Anda di halaman 1dari 41

CRITICAL BOOK

REVIEW
MK : E.P.H.B.
Prodi : S1 Pend. Kimia

SKOR NILAI :

Pengembangan Kognitif AUD


&
Dasar - Dasar Evaluasi Pendidikan Oleh Arikunto Suharsimi

Disusun Oleh :

Kelompok III
Cindy Roma Riana Harahap 4211131013
Grace Octavia Hutasoit 4211131020
Indah Tripena Panggabean 4212431016
Romian Afrina Simanullang 4211131009

Dosen Pengampu : Gulmah Sugiharti M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA 21 B


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MARET 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang
maha esa sumber segala kekuatan yang telah mencurahkan berkat dan nikmatnya
serta dengan ridha-Nya dapat menyelesaikan tugas Critical Book Report dimana
penulis membandingkan antara 2 buku evaluasi pembelajaran Pengemabangan
Kognitif AUD dan Dasar - Dasar Evaluasi Pendidikan Oleh Arikunto Suharsimi.

Dalam penyelesaian book report ini saya banyak mendapatkan dorongan serta
bimbingan dari berbagai pihak, saya juga menyadari bahwa kelancaran penyusunan
tugas ini tidak lain berkat bantuan semua rekan sehingga kendala dan hambatan dapat
saya hadapi dengan baik.

Oleh karena itu pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terimakasih
kepada mama dan kakak-kakak juga teman - teman yang selalu memberi motivasi
kepada saya. Saya menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penyusun memohon kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
perbaikan pembuatan tugas selanjutnya. Akhir kata, penyusun ucapkan terima kasih
semoga bermanfaat dan dapat menambah wawasan/pengetahuan bagi pembaca.

Medan, 10 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Rasionalisasi Pentingnya Critical Book Review (CBR) .................................... 1
B. Tujuan Penulisan Critical Book Review (CBR) ................................................. 1
C. Manfaat Critical Book Review (CBR)................................................................ 1
D. Identitas Buku yang Direview............................................................................ 2
BAB II ........................................................................................................................... 3
RINGKASAN BUKU ................................................................................................... 3
A. BUKU UTAMA ................................................................................................. 3
B. BUKU PEMBANDING ..................................................................................... 8
BAB III ....................................................................................................................... 35
PEMBAHASAN ......................................................................................................... 35
Kelemahan dan Kelebihan Buku ............................................................................. 35
BAB IV ....................................................................................................................... 37
PENUTUP ................................................................................................................... 37
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 37
B. Saran ................................................................................................................. 37
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 38

ii
1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya Critical Book Review (CBR)


Critical Book Review (CBR) secara singkat dapat diartikan sebagai
evaluasi terhadap suatu buku atau artikel yang akan direview. CBR bukan hanya
merupakan laporan atau tulisan tentang isi suatu buku atau artikel, tetapi lebih kepada
evaluasi, seperti mengulas atau mereview, menginterpretasi serta menganalisis dan
bukan merupakan pembuktian benar atau salah suatu artikel atau buku. CBR bukan
sekedar laporan atau tulisan tentang isi sebuah buku atau artikel, tetapi lebih
menitikberatkan pada evaluasi (penjelasan, interpretasi dan analisis)
mengenai keunggulan dan kelemahan buku atau artikel tersebut, apa yang menarik
dari artikel tersebut, bagaimana isi artikel tersebut bisa mempengaruhi cara berpikir
pembaca dan menambah pemahaman pembaca terhadap suatu bidang kajian tertentu.
Dengan kata lain, melalui CBR pembaca (reviewer) menguji pikiran
pengarang/penulis berdasarkan sudut pandang pembaca berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Selain itu, dengan adanya Critical Book
Review (CBR) ini dapat mengasah kemampuan menulis sebuah karya ilmiah
akademik yang merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa.
Penulisan karya ilmiah memiliki peranan dan kedudukan yang sangat penting dan
merupakan bagian dari tuntutan formal akademik.

B. Tujuan Penulisan Critical Book Review (CBR)


a) Untuk penyelesaian tugas dari mata kuliah Strategi belajar mengajar
b) Menambah kemampuan berpikir sistematis dan kritis
c) Meningkatkan budaya membaca
d) Menguatkan kemampuan berfikir logis

C. Manfaat Critical Book Review (CBR)


a) Melatih mahasiswa untuk berpikir kritis
b) Melatih kemampuan untuk menulis karya ilmiah

1
c) Melatih kemampuan mengekspresikan pendapat dalam memandang buku
yang akan direview

D. Identitas Buku yang Direview


Buku 1

1. Judul : Pengembangan Kognitif AUD


2. Pengarang : Dr. Hj. Khodijah M.Ag
3. Edisi : Cetakan Pertama
4. Penerbit : Perdana Mulya Sarana
5. Kota terbit : Medan
6. Tahun terbit : 2016
7. ISBN : 975-602-6970-78-7

Buku 2
1. Judul : Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan, edisi 2
2. Pengarang : Prof. Dr. Suharsimi Arikunto
3. Editor : Restu Damayanti
4. Penerbit : PT. Bumi Aksara
5. Kota terbit : Jakarta
6. Tahun terbit : 2016
7. Halaman : x, 344 hlm ; 23 cm
8. ISBN : 978-602-217-257-4

2
BAB II
RINGKASAN BUKU
A. BUKU UTAMA

PERKEMBANGAN OTAK ANAK USIA DINI

A. Hakikat Otak AUD

1. Sel Darah Otak

Dalam perkembangan nya harus diberikan stimulasi dengan baik agar berkembang
dengan optimal dalam menjalankan fungsinya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Tanner Dan Santrock (2007:43) bahwa jumlah dan ukuran saraf otak terus bertambah
setidaknya sampai usia remaja. Beberapa penambahan ukuran otak juga disebabkan
oleh myelination, sebuah proses dimana banyak sel otak dan sistem saraf diselimuti
oleh lapisan-lapisan sel lemak yang bersekat-sekat.

2. Fungsi Otak AUD

Otak merupakan karunia yang diberikan Tuhan kepada setiap makhluknya, dimana
secara genetis struktur otak telah terbentuk sejak lahir tetapi berfungsi nya otak itu
sangat ditentukan oleh cara lingkungan nya berinteraksi dengan anak manusia l. Jika
kita berbica mengenai fungsi otak itu sendiri, maka sungguh istimewa nya manuisa
itu dengan makhluk ciptaan Tuhan yaitu hewan l, sehingga memiliki derajat yang
lebih tinggi dari hewan sebab dikaruniai akal. Dengan menggunakan fungsi otak
itulah akhirnya semua aktivitas manusia dapat dikendalikan dengan baik dan dengan
kemampuan otak itu pula manusia dapat mengenali dan memahami semua gejala
alam didunia ini.

