Disusun Oleh :
AULIA NURHANIVA S
NIM. P1337420219120
TINGKAT 3C
POLITEKNIK KESEHATAN
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penderita stroke menurut Tarwoto
(2007) adalah sebagai berikut:
1. Head CT Scan
Tanpa kontras dapat membedakan stroke iskemik, perdarahan intraserebral dan
perdarahan subarakhnoid. Pemeriksaan ini sudah harus dilakukan sebelum terapi
spesifik diberikan.
2. Elektro Kardografi (EKG) Sangat perlu karena insiden penyakit jantung seperti: atrial
fibrilasi, MCI (myocard infark) cukup tinggi pada pasienpasien stroke.
3. Ultrasonografi Dopller
Dopller ekstra maupun intrakranial dapat menentukan adanya stenosis atau oklusi,
keadaan kolateral atau rekanalisasi. Juga dapat dimintakan pemeriksaan ultrasound
khususnya (echocardiac) misalnya: transthoracic atau transoespagheal jika untuk
mencari sumber thrombus sebagai etiologi stroke.
4. Pemeriksaan Laboratorium
a) Pemeriksaan darah rutin
i. Darah perifer lengkap dan hitung petelet
ii. INR, APTT
iii. Serum elektrolit
iv. Gula darah
v. CRP dan LED
vi. Fungsi hati dan fungsi ginjal
b) Pemeriksaan khusus atau indikasi:
i. Protein C, S, AT III
ii. Cardioplin antibodies
iii. Hemocystein
iv. Vasculitis-screnning (ANA, Lupus AC)
v. CSF
E. Pemeriksaan Khusus
Pada pasien stroke diperlukan pemeriksaan lain seperti tingkat kesadaran,
kekuatan otot, tonus otot, pemeriksaan radiologi, dan laboratorium Rasyid (2008). Pada
pemeriksaan tingkat kesadaran dilakukan pemeriksaan yang dikenal sebagai Glascow
Coma Scale (GCS) untuk mengamati pembukaan kelopak mata, kemampuan bicara, dan
tanggap motorik (gerakan). Pemeriksaan tingkat kesadaran adalah dengan pemeriksaan
yang dikenal sebagai Glascow Coma Skale (GCS) menurut Tarwoto (2007) yaitu sebagai
berikut:
1. Membuka Mata
Membuka spontan : 4
Membuka dengan perintah : 3
Membuka mata dengan rangsang nyeri : 2
Tidak mampu membuka mata : 1
2. Kemampuan Bicara
Orientasi dan pengertian baik : 5
Pembicaraan yang kacau : 4
Pembicaraan yang tidak pantas dan kasar : 3
Dapat bersuara, merintih : 2
Tidak bersuara : 1
3. Tanggapan Motorik
Menanggapi perintah : 6
Reaksi gerakan lokal terhadap rangsang : 5
Reaksi menghindar terhadap rangsang nyeri : 4
Tanggapan fleksi abnormal : 3
Tanggapan ekstensi abnormal : 2
Tidak ada gerakan : 1
4. Sedangkan untuk pemeriksaan kekuatan otot adalah sebagai berikut:
0 : Tidak ada kontraksi otot
1 : Terjadi kontraksi otot tanpa gerakan nyata
2 : Pasien hanya mampu menggeserkan tangan atau kaki
3 : Mampu angkat tangan, tidak mampu menahan gravitasi
4 : Tidak mampu menahan tangan pemeriksa
5 : Kekuatan penuh
F. Komplikasi
Komplikasi stroke menurut Setyanegara (2008) :
1. Komplikasi Dini ( 0- 48 jam pertama)
a) Edema serebri: defisit neurologis cenderung memberat, dapat mengakibatkan
peningkatan tekanan intrakranial, herniasi, dan akhirnya akan menimbulkan
kematian.
b) Infark miokard: penyebab kematian mendadak pada stroke stadium awal.
2. Komplikasi Jangka Pendek (1-14 hari/7-14 hari pertama)
a) Pneumonia: akibat immobilisasi lama.
b) Infark miokard
c) Emboli paru: cenderung terjadi 7-14 hari pasca stroke, seringkali pada saat
penderita mulai mobilisasi.
d) Stroke rekuren: dapat terjadi pada setiap saat.
3. Komplikasi Jangka Panjang
Stroke rekuren, infark miokard, gangguan vaskuler lain: penyakit vaskuler perifer.
