Anda di halaman 1dari 10

Pembahasan

Pembelajaran IPA adalah pembelajaran yang berkaitan dengan kehidupan nyata. Peranan
media atau alat peraga menjadi sangat penting untuk memberikan pengalaman yang
kontekstual terhadap siswa. Hamid Sholeh (2014:149) menyatakan bahwa media adalah alat
penghubung antara guru dan peserta didik. Media adalah penyampai pesan dan informasi.
Sehingga peran media sangatlah penting pada proses pembelajaran. Pada buku 4 tentang
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi guru pembelajar menyebutkan bahwa alat
yang digunakan guru dalam pembelajaran yang berfungsi untuk memperjelas konsep, ide
maupun teori pada materi tertentu disebut alat peraga (Kemdikbud, 2016).
Fauzi Mastur (2013:58-59) menyatakan bahwa dalam suatu pembelajaran eksakta peran
media pembelajaran sangat penting. Alat peraga mampu mengatasi keterbatasan pengalaman
belajar peserta didik memperjelas penyajian bahan ajar yang sulit dipahami. Alat peraga
mampu memperkecil obyek yang besar sehingga bisa ditampilkan dalam kelas, dan mampu
memperbesar atau memperjelas obyek kecil yang sulit dilihat oleh mata secara langsung.
Permendikbud no 24 tahun 2016 tentang kompetensi inti dan kompetensi dasar menunjukkan
bahwa materi IPA kelas VIII memuat kompetensi dasar menganalisis keterkaitan struktur
jaringan tumbuhan dan fungsinya, serta teknologi yang terinspirasi oleh struktur tumbuhan
(Kemdikbud, 2016). Pada kompetensi dasar tersebut memuat beberapa indikator pencapaian
kompetensi, diantaranya adalah mendeskripsikan struktur jaringan penyusun akar,
mendeskripsikan struktur jaringan penyusun batang, mendeskripsikan struktur jaringan
penyusun daun, membandingkan struktur jaringan yang menyusun akar, batang dan daun.
Pada materi ini, peserta didik melakukan praktikum mengamati struktur anatomi tumbuhan
akar dikotil. Peserta didik diharapkan mampu mengamati, menggambar mengidentifikasi,
mendeskripsikan serta membedakan jaringan-jaringan penyusun organ tumbuhan.
Sumber. Buku Guru IPA Kemdikbud

Gambar 1. Penampang melintang akar a. Dikotil, b.monokotil

Seorang peserta didik dianggap paham apabila peserta didik tersebut mengetahui arti atau konsep, situasi
serta fakta tidak cuma menghapal (Purwanto, 2010:44). Sedangkan S. Nasution (1999) menyatakan bahwa
pemahaman adalah kemampuan peserta didik dalam mendefiniskan merumuskan kata-kata sulit, teori,
implikasi atau konsekuensi akan suatu kemungkinan menggunakan kalimat atau kata-katanya sendiri.
Sudijono (2009:50) menunjukkan bahwa pemahaman adalah mengetahui, mengerti serta memahami suatu
hal dan mampu melihatnya dari berbagai segi. Jadi, peserta didik dikatakan paham apabila tidak hanya
mengingat atau menghapal saja, melainkan mampu mengidentifikasi, mendeskripsikan serta menjelaskan
secara rinci sesuatu menggunakan kalimatnya sendiri

Alat peraga ini dibuat dengan menggabungkan kertas gulung, sedotan dan bahan bekas sehingga terbentuk
struktur anatomis akar dikotil. Fungsinya adalah memperjelas bagian-bagian atau jaringan penyusun pada
akar dikotil, menyederhanakan bentuk jaringan tumbuhan sehingga mempermudah peserta didik untuk
mengamati dan menunjukkan perbedaan jaringan pada akar dan batang.

