REVIEW
MK : E.P.H.B.
Prodi : S1 Pend. Kimia
SKOR NILAI :
Disusun Oleh :
Kelompok III
Cindy Roma Riana Harahap 4211131013
Grace Octavia Hutasoit 4211131020
Indah Tripena Panggabean 4212431016
Romian Afrina Simanullang 4211131009
MARET 2022
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang
maha esa sumber segala kekuatan yang telah mencurahkan berkat dan nikmatnya
serta dengan ridha-Nya dapat menyelesaikan tugas Critical Book Report dimana
penulis membandingkan antara 2 buku evaluasi pembelajaran Pengemabangan
Kognitif AUD dan Dasar - Dasar Evaluasi Pendidikan Oleh Arikunto Suharsimi.
Dalam penyelesaian book report ini saya banyak mendapatkan dorongan serta
bimbingan dari berbagai pihak, saya juga menyadari bahwa kelancaran penyusunan
tugas ini tidak lain berkat bantuan semua rekan sehingga kendala dan hambatan dapat
saya hadapi dengan baik.
Oleh karena itu pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terimakasih
kepada mama dan kakak-kakak juga teman - teman yang selalu memberi motivasi
kepada saya. Saya menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penyusun memohon kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
perbaikan pembuatan tugas selanjutnya. Akhir kata, penyusun ucapkan terima kasih
semoga bermanfaat dan dapat menambah wawasan/pengetahuan bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
c) Melatih kemampuan mengekspresikan pendapat dalam memandang buku
yang akan direview
Buku 2
1. Judul : Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan, edisi 2
2. Pengarang : Prof. Dr. Suharsimi Arikunto
3. Editor : Restu Damayanti
4. Penerbit : PT. Bumi Aksara
5. Kota terbit : Jakarta
6. Tahun terbit : 2016
7. Halaman : x, 344 hlm ; 23 cm
8. ISBN : 978-602-217-257-4
2
BAB II
RINGKASAN BUKU
A. BUKU UTAMA
Dalam perkembangan nya harus diberikan stimulasi dengan baik agar berkembang
dengan optimal dalam menjalankan fungsinya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Tanner Dan Santrock (2007:43) bahwa jumlah dan ukuran saraf otak terus bertambah
setidaknya sampai usia remaja. Beberapa penambahan ukuran otak juga disebabkan
oleh myelination, sebuah proses dimana banyak sel otak dan sistem saraf diselimuti
oleh lapisan-lapisan sel lemak yang bersekat-sekat.
Otak merupakan karunia yang diberikan Tuhan kepada setiap makhluknya, dimana
secara genetis struktur otak telah terbentuk sejak lahir tetapi berfungsi nya otak itu
sangat ditentukan oleh cara lingkungan nya berinteraksi dengan anak manusia l. Jika
kita berbica mengenai fungsi otak itu sendiri, maka sungguh istimewa nya manuisa
itu dengan makhluk ciptaan Tuhan yaitu hewan l, sehingga memiliki derajat yang
lebih tinggi dari hewan sebab dikaruniai akal. Dengan menggunakan fungsi otak
itulah akhirnya semua aktivitas manusia dapat dikendalikan dengan baik dan dengan
kemampuan otak itu pula manusia dapat mengenali dan memahami semua gejala
alam didunia ini.
Pada saat usia ini, ratusan miliar neuron nya belum terhubung ke dalam jaringan-
jaringan otak. Oleh karena itu, melalui stimulasi dari lingkungan, koneksi jaringan
3
otak akan terbentuk dan semakin kuat. Ketika masih bayi, melalui interaksi keakraban
dengan orangtua, kerabat dan dengan lingkungan nya yang memberi kasih sayang
kepada anak serta memperkenalkan kepada anak inilah duniam Pada saat itulah
sedang terbentuk jaringan koneksi Neuron yang disebut synap. Apabila synap ini
dalam kehidupan sehari-hari dapat digunakan dalam berulang-ulang maka akan
synaps-synaps itu akan melemah dam akhirnya menghilang dari otak anak.
