Anda di halaman 1dari 6

UJI DETERJEN TERHADAP MORTALITAS

IKAN NILA (Oreochromis niloticus)


Dwi Nuryan Fitri
08051281924051
1)
Mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan, FMIPA, Universitas Sriwijaya,
Indralaya, Indonesia
2)
Jurusan Ilmu Kelautan, FMIPA, Universitas Sriwijaya,
Indralaya, Indonesia
*Email: dnuryanfitri@gmail.com

ABSTRACT
Household wastewater is a source that is widely found in the environment. One
of the components that can harm the environment comes from detergents. The detergent
contains ABS (Alkylbenzene sulphonate), a very harsh detergent. Tilapia (Oreochromis
niloticus) is a freshwater fish that has quite large consumers so tilapia cultivation is very
developed, therefore this fish can be affected by detergents, especially the size of the
seeds because tilapia seeds are classified as seeds that are sensitive to environmental
changes. The purpose of this practicum is to determine the level of detergent toxicity and
the level of LC50 concentration in tilapia. The test stages were carried out 2 times, namely
Preliminary Test and Follow-up Test using a total of 60 tilapia samples and 6 different
concentrations, namely 0 ppm, 0.01 ppm, 0.1 ppm, 1 ppm, 10 ppm, 100 ppm. The results
obtained were that in the control treatment (0 ppm) the mortality of carp was 0%, at a
concentration of 0.063 ppm the mortality was 10%; 0.398% mortality 20%; 2.51%
mortality 30%; 15.83% mortality 70%; and 99.77% mortality 100%.
Keywords: Detergent, Tilapia and Mortality
ABSTRAK
Air limbah rumah tangga merupakan sumber yang banyak ditemukan di
lingkungan. Salah satu komponennya yang dapat berdampak buruk bagi lingkungan
berasal dari deterjen. Deterjen mengandung ABS (Alkyl benzene sulphonate) yang
merupakan deterjen tergolong keras. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan
air tawar yang memiliki konsumen cukup besar, sehingga budidaya ikan nila sangat
berkembang, oleh karena itu tidak menutup kemungkinan ikan ini terpengaruh oleh
deterjen terutama ukuran benih karena benih ikan nila tergolong ke dalam benih yang
peka terhadap perubahan lingkungan. Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui
tingkat toksisitas deterjen dan tingkat konsentrasi LC50 pada ikan nila. Tahapan uji
dilakukan sebanyak 2 kali yaitu Uji Pendahuluan dan Uji Lanjutan dengan menggunakan
sampel ikan nila total sebanyak 60 ekor dan 6 konsentrasi yang berbeda yaitu 0 ppm, 0,01
ppm, 0,1 ppm, 1 ppm, 10 ppm, 100 ppm. Hasil yang didapat bahwa pada perlakuan
kontrol (0 ppm) mortalitas ikan mas 0%, pada konsentrasi 0,063 ppm mortalitas 10%;
0,398% mortalitas 20%; 2,51% mortalitas 30%; 15,83% mortalitas 70%; dan 99,77%
mortalitas 100%.
Kata kunci: Deterjen, Ikan Nila dan Mortalitas
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam era industrialisasi dan benih karena benih ikan nila tergolong ke
globalisasi dewasa ini, beberapa negara dalam benih yang peka terhadap
yang sedang berkembang termasuk perubahan lingkungan (Rachmi, 2020).
Indonesia, isu kualitas lingkungan menjadi Menurut Saparuddin (2019),
permasalahan nasional yang perlu dicari keberadaan detergen dalam suatu perairan
jalan keluarnya. Kualitas lingkungan yang dapat merusak insang dan organ