1. Perkembangan otak anak umur 0-2 tahun

Pada saat usia ini, ratusan miliar neuron nya belum terhubung ke dalam jaringan-
jaringan otak. Oleh karena itu, melalui stimulasi dari lingkungan, koneksi jaringan

3
otak akan terbentuk dan semakin kuat. Ketika masih bayi, melalui interaksi keakraban
dengan orangtua, kerabat dan dengan lingkungan nya yang memberi kasih sayang
kepada anak serta memperkenalkan kepada anak inilah duniam Pada saat itulah
sedang terbentuk jaringan koneksi Neuron yang disebut synap. Apabila synap ini
dalam kehidupan sehari-hari dapat digunakan dalam berulang-ulang maka akan
synaps-synaps itu akan melemah dam akhirnya menghilang dari otak anak.

2. Perkembangan otak anak 2-3 tahun

Anak usia 2 tahun pada umumnya telah bisa berjalan dan berbicara walaupun dengan
kata-kata yang terbatas. Pada masa ini anak mulai memberikan perhatian kepada
aspek kehidupan yang lain. Jika sebelumnya tangan, telinga, dan mulutnya begitu
antusias untuk selalu berusaha menyentuh, melihat, mendengar, mencicipi,
menggoyang, melempar, bahkan membanting benda apapun yang dapat diraihnya.
Semua kesempatan dan pengalaman anak tadi seolah-olah bagaikan banjir data
didalam otak anak.

BAB III

PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI

Menjelaskan bahwa kognitif itu sendiri dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
mengerti sesuatu. Artinya mengerti menunjukkan kemampuan untuk menangkap
sifat, arti, keterangan mengenai sesuatu serta mempunyai gambaran yang jelas
terhadap hal tersebut. Perkembangan kognitif sendiri mengacu kepada kemampuan
yang dimiliki seorang anak untuk memahami sesuatu (Maslihah,2005). Sementara itu
didalam KBBI, kognitif diartikan sebagai sesuatu hal yang berhubungan dengan atau
kognisi berdasarkan kepada pengetahuan faktual yang empiris.

4
BAB IV

BIDANG PENGEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI

Menjelaskan pengembangan kognitif AUD diarahkan pada pengembangan


Audiotory, visual, taksil, kinestik, aritmatika, geometri, dan sains.

BAB V

TEORI-TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI

Menjelaskan teori perkembangan disebut teori revolusi sosio-kultural. Hasil risetnya


banyak digunakan dalam pengembangan pendidikan bagi AUD. Seperti eksperimen
nya tentang eksplorasi pemikiran anak-anak sebagai berikut : "Disebuah eksperimen
Vygotsky menginstruksikan anak-anak dan orang dewasa untuk merespon dengan
cara yang berbeda ketika mereka melihat warna gang berbeda. Dia menyuruh mereka
mengangkat jari jika melihat warna merah, menekan tombol jika melihat warna hijau,
dan seterusnya untuk warna-warna yang lain. Terkadang dia membuat tugas yang
sederhana, terkadang membuat nya sulit dan dititik tertentu, ia menawarkan bantuan
memori ini. Didalam eksperimen eksperimen tersebut, anak-anak yang paling muda
berkisar 4-8 tahun bertindak seolah-olah mereka bisa mengingat suatu hal. Entah
tugas ini sederhana atau sulit, mereka segera melakukan nya setelah mendengar
instruksi-instruksi tersebut.

BAB VI

METODE-METODE PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI

Menjelaskan menurut Abdulrahman Ginting (2008:42) metode pembelajaran dapat


diartikan cara atau pola yang khas dalam memanfaatkan berbagai prinsip dasar
pendidikan serta berbagai teknik serta sumberdaya terkait lainnya agar terjadi proses
pembelajaran pada diri pembelajar. Dengan kata lain metode perkembangan adalah
teknik penyajian yang dikuasai oleh seorang guru untuk menyajikan materi
pembelajaran kepada murid didalam kelas baik secara individual maupun kelompok

5
agar materi pembelajaran dapat diserap, dipahami, dam dimanfaatkan oleh murid
dengan baik (Ahmadi,2005:52).

BAB VII

MEDIA PENGEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI

Menjelaskan pengertian dan fungsi media pembelajaran AUD bahwa media adalah
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan informasi belajar yang dapat
merangsang pikiran, perhatian, dan minat untuk belajar. Menurut Sujiono dkk
(2005:8,4) terdapat beberapa fungsi dan tujuan penerapan media dalam
pengembangan kognitif anak, yaitu : a) merangsang anak melakukan kegiatan,
pikiran, perasaan, perhatian, dan minat. b) bereksperimen. c) menyelidiki atau
meneliti. d) sebagai alat bantu. e) sebagai peraga untuk memperjelas sesuatu. f)
mengembangkan imajinasi. g) melatih kepekaan berfikir. h) digunakan sebagai alat
permainan. Selanjutnya Aswandi (2007:95) mengemukakan menyatakan fungsi
media pembelajaran didalam proses belajar-mengajar adalah media pembelajaran
yang dapat memperjelas penyajian pesan dam informasi sehingga dapat menimbulkan
motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa.

BAB VIII

MODEL TAKSONOMI BLOOM RANAH KOGNITIF

Menjelaskan taksonomi Bloom (ranah kognitif) Ranah kognitif adalah yang


kemampuan yang merupakan hasil kerja otak. Bloom (1956) membagi ranah kognitif
menjadi 6 tingkatan kemampuan yang tersusun secara hierarkis mulai dari
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Artinya,
keenam tingkatan ini mulai dari C1, C2, C3, C4, C5, dan C6 merupakan jenjang
kemampuan mulai dari yang rendah sampai yang paling tinggi.

6
BAB IX

HAKIKAT DAN KONSEP PERMAINAN MATEMATIKA DAN SAINS PADA


ANAK USIA DINI

Konsep matematika ditemukan setiap hari melalui pengalaman bermainnya. Misalnya


saat membagikan kue kepada setiap temannya, menuang air dari satu wadah kewadah
yang lain, mengumpulkan manik-manik besar dalam satu wadah dan manik-manik
kecil dalam wadah lainnya, atau bertepuk tangan mengikuti pola irama.

BAB X

EVALUASI PEMBELAJARAN KOGNITIF ANAK USIA DINI

Menjelaskan beberapa definisi evaluasi sebagai berikut :

1. Evaluasi penentuan sampai berapa jauh sesuatu berharga, bermutu, atau bernilai
(Winkel,2004:531)

2. Evaluasi merupakan proses untuk mengetahui apakah suatu kegiatan, proses


kegiatan, dan keluaran kegiatan telah mencapai tujuan atau kriteria yang ditentukan.

7
B. BUKU PEMBANDING
Bab 1. Pendahuluan
1. Pengertian Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi

Menurut Prof. Dr. Suharsimi Arikunto dalam bukunya dasar-dasar evaluasi


pendidikan, yang menyatakan : kita tidak dapat mengadakan penilain sebelum kita
mengadakan pengukuran.

• Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran


bersifat kuantitatif.
• Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran
baik dan buruk. Penilaian bersifat kuantitatif.
• Mengadakan Evaluasi meliputi kedua langkah diatas, yakni mengukur dan
menilai

Jadi evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang


bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan
alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan, yang dimaksudkan untuk
membantu para guru dalam pengambil keputusan dalam usaha menjawab pertanyaan
atau permasalahan yang ada. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah
menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk
menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan

2. Penilaian Pendidikan

Dalam pendidikan, ada awalnya pengertian evaluasi pendidikan selalu


dikaitkan dengan prestasi belajar siswa. Definisi yang pertama dikembangkan
oleh Ralph Tyler (1950). Ahli ini mengatakan bahwa evaluasi merupakan
sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal
apa, dan bagian mana tujuan tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum dan
apa sebabnya. Definisi ini diperluaskan oleh dua ahli lain, yakni Cronbach
dan Stufflebeam. Tambahan definisi tersebut adalah bahwa proses evaluasi

8
bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, digunakan untuk
membuat keputusan.

3. Mengapa Menilai?

Menurut suharsimi arikunto ada beberapa makna dari proses penilaian antara
lain sebagai berikut:
a. Makna Bagi siswa
b. Makna bagi guru
c. Makna Bagi Sekolah
4. Tujuan atau Fungsi Penilaian

Dengan diketahuinya makna dari penilaian, maka dapat dikatakan bahwa


fungsi penilaian adalah sebagai berikut:

• Penilaian berfungsi selektif.


• Penilaian berfungsi diagnostik.
• Penilaian berfungsi sebagai penempatan
• Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan.

5. Ciri-Ciri Penilaian dalam Pendidikan

Untuk dapat menentukan kepandaian seseorang, bukan kepandaian yang


diukur. Namun kita dapat melihat dari gejala-gejala yang tampak atau memancar dari
kepandaianya. Salah satu contohnya adalah bahwa anak yang pandai biasanya dapat
menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh gurunya.

Bab 2. Subjek Dan Sasaran Evaluasi


1. Subjek Evaluasi

9
Dalam keterangan ini yang di maksud dengan subjek evaluasi adalah
orang yang melakukan pekerjaan evaluasi. Siapa yang dapat di sebut sebagai
subjek evaluasi untuk setiap tes, di tentukan oleh suatu aturan pembagian
tugas atau ketentuan yang berlaku. Ada pandangan lain yang mengatakan
subjek evaluasi adalah siswa, yakni orang yang di evaluasi, dalam hal ini yang
di pandang sebagai objek evaluasi adalah mata pelajarannya. Pandangan lain
mengatakan siswa sebagai objek evaluasi dan guru sebagai subjek evaluasi.

2. Sasaran Evaluasi

Adapun sasaran evaluasi di sini mencakup beberapa sasaran penilaian


untuk unsure-unsurnya, meliputi : Input, Transformasi dan Out put.

a. In Put

· Kemampuan
· Kepribadian
· Sikap
· Intelegensi

b. Transformasi

· Kurikulum/materi
· Metode dan cara penilaian
· Media
· Sistem administrasi
· Pendidik dan anggotahnya.

c. Out Put

10
Bab 3. Prinsip Dan Alat Evaluasi
1. Prinsip Evaluasi

Ada satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya
triangulasi atau hubungan erat tiga komponen, yaitu:

· Hubungan antara tujuan dengan KBM


· Hubungan antara tujuan dengan evaluasi
· Hubungan antara KBM dengan evaluasi

2. Alat Evaluasi

Secara garis besar, maka alat-alat evaluasi yang digunakan dapat digolongkan
menjadi dua macam, yaitu tes dan non tes. Dibawah ini akan dijelaskan secara rinci
macam-macam tes dan non tes.

a. Teknik Non Tes


Ada beberapa teknik non-tes yaitu:
· Skala Bertingkat
· Kuesioner
· Daftar cocok (check list).
· Wawancara.
· Pengamatan.
· Riwayat hidup.

b. Teknik Tes

Tes merupakan suatu alat pengumpul informasi tetapi jika dibandingkan


dengan alat-alat yang lain, tes ini bersifat lebih resmi karena penuh dengan

11
batasan-batasan Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, maka
dibedakan atas adanya tiga macam tes, yaitu:

a. Tes Diagnostic. Tes Diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan
tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat.

b. Tes Formatif. Dari kata “ form” yang merupakan dasar dari istilah
“ formatif” maka evaluasi formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh
mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu program tertentu.
Dalam kedudukannya seperti ini tes formatif dapat juga dipandang sebagai tes
diagnostik pada akhir pelajaran. Evaluasi formatif mempunyai manfaat baik
bagi siswa, guru, maupun bagi program itu sendiri.

c. Tes Sumatif

Evaluasi sumatif atau tes sumatif merupakan tes yang dilaksanakan setelah
berakhirnya sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar.

3. Perbandingan antara Tes Diagnostik, Formatif, dan Sumatif

Dalam membandingkan, akan ditinjau dari 9 aspek, yaitu :

· Ditinjau dari fungsinya


· Ditinjau dari waktu
· Ditinjau dari titik berat penilaian
· Ditinjau dari alat evaluasi
· Ditinjau dari cara memilih tujuan yang dievaluasi
· Ditinjau dari tingkat kesulitan tes
· Ditinjau dari scoring (cara menyekor)
· Ditinjau dari tingkat pencapaian
· Ditinjau dari cara pencatatan hasiL.

12
Bab 4. Masalah Tes
1. Pengertian

Istilah tes berasal dari bahasa Prancis Kuno yaitu “ testum” yang berarti
piring untuk menyisihkan logam mulia. Dalam bahasa Indonesia tes diterjemahkan
sebagai ujian atau percobaan. Menurut Arikunto (2010: 53), tes merupakan alat atau
prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana,
dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.

2. Ciri-Ciri Tes yang Baik

Suharsismi Arikunto (2008: 57-62) menyatakan bahwa suatu tes dapat


dikatakan baik apabila memenuhi lima syarat yaitu:

a) Validitas merupakan ketepatan, tes yang sebagai alat ukur dikatakan


valid jika tes itu tepat pada hasil belajar dan akan menghasilkan yang
valid pula.
b) Reliabilitas, jika memberikan hasil yang tetap dari suatu tes, tidak
terpengaruh oleh apapun.
c) Objektifitas berarti tidak ada unsur pribadi yang mempengaruhinya,
tidak ada unsur subjektifitas yang mempengaruhi tes tersebut.
d) Praktikabilitas, tes ini merupakan tes yang praktis, mudah dan tidak
mengecoh. Mudah pelaksanaannya, mudah diperiksa, dan dilengkapi
dengan petunjuk sehingga dapat diberikan kepada orang lain.
e) Ekonomis, bahwa pelaksanaan tes tidak membutuh biaya yang mahal
dan tidak membuang waktu.

13
Bab 5 . Validitas
1. Pengertian Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan


atau kesahihan suatu instrument. Suatu instrument yang valid atau sahih mempunyai
validitas tinggi, sebaliknya, instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas
rendah (Suharsimi Arikunto 2006).