Anak usia 2 tahun pada umumnya telah bisa berjalan dan berbicara walaupun dengan
kata-kata yang terbatas. Pada masa ini anak mulai memberikan perhatian kepada
aspek kehidupan yang lain. Jika sebelumnya tangan, telinga, dan mulutnya begitu
antusias untuk selalu berusaha menyentuh, melihat, mendengar, mencicipi,
menggoyang, melempar, bahkan membanting benda apapun yang dapat diraihnya.
Semua kesempatan dan pengalaman anak tadi seolah-olah bagaikan banjir data
didalam otak anak.
BAB III
Menjelaskan bahwa kognitif itu sendiri dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
mengerti sesuatu. Artinya mengerti menunjukkan kemampuan untuk menangkap
sifat, arti, keterangan mengenai sesuatu serta mempunyai gambaran yang jelas
terhadap hal tersebut. Perkembangan kognitif sendiri mengacu kepada kemampuan
yang dimiliki seorang anak untuk memahami sesuatu (Maslihah,2005). Sementara itu
didalam KBBI, kognitif diartikan sebagai sesuatu hal yang berhubungan dengan atau
kognisi berdasarkan kepada pengetahuan faktual yang empiris.
4
BAB IV
BAB V
BAB VI
5
agar materi pembelajaran dapat diserap, dipahami, dam dimanfaatkan oleh murid
dengan baik (Ahmadi,2005:52).
BAB VII
Menjelaskan pengertian dan fungsi media pembelajaran AUD bahwa media adalah
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan informasi belajar yang dapat
merangsang pikiran, perhatian, dan minat untuk belajar. Menurut Sujiono dkk
(2005:8,4) terdapat beberapa fungsi dan tujuan penerapan media dalam
pengembangan kognitif anak, yaitu : a) merangsang anak melakukan kegiatan,
pikiran, perasaan, perhatian, dan minat. b) bereksperimen. c) menyelidiki atau
meneliti. d) sebagai alat bantu. e) sebagai peraga untuk memperjelas sesuatu. f)
mengembangkan imajinasi. g) melatih kepekaan berfikir. h) digunakan sebagai alat
permainan. Selanjutnya Aswandi (2007:95) mengemukakan menyatakan fungsi
media pembelajaran didalam proses belajar-mengajar adalah media pembelajaran
yang dapat memperjelas penyajian pesan dam informasi sehingga dapat menimbulkan
motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa.
BAB VIII
6
BAB IX
BAB X
1. Evaluasi penentuan sampai berapa jauh sesuatu berharga, bermutu, atau bernilai
(Winkel,2004:531)
7
B. BUKU PEMBANDING
Bab 1. Pendahuluan
1. Pengertian Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi
2. Penilaian Pendidikan
8
bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, digunakan untuk
membuat keputusan.
3. Mengapa Menilai?
Menurut suharsimi arikunto ada beberapa makna dari proses penilaian antara
lain sebagai berikut:
a. Makna Bagi siswa
b. Makna bagi guru
c. Makna Bagi Sekolah
4. Tujuan atau Fungsi Penilaian
9
Dalam keterangan ini yang di maksud dengan subjek evaluasi adalah
orang yang melakukan pekerjaan evaluasi. Siapa yang dapat di sebut sebagai
subjek evaluasi untuk setiap tes, di tentukan oleh suatu aturan pembagian
tugas atau ketentuan yang berlaku. Ada pandangan lain yang mengatakan
subjek evaluasi adalah siswa, yakni orang yang di evaluasi, dalam hal ini yang
di pandang sebagai objek evaluasi adalah mata pelajarannya. Pandangan lain
mengatakan siswa sebagai objek evaluasi dan guru sebagai subjek evaluasi.
2. Sasaran Evaluasi
a. In Put
· Kemampuan
· Kepribadian
· Sikap
· Intelegensi
b. Transformasi
· Kurikulum/materi
· Metode dan cara penilaian
· Media
· Sistem administrasi
· Pendidik dan anggotahnya.
c. Out Put
10
Bab 3. Prinsip Dan Alat Evaluasi
1. Prinsip Evaluasi
Ada satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya
triangulasi atau hubungan erat tiga komponen, yaitu:
2. Alat Evaluasi
Secara garis besar, maka alat-alat evaluasi yang digunakan dapat digolongkan
menjadi dua macam, yaitu tes dan non tes. Dibawah ini akan dijelaskan secara rinci
macam-macam tes dan non tes.
b. Teknik Tes
11
batasan-batasan Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, maka
dibedakan atas adanya tiga macam tes, yaitu:
a. Tes Diagnostic. Tes Diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan
tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat.
b. Tes Formatif. Dari kata “ form” yang merupakan dasar dari istilah
“ formatif” maka evaluasi formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh
mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu program tertentu.
Dalam kedudukannya seperti ini tes formatif dapat juga dipandang sebagai tes
diagnostik pada akhir pelajaran. Evaluasi formatif mempunyai manfaat baik
bagi siswa, guru, maupun bagi program itu sendiri.
c. Tes Sumatif
Evaluasi sumatif atau tes sumatif merupakan tes yang dilaksanakan setelah
berakhirnya sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar.
12
Bab 4. Masalah Tes
1. Pengertian
Istilah tes berasal dari bahasa Prancis Kuno yaitu “ testum” yang berarti
piring untuk menyisihkan logam mulia. Dalam bahasa Indonesia tes diterjemahkan
sebagai ujian atau percobaan. Menurut Arikunto (2010: 53), tes merupakan alat atau
prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana,
dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.
13
Bab 5 . Validitas
1. Pengertian Validitas
Menurut Suharsimi ada dua jenis validitas yaitu validitas logis dan validitas
empiris. Sementara validitas itu terbagi menjadi beberapa4 yaitu validitas isi,
validitas konstrak, validitas “ ada sekarang” dan validitas predictive.
14
Bab 6. Realibilitas
1. Arti Reabilitas Bagi Sebuah Tes
a. hal yang berhubungan dengan tes itu sendiri, yaitu Panjang tes dan kualitas
butir- butir soalnya.
b. hal yang berhubungan dengan tercoba
c. hal yang berhubungan dengan penyelenggaraan tes
Sekali lagi reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada
subyek yang sama. Untuk mengetahui ketetapan ini pada dasarnya dilihat kesejajaran
hasil. Kriterium yang digunakan untuk mengetahui ketetapan ada yang berada diluar
tes (consistency external) dan pada tes itu sendiri (consistency internal).
Tes parallel atau tes ekuivalen adalah dua buah tes yang mempunyai kesamaan
tujuan, tingkat kesukaran, dan susunan, tetapi butir-butir soalnya berbeda. Dalam
istilah bahasa inggris disebut alternate-forms method (parallel forms). Dengan
metode bentuk parallel ini, dua uah tes yang paralel, misalnya Matematika Seri A
yang akan dicari reliailitasnya dan Seri B di teskan pada sekelompok siswa yang
sama, kemudian hasilnya dikorelasikan. Koefisien korelasi dari kedua hasil tes inilah
yang menunjukan koefisien reliabilitas tes Seri A. jika oefisiennya tinggi maka tes
tersebut sudah reliable dan dapat digunakan sebagai alat pengetes yang terandalkan.
Dalam menggunakan metode paralel ini pengetes harus menyiapkan dua buah tes,
dan masing-masing dicobakan pada kelompok siswa yang sama. Oleh karena itu, ada
orang yang menyebutkan sebagai double tes-daubel-trial method.
15
Metode tes ulang dilakukan orang untuk menghindari penyusunan dua seri tes.
Dalam menggunakan teknik atau metode ini pengetes hanya memiliki satu seri tes
tetapi dicobakan dua kali. Oleh karena tesnya hanya satu dan dicobakan dua kali,
maka metode ini dapat disebut dengan single-test-double-trial method. Kemudian
hasil dari kedua tes tersebut dihitung korelasinya.
Untuk tes yang banyak mengungkap pengetahuan (ingatan) dan pemahaman, cara
ini kurang mengena karena tercoba akan masih ingat akan butir-butir soalnya. Oleh
karena tenggang waktu akan pemberian tes pertama dengan kedua menjadi
permasalahan tersendiri. jika tenggang waktu terlalu sempit, siswa masih banyak
ingat materi. Sebaliknya kalau tenggang waktu terlalu lama, maka faktor-faktor atau
kondisi tes sudah akan berbeda, dan siswa senddiri barangkali sudah mempelajari
sesuatu. Tentu saja faktor-faktor ini akan berpengaruh pula terhadap reliabilitas.
