Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN


GASTROENTERITIS

A. DEFINISI
Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Diare yerbagi
dua berdasarkan mula dan lamanya, yaitu diare akut dan kronik. (WHO, 1980)
Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal ( lebih dari 3
kali /hari ), serta perubahan dalam isi (lebih dari 200 gr/hari), dan konsistensi feses cair.
(Brunner & Suddarth, 2001)
Diare adalah keadaan di mana seorang individu mengalami atau beresiko
mengalami defekasi sering dengan feses cair, atau feses tidak berbentuk.
(Carpenito, 2001)
Diare diartikan sebagai yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan
frekuensi lebih banyak dari biasnya. (FKUI, 1985)
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau
setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat.
Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam
beberapa jam sampai 7 atau 14 hari. (Kapita selekta kedokteran, 1999)
Diare akut yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling lama 3-5
hari. (Universitas Airlangga, 1994)
Diare merupakan transit cepat makanan melalui usus halus pendek dan dapat
dihubungkan dengan inflamasi, iritasi atau malabsorbsi usus, bisa karena adanya toksin.
(Doengoes, 1999)

1
B. FAKTOR PENYEBAB
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor: (FKUI, 1985)
1. Faktor infeksi
Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada
anak.
a. Inferksi enteral yaitu infeksi saluran pemcernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak.infeksi enteral meliputi:
 Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas.
 Infeksi virus : Enteroviru, Adenovirus, Rotavirus. Astrovirus.
 Infeksi parasit : Cacing ( Ascaris, Trichuris, Oxyuris,
strongyloides ); Protozoa ( Etamoba histolytica, Giardia
lamblia, Trichomonas hominis ); jamur ( Candida
albicans ).
b. Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat
pencernanan.seperti otitis media akut, tonsilo faringitis, bronkopneumoni,
encephalitis dan sebagainya, keadaan ini biasanya terutama terdapat pada bayi
dan anak berumur dibaawh 2 tahun
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida ( intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa ),
monosakarida ( intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa ). Pada bayi dan
anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa ).
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas.

2
C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
1. Gangguguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapt diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meniggi, sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit kedalam rongga ussu. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan akan
merangsang usu untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksik) pada dinding usus akan terjdi
peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya diare
timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Hiperperistaltik
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diare.sebaliknya bila peristaltik usu
menurunakan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula

Patofisiologis Diare Akut. (FKUI, 1985)


1. Masuknya jasad renik yang masih hidup kedalam usus halus setelah berhasil
melewati asam lambung
2. Jasad renik tersebut berkebnag biak ( multiplikasi) didalam usus halus.
3. Oleh jasad renik dekeluarkan toksin( toksin diaregenik )
4. Akibat toksik tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulakan
diare.

Seringnya pasase feses sehingga cairan banyak keluar berdama feses menyebabkan
tubeh kekurangan volume cairan, apalagi jika tidak diimbangi dengan asupan cairan
yang adekuat. Diare yang sebabkan oleh faktor infeksi akan di dahului dengan proses
inflamasi sehingga hipertemi akan mungkin terjadi. Buang air besar yang sering juga
menyebabkan area perianal mengalami ekskoriasi akibat feses diare yang mengandung
enzim yang dapat mengiritasi kulit. (Brunner & Suddarth, 2001)

3
D. TANDA DAN GEJALA (Carpenito, 2001)
 Feses lunak, cair
 Peningkatan frekuensi defekasi
 Kram perut
 Frekuensi bising usus meningkat
 Kemerahan pada anus
 Anoreksia
 Mulut kering Penderita cemas dan gelisah diawali dengan suhu tubuh
meningkat.
 Feses cair atau kehijau-hijauan
 Muntah sebelum atau selama diare.
 Berat badan menurun.

E. KOMPLIKASI DIARE.
Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi
berbagai komplikasi sebagai berikut.
1. Dehidrasi.
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia.
4. Kejang.

F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis utama di arahkan pada pengendalian atau pengobatan
penyakit dasar. Obat-obatan tertentu (mis. Prenison) dapat mengurangi beratnya diare
dan penyakit. (Brunner & Suddarth, 2001)
Untuk diare ringan, cairan oral dengan segera ditingkatkan dan glukosa oral serta
larutan elektrolit dapat diberikan untuk rehidrasi pasien. Cairan peroral berupa cairan
yang berisikan NaCl dan NaHCO3, KCL,dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada
anak diatas umur 6 bulan kadar natrim diatas 90 mEq/L. Formula lengkap sering
disebut oralit. Cairan sederhan yang sering dibuat sendiri (formula tidak lengkap) hanya
mengandung garam dan gula, untuk pengobatan sementara dirumah sebelum dibawa ke

4
rumah sakit atau puskesmas untuk mendapat pengobatan selanjutnya untuk mencegah
dehidrasi lebih jauh.
Terapi cairan intravena mungkin diperlukan untuk hidrasi cepat, khususnya untuk
anak kecil dan lansia. Cairan Parenteral ada beberapa jenis yang diperlukan sesuai
dengan kebutuhan pasien misalnya untuk bayi atau pasien yang MEP. Tetapi
kesemuanya itu bergantung tersedianya cairan setempat. Pada umumnya cairan Ringer
Laktat (RL) selalu tersedia di fasilitas kesehatan dimana saja. Mengenai pemberian
cairan seberapa banyak yang diberikan tergantung dari derajat dehidrasi, yang
diperhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badan.

