Anda di halaman 1dari 15

1053

PENGARUH INDEPENDENSI, KEAHLIAN DAN KECERDASAN


TERHADAP PERTIMBANGAN PEMBERIAN OPINI AUDITOR

Berlinda Paramita Kurniasari1


Dyah Ekaari Sekar Jatiningrum2
*Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta1
*Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta 2
*Email: Berlindaparamita@yahoo.co.id

ABSTRACT: This study was conducted to examine the effect of Independence, Expertise and
Intelligence on the Consideration of Providing Auditor Opinions. The object of this research is
the Office of the BPK-RI Representative of DIY Province. In this study the sample was selected
using the purposive sampling method and obtained 45 auditors who were sampled. Data
collection techniques in this study were conducted by distributing questionnaires to respondents.
Hypothesis testing uses multiple regression analysis. The results of the analysis show that not all
variables have an influence on the consideration of giving auditor opinion. This research show
that intellectual intelligence and spiritual intelligence have a positive effect on the consideration
of the auditor's opinion. While independence, expertise and emotional intelligence do not have a
positive influence on the consideration of giving auditor opinion.

Keywords: Independence, Expertise, Intellectual Intelligence, Emotional Intelligence, Spiritual


Intelligence.

1. PENDAHULUAN
Di era globalisasi ini, semakin banyak auditor atau pemeriksa yang tidak dapat menditeksi
adanya penyimpangan dari aktivitas moral seperti praktik-praktik kecurangan pada laporan
keuangan. Laporan keuangan dapat diartikan sebagai informasi keuangan suatu perusahaan yang
dapat digunakan untuk mengukur bagaimana kinerja dan aktivitas ekonomi dari perusahaan atau
pemerintahan dalam periode tertentu (Sukmawati dkk., 2014). Audit diartikan sebagai sebuah
pemeriksaan yang dilakukan dengan kritis dan sistematis oleh pihak yang dianggap independen
terhadap laporan keuangan yang sudah disusun oleh manajemen beserta catatan berupa
pembukuan dengan bukti-bukti yang mendukungnya, dengan maksud supaya dapat memberikan
opini mengenai kewajaran pada laporan keuangan (Agoes, 2004). Opini auditor adalah laporan
terakhir atas audit yang dilakukan. opini tersebut dipandang memiliki harga tinggi dan berharga
karena opini tersebut diberikan oleh pihak-pihak yang independen, professional dan objektif
(Lubis, 2015).
Independensi merupakan sikap yang wajib untuk dimiliki oleh seorang auditor karena
seorang auditor tidak boleh memihak kepada siapapun saat melakukan tugasnya saat melakukan
pemeriksaan pada laporan keuangan dan seorang auditor dapat memberikan opini dengan benar
dan tepat (Halim, 2008). Keahlian seorang auditor sangat memberi pengaruh terhadap pemberian

Seminar Nasional dan The 6th Call for Syariah Paper


Universitas Muhammadiyah Surakarta
1054

opini audit. Standar umum yang pertama digunakan adalah menerapkan persyaratan keahlian
auditor yang berhubungan dengan profesinya.
Menjadi seorang auditor mempunyai tanggung jawab yang berat karena harus bertanggung
jawab kepada instansi pemerintah atau swasta, investor maupun publik. Seorang auditor juga
dituntut untuk independensi, apalagi seorang auditor yang memberi opini atas audit yang
dilakukan. Dalam melakukan pertimbangan pemberian opini auditor dibutuhkan sebuah
kecerdasan. Kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual merupakan tiga cederdasan yang
sangat melekat pada kehidupan manusia. Menurut Barnes dan Huan 1993 (dalam Tamtomo,
2008).
Objek penelitian yang akan digunakan adalah Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia (BPK-RI). Pemilihan BPK untuk dijadikan sebagai objek penelitian dikarenakan BPK
adalah satu-satunya audit eksternal pemerintah, lembaga tertinggi negara bidang pemeriksaan
yang berugas dan berwenang melakukan pemeriksaan terhadap pemerintah dan keuangan negara.
Rumusan Masalah
Masalah penelitian yang akan penulis ajukan dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Apakah independensi berpengaruh positif terhadap pertimbangan pemberian opini auditor?
2. Apakah keahlian berpengaruh positif terhadap pertimbangan pemberian opini auditor?
3. Apakah kecerdasan intelektual berpengaruh positif terhadap pertimbangan pemberian opini
auditor?
4. Apakah kecerdasan emosional berpengaruh positif terhadap pertimbangan pemberian opini
auditor?
5. Apakah kecerdasan spiritual berpengaruh positif terhadap pertimbangan pemberian opini
auditor?

2. KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS


Theory of planned behaviour
Theory of planned behavior (TPB) yang dikemukakan (Ajzen, 1985). TPB didefinisikan
sebagai suatu teori yang menjelaskan tentang faktor-faktor individu saat berperilaku. Teori ini
menjelaskan bawasannya jauh sebelum seorang manusia berperilaku, ada faktor-faktor yang
mempengaruhi timbulnya niat (intention) dan kemudian menjadi perilaku (behavior)
dikemukakan oleh Ajzen (1991) dalam Urumsah dkk (2016). Pada dasarnya teori ini merupakan
fungsi dari tiga dasar determinan. Pertama, terkait dengan sikap dasar seseorang disebut dengan
attitude toward the behavior, subjective norm dan perceived behavioral control.
Opini Auditor
Opini audit merupakan opini yang diberikan oleh auditor tentang kewajaran penyajian
laporan keuangan suatu entitas yang diaudit. Pemberian opini auditor merupakan hal yang sangat
penting karena opini auditor merupakan hasil akhir dari proses audit. Ketepatan pemberian opini
juga berkaitan dengan kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan.
Independensi
Independensi berarti bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung
pada orang lain. Auditor yang independen adalah auditor yang tidak terpengaruh dan tidak