Kelemahan penggunaan metode dua tes dua kali percobaan dan satu tes dua kali
percobaandiatasi dengan metode ketiga ini yaitu metode belah dua. Dalam
menggunakan metode ini pengetes hanya menggunakan sebuah tes yang dicobakan
satu kali. Oleh karena itu, disebut juga single-test-single-trial method. Berbeda
dengan metode pertama dan kedua yang setelah diketemukan koefisien korelasi
langsung ditafsirkan itulah koefisien reliabilitas, maka dengan metode ketiga ini tidak
dapat demikian. Pada waktu membelah dua dan mengkorelasikan dua belahan, baru
diketahui reliabilitas separo tes.
Bab 7 . Taksonomi
1. Arti dan Letak Taksonomi dalam Pendidikan
16
2. Taksonomi Bloom
Taksonomi lain-lainnya:
a. Mc Guire dan Klickmann (1963) telah menyusun taksonomi untuk bidang biologi,
Wood (1968) untuk matematika, Leuis (1965) untuk IPA.
b. Guilford telah menciptakan pola yang menggambarkan struktur intelek dalam bentuk
kubus
c. Gagne dan Merrill menyebutkan ada 8 hierarki tingkah laku, antara lain:
✓ Signal learning
✓ Stimulus-response learning
✓ Chaining
17
✓ Verbal associating
✓ Discrimination learning
✓ Concept learning
✓ Rule learning
✓ Problem solving.
✓ Identify
✓ Name
✓ Describe
✓ Construct
✓ Order
✓ Demonstrate.
18
lomba dan memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan.
Pendidikan merupakan salah satu syarat untuk lebih memajukan pemrintah ini, maka
usahakan pendidikan mulai dari tingkat SD sampai pendidikan di tingkat Universitas.
a) Siapa yang belajar atau yang diharapkan dapat mencapai tujuan atau mencapai
hasil belajar itu?
b) Tingkah laku atau hasil belajar yang bagaimana yang diharapkan dapat dicapai
itu?.
c) Dalam kondisi yang bagaimana hasil belajar itu dapat ditampilkan?
d) Seberapa jauh hasil belajar itu bisa diperoleh.
19
masing-masing TIU dijabarkan menjadi sejumlah TIK yang rumusannya jelas,
khusus, dapat dimengerti, terukur, dan menunjukkan perubahan tingkah laku.
5. Tingkah Laku Akhir
Tingkah laku akhir adalah tingkah laku yang diharapkan setelah peserta didik
mengalami proses belajar. Di sini tingkah laku ini harus menampakkan diri dalam
suatu perbuatan yang dapat diamati dan diukur (observable and measurable).
6. Kata-Kata operasioanal
7. Kondisi Demonstrasi
Dalam menilai, baik tes terstandar maupun tes buatan guru ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan yang berkaitan dengan validitas dan reliabilitas.
a. Aptitude test
b. Achievement tes
20
Istilah “ standar” dalam tes dimaksudkan bahwa semua siswa menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang sama dari sejumlah besar pertanyaan dikerjakan dengan
menggunakan petunjuk yang sama dan dalam batasan waktu yang sama pula. Dengan
demikian maka seolah-olah ada suatu standar atau ukuran sehingga diperoleh suatu
standar penampilan (performance) dan penampilan kelompok lain dapat
dibandingkan dengan penampilan kelompok standar tersebut.
21
2. Langkah-Langkah dalam Penyusunan Tes
3. Komponen-Komponen Tes
• Buku tes,
• Lembar jawaban tes,
• Kunci jawaban tes,
• Pedoman penilaian,
• Tes subyektif. Secara umum soal subyektif adalah pertanyaan yang menuntut peserta
didik menjawab dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan,
membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan
tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri.