2. Macam -Macam Validitas

Menurut Suharsimi ada dua jenis validitas yaitu validitas logis dan validitas
empiris. Sementara validitas itu terbagi menjadi beberapa4 yaitu validitas isi,
validitas konstrak, validitas “ ada sekarang” dan validitas predictive.

a. Validitas isi (content validity)

b. Validitas Konstruksi (Contruct validity)

c. Pengujian Validitas Tes secara Empiris

d. Validitas Ramalan (Predictive Validity)

e. Validitas Bandingan (concurrent validity)

14
Bab 6. Realibilitas
1. Arti Reabilitas Bagi Sebuah Tes

a. hal yang berhubungan dengan tes itu sendiri, yaitu Panjang tes dan kualitas
butir- butir soalnya.
b. hal yang berhubungan dengan tercoba
c. hal yang berhubungan dengan penyelenggaraan tes

2. Cara-Cara Mencari Besarnya Realibilitas.

Sekali lagi reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada
subyek yang sama. Untuk mengetahui ketetapan ini pada dasarnya dilihat kesejajaran
hasil. Kriterium yang digunakan untuk mengetahui ketetapan ada yang berada diluar
tes (consistency external) dan pada tes itu sendiri (consistency internal).

a. Metode bentuk Paralel (equivalen)

Tes parallel atau tes ekuivalen adalah dua buah tes yang mempunyai kesamaan
tujuan, tingkat kesukaran, dan susunan, tetapi butir-butir soalnya berbeda. Dalam
istilah bahasa inggris disebut alternate-forms method (parallel forms). Dengan
metode bentuk parallel ini, dua uah tes yang paralel, misalnya Matematika Seri A
yang akan dicari reliailitasnya dan Seri B di teskan pada sekelompok siswa yang
sama, kemudian hasilnya dikorelasikan. Koefisien korelasi dari kedua hasil tes inilah
yang menunjukan koefisien reliabilitas tes Seri A. jika oefisiennya tinggi maka tes
tersebut sudah reliable dan dapat digunakan sebagai alat pengetes yang terandalkan.

Dalam menggunakan metode paralel ini pengetes harus menyiapkan dua buah tes,
dan masing-masing dicobakan pada kelompok siswa yang sama. Oleh karena itu, ada
orang yang menyebutkan sebagai double tes-daubel-trial method.

b. Metode tes ulang (test-retest method)

15
Metode tes ulang dilakukan orang untuk menghindari penyusunan dua seri tes.
Dalam menggunakan teknik atau metode ini pengetes hanya memiliki satu seri tes
tetapi dicobakan dua kali. Oleh karena tesnya hanya satu dan dicobakan dua kali,
maka metode ini dapat disebut dengan single-test-double-trial method. Kemudian
hasil dari kedua tes tersebut dihitung korelasinya.

Untuk tes yang banyak mengungkap pengetahuan (ingatan) dan pemahaman, cara
ini kurang mengena karena tercoba akan masih ingat akan butir-butir soalnya. Oleh
karena tenggang waktu akan pemberian tes pertama dengan kedua menjadi
permasalahan tersendiri. jika tenggang waktu terlalu sempit, siswa masih banyak
ingat materi. Sebaliknya kalau tenggang waktu terlalu lama, maka faktor-faktor atau
kondisi tes sudah akan berbeda, dan siswa senddiri barangkali sudah mempelajari
sesuatu. Tentu saja faktor-faktor ini akan berpengaruh pula terhadap reliabilitas.

c. Metode belah dua atau split-half method

Kelemahan penggunaan metode dua tes dua kali percobaan dan satu tes dua kali
percobaandiatasi dengan metode ketiga ini yaitu metode belah dua. Dalam
menggunakan metode ini pengetes hanya menggunakan sebuah tes yang dicobakan
satu kali. Oleh karena itu, disebut juga single-test-single-trial method. Berbeda
dengan metode pertama dan kedua yang setelah diketemukan koefisien korelasi
langsung ditafsirkan itulah koefisien reliabilitas, maka dengan metode ketiga ini tidak
dapat demikian. Pada waktu membelah dua dan mengkorelasikan dua belahan, baru
diketahui reliabilitas separo tes.

Bab 7 . Taksonomi
1. Arti dan Letak Taksonomi dalam Pendidikan

Guru harus menyadari bahwa tujuan pembelajaran harus diberitahukan kepada


siswa. Apabila dalam pengajaran tidak disebutkan tujuannya, siswa tidak akan tahu
mana pelajaran yang penting dan mana yang tidak.

16
2. Taksonomi Bloom

Menurut taksonomi Bloom ini tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa


domain (ranah, kawasan), dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam
pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkhinya. Domain-domain tersebut antara
lain:

a) Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang


menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan
keterampilan berpikir. Dalam ranah ini hirarkinya adalah pengetahuan
(knowledge), pemahaman (comprehension), aplikasi (application), analisis
(analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation).
b) Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan
aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian
diri. Dalam ranah ini hirarkinya adalah pandangan atau pendapat (opinion) dan
sikap atau nilai (attitude, value)
c) Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan
aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan
mengoperasikan mesin. Ranah ini tersusun atas keterampilan (skill) dan kemampuan (
abilities)

Taksonomi lain-lainnya:

a. Mc Guire dan Klickmann (1963) telah menyusun taksonomi untuk bidang biologi,
Wood (1968) untuk matematika, Leuis (1965) untuk IPA.
b. Guilford telah menciptakan pola yang menggambarkan struktur intelek dalam bentuk
kubus
c. Gagne dan Merrill menyebutkan ada 8 hierarki tingkah laku, antara lain:

✓ Signal learning
✓ Stimulus-response learning
✓ Chaining

17
✓ Verbal associating
✓ Discrimination learning
✓ Concept learning
✓ Rule learning
✓ Problem solving.

d. Garlach dan Sullivan mencoba mengganti gambaran tentang proses dalam


rumusan yang umum menjadi tingkah laku siswa yang dapat diamati. Kategori
yang diajukan adalah:

✓ Identify
✓ Name
✓ Describe
✓ Construct
✓ Order
✓ Demonstrate.

e. De Block mengemukakan model yang didasarkan pada tujuan-tujuan mengajar.


Dia mejukan 3 arah dalam kegiatan mengajar:

✓ From partial to more integral learning


✓ From limited to fundamental learning
✓ From special to eneral learning.

Bab 8 . Tujuan Intruksional


1. Bermacam-Macam Tujuan Pendidikan.

Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan


mengembangkan manusia Indoensia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dengan adanya pendidikan, maka akan timbul dalam diri seseorang untuk berlomba-

18
lomba dan memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan.
Pendidikan merupakan salah satu syarat untuk lebih memajukan pemrintah ini, maka
usahakan pendidikan mulai dari tingkat SD sampai pendidikan di tingkat Universitas.

2. Tujuan Instruksional(Intructional Objectives)

Suharsimi Arikunto menyatakan dalam tujuan instruksional umum


menggunakan kata kerja yang masih umum dan tidak dapat diukur, maka dibutuhkan
tujuan instruksional khusus. Jadi ada 2 macam tujuan instruksional:
✓ tujuan instruksional umum ( TIU)
✓ tujuan instruksional khusus (TIK)
3. Merumuskan Tujuan Intruksional.

