Anda di halaman 1dari 4

MASALAH GIZI PADA ATLET SEPAK BOLA

1. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah di dalam tubuh seseorang di
bawah batas normal atau rendah. Hipoglikemia dapat terjadi apabila kadar glukosa darah
turun hingga 3 mmol/liter (setara dengan 54 mg/dl). Simpanan gula darah/glikogen di
dalam tubuh atlet akan semakin berkurang apabila aktivitas fisik yang dilakukan tidak
diimbangi dengan pemenuhan kebutuhan gizi yang benar. Atlet dengan simpanan
glikogen yang rendah memiliki jarak tempuh yang pendek dan kemampuan sprint yang
lambat dari pada atlet dengan simpanan glikogen normal.1,2
Salah satu metode untuk meningkatkan simpanan glikogen dengan harapan dapat
menunda kelelahan serta mencegah hipoglikemia pada saat pertandingan adalah
Carbohydrate loading. Selain itu, salah satu cara untuk menyuplai energi pada atlet
selama latihan maupun saat pertandingan dapat dengan diberikan minuman yang
mengandung karbohidrat. Pemberian minuman dengan kandungan karbohidrat sederhana
6-8% dapat membantu meningkatkan performa atlet dan menunda kelelahan.1,2
2. Dehidrasi
Seorang atlet sepakbola perlu memperhatikan ketersediaan cairan dalam tubuhnya
sehingga dapat terhindar dari dehidrasi terutama saat berlangsungnya latihan ataupun
pertandingan. Dehidrasi akibat berkurangnya cairan dalam tubuh akibat dari keluarnya
keringat juga menjadi faktor yang menyebabkan menurunnya performa olahraga.
Dehidrasi memiliki efek negatif terhadap performa olahraga atlet.3
Kehilangan cairan sebanyak 1-2% dari berat tubuh, menyebabkan :3
 Rasa haus yang kuat,
 Kehilangan cita rasa,
 Perasaan tidak nyaman,
 Peningkatan denyut jantung
 Penurunan performa olahraga sebesai 10%.
Sedangkan kehilangan cairan 3-5% dari berat tubuh menyebabkan :3
 Mulut kering,  Aktifitas fisik melambat,
 Rasa tidak sabar,  Lesu,
 Penurunan volume darah,  Muntah,
 Sulit konsentrasi,  Emosi tidak stabil dan
 Gemetar berlebihan,  Penurunan performa sebesar 30%.
Oleh sebab itu, atlet disarankan tidak hanya mengkonsumsi cairan pada masa
istirahat setelah selesainya babak pertama, namun juga pada saat sebelum, selama latihan
atau pertandingan berangsung dan setelah selesainya latihan atau pertandingan.
American College of Sport Medicine (ACSM) merekomendasikan konsumsi cairan atlet
sebelum, selama dan setelah pertandingan adalah sebanyak 2,4-3,4 liter.3
3. Osteoporosis
Daya tekan saat berolahraga seperti hentakan, loncatan atau benturan dapat
menyebabkan cedera dan apabila hentakan atau benturan yang timbul cukup besar maka
dapat mengarah pada fraktur. Setiap tulang yang mengalami penekanan terus menerus di
luar kapasitasnya akan menyebabkan keretakan pada tuang tersebut. dalam hal ini peran
kalsium sangat penting bagi penguatan jaringan tulang. Hipokalsemia (kekurangan
kalsium) pada atlet dapat meningkatkan resorpsi kalsium dari tulang dan apabila
dibiarkan berlangsung lama dapat memicu terjadinya prematur osteoporosis dan
meningkatkan risiko cedera pada atlet. Masa tulang yang maksimal dapat tercapai
apabila konsumsi zat gizi dan vitamin D tercukupi pada masa anak-anak dan remaja.
Selain itu, penanganan yang tepat juga dapat dilakukan dengan tetap melakukan olahraga