• Tes objektif. Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan
secara objektif (Arikunto, 1995 : 165).
a. Bentuk Tes Benar Salah (True-False Test). Tes benar salah adalah bentuk tes yang
mengajukan beberapa pernyataan yang bernilai benar atau salah.
b. Bentuk Pilihan Ganda (Multiple Choice Test). Tes pilihan ganda merupakan
tes yang menggunakan pengertian/ pernyataan yang belum lengkap dan untuk
22
melengkapinya maka kita harus memilih satu dari beberapa kemungkinan
jawaban benar yang telah disiapkan.
c. Menjodohkan (Matching Test). Menjodohkan terdiri atas satu sisi pertanyaan
dan satu sisi jawaban, setiap pertanyaan mempunyai jawaban pada sisi
sebelahnya. Siswa ditugaskan untuk memasangkan atau mencocokkan, sehingga
setiap pertanyaan mempunyai jawaban yang benar.
d. Tes Isian (Complementary Test). Tes isian terdiri dari kalimat yang
dihilangkan (diberi titik-titik).
Pengukuran ranah afktif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif,
karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah, Menerima
(memperhatikan), merespon, menghargai, mengorganisasi, dan karakteristik suatu
nilai.Sedangkan tujuan penilaian afektif adalah :
Fungsi dari tabel spesifikasi ialah untuk menjaga agar tes yang kita susun
tidak menyimpang dari bahan (materi) serta aspek kejiwaan (tingkah laku) yang akan
dicakup dalam tes.
23
Terdapat dua langkah lagi sebagai tindak lanjut sesudah penyususnan tabel
spesifikasi untuk memperoleh seperangkat soal tes yaitu:
a. Menentukan bentuk soal. Ada dua hal yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan bentuk soal yaitu waktu yang tersedia dan sifat materi yang diteskan.
b. Menuliskan soal-soal. Langkah terakhir dalam penyusunan tes adalah penulisan soal-
soal tes (item writing). Langkah ini merupakan langkah penting karena kegagalan
dalam hal ini dapat berakibat fatal. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
menuliskan soal-soal tes yaitu:
Analisis butir soal yang dalam bahasa inggris disebut item analiysis dilakukan
terhadap empirik.Maksudnya, analisis itu baru dapat dilakukan apabila suatu tes telah
dilaksanakan dan hasil jawaban terhadap butir-butir soal telah kita peroleh. Untuk
24
mengetahui kapan soal dikatakan baik, kurang baik, dan soal yang jelek sangat
berhubungan dengan analisis soal, yaitu taraf kesukaran, daya pembeda, dan pola
jawaban soal.
a) Taraf Kesukaran
b) Daya Pembeda.
2. Jenis penilaian
Kuis, pertanyaan lisan, ulangan harian, tugas individu, tugas kelompok, ujian
praktik, portfolio
25
Bab 15. Menskor Dan Menilai
1. Menskor
• Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk betul-salah.
• Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk pilihan ganda (multiple
choice)
• Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk jawab singkat (sort
answer test)
• Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk menjodohkan (matching)
• Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk uraian (essay test)
• Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tugas.
27
2. Perbedaan Antara Skor dan Nilai
Perbedaan antara skor yang diperoleh dengan skor yang sebenarnya, disebut
dengan istilah kesalahan dalam pengukuran atau kesalahan skor, atau dibalik skor
kesalahan. Hubungan antara ketiga macam skor tersebut adalah sebagai berikut: Skor
yang diperoleh = skor sebenarnya = skor kesalahan
(1) Pemberian skor terhadap siswa, didasarkan atas pencapaian siswa terhadap tujuan
yang ditentukan.
(2) Nilai diperoleh dengan mencari skor rata-rata langsung dari skor asal (skor mentah).