Seminar Nasional dan The 6th Call for Syariah Paper


Universitas Muhammadiyah Surakarta
1055

dipengaruhi oleh berbagai kekuatan yang berasal dari luar diri auditor dalam mempertimbangkan
fakta yang dijumpainya dalam audit dan secara obyektif memberikan pendapat yang jujur dan
berdasarkan fakta yang adan (Mulyadi dan Kanaka, 1998).
Keahlian
Dalam melaksanakan audit untuk sampai pada suatu pernyataan pendapat, auditor harus
senantiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan bidang auditing.
Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan formalnya, yang diperluas melalui
pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam praktik audit. Untuk memenuhi persyaratan sebagai
seorang professional, auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup.
Kecerdasan Intelektual
Kecerdasan dalam arti umum adalah suatu kemampuan umum yang membedakan kualitas
orang yang satu dengan orang yang lain, kecerdasan intelektual lazim disebut dengan inteligensi.
Inteligensi adalah kemampuan kognitif yang dimiliki organisme untuk menyesuaikan diri secara
efektif pada lingkungan yang kompleks dan selalu berubah serta dipengaruhi oleh faktor genetik
(Galton, dalam Fabiola, 2005).
Kecerdasan Emosional
Kecerdasan Emosional Goleman (2000) mendefenisikan kecerdasan emosional sebagai
berikut: “Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan
perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, serta mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri
dan dalam hubungan dengan orang lain”.
Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan
makna dan nilai, yaitu menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang
lebih luas dan kaya, serta menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna
dibandingkan dengan orang lain.
Penurunan Hipotesis
Pengaruh independensi terhadap pertimbangan pemberian opini auditor
Independensi wajib untuk dimiliki oleh seorang auditor karena seorang auditor tidak boleh
memihak kepada siapapun saat melaksanakan tugasnya yaitu melakukan pemeriksaan pada
laporan keuangan. Independensi menurut Swari dan Ramantha (2013) memiliki pengaruh positif
terhadap pertimbangan pemberian opini auditor. Hasil tersebut juga didukung dengan penelitian
yang dilakukan oleh Halim dan Abdul (2016) yang menyatakan bahwa independensi
berpengaruh positif dengan opini auditor. Tetapi bertolak belakang dengan hasil penelitian
Hellena (2015) menunjukkan bahwa independensi auditor tidak memiliki pengaruh secara
langsung pada pemberian opini audit. Maka hipotesis yang dibuat sebagai berikut:
H1: Independensi berpengaruh positif terhadap pertimbangan pemberian opini auditor
Pengaruh keahlian terhadap pertimbangan pemberian opini auditor
Keahlian yang dimiliki seorang auditor dalam melakukan tugasnya saat mengaudit laporan
keuangan menunjukkan tingkat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh seorang auditor.
Menurut Januarti dan Pratiwi (2013) keahlian berpengaruh positif terhadap pemberian opini

Seminar Nasional dan The 6th Call for Syariah Paper


Universitas Muhammadiyah Surakarta
1056

auditor. Hasil penelitian Atmojo (2012) juga menemukan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara keahlian audit dengan pemberian opini auditor. Namun penelitian yang
dilakukan oleh Surfeliya et al. (2014) menyatakan bahwa keahlian audit tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap ketepatan pemberian opini auditor. Berdasarkan penjelasan diatas dan
ketidakkonsistenan penelitian terdahulu maka hipotesis yang dibuat sebagai berikut:
H2: Keahlian berpengaruh positif terhadap pertimbangan pemberian opini auditor
Pengaruh kecerdasan intelektual terhadap pertimbangan pemberian opini auditor
Seorang auditor yang tidak memiliki kecerdasan intelektual tidak akan mampu untuk
mengaplikasikan dan memahami pengetahuan yang ia dapatkan baik dalam bidang akuntansi
ataupun auditing dalam melakukan tugasnya. Menurut beberapa penelitian sebelumnya seperti
yang dilakukan oleh Hellena (2015), Swari dan Ramantha (2013) dan Sukmawati, dll (2014)
menyatakan bahwa kecerdasan intelektual berpengaruh positif terhadap pertimbangan pemberian
opini oleh auditor. Sedangkan menurut Sufnawan (2009) Kecerdasan intelektual secara parsial
tidak memiliki pengaruh terhadap ketepatan pemberian opini auditor. Maka hipotesis yang
diajukan adalah sebagai berikut:
H3: Kecerdasan intelektual berpengaruh positif terhadap pertimbangan pemberian opini auditor
Pengaruh kecerdasan emosional terhadap pertimbangan pemberian opini auditor
Sebagai seorang auditor kecerdasan emosional sangat diperlukan guna membantu seorang
auditor dalam melakukan audit atau pemeriksaan untuk menditeksi kecurangan dan kebenaran
atas laporan keuangan yang diberikan oleh kliennya. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Hellena (2015) menunjukkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh positif terhadap
pertimbangan pemberian opini oleh auditor. Namun penelitian ini tidak sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2014) yang menyatakan bahwa kecerdasan emosional
tidak berpengaruh terhadap kepuasan kerja dan kinerja karyawan. Berdasarkan uraian tersebut
maka hipotesis yang diusulkan adalah sebagai berikut:
H4: Kecerdasan emosional berpengaruh positif terhadap pertimbangan pemberian opini auditor
Pengaruh kecerdasan spiritual terhadap pertimbangan pemberian opini auditor
Seorang auditor yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi maka akan memiliki perilaku
etis yang tinggi juga. Apabila seorang auditor memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi maka
tindakan manipulasi dan skandal pada pemberian opini audit yang dilakukan oleh seorang
auditor tidak akan terjadi. Beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hellena (2015) dan
Swari dan Ramantha (2013) menghasilkan kecerdasan spiritual berpengaruh positif terhadap
pertimbangan dalam pemberian opini oleh auditor. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis
yang diajukan adalah sebagai berikut:
H5: Kecerdasan spiritual berpengaruh positif terhadap pertimbangan pemberian opini auditor
Model Penelitian