Bagaimana cara merumuskan tujuan pembelajaran atau indikator hasil belajar


itu ? ada empat komponen pokok yang harus nampak dalam rumusan indikator hasil
belajar seperti yang digambarkan dalam pertanyaan berikut:

a) Siapa yang belajar atau yang diharapkan dapat mencapai tujuan atau mencapai
hasil belajar itu?
b) Tingkah laku atau hasil belajar yang bagaimana yang diharapkan dapat dicapai
itu?.
c) Dalam kondisi yang bagaimana hasil belajar itu dapat ditampilkan?
d) Seberapa jauh hasil belajar itu bisa diperoleh.

4. Langkah-Langkah yang Dilakukan dalam Merumuskan Tujuan


Intruksioanal Khusus.

Membuat sejumlah TIU (Tujuan Instruksional Umum) untuk setiap mata


pelajaran/bidang studi yang akan diajarkan dalam kurikulum 1975 maupun 1984, TIU
sudah ada tercantum dalam buku garis-garis besar program pengajaran. Dalam
merumuskan TIU digunakan kata kerja yang sifatnya masih umum dan tidak dapat di
ukur karena perubahan tingkah laku masih terjadi di dalam diri manusia. Dari

19
masing-masing TIU dijabarkan menjadi sejumlah TIK yang rumusannya jelas,
khusus, dapat dimengerti, terukur, dan menunjukkan perubahan tingkah laku.
5. Tingkah Laku Akhir

Tingkah laku akhir adalah tingkah laku yang diharapkan setelah peserta didik
mengalami proses belajar. Di sini tingkah laku ini harus menampakkan diri dalam
suatu perbuatan yang dapat diamati dan diukur (observable and measurable).

6. Kata-Kata operasioanal

a. Kognitif meliputi Pengetahuan (knowledge), Pemahaman (comprehension), Aplikasi.,


Analisis, Sintesis, Evaluasi.
b. Afektif meliputi Reesiving, Responding, Valuing, Organization., Characterization by
value or value complex..
c. Psikomotorik meliputi Musclar or motor skills, Manipulation of materials or objects,
Neuromusclar coordination.

7. Kondisi Demonstrasi

Kondisi demonstrasi adalah komponen TIK yang menyatakan suatu kondisi


atau situasi yang dikenakan kepadapeserta didik pada saat pendidik
mendemonstrasikan tingkah laku akhir.

Bab 9. Tes Standar Dan Tes Buatan Guru


1. Pengertian Tes Standar.

Dalam menilai, baik tes terstandar maupun tes buatan guru ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan yang berkaitan dengan validitas dan reliabilitas.

Tes kemampuan pada dasarnya terbagi menjadi dua macam, yaitu :

a. Aptitude test

b. Achievement tes

2. Tes Prestasi Standar

20
Istilah “ standar” dalam tes dimaksudkan bahwa semua siswa menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang sama dari sejumlah besar pertanyaan dikerjakan dengan
menggunakan petunjuk yang sama dan dalam batasan waktu yang sama pula. Dengan
demikian maka seolah-olah ada suatu standar atau ukuran sehingga diperoleh suatu
standar penampilan (performance) dan penampilan kelompok lain dapat
dibandingkan dengan penampilan kelompok standar tersebut.

3. Perbandingan Antara Tes Standar dengan Tes Buatan Guru


Tes Standar Tes Buatan Guru
a. Didasarkan atas bahan dan tujuan
a. Didasarkan atas bahan dan tujuan umum
khusus yang dirumuskan oleh guru
dari sekolah-sekolah di seluruh Negara.
untuk kelasnya sendiri.
Mencakup aspek yang luas dan
b. Dapat terjadi hanya mencakup
pengetahuan atau keterampilan dengan
pengetahuan atau keterampilan yang
hanya sedikit butir tes untuk setiap
sempit.
keterampilan atau topik.
c. Biasanya disusun sendiri oleh guru
c. Disusun dengan kelengkapan staf
dengan sedikit atau tanpa bantuan
profesor, pembahas, dan editor butir tes.
orang lain/tenaga ahli.
d. Menggunakan butir tes yang sudah
d. Jarang menggunakan butir tes yang
diujicobakan (try out), dianalisis dan
sudah diujicobakan, dianalisis dan
direvisi sebelum menjadi sebuah tes.
direvisi.
e. Mempunyai reliabilitas yang tinggi.
e. Mempunyai reliabilitas sedang atau
rendah.
f. Dimungkinkan menggunakan norma untuk
seluruh Negara.
f. Norma kelompok terbatas kelas tertentu.

Bab 10 . Penyususnan Tes


1. Fungsi Tes

Fungsi tes dapat ditinjau dari 3 hal :

a. fungsi untuk kelas

b. fungsi untuk bimbingan.

c. fungsi untuk administrasi

21
2. Langkah-Langkah dalam Penyusunan Tes

• Menentukan tujuan mengadakan tes


• Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan.
• Merumuskan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) dari tiap bagian bahan.
• Menderetkan semua TIK dalam tabel persiapan yang memuat pula aspek tingkah
laku dalam terkandung TIK itu, tabel digunakan untuk identifikasi terhadap tingkah
laku yang dikehendaki, agar tidak terlewati.
• Menyusun tabel spesifikasi yang memuat pokok materi, aspek berfikir yang diukur
beserta imbangan antara kedua hal tersebut. (Uraian penjelasan tentang tabel
spesifikasi i akan kami jelaskan di sub bab berikutnya)
• Menuliskan butir-butir soal, didasarkan atas TIK-TIK yang sudah dituliskan pada
tabel TIK dan aspek tingkah laku yang dicakup

3. Komponen-Komponen Tes

Komponen Test terdiri dari:

• Buku tes,
• Lembar jawaban tes,
• Kunci jawaban tes,
• Pedoman penilaian,

Bab 11 . Tes Tertulis Untuk Prestasi Belajar


1. Bentuk-Bentuk Tes

• Tes subyektif. Secara umum soal subyektif adalah pertanyaan yang menuntut peserta
didik menjawab dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan,
membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan
tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri.
• Tes objektif. Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan
secara objektif (Arikunto, 1995 : 165).

2. Macam-Macam Tes Objektif

a. Bentuk Tes Benar Salah (True-False Test). Tes benar salah adalah bentuk tes yang
mengajukan beberapa pernyataan yang bernilai benar atau salah.
b. Bentuk Pilihan Ganda (Multiple Choice Test). Tes pilihan ganda merupakan
tes yang menggunakan pengertian/ pernyataan yang belum lengkap dan untuk

22
melengkapinya maka kita harus memilih satu dari beberapa kemungkinan
jawaban benar yang telah disiapkan.
c. Menjodohkan (Matching Test). Menjodohkan terdiri atas satu sisi pertanyaan
dan satu sisi jawaban, setiap pertanyaan mempunyai jawaban pada sisi
sebelahnya. Siswa ditugaskan untuk memasangkan atau mencocokkan, sehingga
setiap pertanyaan mempunyai jawaban yang benar.
d. Tes Isian (Complementary Test). Tes isian terdiri dari kalimat yang
dihilangkan (diberi titik-titik).