Contoh :
✓ dari ulangan ke-1, memperoleh skor 60 (mencapai 60 % tujuan)
(1) pemberian skor terhadap siswa juga didasakan atas pencapaian siswa terhadap
tujuan yang ditentukan
28
Bab 16. Mengolah Nilai
1. Beberapa Skala Penilaian
a. Skala Bebas
b. Skala 1-10
c. Skala 1-100
d. Skala huruf
2. Distribusi Nilai
3. Standar Nilai
a. Nilai standar berskala Sembilan (stannine), yaitu rentangan atau skala nilai yang
bergerak mulai dari 1 sampai dengan 9,[7] seperti berikut ini:
Staines Interpretasi
9 (4%) Tinggi (4%)
8 (7%) Diatas rata-rata (19%)
7 (12%)
6 (17%) Rata-rata (54%)
5 (20%)
4 (17%)
3 (12%) Dibawah rata-rata (19%)
2 (7%)
1 (4%) Rendah (4%)
29
b. Nilai standar berskala sebelas (standar eleven/ stanel= eleven points scale), yaitu
skala nilai yang bergerak mulai dari nilai 0 sampai dengan nilai 10,[9] yang
dikembangkan oleh Fakultas Ilmu Pendidikan UGM disesuaikan dengan system
penilaian di Indonesia. Dengan stanel ini, system penilaian membagi skala menjadi
11 golongan, yaitu angka-angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, yang satu sama lain
berjarak sama. Tiap-tiap angka menempati jarak antara
c. Standar sepuluh. Didalam Buku Pedoman Penilaian (Buku III B Seri Kurikulum
SMA Tahun 1975) ditentukan bahwa untuk mengolah hasil tes, digunakan standar
relative, dengan nilai berskala 1 – 10. Untuk mengubah skor menjadi nilai,
diperlukan dahulu:
Tahap-tahap yang dilalui dalam mengubah skor mentah menjadi nilai berskala 1 – 10
adalah sebagai berikut:
30
Bab 17 . Kedudukan Siswa Dalam Kelompok
1. Pengertian
• Dengan rangking sederhana( simple rank) adalah urutan yang menunjukkan letak
atau kedudukan seseorang dalam kelompoknya dan dinyatakan dengan nomor
atau angka biasa.
• Dengan rangking presentase (percentile rank) adalah kedudukan seseorang dalam
kelompok, yang menunjukkan banyaknya persentase yang berada di bawahnya
• Standar Deviasi adalah penentuan kedudukan dengan membagi kelas atas
kelompok-kelompok. Tiap kelompok dibatasi oleh suatu standar deviasi tertentu.
• Standard score atau z-score adalah angka yang menunjukkan perbandingan
perbedaan score seseorang dari mean dengan standar deviasinya untuk
menentukan z-score,
31
Bab 18 . Mencari Nilai Akhir
1. Fungsi Nilai Akhir
a. Untuk memperoleh nilai akhir, perlu diperhitungkan nilai tes formatif dan
tes sumatif.
b. Nilai akhir diperoleh dari nilai tugas, nilai ulangan harian, dan nilai
ulangan umum dengan bobot 2,3,dan 5.
c. Nilai akhir untuk STTB diperoleh dari rata-rata nilai ulangan harian
(diberi bobot satu) dan nilai EBTA (diberi bobot dua), kemudian dibagi
3.
32
Bab 19 . Membuat Laporan
1. Pentingnya Laporan
Laporan biasanya dibuat oleh seorang guru dibuat pada akhir semester,
dibuatnya laporan ini diperlukan untuk mengetahui hasil akhir dari apa yang
dilakukan oleh siswa-siswi serta diperlukan agar guru dapat mengetahui
tingkat keberhasilannya dalam mengajar sudah berhasil atau belum jika belum
maka guru akan meninjau kembali metodenya dalam mengajar.Secara
sistematis dapat dikemukakan disini bahwa laporan tentang siswa bermanfaat
bagi beberapa pihak yaitu sebagai berikut:
a) Siswa sendiri, secara alamiah setiap orang selalu ingin tahu akibat
dari apa yang telah mereka lakukan, dengan mengetahui hasil
yang positif dari perbuatannya, maka pengetahuan yang diperoleh
akan dikuatkan dan jika siswa mendapat informasi bahwa
jawwabannya salah, maka lain kali ia tidak akan menjawab
seperti itu lagi.
b) Guru yang mengajar akan mengetahui catatan laporan kemajuan
siswa.
c) Guru lain, maka guru yang akan mengganti mengajar akan tahu
bagaimana meladeni atau memperlakukan siswa.
d) Petugas lain disekolah.
e) Orang tua akan mengetahui kemajuan anak dari hari ke hari.
f) Pemakai lulusan, laporan pendidikan menunjukkan bahwa
seseorang telah memiliki pengetahuan dan ketrampilan tertentu.