Seminar Nasional dan The 6th Call for Syariah Paper


Universitas Muhammadiyah Surakarta
1057

Gambar 2.1
Model Penelitian

3. METODE PENELITIAN
Obyek Dan Subjek Penelitian
Penelitian akan dilakukan di kantor BPK-RI sebagai tempat untuk mengumpulkan data.
Populasi dalam penelitian ini adalah para auditor yang bekerja pada BPK-RI. Sampel dari
penelitian ini adalah auditor yang bekerja di BPK-RI Provinsi DIY.
Jenis Data
Peneliti menggunakan tipe penelitian data kuantitatif. Data kuantitatif yaitu data yang di
input dalam skala pengukuran statistik. Fakta atau fenomena pada data ini dinyatakan dalam
numerik. Peneliti menggunakan data kuantitatif dengan sumber data primer. Data primer adalah
data yang peneliti kumpulkan sendiri.
Teknik Pengambilan Sampel
Teknik dalam pengambilan sampel adalah purposive sampling dengan memilih subyek
berdasarkan kriteria spesifik yang diterapkan peneliti, yaitu: Semua auditor yang tergabung
dalam eksternal, auditor internal dan auditor pemerintah yang berada dalam lingkup Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK-RI) Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta.dan sudah pernah
melakukan pemeriksaan yang tergabung dalam satu tim, minimal tiga kali penugasan.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan metode penelitian survei yang dilakukan dengan
penyebaran angket (kuesioner) kepada responden.
Definisi Oprasional Variabel Penelitian
a. Variabel Independen (X)
Independensi (X1)

Seminar Nasional dan The 6th Call for Syariah Paper


Universitas Muhammadiyah Surakarta
1058

Independensi diukur dengan memakai Sembilan item pertanyaan peneliti sebelumnya


Febriyanti (2014) dengan indikator lama hubungan dengan klien, tekanan dari klien, telaah
dari rekan auditor dan pemberian jasa non audit.
Keahlian (X2)
Pengukuran keahlian dilakukan dengan kuesioner yang diadopsi dari Andrian (2013) dan
Sukendra et al., (2015) berupa tujuh item pertanyaan dengan indikator pengetahuan tentang
standar pemeriksaan yang berlaku, pengetahuan umum tentang lingkungan entitas,
keterampilan berkomunikasi secara jelas dan efektif, kemampuan yang memadai untuk
pemeriksaan yang dilaksanakan, kemahiran profesional dalam melaksanakan tugas, dan
keterampilan dan pengetahuan.
Kecerdasan intelektual (X3)
Untuk mengukur variabel kecerdasan intelektual, peneliti menggunakan instrumen yang
dikembangkan sudah digunakan oleh peneliti terdahulu yaitu Dwijayanti (2009) dengan
indikator memecahakan masalah, intelegensi verbal, dan intelegensi praktis. Setiap responden
diminta untuk menjawab sepuluh pertanyaan yang menyangkut kecerdasan intelektual.
Kecerdasan emosional (X4)
Dalam mengukur variabel kecerdasan emosional terdapat sepuluh pertanyaan yang
diadopsi dari Thinwarul (2014) dengan indikator pengenalan diri, pengendalian diri
(mengelola emosi), motivasi, empati dan keterampilan sosial. Pengukuran dilakukan
menggunakan skala likert.
Kecerdasan spiritual (X5)
Pengukuran kecerdasan spiritual menggunakan kuesioner dengan indikator yang digunakan
adalah mutlak jujur dalam arti berkata benar dan konsisten akan kebenaran, keterbukaan,
pengetahuan diri, fokus pada kontribusi, dan spiritual nondogmatis. Pengukuran variabel
kecerdasan spiritual ini menggunakan kuisioner yang juga diadopsi oleh penelitian Thinwarul
(2014).
b. Variabel Dependen (Y)
Pengukuran pertimbangan pemberian opini auditor dilakukan dengan memberikan
Sembilan pertanyaan lewat kuesioner yang didapat dari Adrian (2013) dengan indikator seberapa
banyak auditor memberikan respon yang benar dari setiap pekerjaan audit, kualitas keputusan
yang diambil, kompleksitas kerja atau tingkat kerumitan pekerjaan, kepatuhan auditor untuk
melaksanakan standar yang telah ditetapkan dan kepatuhan auditor terhadap etika
profesionalnya.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian (Uji Hipotesis)
Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari antar
variabel independen dan dependen independensi (X1), keahlian (X2), kecerdasan intelektual
(X3), kecerdasan emosional (X4) dan kecerdasan spiritual (X5) terhadap pertimbangan

Seminar Nasional dan The 6th Call for Syariah Paper


Universitas Muhammadiyah Surakarta
1059

pemberian opini auditor (Y). Hasil uji regresi berganda diperoleh persamaan sebagai
berikut:
Y = 1.288 + 0,051X1 – 0.026X2 + 0,438X3 + 0,135X4 + 0,280X5 + e
Uji Koefisien Determinasi (R Square Dan Adjusted R)
Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Adjusted Std. Error of Durbin-
Model R R Square
R Square the Estimate Watson
a
1 .842 .709 .672 2.562 2.147
a. Predictors: (Constant), Kecerdasan Spiritual, Keahlian, Independensi,
Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional
b. Dependent Variable: Pertimbangan Pemberian Opini Auditor
Sumber: Output SPSS v.21
Tabel 4.14 di atas menunjukkan bahwa nilai Adjusted R2 sebesar 0,672. Hal ini
berarti 67,2% variasi dari variabel pertimbangan pemberian opini auditor dapat dijelaskan
oleh variasi variabel independen yaitu independensi, keahlian, kecerdasan intelektual,
kecerdsan emosional dan kecerdasan spiritual. Sisanya sebesar 32,8% dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak ada dalam penelitian ini.
Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Uji ini digunakan untuk menunjukkan variabel independen secara parsial
menerangkan variasi dari variabel dependen. Hasil dari pengujian ini bisa dilihat dari nilai
signifikan dan nilai Unstandardized Coefficients B. Jika memiliki nilai sig < 0,05 dapat
dikatakan variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
Tabel 4
Uji Nilai-t