dengan pembebanan yakni aktivitas fisik yang dilakukan dalam posisi tegak seperti
jogging, lari dan senam aerobik, sehingga kerangka tubuh menunjang berat badan
terhadap gravitasi bumi.2,4
4. Anemia
Kadar Hb seorang atlet laki-laki yang <13 g/dl mengindikasikan adanya sport
anemia. Sport anemia merupakan keadaan dimana terjadinya kerusakan pada sel-sel
darah merah sebagai akibat latihan berat yang pada umumnya menyebabkan kehilangan
zat besi sehingga kadar hemoglobin menurun hingga <13 g/dl pada laki-laki. Faktor-
faktor yang dapat menyebabkan sport anemia diantaranya :1
 Ekskresi berlebih melalui keringat
 Menstruasi pada wanita
 Peningkatan kebutuhan zat besi karena terjadinya kerusakan sel darah merah
 Defisiensi zat-zat pembentuk darah seperti protein, vitamin B12, asam folat dan zat
besi
 Reaksi faali akibat latihan fisik yang berat sehingga menimbulkan hemodilusi dan
berakibat pada pseudoanemia.
Pengobatan dan pencegahan anemia yang tepat dapat dilakukan dengan
mengonsumsi makanan yang secara alami kaya akan zat besi yang diiringi dengan
konsumsi vitamin C.2
5. Komposisi tubuh (overweight/underweight)
Komposisi tubuh dan berat badan berkontribusi terhadap performa latihan atlet.
Berat badan mempengaruhi kecepatan, daya tahan dan power seorang atlet. Sedangkan,
komposisi tubuh (massa lemak dan massa tubuh bebas lemak) dapat menghasilkan
kekuatan, kelincahan dan penampilan atlet. Kelebihan maupun kekurangan berat badan
akan memberikan dampak negatif terhadap kesehatan atlet. Atlet dengan status gizi kurus
(underweight) menyebabkan :5
 Kerusakan jaringan tubuh
 Penurunan kekuaran, kelenturan dan ketangkasan
 Penurunan daya tahan kardiovaskular
Sedangkan, atlet dengan status gizi gemuk/berlebih (overweight) menyebabkan :5
 Penurunan kemampuan gerakan tubuh secara maksimal
 Kelelahan dini
 Penurunan daya tahan kardiovaskular
Keseimbangan antara IMT dan persentase lemak tubuh perlu dijaga karena hal
tersebut merupakan 2 hal yang saling mempengaruhi penambahan berat badan dan
berhubungan dengan peningkatan proporsi lemak tubuh. Penanganan yang dapat
dilakukan adalah memberikan intervensi berupa edukasi dan konseling. Pada atlet
underweight perlu penambahan asupan sesuai kebutuhan dan disertai aktivitas sangat
diperlukan. Sedangkan untuk atlet overweight perlu dilakukan pengurangan pada
komposisi makan sebanyak 500 kkal/hari dan diiringi dengan peningkatan aktivitas
fisik.2
DAFTAR PUSTAKA
1. Utoro B.F., Dieny F.F. Pengaruh Penerapan Carbohydrate Loading Modifikasi terhadap
Kesegaran Jasmani Atlet Sepak Bola. Jurnal Gizi Indonesia. 2016;4(2):107-119
2. Dieny F.F., Widyastuti N, Fitranti D.Y., Tsani A.F.A. 2019. Gizi Atlet Sepak
Bola.Yogyakarta: Penerbit K-Media.
3. Dieny F.F., Putriana D. Status Hidrasi Sebelum dan Sesudah Latihan Atlet Sepak Bola
Remaja. Jurnal Gizi Indonesia. 2015;3(2):86-93
4. Yusni, Amiruddin. Dampak konsumsi susu kambing terhadap anthropometri, tekanan
darah, kekuatan otot tungkai dan kalsium pada pesepakbola junior. Aceh Nutrition
Journal. 2021;6(1):82-92
5. Maharani A.D., Rahmawati A.Y., Sulistyowati E, Prihatin S. Pengaruh Pemberian Jus
Semangka Kuning (Citrullus lanatus) terhadap Kelelahan Otot Anaerobik pada Atlet
Sepakbola. Jurnal Riset Gizi. 2019;7(1):69-74

Anda mungkin juga menyukai