Komplikasi yang terjadi pada pasien stroke, yaitu:
a) Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberi oksigenasi.
b) Penurunan darah serebral
c) Embolisme serebral
4. Komplikasi stroke menurut ( Tarwoto, 2007) adalah :
a) Hipertensi
b) Kejang
c) Peningkatan Tekanan Intrakranial (Tik)
d) Kontraktur
e) Tonus Otot Abnormal
f) Malnutrisi
g) Aspirasi
G. Penatalaksanaan
Kemenkes RI, (2017) menyatakan bahwa penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada
penderita stroke non hemoragik yaitu :
1. Penatalaksanaan farmakologi
a. Terapi trombolotik (Tpa, alteplase dalam 3 jam pertama sesudah awitan
gejala). Terapi ini memiliki tujuan untuk melarutkan bekuan, membasmi oklusi
dan memperbaiki sirkulasi darah agar resiko kerusakann otak mampu diminimslisir.
b. Terapi antikoagulan (heparin, warfarin) untuk melindungi patensi pembuluh darah
dan menangkal terbentuknya bekuan selanjutnya pada kasus–kasus penyempitan
pembuluh darah di arteri karotis (stenosis karotis) tingkatan tinggi/penyakit sistem
kardiovaskuler yang baru terdiagnosa.
2. Penatalaksanaan non-farmakologis
a. Endarterektomi karotis atau penghilangan plak lemak dari dinding arteri karotis
b. Pasien perlu diberi edukasi tentang perlunya diit beragam yang rendah lemak untuk
mempertahankan kadar kolesterol dalam darah agar masih berada dalam angka
normal yaitu kurang dari 200 mg/dL
c. Pasien perlu disalurkan dukungan dan motivasi agar mampu memberhentiikan
kebiasaan merokok dan menyedikitkan konsumsi alcohol.
d. Monitor tekanan darah teratur guna memastikan tekanan darah pasien dalam angka
normal dan pasien harus di dorong untuk mempertahankan tekanan darahnya agar
tetap normal.
2. Konsep Asuhan Keperawatan
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas pasien
b. Identitas penanggungjawab
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
b. Keluhan tambahan
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit dahulu
e. Riwayat penyakit keluarga
3. Pola fungsional gordon
a. Kesehatan - persepsi kesehatan
b. Pola nutrisi – metabolic
c. Pola eliminasi
d. Pola aktifitas – latihan
e. Pola istirahat tidur
f. Pola persepsi kognitif
g. Pola konsepsi diri
h. Pola toleransi - stress koping
i. Pola reproduksi seksualitas
j. Pola hubungan peran
k. Pola nilai - keyakinan
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
b. Kesadaran
c. Tanda-tanda vital
d. Head to toe
1) Kepala
2) Rambut
3) Mata
4) Mulut
5) Telinga
6) Leher
7) Thorax – dada
8) Abdomen
9) Ekstremitas atas - bawah
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang meliputi data pemeriksaan laboratorium
6. Terapi
Terapi meliputi infus atau injeksi, obat, alat bantu medis
7. Analisa Data
Analisa data berisi data fokus subjektif dan objektif, etiologi kasus,
dan problem kasus.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan Hipertensi
2. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Gangguan Neuromuskular
3. Hambatan Komunikasi Verbal berhubungan dengan Sulit Bicara
C. INTERVENSI
Dx NOC NIC
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan Monitor neurologi (2620)
selama 2x24 jam diharapkan kesadaran 1. Monitor tingkat kesadaran
pasien membaik dengan criteria hasil : 2. Monitor tanda tanda vital.
3. Posisikan semi fowler.
NOC : Keparahan Hipertensi (2112) 4. Monitor respon klien
terhadap pengobatan
Indikator Awal Tujuan 5. Kolaborasi dengan dokter dalam
Sakit pemberian terapi obat obatan
3 5
kepala neurologis.
Peningkata 6. Hindari kegiatan yang bisa
n tekanan 3 5 meningkatkan tekanan
Peningkata 3 5
n tekanan
darah
diastol
Perubahan
3 5
bicara
Keterangan :
1 : Berat
2 : Besar
3 : Sedang
4 : Ringan
5: Tidak ada
E. EVALUASI
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana mengenai
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Penilaian
dalam keperawatan bertujuan untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan klien secara
optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 2003. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC
Muttaqin, A. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta:
Salemba Medika.
Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa
Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Edisi. 8. Jakarta : EGC; 2001.
Nanda international (2010). Nursing diagnosis; definition and classification 2009 – 2011. EGC,
Jakarta