Coefficientsa
Unstandardized Standardized Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Model T Sig.
Std. Tolera
B Beta VIF
Error nce
(Constant) 1.288 4.442 .290 .773
Independensi .051 .116 .048 .439 .663 .636 1.572
Keahlian -.026 .125 -.022 -.212 .834 .719 1.391
Kecerdasan
.438 .142 .473 3.093 .004 .319 3.140
1 Intelektual
Kecerdasan
.135 .158 .132 .856 .397 .313 3.196
Emosional
Kecerdasan
.280 .131 .295 2.137 .039 .391 2.557
Spiritual
a.Variabel Dependen: Pertimbangan Pemberian Opini Auditor
Sumber: Output SPSS v.21

Seminar Nasional dan The 6th Call for Syariah Paper


Universitas Muhammadiyah Surakarta
1060

Berdasarkan tabel 4.16 di atas dapat dilihat bahwa independensi, keahlian dan
kecerdasan emosional tidak berpengaruh positif terhadap pertimbangan pemberian opini
auditor. Sedangkan variabel kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual berpengaruh
positif terhadap pertimbangan pemberian opini auditor. Hasil pengujian hipotesis sebagai
berikut:
a) Uji Hipotesis 1 (H1)
Berdasarkan tabel 4.16 di atas variabel independensi memiliki nilai signifikansi > 0,05
(0,663 > 0,05) dengan nilai koefisien sebesar 0,051. Maka dapat disimpulkan bahwa
independensi berpengaruh negatif terhadap pertimbangan pemberian opini auditor. Hal ini
menunjukkan bahwa hipotesis pertama H1 ditolak.
b) Uji Hipotesis 2 (H2)
Berdasarkan tabel 4.16 di atas variabel independensi memiliki nilai signifikansi > 0,05
(0,834 > 0,05) dengan nilai koefisien sebesar 0,026. Maka dapat disimpulkan bahwa
keahlian berpengaruh negatif terhadap pertimbangan pemberian opini auditor. Hal ini
menunjukkan bahwa hipotesis pertama H2 ditolak.
c) Uji Hipotesis 3 (H3)
Berdasarkan tabel 4.16 di atas variabel kecerdasan intelektual memiliki nilai
signifikansi < 0,05 (0,004 < 0,05) dengan nilai koefisien sebesar 0,438. Maka dapat
disimpulkan bahwa kecerdasan intelektual berpengaruh positif terhadap pertimbangan
pemberian opini auditor. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis pertama H 3 diterima.
d) Uji Hipotesis 4 (H4)
Berdasarkan tabel 4.16 di atas variabel independensi memiliki nilai signifikansi > 0,05
(0,397 > 0,05) dengan nilai koefisien sebesar 0,135. Maka dapat disimpulkan bahwa
kecerdasan emosional berpengaruh negatif terhadap pertimbangan pemberian opini auditor.
Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis pertama H4 ditolak.
e) Uji Hipotesis 5 (H5)
Berdasarkan tabel 4.16 di atas variabel kecerdasan spiritual memiliki nilai signifikansi
< 0,05 (0,039 < 0,05) dengan nilai koefisien sebesar 0,280. Maka dapat disimpulkan bahwa
kecerdasan spiritual berpengaruh positif terhadap pertimbangan pemberian opini auditor.
Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis pertama H5 diterima.
Pembahasan (Interpretasi)
Pengaruh Independensi Terhadap Pertimbangan Pemberian Opini Auditor
Hasil pengujian hipotesis untuk variabel independensi (H1) menunjukkan bahwa
independensi tidak memiliki pengaruh positif terhadap pertimbangan pemberian opini
auditor pada BPK-RI Perwakilan Provinsi DIY, dengan demikian (H1) ditolak. Hal ini bisa
dilihat dari nilai signifikansi > 0,05 (0,663 > 0,05) dengan nilai koefisien sebesar 0,051.
Syarat variabel independen dapat berpengaruh positif terhadap variabel dependen yaitu
memiliki nilai sig < 0,05.
Independensi berarti bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak
tergantung pada orang lain. Auditor yang independen adalah auditor yang tidak

Seminar Nasional dan The 6th Call for Syariah Paper


Universitas Muhammadiyah Surakarta
1061

terpengaruh dan tidak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan yang berasal dari luar diri
auditor dalam mempertimbangkan fakta yang dijumpainya dalam audit dan secara obyektif
memberikan pendapat yang jujur dan berdasarkan fakta yang seperti adanya (Mulyadi dan
Kanaka 1998).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hellena (2015)
yaitu menunjukkan bahwa independensi auditor tidak memiliki pengaruh secara langsung
pada pemberian opini audit. Hasil ini juga didukung oleh hasil penelitian Hery dan
Agustiny (2010) yang menyatakan bahwa independensi tidak berpengaruh terhadap
keputusan pemberian opini auditor dikarnakan ada faktor-faktor lain yang lebih dominan
terhadap keputusan pemberian opini auditor. Jadi dapat disimpulkan bahwa independensi
tidak berpengaruh terhadap pertimbangan pemberian opini auditor dikarenakan opini yang
dihasilkan tidak hanya didasari oleh sikap mental auditor. Tetapi komponen yang paling
penting adalah kepatuhan laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan atau instansi
pemerintah sudah mengikuti prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan standar
akuntansi keuangan yang ada.
Pengaruh Keahlian Terhadap Pertimbangan Pemberian Opini audit
Hasil pengujian hipotesis untuk variabel keahlian (H2) menunjukkan bahwa keahlian
tidak memiliki pengaruh terhadap pertimbangan pemberian opini auditor pada BPK-RI
Perwakilan Provinsi DIY, dengan demikian (H2) ditolak. Hal ini bisa dilihat dari nilai
signifikansi > 0,05 (0,834 > 0,05) dengan nilai koefisien sebesar 0,026. Syarat variabel
independen dapat berpengaruh positif terhadap variabel dependen yaitu memiliki nilai sig
< 0,05.
Menurut Jaafar dan Sumiyati (2005), pengertian keahlian audit meliputi keahlian
mengenai pemeriksaan maupun penguasaan masalah yang diperiksanya ataupun
pengetahuan yang dapat menunjang tugas pemeriksaan. Keahlian tersebut mencakup:
merencanakan pemeriksaan, menyusun Program Kerja Pemeriksaan (PKP), melaksanakan
Program Kerja Pemeriksaan, menyusun Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP), menyusun
Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP), mendistribusikan Laporan Hasil Pemeriksaan,
memonitor Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Siregar (2012) dan
Surfeliya et al. (2014) yang sama-sama menunjukkan bahwa keahlian tidak berpengaruh
positif terhadap pertimbangan pemberian opini auditor. Sabrina & Januarti (2012) yang
menyatakan bahwa keahlian audit tidak berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini.
Jadi dapat disimpulkan bahwa keahlian tidak berpengaruh terhadap pertimbangan
pemberian opini auditor dikarenakan adanya faktor seperti jenjang pendidikan terakhir dan
jabatan pemeriksa pada kantor BPK-RI Perwakilan Provinsi DIY. Pada tabel 4.2 dapat
disimpulkan bahwa pemeriksa dengan jenjang pendidikan terakhir S1 lebih banyak
daripada pemeriksa dengan jenjang pendidikan terakhir S2 dan S3. Jabatan pemeriksa yang
mendominasi adalah pemeriksa muda yaitu sebanyak 31 orang atau 69%. Kedua faktor
tersebut yang mempengaruhi keahlian seorang auditor. Semakin tinggi jenjang pendidikan

Seminar Nasional dan The 6th Call for Syariah Paper


Universitas Muhammadiyah Surakarta
1062

formal yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi kemampuan yang dimiliki, begitu pula
dengan jabatan yang dimiliki. Karena jika semakin tinggi jabatan pasti semakin banyak
pelatihan-pelatihan yang telah diikuti.
Pengaruh Kecerdasan Intelektual Terhadap Pertimbangan Pemberian Opini Auditor
Hasil pengujian hipotesis untuk variabel keahlian (H3) menunjukkan bahwa
kecerdasan intelektual memiliki pengaruh positif terhadap pertimbangan pemberian opini
auditor pada BPK-RI Perwakilan Provinsi DIY, dengan demikian (H3) diterima. Hal ini
bisa dilihat dari nilai signifikansi< 0,05 (0,004 < 0,05) dengan nilai koefisien sebesar
0,438. Syarat variabel independen dapat berpengaruh positif terhadap variabel dependen
yaitu memiliki nilai sig < 0,05.
Kecerdasan intelektul adalah kemampuan kognitif yang dimiliki organisme untuk
menyesuaikan diri secara efektif pada lingkungan yang kompleks dan selalu berubah serta
dipengaruhi oleh faktor genetik (Galton, dalam Fabiola, 2005). Raven memberikan
pengertian yang lain. Ia mendefinisikan kecerdasan intelektual sebagai kapasitas umum
individu yang nampak dalam kemampuan individu untuk menghadapi tuntutan kehidupan
secara rasional (dalam Fabiola,2005).
Penelitian ini menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual mempengaruhi
pertimbangan pemberian opini auditor. Hasil penelitian Sukmawati (2014) dan Choirah
(2013) mengatakan bahwa semakin tinggi kecerdasan intelektual auditor semakin
membantu auditor dalam mendeteksi kekeliruan yang terkandung dalam laporan keuangan
klien yang nantinya akan memengaruhi pertimbangan pemberian opini auditor. Penelitian
tersebut sejalan dengan penelitian ini yang menyatakan bahwa kecerdasan intelektual
berpengaruh terhadap ketepatan opini auditor. Sama halnya dengan penjelasan sebelumnya
memang tidak semua auditor berhak mengeluarkan opini audit namun hingga sampai pada
pernyataan opini tentunya dilakukan pemeriksaan/audit terlebih dahulu kemudian hasil
pemeriksaan tersebut menjadi dasar penentuan opini oleh auditor yang berwenang. Melalui
kecerdasan intelektualnya auditor dapat berpikir rasional untuk mempertimbangkan bukti-
bukti audit guna menilai kesesuaian laporan keuangan klien yang akan menjadi dasar
penentuan opini. Tanpa memiliki kecerdasan intelektual yang memadai auditor tidak akan
mampu memahami dan mengaplikasikan pengetahuan serta keterampilannya baik dalam
bidang akuntansi maupun auditing yang diperolehnya pada pendidikan formal maupun non
formal. Semakin tinggi pengetahuan auditor dalam bidang akuntansi dan bidang auditing
atau dengan kata lain semakin tinggi aspek kognitif yang dimiliki auditor berarti semakin
tinggi pula kecerdasan intelektualnya. Semakin tinggi kecerdasan intelektual auditor
semakin membantu auditor dalam mendeteksi kekeliruan yang terkandung dalam laporan
keuangan klien yang nantinya akan memengaruhi pertimbangan pemberian opini auditor.
Hal ini menunjukan bahwa kecerdasan intelektual sangat dibutuhkan oleh setiap auditor
dalam memberikan opini auditornya disetiap pekerjaan yang dilakukan auditor. Semakin
tinggi kecerdasan intelektual maka semakin tinggi pula pertimbangan pemberian opini

Seminar Nasional dan The 6th Call for Syariah Paper


Universitas Muhammadiyah Surakarta
1063

auditor. Sedangkan menurut Sufnawan (2009) Kecerdasan intelektual secara parsial tidak
memiliki pengaruh terhadap ketepatan pemberian opini auditor.
Perngaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Pertimbangan Pemberian Opini
Auditor
Hasil pengujian hipotesis untuk variabel kecerdasan emosional (H 4) menunjukkan
bahwa kecerdasan emosional tidak memiliki pengaruh positif terhadap pertimbangan
pemberian opini auditor pada BPK-RI Perwakilan Provinsi DIY, dengan demikian (H4)
ditolak. Hal ini bisa dilihat dari nilai signifikansi > 0,05 (0,397 > 0,05) dengan nilai
koefisien sebesar 0,135. Syarat variabel independen dapat berpengaruh positif terhadap
variabel dependen yaitu memiliki nilai sig < 0,05.
Kecerdasan Emosional Goleman (2000) mendefenisikan kecerdasan emosional
sebagai berikut: “Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan diri
sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, serta mengelola emosi dengan
baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain”.
Dari hasil analisis memperlihatkan bahwa kecerdasan emosional tidak berpengaruh
terhadap pertimbangan pemberian opini auditor. Artinya, berapapun nilai kecerdasan
emosional tidak akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya pertimbangan pemberian
opini auditor. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2014)
yang menyatakan bahwa kecerdasan emosional tidak berpengaruh terhadap kepuasan kerja
dan kinerja karyawan. Hasil dari penelitian yang dilakukan Hidayati (2014) adanya
keakraban para peneliti dengan target organisasi dan percakapan dengan karyawan selama
pengumpulan data menunjukkan bahwa kebutuhan tingkat yang lebih rendah tidak
terpuaskan dan kebutuhan lebih tinggi tidak terlihat.
Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa penyebab tidak berpengaruhnya
kecerdasan emosinal terhadap pertimbangan pemberian opini auditor disebabkan oleh
kurangnya perasaan diberdayagunakan dan motivasi antara auditor (beberapa auditor
bekerja tidak berkaitan atau sesuai dengan pengetahuan, keahlian dan ketertarikan mereka).
Penempatan auditor kadang tidak sesuai dengan pendidikan, keahlian atau minat dari
auditor tersebut. Penempatan auditor disetiap seksi atau bagian biasanya dilihat dari
kebutuhan seksi atau bagian tersebut, bukan dilihat dari keahlian maupun minat dari
auditor. Pada penelitian ini memasukkan auditor yang merupakan pejabat struktural
sebagai responden, padahal antara pimpinan dan auditor non pimpinan mempunyai ukuran
kecerdasan emosional dan kinerja yang berbeda. Hal ini juga dapat menjadi salah satu
penyebab tidak adanya pengaruh antara kecerdasan emosional terhadap pertimbangan
pemberian opini auditor. Penyebab lainnya disebabkan oleh struktur organisasi yang diteliti
merupakan organisasi publik, dimana pada organisasi publik pengambilan keputusan
biasanya top-down (dari atas ke bawah). Biasanya keputusan pemberian opini atas hasil
audit di buat oleh tim akuntan sendiri/khusus yang terdiri dari kepala perwakilan, kepala
subauditorat dan ketua-ketua tim pemeriksa.
Pengaruh Kecerdasan Spiritual Terhadap Pertimbangan Pemberian Opini Auditor

Seminar Nasional dan The 6th Call for Syariah Paper


Universitas Muhammadiyah Surakarta
1064

Hasil pengujian hipotesis untuk variabel keahlian (H5) menunjukkan bahwa


kecerdasan spiritual memiliki pengaruh positif terhadap pertimbangan pemberian opini
auditor pada BPK-RI Perwakilan Provinsi DIY, dengan demikian (H5) diterima. Hal ini
bisa dilihat dari nilai signifikansi < 0,05 (0,039 < 0,05) dengan nilai koefisien sebesar
0,280. Syarat variabel independen dapat berpengaruh positif terhadap variabel dependen
yaitu memiliki nilai sig < 0,05.
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan
persoalan makna dan nilai, yaitu menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks
makna yang lebih luas dan kaya, serta menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang
lebih bermakna dibandingkan dengan orang lain. Hasil penelitian pada kantor BPK-RI
Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
kecerdasan spiritual seorang auditor akan semakin memengaruhi pertimbangan pemberian
opini auditor itu sendiri. Sebagaimana yang dikatakan oleh Nggermanto (2002) (dalam
Trihandini, 2010). Hasil penelitian ini mendukung hipotesis kelima (H 5) yang diajukan,
karenanya penelitian ini menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual mempengaruhi
pertimbangan pemberian opini auditor. Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian
Sukmawati (2014) dan Swari (2013) yang menyatakan bahwa kecerdasan spiritual
berpengaruh terhadap pertimbangan pemberian opini auditor opini auditor. Hal ini
menunjukan bahwa kecerdasan spiritual sangat dibutuhkan oleh setiap auditor dalam
memberikan opini auditornya disetiap pekerjaan yang dilakukan auditor. Semakin tinggi
kecerdasan spiritual maka semakin tinggi pula pertimbangan pemberian opini auditor.
Semakin tinggi kecerdasan spiritual seorang auditor semakin mampu ia bertahan dalam
menghadapi kesulitan selama melakukan tugasnya sehingga akan memengaruhi
kesimpulan pemeriksaan yang dituangkan dalam bentuk opini auditor. Seorang yang
mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi merupakan orang yang mempunyai prinsip
dan visi yang kuat, mampu mengelola dan bertahan dalam menghadapi kesulitan.
Demikian halnya pada seorang auditor, untuk dapat sampai pada pernyataan pendapat atau
opini audit tentunya terlebih dahulu harus mengumpulkan bukti-bukti terkait laporan
keuangan yang disajikan klien. Untuk mendapatkan bukti tersebut salah satu cara yang
dapat dilakukan adalah memperoleh informasi terkait dari pihak lain seperti manajemen,
karyawan, dan pihak luar yang terkait secara lisan, serta keterangan tertulis berupa
dokumen. Ada kalanya auditor di dalam mengumpulkan informasi tersebut mengalami
kesulitan-keslitan seperti misalnya adanya pembatasan dari pihak manajemen atau
karyawan maupun pihak lain yang terkait, informasi yang ditutuptutupi atau dokumen yang
tidak dapat ditemukan. Kesulitan tersebut akan dapat di atasi oleh auditor melalui
kecerdasan spiritualnya yang tinggi yang membantu auditor dapat tetap bertahan, mencari
alternatif lain hingga dapat mengumpulkan bukti secara maksimal yang akan memengaruhi
kesimpulan pemeriksaan/audit. Dengan demikian auditor dapat memenuhi tanggung
jawabnya sebagai seorang auditor profesional yang dapat memberikan opini audit yang
sesuai dengan keadaan sebenarnya.

Seminar Nasional dan The 6th Call for Syariah Paper


Universitas Muhammadiyah Surakarta
1065

5. SIMPULAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh independensi, keahlian,
kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap
pertimbangan pemberian opini auditor. Responden yang digunakan dalam penelitian ini
berjumlah 45 auditor yang berkerja di kantor BPK-RI Perwakilan Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Berdasarkan data yang diperoleh dan hasil analisis yang dilakukan pada penelitian
ini, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Independensi berpengaruh negatif terhadap pertimbangan pemberian opini auditor.
2. Keahlian berpengaruh negatif terhadap pertimbangan pemberian opini auditor.
3. Kecerdasan Intelektual berpengaruh positif terhadap pertimbangan pemberian opini
auditor.
4. Kecerdasan Emosional berpengaruh negatif terhadap pertimbangan pemberian opini
auditor.
5. Kecerdasan Spiritual berpengaruh positif terhadap pertimbangan pemberian opini auditor.
Adapun saran yang dapat penulis berikan berkaitan dengan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk penelitian selanjutnya agar dapat meneliti variabel-variabel lain yang
memengaruhi pertimbangan pemberian opini auditor atas laporan keuangan seperti
pemeriksaan interim, kepatuhan terhadap PABU, kekonsistenan dalam penerapan
PABU dan lain-lain.
2. Penelitian ini hanya dilakukan di BPK-RI Perwakilan Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta, untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti untuk cakupan yang
lebih luas.
3. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya peneliti menggunakan metode selain penyebaran
kuesioner agar dapat mengurangi adanya kelemahan terkait internal validity atau
response bias.

6. REFERENSI
[1] Adrian, Arfin. 2013. “Pengaruh Skeptisisme Profeional, Etika, Pengalaman, dan Keahlian Audit Terhadap
Ketepatan Pemberian Opini Oleh Auditor (Studi Empiris Pada BPK RI Perwakilan Provinsi Riau)”. Jurnal
Akuntansi Vol 1, No 3. Universitas Negeri Padang.

[2] Agoes, Sukirno. 2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Akuntan Publik. Jakarta: Lembaga Penerbit
Universitas Indonesia.
[3] Agoes, Sukrisno dan Ardana, I Cenik. 2009. Etika Bisnis dan Profesi : Tantangan Membangun Manusia
Seutuhnya. Jakarta: Salemba Empat.

[4] Ajzen, I. (2010). Constructing A Theory of Planned Behavior Questionnaire. Biofeedback and Selfregulation,
Vol. 17, h. 1–7.

[5] Arens., Elder, dan Beasley. 2008. Auditing dan Jasa Assurance Pendekatan Terintegrasi Jilid 1. Edisi 12.
Jakarta: Erlangga.

Seminar Nasional dan The 6th Call for Syariah Paper


Universitas Muhammadiyah Surakarta
1066

[6] Arie Pangestu Dwijayanti. 2009. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan
Spiritual Dan Kecerdasan Sosial Terhadap Pemahaman Akuntansi. Skripsi Universitas Pembangunan
Nasional “VETERAN”. Jakarta

[7] Borner, S.E 1990. Experience Effect in Auditing: The Role of Task-Specific Knowledge. The Accounting
Review, January: 72-92.

[8] Boynton, William C., dan Jhonson Raymond N, Walter G. Kell. 2003. Modern Auditing Edisi Ketujuh. Erlangga:
Jakarta.

[9] Cooper, Robert dan Ayman Sawaf. (1998). Executive EQ: Kecerdasan Emosional dalam Kepemimpinan

[10] Dwijayanti, Pengestu, A. 2009. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan
Spiritual, dan kecerdasan Sosial terhadap pemahamn akuntansi.. Jakarta. Skripsi Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran”. Tidak Dipublikasikan

[11] Febriyanti, Reni. 2014. Pengaruh Independensi, Due Professional Care dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas
Audit (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Kota Padang dan Pekanbaru. Skripsi Universitas
Negeri Padang Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi.

[12] Gede Sukmawati, Ni Luh, Nyoman Trisna Herawati, dan Ni Kadek Sinarwati, 2014. Jurnal mengenai
Pengaruh Etika Profesi Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual Terhadap
Opini Auditor.