3. Pengukuran Ranah Afektif

Pengukuran ranah afktif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif,
karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah, Menerima
(memperhatikan), merespon, menghargai, mengorganisasi, dan karakteristik suatu
nilai.Sedangkan tujuan penilaian afektif adalah :

4. Pengkuran Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor berhubungan erat dengan kerjaan otot sehingga


menyebabkan geraknya tubuh atau bagian-bagiannya. Meliputi skills dan abilities.

Bab 12 . Tabel Spesifikasi


1. Fungsi Tabel Spesifikasi

Fungsi dari tabel spesifikasi ialah untuk menjaga agar tes yang kita susun
tidak menyimpang dari bahan (materi) serta aspek kejiwaan (tingkah laku) yang akan
dicakup dalam tes.

Contoh table spesifikasi:

Aspek yang diungkap Ingatan Pemahaman Aplikasi Jumlah

Pokok Materi (I) (P) (A)


Bagian I ………… ……………. …………. ………….

Bagian II ………… …………….. …………. …………

Bagian (terakhir) ………… …………….. …………. …………


Jumlah ……….. ……………. ………….. …………
2. Tidak Lanjut Sesudah Penyususnan Tabel Spesifikasi

23
Terdapat dua langkah lagi sebagai tindak lanjut sesudah penyususnan tabel
spesifikasi untuk memperoleh seperangkat soal tes yaitu:

a. Menentukan bentuk soal. Ada dua hal yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan bentuk soal yaitu waktu yang tersedia dan sifat materi yang diteskan.

b. Menuliskan soal-soal. Langkah terakhir dalam penyusunan tes adalah penulisan soal-
soal tes (item writing). Langkah ini merupakan langkah penting karena kegagalan
dalam hal ini dapat berakibat fatal. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
menuliskan soal-soal tes yaitu:

• Bahasanya harus sederhana dan mudah dipahami.


• Suatu soal tidak boleh mengandung penafsiran ganda/membingungkan.
• Cara mengenal kalimat atau meletakkan/menata kata-kata perlu diperhatikan agar
tidak ditafsirkan salah.
• Petunjuk mengerjakan. Petunjuk ini harus dituliskan sedemikian rupa sehingga
jelas, dan siswa tidak bekerja menyimpang dri yang dikehendaki guru.

Bab 13 .Menganalisis Hasil Tes


1. Menilai Tes yang Dibuat Sendiri

Guru yang sudah banyak berpengalaman, mengajar dan menyusun soal-soal


tes, juga masih sukar menyadari bahwa tesnya masih belum sempurna. Oleh karena
itu cara yang paling baik adalah secara jujur melihat hasil yang diperoleh oleh siswa.

Ada 4 cara untuk menilai tes, yaitu:

a. Meneliti secara jujur soal-soal yang sudah disusun,

b. Mengadakan analisis soal (item analysis).

c. Mengadakan checking validitas. Validitas yang paling penting dari tes


buatan Guru adalah validitas kurikuler.

d. Mengadakan checking reliabilita. Salah satu indikator untuk tes yang


Mempunyai realibilitas yang tinggi adalah bahwa kebanyakan dari soal-
soal tes itu mempunyai daya pembeda yang tinggi.

2. Analisis Butir Soal (Item Analysis)

Analisis butir soal yang dalam bahasa inggris disebut item analiysis dilakukan
terhadap empirik.Maksudnya, analisis itu baru dapat dilakukan apabila suatu tes telah
dilaksanakan dan hasil jawaban terhadap butir-butir soal telah kita peroleh. Untuk

24
mengetahui kapan soal dikatakan baik, kurang baik, dan soal yang jelek sangat
berhubungan dengan analisis soal, yaitu taraf kesukaran, daya pembeda, dan pola
jawaban soal.

a) Taraf Kesukaran

b) Daya Pembeda.

c) Pola Jawaban Soal

Bab 14. Model Penelitian Kelas

1. Pengertian umum penilaian kelas


Penilaian kelas merupakan suatu tindakan untul melacak kemampuan peserta
didik, mengecek ketercapaian kemampuan peserta didik, mendeteksi kesalahan
ketika siswa belajar, menyimpulkan beberapa hal yang terkait dengan
pembelajaran

2. Jenis penilaian
Kuis, pertanyaan lisan, ulangan harian, tugas individu, tugas kelompok, ujian
praktik, portfolio

3. Bentuk – bentuk penilaian


Penilaian melalui tes tertulis, tes lisan, kerja, produk, proyek, portfolio, dan
penilaian diri

a. Penilain untuk kerja


b. Penilaian produk
c. Penilaian proyek
d. Penilaianportofolio
e. Penilaian diri

25
Bab 15. Menskor Dan Menilai
1. Menskor

Sementara orang berpendapat bahwa bagian yang paling penting dari


pekerjaan pengukuran dengan tes adalah penyusunan tes. Jika alat tesnya sudah
disusun sebaik-baiknya maka anggapannya sudah tercapailah sebagian besar dari
maksudnya. Tentu saja anggapan itu tidak benar sama sekali. Penyusunan tes baru
merupakan satu bagian dari serentetan pekerjaan mengetes. Di samping penyusunan
dan pelaksanaan tes itu sendiri, menskor dan menilai merupakan pekerjaan yang
menuntut ketekunan yang luar biasa dari penilai, ditambah dengan kebijaksanan-
kebijaksanaan tertentu. Nama lain menskor adalah memberi angka.

Dalam hal pekerjaan menskor atau menentukan angka, dapat digunakan 3


macam alat bantu yaitu:

a. Pembantu menentukan jawaban yang benar, disebut kunci jawaban.


b. Pembantu menyeleksi jawaban yang benar dan yang salah, disebut kunci scoring.
c. Pembantu menentukan angka, disebut pedoman penilaian., Keterangan dan
pengunaannya dalam berbagai bentuk tes.

• Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk betul-salah.
• Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk pilihan ganda (multiple
choice)
• Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk jawab singkat (sort
answer test)
• Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk menjodohkan (matching)
• Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk uraian (essay test)
• Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tugas.