Digunakan untuk mencari pekerjaan dan mencari kelanjutan
studi.
✓ Lulus-belum lulus.
✓ Nilai siswa.
33
Bab 20. Evaluasi Program Pengajaran
1. Apakah Evaluasi Program Itu?
Pentingnya evaluasi progam yaitu agar guru mengetahui betul apa yang terjadi
di dalam proses belajar-mengajar, guru berkepentingan atas kualitas pengajaran.
Untuk memperbaiki proses pengajaran yang akan dilaksanakan lain waktu, guru perlu
mengetahui seberapa tinggi tingkat pencapaian dari tugas yang telah dikerjakan
selama kurun waktu tertentu.
➢ Input ( masukan )
➢ Guru.
➢ Lingkungan manusia.
34
BAB III
PEMBAHASAN
Kelemahan dan Kelebihan Buku
Kelemahan buku utama :
• Materi yang diberikan sangat sederhana diband buku pembanding buku pembanding
• Isi buku tersebut hanya melulu berisi tulisan, dan beberapa table serta rumus untuk
penjelasan materi yang lebih detail.
• Buku tersebut tidak mencantumkan gambar – gambar yang mendukung penjelasan
• Cover buku cukup elegan, namun bagi sebahagian orang menganggap bahwa buku ini
memiliki cover yang buram.
• Tidak ada nya rangkuman setiap bab
• Menjelaskan dengan judul besar dan tidak bertele-tele dalam menjelaskan materinya.
• Memiliki konten yang efektif dalam menjelaskan tiap-tiap materi di sub judulnya
• Terdapat banyak materi-materi pembelajaran kognitif AUD yang dikemas secara
menarik baik melalui kegiatan sehari-hari dan dari lingkungan sekitar.
• Memaparkan tabel dan gambar sebagai penambah keterangan.
• Cover nya cocok dengan materi yang dibahas yaitu dasar – dasar evaluasi
Pendidikan.
• Penulis menyampaikan materi dengan bahsa yang sangat ringan dan terstruktur,
sangat cocok untuk pemula,
• Materi pada buku tersebut cukup menjelaskan materi evaluasi pembelajaran secara
universal
• Menurut saya buku ini sangat bagus dan cocok untuk di pelajari atau menjadi bahan
ajar karena di dalam buku ini di jelaskan bagaimana buku ini ditulis dengan bahasa
yang cukup ringan, mudah dipahami, dan komunikatif sehingga buku ini mudah
dimengerti oleh para pembaca.
• Tata cara penulisan buku ini sangat rapi
35
• Soal yang diberikan sangat baik, karena lebih membuat pembaca untuk berpikir
secara kritis
36
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tolak ukur hasil Pendidikan dapat diketahui dengan adanya evaluasi. Evaluasi
Pendidikan sering diartikan sebagai pengukuran atau penilaian hasil belajar mengajar,
padahal antara keduanya punya arti berbeda meskipun saling berhubungan.
Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan sat ukuran (kuantittatif),
sedangkan menilai berarti mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan
ukuran baik buruk (kualitatif). Adapun evaluasi meliputi keduanya.
B. Saran
Tidak ada saran untuk penulisan bukunya, hanya saja bagi para mahasiswa
dan calon guru kedepannya lebih baik untuk banyak membaca buku evaluasi
diantaranya dua buku yang kami kritik ini, wajib untuk mengetahui keadaan dan
kebutuhan siswa sehingga nantinya akan lebih mudah penyampaian materi
pembelajarannya. RPP sendiri termasuk perencaan di awal, dan assasmen kelas
dilakukan di akhir sebagai evaluasi.
37
DAFTAR PUSTAKA
Gartini, Pipit dan Dodo Suhendar (2017). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta : Esensi
Erlangga Group.
Khodijah (2016). Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini. Medan : Perdana Mulya
Sarana.
978-602-6970-78-7
38