[13] Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivat dengan Program SPSS. Edisi 3. Semarang: BP Undip.

[14] Goleman, D. 2000. Kecerdasan Emosi : Mengapa Emotional Intelligence Lebih Tinggi Daripada IQ, Alih
Bahasa : T. Hermay, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
_______. 2001. Emotional Intelligence Untuk Mencapai Puncak Prestasi, Alih Bahasa : Alex Tri K.W, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

[15] Gusti dan Ali, 2008, Hubungan Skeptisisme Profesional Auditor Dan Situasi Audit, Etika, Pengalaman Serta
Keahlian Audit Dengan Ketepatan Pemberian Opini Auditor Oleh Akuntan Publik, Jurnal Simposium
Nasional Akuntansi Padang, Vol.8.

[16] Halim, Abdul. 2008. Auditing (Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan) Jilid 1. Edisi keempat. Yogyakarta: UPP
AMP YKPN.

[17] Idrus, Muhammad. 2003. Kecerdasan Spiritual Mahasiswa Yogyakarta. Skripsi. Universitas Islam Indonesia.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat.

[18] Isabella. 2011. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual Dan Kecerdasan Intelektual Terhadap
Kinerja Auditor Dalam Kantor Akuntan Publik. Skripsi Sarjana pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

[19] Jaafar, H.T Redwan dan Sumiyati, 2005, Kode Etik dan Standar Audit, Diklat Pembentukan Auditor Terampil,
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP, Jakarta.

[20] Lubis, Arfan Ikhsan. dkk. 2015. Teori Akuntansi. Medan: Madenatera

[21] Nazaruddin, Ietje dan Basuki, Agus Tri.(2015). Analisis Statistik dengan SPSS.Yogyakarta: Danisa Media.

Seminar Nasional dan The 6th Call for Syariah Paper


Universitas Muhammadiyah Surakarta
1067

[22] Pratiwi, Astari Bunga dan Indira Januarti. 2013. Pengaruh Faktor-Faktor Skeptisisme Profesional Auditor
Terhadap Pemberian Opini (Studi Empiris Pada Pemeriksa BPK RI Provinsi Jawa Tengah). Diponegoro
Journal of Accounting, (Online).,Volume 2, Nomor 1, Halaman 1-14
(http://EjournalS1.Undip.Ac.Id/Index.Php/Accounting)

[23] R.A. Fabiola. (2005) Tesis “Analisis Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional dan
Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Karyawan (Studi kasus di hotel Horison Semarang)” Fakultas
Psikologi. Universitas Diponegoro.

[24] Sarijo. 2011. “Pendidikan Islam dari Masa ke Masa (Tinjauan Kebijakan Publik Terhadap Pendidikan Islam di
Indonesia)”. Bogor: Yayasan Ngali Aksara dan Almanar Prees Ciseeng Bogor.

[25] Simamora, Henry. 2004. Auditing I Cetakan pertama, April 2002. Yogyakarta : UPP AMP YKPN

[26] Siregar, Silky Raditya. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertimbangan Opini Auditor Atas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Accounting Analysis Journal, 1(2).

Standar Pemeriksaan keuangan Negara 2007 tentang Indikator Kualitas Audit.

Standar Profesional Akuntan Publik 2011 No. 1 tentang Standar Audit.

[27] Sukendra, I Putu, Gede Adi Yuniarta, dan Anantawikrama Tungga Atmadja. 2015. “Pengaruh Skeptisme
Profesional, Pengalaman Auditor, dan Keahlian Audit terhadap Ketepatan Pemberian Opini oleh Auditor”.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi S1 Universitas Pendidikan Ganesha. Vol.3, no.1.

[28] Surfeliya, F., Andreas, dan Yusralaini. 2014. Pengaruh Skeptisisme Profesional, Kompetensi, Situasi Audit,
Etika, Pengalaman, dan Keahlian Audit Terhadap Ketepatan Pemberian Opini oleh Auditor BPK. JOM
FEKON Vol. 1 No. 2.

[29] Swari dan Ramantha. (2013). Pengaruh Independensi dan Tiga Kecerdasan terhadap Pertimbangan Pemberian
Opini Auditor. E-Journal Akuntansi Universitas Udayana 4.3, hlm. 489-508.

[30] Tamtomo, Susilo Didiek. 2008. Faktor-Faktor Yang Menentukan Opini Audit. Dalam Orbith, 4(3): h:448-452.
Staf Pengajar Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Semarang.
[31] Tinwarul Fathinah. (2012). Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, dan Kecerdasan
Spiritual Terhadap Kinerja Auditor. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

[32] Trihandini, R.A.F.M., 2005. Analisis Pengaruh Kecerdasan Intelektual , Kecerdasan Emosi dan Kecerdasan
Spiritual terhadap Kinerja Karyawan. Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang.

[33] Urumsah, D., Wicaksono, A. P., & Pratama, A. J. P. (2016). Melihat Jauh ke Dalam : Dampak Kecerdasan
Spiritual Terhadap Niat Melakukan Kecurangan. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Vol. 20(1), h. 47–
55.

UUD RI no 34 thn 1954.

[34] Wijayanti, Gersontan Lewi. 2012. “Peran Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan Spiritual Dalam
Meningkatkan Kinerja Auditor”. Dalam Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi Vol 1, No.2

[35] Zohar, D, Marshal, I. 2000. SQ (Spiritual Intelligence) : The Ultimate Intelligence, Blomsburry Publishing,
London
_______, D, Marshal, I. 2001. The Ultimate Intelligence, Mizam Media Utama, Bandung.

Seminar Nasional dan The 6th Call for Syariah Paper


Universitas Muhammadiyah Surakarta

Anda mungkin juga menyukai