Gambar 1. Alat Peraga Struktur Tubuh Tumbuhan Akar Dikotil

Konsep struktur tubuh tumbuhan adalah materi yang dipelajari di kelas VIII. Pada materi ini peserta didik
diajak untuk mengamati struktur tubuh tumbuhan dengan pengamatan mikroskopis. Peserta didik akan
mengamati jaringan yang menyusun akar dan batang tumbuhan dikotil dan monokotil. Pengamatan ini
menggunakan preparat awetan maupun menggunakan preparat basah. Pengamatan mikroskopis sangat
penting bagi peserta didik untuk mengetahui jaringan-jaringan yang menyusun tubuh tumbuhan secara
nyata. Kendala yang muncul adalah dengan pengamatan mikroskopis tersebut siswa belum mampu
membedakan perbedaan jaringan dasar pada akar dan batang. Ketidaktercapaian indikator tersebut
disebabkan karena kurang terampil dalam pengamatan mikroskop, mikroskop tidak terhubung dengan LED,
jumlah mikroskop yang tidak memadai. Dalam pengamatan peserta didik bergantian menggunakan
mikroskop sehingga pengamatan kurang cermat, dan struktur jaringan tumbuhan tampak rumit bagi peserta
didik. Maka dibutuhkan alat penghubung informasi pembelajaran yang mampu menyederhanakan obyek
sekaligus menampilkannya dalam ukuran yang lebih besar dan mudah diamati.
Hal tersebut melandasi dibentuknya alat peraga struktur tubuh tumbuhan akar dikotil. Alat peraga ini
menampilkan jaringan-jaringan penyusun akar dikotil dalam skala yang lebih besar serta mudah diamati.
Bahan yang digunakan dalam pembuatan alat peraga ini adalah bahan yang tidak terpakai yang mudah
ditemukan, murah dan mudah digunakan.
Pendekatan teori yang melandasi karya ini adalah pernyataan Hamid (2014:149) dan Fauzi (2013:58-59)
tentang media atau alat peraga. Keduanya menympaikan bahwa media atau alat peraga adalah perantara
atau jembatan untuk menyampaikan informasi, mengatasi keterbatasan pengalaman belajar peserta didik
dan memperjelas penyajian bahan ajar yang sulit dipahami peserta didik. Dari pernyataan tersebut,
dibuatlah alat peraga dari kertas dan sedotan yang menampilkan jaringan- jaringan dasar penyusunakar
tumbuhan dikotil

DAFTAR PUSTAKA

Elisa, Ainun Mardiyah. (2018). Pemanfaatan Alat Peraga IPA untuk Peningkatan
Pemahaman Konsep Fisika pada Siswa SMA Negeri I Sayurmatinggi tahun
pelajaran 2017/2018. EKSAKTA Jurnal Penelitian dan Pembelajaran MIPA , 51-
55.

Fauzi, M. (2013). Ragam Metode mengajarkan Eksakta pada Murid. Jogjakarta:


Diva Press. Hamalik, O. (2001). Psikologi Belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Hamid, M. S. (2014). Metode Edutainment Menjadikan Siswa kreatif dan Nyaman di Kelas.
Jogjakarta: Diva Press.

Hernawati. (2017). APES (Alat Peraga dari Sampah) untuk meningkatkan Pemahaman
siswa kelas IX SMPN 3 Masbagik dalam Pembelajaran IPA ( fisika). Inovasi
Pembelajaran .

Kemdikbud. (2016). Buku 4 Pedoman Kegiatan Pengembangan Keprofesian


Berkelanjutan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kemdikbud. (2016). Permendikbud No 24 tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan


Kompetensi Dasar. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kemdikbud. (2017). Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Purwanto, N. (2010). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran . Bandung: Remaja


Rosda Karya.

S, N. (1999). Teknologi Pendidikan . Bandung: CV Jammars.

Sudijono, A. (2009). Pengantar Evaluasi Pendidikan . Jakarta: Rajawali Pers.

Suhardin. (2017). Penggunaan Media Tamu Saga untuk meningkatkan Hasil Belajar
Peserta Didik Kelas VII SMPN 17 Kendari. Inovasi Pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai