pesanan
pemberian makan enteral saat ini?
Jawab :
a. Assessment
1) Client History
Umur 65 tahun
Jenis kelamin Laki-laki
Etnis Bule
Bahasa Hanya inggris
Edukasi 11 tahun
Rokok merokok 1 pack per hari >30 tahun
Riwayat medis Diabetes, hypertensi, GERD
Riwayat operasi s/p cholecystectomy 30 tahun yang lalu
2) Food History
Diet yang NPO (there is no food or fluid available for
diberikan consumption orally) dengan EN.
Asupan cairan - 1650 cc larutan garam
Enteral - Glutamine enteral 60ml
Nutrition intake
Parenteral - RL 610ml/jam
Nutrition/IV
Fluid intake
Alcohol intake 2-3 beer tiap hari terutama sabtu minggu
Medikasi - Asam askorbat 500 mg tiap 12 jam
- Chlorhexidine 0,12% dolusi oral 15 ml tiap
12 jam
- Tablet Farmotidine tiap 12 jam
- Injeksi heparin 5000 unit tiap 8 jam
- Tablet multivitamin 1 tablet tiap hari
- Zinc sulfat 220 mg per hari
- Methadone 5 mg tiap 8 jam
- Oxandrolone 10 mg tiap 12 jam
- Tablet senna 8,6 mg tiap hari
- Cairan oral Docusate 100 mg taip 12 jam
- Silver sulfadiazine 1% krim topical
diaplikasikan tiap hari
- Acetaminophen oral 650 mg tiap 4 jam
seperti yang dibutuhkan
- Midalozam HCl (versed) 100 mg pada
sodium chloride 0,9% 100 ml IV infusion,
inisiasi infus pada 1mg/jam
- Hydromorphone (Dilaudid) injeksi 0,5 – 1
mg, intravena tiap 15 menit sesuai kebutuhan
- Injeksi Fentanyl (Sublimaze) 50 – 100 mg
intravena tiap 15 menit sesuai kebutuhan
- Propofol (Dilaudid) 10 mg/ml, premic
infusion, mulai dari 25 mcg/kg/menit
intravena berkelanjutan
- Thiamin 100 mg x 3 hari
- Folat 1 mg x 3 hari
Aktivitas - posisikan setiap ekstremitas yang terbakar
ditinggikan
- posisi HOB (head of bed) 30 derajat atau
lebih tinggi
- posisi dengan tanpa bantal dibawah kepala
apabila leher terdapat luka bakar
3) Antropometri
Tinggi badan 182,8 cm
Berat badan 71,2 kg
IMT 21,3 kg/m2
4) Data Biokimia

5) Fisik/Klinis
Tanda vital - Tekanan darah : 87/59 (hipotensi)
- Takikardia (104)
- Suhu : 37,9℃ (tinggi/demam)
- RR : 18 / normal
Keluhan Nyeri akut
Kondisi - Jaringan kulit rusak
keseluruhan - Pasien tidak sadar akibat bius
Pernapasan Menggunakan ventilator
Kulit/ekstrimitas Luka bakar 40% permukaan tubuh tergolong
partial thickness, pada bagian kepala, punggung,
bagian abdomen dekat umbilicus, ekstrimitas atas
dan bawah
6) Comparative Standar
Kebutuhan Rumus xie = 2900 kkal
energi
Kebutuhan 1,5 – 2,0 gr/kgBB/hari
protein = 112,05 – 149,4 gr/hari
Kebutuhan Parkland formula = 4ml x TBSA x BB
cairan = 4 x 40 x 71,2 = 11.392 mL

b. Diagnosis
- NI 1.1 Increased energy expenditure (P) berkaitan dengan keadaan
hypermetabolic (E) ditandai dengan luka bakar tinkat berat yakni
sebesar 40% TBSA dan mengalami trauma inhalasi (S)
- NI 5.1 Increased nutrition need (protein dan cairan) berkaitan dengan
keadaan luka bakar tingkat berat sebesar 40% TBSA (E) ditandai
dengan indikator peningkatan stress dan pemantauan prealbumin rutin
(S)
c. Intervensi
1) Preskripsi diet
- Energi sebesar 2900 kkal
- Protein sebesar 112,05 – 149,4 gr/hari
- Cairan sebesar 11.392 mL
- Enteral glutamine diberikan 60 ml/jam untuk memenuhi kebutuhan
protein
2) Implementasi
- Cairan intravena = RL
- Enteral dengan glutamin 60 ml/jam
d. Monitoring Evaluasi
- Prealbumin mendekati normal
- Albumin mendekati normal
- Memantau output flatus dan feses
- tidak ada keluhan nyeri pada pasien
DAFTAR PUSTAKA
1. Kristanto E, Kalangi S. Penentuan Derajat Luka dalam Visum ET Repertum
pada Kasus Luka Bakar. J Biomedik. 2013;5(3):S27–30.
2. Paramita A. Pengaruh pemberian salep Ekstrak Daun Binahong (Anredera
cordifolia (Ten) Steenis) terhadap kepadatan kolagen tikus putih (Rattus
norvegicus) yang mengalami luka bakar. Universitas Airlangga; 2016.
3. Septianingsih E. Efek Penyembuhan luka bakar ekstrak etanol 70% daun
pepaya (Carica papaya L.) dalam sediaan gel pada kulit punggung kelinci new
zealand. Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2008.
4. Marx J, Hocknerger R, Walls R. Rosen’s Emergency Medicine: Concepts and
Clinical Practice. 7th ed. Philadelphia: Mosby Elsevier; 2009.
5. Mubarak A. Perancangan sistem pakar sebagai penanganan luka bakar dengan
metode forward chaining berbasis GUI. Ubiquitous Comput Its Apl J.
2020;3(1):1–6.
6. Wiyono YRR. Studi penggunaan terapi cairan pada pasien luka bakar.
Universitas Airlangga; 2016.
7. Nugroho R. Fluid Management in Severe Burns Patients. Indones J Med Sci.
2009;2(2):102–10.
8. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia: Nomor HK.01.07/MENKES/555/2019 tentang Pedoman
Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Luka Bakar. 2019;
9. Putra O, Saputro I, Nurhadiana D, Yuliana E. Surveilans Retrospektif
Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Anak Dengan Luka Bakar. Pharm J
Indones. 2021;7(1):21–8.
10. Trihono P, Windiastuti E, Gayatri P, Sekartini R, Indawati W, Idris N.
Kegawatan pada Bayi dan Anak. Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Anak
FKUI-RSCM; 2012. 158–159 p.
11. Paparang D, Taslim N, Rasyid H, Syauki A. Perbaikan kadar Albumin pasien
post Amputasi ET Causa Luka Bakar Listrik 25% derajat III dan Status Gizi
kurang dengan Pemberian asupan tinggi protein. Indones J Chlinical Nutr
Physician. 2018;1(1):18–25.
12. Hidayah S, Mutmainnah, Samad I. Aktivitas SGOT, SGPT di Penderita luka
bakar sedang dan berat. Indones J Chlinical Pathol Med Lab. 2008;15(1):12–5.
13. Medline Plus: Trusted Health Information for you [Internet]. [cited 2022 Mar
20]. Available from: https://medlineplus.gov/
14. National Library of Medicine: Chlorhexidine.
15. National Library of Medicine: Silver Sulfadiazine [Internet]. [cited 2022 Mar
20]. Available from: https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/441244
16. Rahman A. Studi observasi indikasi dan tingkat sedasi pasien di ruang
perawatan intensif RSDU dr.soetomo dengan menggunakan RASS Score.
Universitas Airlangga; 2016.
17. Dewi Y, Supriarna M. Perbedaan Lama Rawat dan Luaran Pemberian Nutrisi
Enteral Dini dan Lambat pada Anak Sakit Kritis di Rumah Sakit dr. Kariadi
Semarang. Sari Pediatr. 2021;22(6):378–85.
18. Mosier M, Pham T, Klein M, Gibran N, Arnoldo B, Gamelli R, et al. Early
Enteral Nutrition in Burns: Compliance With Guidelines and Associated
Outcomes in a Multicenter Study. J Burn Care Res. 2011;32(1):1–12.
19. McClave S, Taylor B., Martindale R, Warren M, Johnson D, Braunschweig C.
Guidelines for the Provision and Assessment of Nutrition Support Therapy in
the Adult Critically III Patient: Society of Critical Care Medicine (SCCM) and
American Society for Parenteral and Enteral Nutrition (A.S.P.E.N). J Parenter
Enter Nutr. 2016;40(2):159–211.
20. Shields B, Doty K, Chung K, Wade C, Aden J, Wolf S. Determination of
Resting Energy Expenditure After Severe Burn. J Burn Care Res.
2012;34(1):e22–8.
21. Greenwood J. ICU guideline : Adjusting Goal feed rates in the patient
receiving a propofol infusion. 2019;

Anda mungkin juga menyukai