27
2. Perbedaan Antara Skor dan Nilai

Perbedaan antara skor yang diperoleh dengan skor yang sebenarnya, disebut
dengan istilah kesalahan dalam pengukuran atau kesalahan skor, atau dibalik skor
kesalahan. Hubungan antara ketiga macam skor tersebut adalah sebagai berikut: Skor
yang diperoleh = skor sebenarnya = skor kesalahan

3. Norm Referenced dan Criterion Referenced

Dalam penggunaan Norm – Referenced, prestasi belajar seorang siswa


dibandingkan dengan siswalain dalam kelompoknya. Kualitas seseorang sangat
dipengaruhi oleh kualitas kelompoknya. Dasar pikiran dari penggunaan standar ini
adalah adanya asumsi bahwa disetiap populasi yang heterogen tentu terdapat
kelomouk baik, kelompok sedang, dan kelompok kurang. Apabila standar mutlak dan
standar relatif ini dihubungkan dengan pengubahab skor menjadi nilai, maka akan
terlihat demikian.

a. Dengan standar mutlak

(1) Pemberian skor terhadap siswa, didasarkan atas pencapaian siswa terhadap tujuan
yang ditentukan.
(2) Nilai diperoleh dengan mencari skor rata-rata langsung dari skor asal (skor mentah).
Contoh :
✓ dari ulangan ke-1, memperoleh skor 60 (mencapai 60 % tujuan)

✓ dari ulangan ke-2, memperoleh skor 80 (mencapai 80 % tujuan)

✓ dari ulangan ke-3, memperoleh skor 50 (mencapai 50 % tujuan)

maka nilai siswa tersebut : 60 + 80 + 50 = 63,3. Dibulatkan 63.

b. Dengan standar relatif

(1) pemberian skor terhadap siswa juga didasakan atas pencapaian siswa terhadap
tujuan yang ditentukan

(2) nilai diperoleh dengan 2 cara :

➢ mengubah skor dari tiap-tiap ulangan lalu diambil rata-ratanya

➢ menjumlah skor tiap-tiap ulangan, baru diubah ke nilai

28
Bab 16. Mengolah Nilai
1. Beberapa Skala Penilaian

a. Skala Bebas

b. Skala 1-10

c. Skala 1-100

d. Skala huruf

2. Distribusi Nilai

a. Distribusi nilai berdasarkan standar mutlak

b. Distribusi nilai berdasarkan standar relative

3. Standar Nilai

a. Nilai standar berskala Sembilan (stannine), yaitu rentangan atau skala nilai yang
bergerak mulai dari 1 sampai dengan 9,[7] seperti berikut ini:

Staines Interpretasi
9 (4%) Tinggi (4%)
8 (7%) Diatas rata-rata (19%)

7 (12%)
6 (17%) Rata-rata (54%)

5 (20%)

4 (17%)
3 (12%) Dibawah rata-rata (19%)

2 (7%)
1 (4%) Rendah (4%)

29
b. Nilai standar berskala sebelas (standar eleven/ stanel= eleven points scale), yaitu
skala nilai yang bergerak mulai dari nilai 0 sampai dengan nilai 10,[9] yang
dikembangkan oleh Fakultas Ilmu Pendidikan UGM disesuaikan dengan system
penilaian di Indonesia. Dengan stanel ini, system penilaian membagi skala menjadi
11 golongan, yaitu angka-angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, yang satu sama lain
berjarak sama. Tiap-tiap angka menempati jarak antara

c. Standar sepuluh. Didalam Buku Pedoman Penilaian (Buku III B Seri Kurikulum
SMA Tahun 1975) ditentukan bahwa untuk mengolah hasil tes, digunakan standar
relative, dengan nilai berskala 1 – 10. Untuk mengubah skor menjadi nilai,
diperlukan dahulu:

➢ Mean (rata-rata skor)

➢ Deviasi Standar (Simpangan Baku)

➢ Tabel Konversi angka ke dalam nilai berskala 1 – 10

Tahap-tahap yang dilalui dalam mengubah skor mentah menjadi nilai berskala 1 – 10
adalah sebagai berikut:

❖ Menyusun distribusi frekuensi dari angka-angka atau skor-skor mentah

❖ Menghitung rata-rata skor (mean)

❖ Menghitung deviasi standar

❖ Mentransformasi (mengubah) angka-angka mentah ke dalam nilai berskala 1 – 10

30
Bab 17 . Kedudukan Siswa Dalam Kelompok
1. Pengertian

Pengertian yang dimaksud kedudukan siswa dalam kelompoknya adalah letak


seorang siswa di dalam urutan tingkatan, dalam istilah disebut rangking. Untuk dapat
diketahui rangking dari siswa di suatu kelas maka harus diadakan pengurutan nilai
siswa tersebut dari yang paling atas sampai ke nilai yang paling bawah.

2. Cara-cara menentukan kedudukan siswa:

• Dengan rangking sederhana( simple rank) adalah urutan yang menunjukkan letak
atau kedudukan seseorang dalam kelompoknya dan dinyatakan dengan nomor
atau angka biasa.
• Dengan rangking presentase (percentile rank) adalah kedudukan seseorang dalam
kelompok, yang menunjukkan banyaknya persentase yang berada di bawahnya
• Standar Deviasi adalah penentuan kedudukan dengan membagi kelas atas
kelompok-kelompok. Tiap kelompok dibatasi oleh suatu standar deviasi tertentu.
• Standard score atau z-score adalah angka yang menunjukkan perbandingan
perbedaan score seseorang dari mean dengan standar deviasinya untuk
menentukan z-score,

Kedudukan seseorang dalam sebuah kelas sangat penting karena


dengan begitu peserta didik akan tahu berapa rangking yang telah dicapainya,
jika mendapat rangking yang bagus maka dia akan merasa bangga dengan
hasil yang diperoleh atas usaha yang telah dilakukan selama ini dalam proses
belajar mengajar, sedang apabila rangkingnya jelek maka peserta didik akan
lebih termotivasi untuk memperbaiki dirinya. Dalam bab ini telah dijelaskan
bagaimana cara menentukan kedudukan siswa melalui beberapa standar yang
lazim digunakan.

31
Bab 18 . Mencari Nilai Akhir
1. Fungsi Nilai Akhir

a. Fungsi intruksional bertujuan untuk memberikan suatu balikan yang


mencerminkan seberapa jauh seorang siswa telah mencapai tujuan yang
ditetapkan dalam pengajaran atau system intruksional.
b. Fungsi informatif bertujuan untuk memberikan nilai siswa kepada orang
tuanya mempunyai arti bahwa orang tua siswa tersebut menjadi tahu
akan kemajuan dan prestasi putranya di sekolah.
c. Fungsi bimbingan bertujuan untuk mengetahui bagian-bagian mana dari
usaha siswa di sekolah yang masih memerlukan bantuan.
d. Fungsi administratif:
➢ Menentukan kenaikan dan kelulusan siswa
➢ Memindahkan atau menempatkan siswa
➢ Memberikan beasiswa
➢ Memberikan rekomendasi untuk melanjutkan belajar
➢ Memberi gambaran tentang prestasi siswa atau lulusan kepada
calon pemakai tenaga kerja.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian:

a. Prestasi/ pencapaian (achievement)


b. Usaha (effort)
c. Aspek pribadi dan social (personal and social characteristics)
d. Kebiasaan bekerja (working habits).

3. Cara menentukan nilai akhir:

a. Untuk memperoleh nilai akhir, perlu diperhitungkan nilai tes formatif dan
tes sumatif.
b. Nilai akhir diperoleh dari nilai tugas, nilai ulangan harian, dan nilai
ulangan umum dengan bobot 2,3,dan 5.
c. Nilai akhir untuk STTB diperoleh dari rata-rata nilai ulangan harian
(diberi bobot satu) dan nilai EBTA (diberi bobot dua), kemudian dibagi
3.