menurun di suatu negara akan sangat pernafasan ikan yang mana menyebabkan
berpengaruh terhadap produk-produk toleransi ikan terhadap badan air yang
yang dihasilkan negara yang kandungan oksigen terlarutnya rendah
bersangkutan. Penurunan kualitas menjadi menurun. Detergen dapat bersifat
lingkungan akan berpengaruh terhadap toksit akut terhadap ikan pada konsentrasi
produk peternakan dan perikanan, 36 mg/l sudah dapat mematikan ikan
sehingga daya saing untuk keperluan sebanyak 50% selama 96 jam (LC50-96).
ekspor di internasional menurun (Amam Untuk mengetahui zat/ unsur
dan Rusdiana, 2021). pencemar penyebab terganggunya
Deterjen mengandung ABS kehidupan biota dan efek yang
(Alkylbenzene sulphonate) yang ditimbulkannya terhadap biota dalam
merupakan deterjen tergolong keras. suatu perairan, perlu dilakukan suatu uji
Deterjen sukar diuraikan oleh efek zat pencemar terhadap biota yang
mikroorganisme (nonbiodegradable) ada, yang bisa dilihat dari suatu hasil uji
sehingga dapat menimbulkan pencemaran dalam bentuk LC50 suatu biota. Uji
lingkungan (Rachmi, 2020). tersebut dikenal dengan uji toksisitas, baik
Menurut Saparuddin (2019), uji toksisitas akut atau uji toksisitas kronis.
lingkungan perairan yang tercemar limbah Uji toksisitas digunakan untuk
deterjen kategori keras ini dalam mengevaluasi besarnya konsentrasi
konsentrasi tinggi akan mengancam dan toksikan dan durasi pemaparan yang dapat
membahayakan kehidupan biota air dan menimbulkan efek toksik pada jaringan
manusia yang mengkonsumsi biota biologis (Setiawan et al. 2020).
tersebut. Limbah di alam ada yang bersifat
tunggal dan ada yang campuran. 1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini, yaitu:
Keberadaannya di lingkungan akan
1. Mahasiswa dapat mengetahui tingkat
berinteraksi dengan komponen lain.. Biota
toksisitas detergen beberapa
dapat mengalami efek negatif toksikan konsentrasi pada ikan nila
tunggal atau campuran berbagai toksikan, 2. Mahasiswa dapat mengetahui tingkat
dalam bentuk perubahan struktural dan konsentrasi LC50 pada ikan nila.
fungsional.
Ikan nila (Oreochromis niloticus) 1.3 Manfaat
merupakan ikan air tawar yang memiliki Manfaat dari praktikum kali ini, yaitu:
konsumen cukup besar, sehingga budidaya 1. Mahasiswa mengetahui tingkat
ikan nila sangat berkembang, karena itu toksisitas detergen beberapa
konsentrasi pada ikan.
tidak menutup kemungkinan ikan ini
2. Mahasiswa mengetahui tingkat
terpengaruh oleh deterjen terutama ukuran konsentrasi LC50 pada ikan nila.
II METODOLOGI Menimbang berat detergen yang akan
di uji kadarnya.
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Ekotoksikologi ini
dilaksanakan secara daring melalui
aplikasi WhatsApp pada hari Kamis, 10 Membuat konsentrasi detergen dalam
5 Liter air Akuarium dengan masing-
Februari 2022 pada pukul 10.00 WIB
masing konsentrasi (0 ppm, 0,01 ppm,
sampai dengan selesai bertempat di Vila 0,1 ppm, 1 ppm, 10 ppm, 100 ppm).
Nusa Indah 2 Blok Z.9/75 Bojong Kulur,
Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat 16969. Masukan Biota uji/ikan
2.2 Alat dan Bahan sebanyak 10 ekor kedalam
Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan masing-masing akuarium.
pada praktikum

No. Alat dan Bahan Fungsi Setelah itu, ukur parameter air seperti
suhu, DO dan pH.
1. Akuarium 5 L Wadah Uji
2. Pipet Bulb Memindahkan
air dalam
volume kecil Hitung tingkat mortalitas biota uji
3. Gelas Ukur Mengukur selama 48 jam.
4. 1000 ml volume air
5. Pipet Tetes Memindahkan
larutan jumlah Tentukan konsentrasi batas bawah dan
kecil batas atas dengan menggunakan
6. DO meter Mengukur rumus yang sudah di tetapkan.
oksigen terlarut
dan suhu pada
air 2.3.2 Uji Lanjut
7. pH meter Mengukur pH
pada air Setelah diketahui nilai kosentrasi
8. Detergen (LAS) Bahan Uji bawah dan atas lakukan uji lanjut
9. Air Tawar Media Uji
10. Ikan Nila Biota Uji yang
digunakan Siapkan semua alat dan bahan.

2.3 Cara Kerja Masukan Biota uji/ikan


2.3.1 Uji Pendahuluan sebanyak 10 ekor kedalam
masing-masing akuarium.
Siapkan semua alat dan bahan.

Membuat konsentrasi detergen dalam


Menimbang berat detergen yang akan 5 Liter air Akuarium dengan masing-
di uji kadarnya. masing konsentrasi (0 ppm, 0,01 ppm,
0,1 ppm, 1 ppm, 10 ppm, 100 ppm).
perairan tempat hidupnya. Mengingat
besarnya potensi pencemaran dari limbah
Masukan Biota uji/ikan deterjen dalam perairan, dan adanya
sebanyak 10 ekor kedalam perbedaan kepentingan tersebut, maka
masing-masing akuarium. pemakaian deterjen perlu diuji secara
cermat seperti yang dilakukan pada
praktikum kali ini.
Detergent terbuat dari bahan garam
Setelah itu, ukur parameter air seperti
natrium dari asam sulfonat. Di dalam
suhu, DO dan pH.
Surfaktan terdapat zat ABS, suatu zat yang
sukar dirusak oleh mikroorganisme
sehingga dapat mencemari lingkungan.
Hitung tingkat mortalitas biota uji Jika lingkungan perairan tercemar oleh
selama 48 jam. limbah deterjen maka akan mengancam
dan membahayakan kehidupan biota air
dan manusia yang mengkonsumsi biota
Tentukan LC₁ dengan perbandingan tersebut.
mortalitas biota uji Berdasarkan grafik diatas dapat
dikatakan bahwa semakin tinggi
konsentrasi detergen yang diberikan pada
III HASIL DAN PEMBAHASAN akuarium berisi air yang didalamnya
terdapat ikan, maka semakin tinggi juga
3.1 Uji Pendahuluan tingkat mortalitas ikan yang terjadi.
Dimana pada saat konsentrasi detergen
yaitu 0 ppm nilai mortalitas ikan sebesar
0%. Namun ketika detergen dilarutkan
kedalam air dan dibiarkan selama 4 hari
bersama ikan di akuarium, pada hari
berikutnya kelompok kami menemukan
bahwa ikan yang mati sebanyak 7 ekor,
dan berlanjut pada hari ke-5 yang mati
bertambah 3 ekor, sehingga total 10 ekor
ikan yang mati.
3.2 Uji Lanjut
Gambar 1. Grafik Hubungan Antara Penggunaan deterjen yang
Probit dengan Log K meningkat akan berdampak negatif
terhadap akumulasi surfaktan pada badan-
Tingkat kelangsungan hidup badan perairan, sehingga menimbulkan
merupakan salah satu parameter utama masalah-masalah perairan dan lain-lain.
yang menunjukkan keberhasilan dalam Buih-buih yang menutupi permukaan air,
pemeliharaan suatu organisme akuatik. baik dari jenis linier Alkylbenzene
Mortalitas alami adalah mortalitas yang
sulfonate (LAS) yang “biodegradable”
disebabkan oleh faktor selain
penangkapan seperti kanibalisme, predasi, maupun jenis alkyl benzene sulfonate
stress pada waktu pemijahan, kelaparan (ABS) yang “nonbiodegradable” tersebut
dan umur yang tua. Kelangsungan hidup dipastikan dapat mengganggu kehidupan
ikan sangat tergantung dari kondisi organisme yang ada dibawahnya baik
yang hidup didasar dan dipermukaan air.
Tabel 2. Tingkat Mortalitas Ikan Nila
Kons
J. IKAN I. IKAN MATI % MORTALITAS LOG K PROBIT LC 50 (X) LC 50
(ppm)
0.063 10 1 10 -1.2006595 3.72 0.185 1.530734413
0.398 10 2 20 -0.4001169 4.16 0.185 1.530734413
2.51 10 3 30 0.3996737 4.48 0.185 1.530734413
15.83 10 7 70 1.1994809 5.52 0.185 1.530734413
99.77 10 10 100 1.999 8.09 0.185 1.530734413
Tingkat 0 kelangsungan hidup
merupakan salah satu parameter utama IV KESIMPULAN
yang menunjukkan keberhasilan dalam Adapun kesimpulan yang dapat
pemeliharaan suatu organisme akuatik. diambil dari praktikum kali ini, yaitu
Sebagai tempat hidup ikan, kualitas air sebagai berikut.
sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor 1. Penggunaan deterjen akan berdampak
fisika dan kimia air. Kualitas air yang baik negatif terhadap akumulasi surfaktan
akan mempengaruhi (kelulushidupan) pada badan-badan perairan, sehingga
ikan serta pertumbuhan ikan. menimbulkan masalah-masalah
Lethal Dose 50 (LD50) adalah pendangkalan perairan, terhambatnya
transfer oksigen dan lain-lain.
suatu dosis efektif untuk 50% hewan
2. Sebagai tempat hidup ikan, kualitas air
digunakan karena arah kisaraan nilai pada
yang baik akan mempengaruhi
titik tersebut paling menyempit dibanding (kelulushidupan) ikan serta
dengan titik-titik ekstrim dari kurva dosis- pertumbuhan ikan.
respon. Pada kurva normal sebanyak 68% 3. Lethal Dose 50 (LD50) adalah suatu
dari populasi berada dalam plus-minus dosis efektif untuk 50% hewan
nilai 50%. Lethal concentration 50 (LC50) digunakan karena arah kisaraan nilai
yaitu konsentrasi yang menyebabkan pada titik tersebut paling menyempit
kematian sebanyak 50% dari organisme dibanding dengan titik-titik ekstrim
uji yang daoat diestimasi dengan grafik dari kurva dosis-respon. Sedangkan
dan perhitungan, pada suatu waktu Lethal concentration 50 (LC50) yaitu
pengamatan tertentu. konsentrasi yang menyebabkan
Berdasarkan tabel diatas dapat kematian sebanyak 50% dari
organisme uji yang daoat diestimasi
dikatakan bahwa Semakin banyak
dengan grafik dan perhitungan, pada
konsentrasi deterjen yang diberikan, maka suatu waktu pengamatan tertentu.
semakin tinggi juga nilai persentase 4. Pada saat konsentrasi detergen yaitu 0
mortalitas pada Ikan nila. Hasil uji ppm nilai mortalitas ikan sebesar 0%.
mortalitas ikan terhadap deterjen yaitu Namun ketika detergen dilarutkan
pada perlakuan kontrol (0 ppm) mortalitas kedalam air dan dibiarkan selama 4
ikan mas 0%, pada konsentrasi 0,063 ppm hari bersama ikan di akuarium, pada
mortalitas 10%; 0,398% mortalitas 20%; hari berikutnya kelompok kami
2,51% mortalitas 30%; 15,83% mortalitas menemukan bahwa ikan yang mati
70%; dan 99,77% mortalitas 100%. Hasil sebanyak 7 ekor, dan berlanjut pada
perhitungan nilai LC50 dengan hari ke-5 yang mati bertambah 3 ekor,
menggunakan analisis probit yaitu sehingga total 10 ekor ikan yang mati.
5. Pada perlakuan kontrol (0 ppm)
masing-masing 3,72%; 4,16%; 4,48%;
mortalitas ikan mas 0%, pada
5,52%; 8,09%.
konsentrasi 0,063 ppm mortalitas
10%; 0,398% mortalitas 20%; 2,51%
mortalitas 30%; 15,83% mortalitas
70%; dan 99,77% mortalitas 100%.
Hasil perhitungan nilai LC50 dengan
menggunakan analisis probit yaitu
masing-masing 3,72%; 4,16%; 4,48%;
5,52%; 8,09%.

DAFTAR PUSTAKA
Amam dan Rusdiana S. 2021.
Pertanian Indonesia dalam
menghadapi persaingan pasar
bebas. AGRIOVET Vol. 4 (1) : 38-
68

Rachmi Z. 2020. Efek toksisitas


deterjen dan pestisida terhadap
pertumbuhan ikan nila
(Oreochomis niloticus). Fanik Vol.
1 (1) : 28-34

Saparuddin. 2019. Pengaruh limbah


industri laundry terhadap
mortalitas, hemoglobin dan
trombosit ikan nila (Oreochromis
niloticus). Biotek Vol. 7 (2) : 83-95

Setiawan B, Sulistyawati dan Sukarti


K. 2020. Uji Toksisitas Akut
Detergen dan Pengaruh Subletal
Terhadap Perubahan
Histopatologik Insang dan Ginjal
Ikan Mas (Cyprinus carpio L.).
Aquawarman Vol. 6 (2) : 16-25

Anda mungkin juga menyukai