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan b/d Output berlebih.
Tujuan: Terpenuhinya kebutuhan cairan elektrolit dalam tubuh setelah dilakukan
tindakan 2 x 24 jam dengan kriteria hasil:
- Input dan output cairan elektrolit seimbang.
- Menunjukkan membran mukosa lembab dan turgor jaringan normal.
Intervensi Rasional
 Anjurkan ibu untuk tetap  Zat-zat yang terkandungan
memberikan ASI. dalam ASI sangat baik untuk
bayi.
 Anjurkan orangtua untuk  Untuk mengurangi defekasi
memberikan oralit sedikit-sedikit tapi yang berlebih.
sering.
 Ajarkan orang tua cara membuat  Memenuhi kebutuhan elektrolit
LGG (Larutan Gula Garam). tubuh.

 Kolaborasi dengan tim medis untuk  Memenuhi kebutuhan cairan


memasang infus kristaloid (RL). elektrolit dalam tubuh.
 Monitor tetesan infus/jam.  Memantau input cairan yang
masuk dalam tubuh.
 Anjurkan banyak minum air putih.  Menggantikan cairan yang

5
terbuang.

2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


b/d
Intake makanan yang tidak adekuat
Tujuan: Terpenuhinya kebutuhan nutrisi dalam tubuh setelah dilakukan tindakan
selama 2 x 24 jam dengan kriteria hasil:
- Orang mengerti jenis makanan bagi anak diare.
- Nafsu makan meningkat.
- Pasien menghabiskan 1 porsi makan rumah sakit.
- Berat badan kembali normal.
Intervensi Rasional
 Beri PenKes tentang pentingnya  Memberikan pengetahuan pada
nutrisi bagi anak diare. orang tua,makanan yang harus
dikomsumsi anak diare.
 Anjurkan orangtua untuk tidak  Usus tidak dapat menyerap makanan
memberikan makanan tinggi serat. yang berserat
 Temani pasien/anak saat makan.  Memantau seberapa banyak makanan
yang masuk.
 Kolaborasi dengan tim gizi dalam  Memenuhi asupan gizi dalam tubuh.
pemberian makanan rendah serat.
 Monitor BB  Memantau peningkatan kebutuhan
nutisi dalam tubuh.

3. Hipertermi b/d Proses inflamasi sekunder terhadap infeksi usus.


Tujuan: Rasa nyaman kembali terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan
dengan kriteria hasil:
- Suhu tubuh pasien turun nomal. (36-370C)
- Pasien mengatakan dirinya sudah merasa nyaman
Intervensi Rasional

6
 Anjurkan orangtua untuk  Memberikan respirasi pada kulit.
memberikan pakaian longgar/ tipis.
 Ganti pakaian pasien jika basah.  Memberikn kenyamanan
 Lakukan kompres hangat.  Membuka pori2 untuk melancarkan
sekresi keringat.
 Kolaborasi dengan tim medis untuk  Menurunkan panas.
pemberian antipiretik (paracetamol)

4. Ansietas b/d Eliminasi yang sering dan tidak terkontrol


Tujuan: Pasien menunjukkan tanda-tanda kenyamanan
Intervensi Rasional
 Beri perawatan mulut dan empeng  Untuk memberikan rasa nyaman
untuk bayi
 Dorong kunjungan dan partisipasi  Untuk mencegah stress yang
keluarga dalam perawatan sebanyak berhubungan dengan perpisahan
yang mampu dilakukan keluarga
 Sentuh, gendong, danbicara pada  Untuk menghilangkan rasa nyaman
anak sebanyak mungkin dan menghilangkan rasa nyaman
 Beri sensori dan pengalihan yang  Untuk menibgkatkan pertumbuhan
sesuai dengan tingkat perkembangan dan perkembangan yang optima
anak dan kondisinya.

5. Kerusakan integritas kulit b/d Iritasi karena diare


Tujuan: Kulit area perianal pasien tetap utuh
Intervensi Rasional
 Ganti popok dengan sering.  Untuk menjaga agar kulit tetap
 Bersihkan bokong perlahan-lahan bersih dam kering
dengan sabun lunak, non-alkalin dan  Karena feses diare sangat mengiritasi
air atau celupkan anak dalam bak kulit
untuk pembersihan yang lembut.
 Hindari menggunakan tissu basah  Menyebabkan rasa menyengat

7
yang dijual bebas yang mengandung
alkohol pada kulit yang terekskolrasi.
 Berikan obat anti jamur yang tepat  Untuk infeksi jamur kulit.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8 vol. 2. Jakarta :EGC

Carpenito, L.J. 1998. Buku saku diagnosa keperawatan. Jakarta: EGC

Doengoes, ME. 2000. Rencana asuhan keperawatan pedoman untuk


perencanaan / pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC

FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak Vol. 1. Jakarta: FKUI.


1999. Kapita selekta kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius

Wong, Donna. 2003. Wongs Nursing Care of Infant and Children. St. Louis,
Missosuri: The Mosby Company

Anda mungkin juga menyukai