32
Bab 19 . Membuat Laporan
1. Pentingnya Laporan

Laporan biasanya dibuat oleh seorang guru dibuat pada akhir semester,
dibuatnya laporan ini diperlukan untuk mengetahui hasil akhir dari apa yang
dilakukan oleh siswa-siswi serta diperlukan agar guru dapat mengetahui
tingkat keberhasilannya dalam mengajar sudah berhasil atau belum jika belum
maka guru akan meninjau kembali metodenya dalam mengajar.Secara
sistematis dapat dikemukakan disini bahwa laporan tentang siswa bermanfaat
bagi beberapa pihak yaitu sebagai berikut:

a) Siswa sendiri, secara alamiah setiap orang selalu ingin tahu akibat
dari apa yang telah mereka lakukan, dengan mengetahui hasil
yang positif dari perbuatannya, maka pengetahuan yang diperoleh
akan dikuatkan dan jika siswa mendapat informasi bahwa
jawwabannya salah, maka lain kali ia tidak akan menjawab
seperti itu lagi.
b) Guru yang mengajar akan mengetahui catatan laporan kemajuan
siswa.
c) Guru lain, maka guru yang akan mengganti mengajar akan tahu
bagaimana meladeni atau memperlakukan siswa.
d) Petugas lain disekolah.
e) Orang tua akan mengetahui kemajuan anak dari hari ke hari.
f) Pemakai lulusan, laporan pendidikan menunjukkan bahwa
seseorang telah memiliki pengetahuan dan ketrampilan tertentu.
Digunakan untuk mencari pekerjaan dan mencari kelanjutan
studi.

2. Macam dan Cara Membuat Laporan


✓ Catatan lengkap.

✓ Catatan tidak lengkap.

✓ Lulus-belum lulus.

✓ Nilai siswa.

33
Bab 20. Evaluasi Program Pengajaran
1. Apakah Evaluasi Program Itu?

Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk menentukan apakah


target progam yang disusun sudah tercapai dengan begitu maka akan diketahui
bagaimana kualitas mengajar seorang guru apakah sudah efektif atau belum
berdasarkan tingkat pencapaian yang sudah dicapai.

Evaluasi progam merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan


sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan progam. Untuk menentukan seberapa jauh
target progam sudah tercapai, yang dijadikan tolak ukur adalah tujuan yang sudah
dirumuskan dalam tahap perencanaan kegiatan.

Pentingnya evaluasi progam yaitu agar guru mengetahui betul apa yang terjadi
di dalam proses belajar-mengajar, guru berkepentingan atas kualitas pengajaran.
Untuk memperbaiki proses pengajaran yang akan dilaksanakan lain waktu, guru perlu
mengetahui seberapa tinggi tingkat pencapaian dari tugas yang telah dikerjakan
selama kurun waktu tertentu.

2. Objek atau Sasaran Evaluasi Progam.

➢ Input ( masukan )

➢ Materi atau kurikulum.

➢ Guru.

➢ Metode atau pendekatan dalam mengajar.

➢ Sarana: alat pelajaran atau media pendidikan.

➢ Lingkungan manusia.

➢ Lingkungan bukan manusia.

3. Cara Melaksanakan Evaluasi Progam.

Apabila guru ingin melakukan evaluasi progam dengan lebih seksama,


terlebih dahulu harus menyusun rencana evaluasi sekaligus menyusun instrument
pengumpulan data. Mengenai bagaimana menyiapkan instrumen untuk angket,
pedoman wawancar, pedoman pengamatan dapat dipelajari dari buku-buku
penelitian. Sebagai cara yang paling sederhana adalah mengadakan pencatatan
terhadap peristiwa yang dialami dari kegiatan sehari-hari di kelas.

34
BAB III
PEMBAHASAN
Kelemahan dan Kelebihan Buku
Kelemahan buku utama :
• Materi yang diberikan sangat sederhana diband buku pembanding buku pembanding
• Isi buku tersebut hanya melulu berisi tulisan, dan beberapa table serta rumus untuk
penjelasan materi yang lebih detail.
• Buku tersebut tidak mencantumkan gambar – gambar yang mendukung penjelasan
• Cover buku cukup elegan, namun bagi sebahagian orang menganggap bahwa buku ini
memiliki cover yang buram.
• Tidak ada nya rangkuman setiap bab

Kelebihan Buku Utama :

• Menjelaskan dengan judul besar dan tidak bertele-tele dalam menjelaskan materinya.
• Memiliki konten yang efektif dalam menjelaskan tiap-tiap materi di sub judulnya
• Terdapat banyak materi-materi pembelajaran kognitif AUD yang dikemas secara
menarik baik melalui kegiatan sehari-hari dan dari lingkungan sekitar.
• Memaparkan tabel dan gambar sebagai penambah keterangan.

• Cover nya cocok dengan materi yang dibahas yaitu dasar – dasar evaluasi
Pendidikan.
• Penulis menyampaikan materi dengan bahsa yang sangat ringan dan terstruktur,
sangat cocok untuk pemula,
• Materi pada buku tersebut cukup menjelaskan materi evaluasi pembelajaran secara
universal
• Menurut saya buku ini sangat bagus dan cocok untuk di pelajari atau menjadi bahan
ajar karena di dalam buku ini di jelaskan bagaimana buku ini ditulis dengan bahasa
yang cukup ringan, mudah dipahami, dan komunikatif sehingga buku ini mudah
dimengerti oleh para pembaca.
• Tata cara penulisan buku ini sangat rapi

35
• Soal yang diberikan sangat baik, karena lebih membuat pembaca untuk berpikir
secara kritis

36
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tolak ukur hasil Pendidikan dapat diketahui dengan adanya evaluasi. Evaluasi
Pendidikan sering diartikan sebagai pengukuran atau penilaian hasil belajar mengajar,
padahal antara keduanya punya arti berbeda meskipun saling berhubungan.
Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan sat ukuran (kuantittatif),
sedangkan menilai berarti mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan
ukuran baik buruk (kualitatif). Adapun evaluasi meliputi keduanya.

B. Saran
Tidak ada saran untuk penulisan bukunya, hanya saja bagi para mahasiswa
dan calon guru kedepannya lebih baik untuk banyak membaca buku evaluasi
diantaranya dua buku yang kami kritik ini, wajib untuk mengetahui keadaan dan
kebutuhan siswa sehingga nantinya akan lebih mudah penyampaian materi
pembelajarannya. RPP sendiri termasuk perencaan di awal, dan assasmen kelas
dilakukan di akhir sebagai evaluasi.

37
DAFTAR PUSTAKA

Suharsimi, arikunto (2016). Dasar – dasar evaluasi Pendidikan. Jakakrta : Bumi


Aksara.

Gartini, Pipit dan Dodo Suhendar (2017). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta : Esensi
Erlangga Group.

Khodijah (2016). Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini. Medan : Perdana Mulya
Sarana.

978-602-6970-78-7

38

Anda mungkin juga menyukai