Anda di halaman 1dari 48

ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER

MELALUI KEGIATAN KEAGAMAAN SISWA KELAS IV


DI MI JABAL HIKMAH
TAHUN PELAJARAN 2021/2022

PROPOSAL SKRIPSI

BAIQ SHOLATIN ALAWIAH

NIM : 201811526008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)
PALAPA NUSANTARA
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan menyebut asma Allah SWT Yang Maha Pengasih

Maha Penyayang, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

atas segala limpahan rahmat, taufiq, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis

sehingga prposal dengan judul “Implementasi Pendidikan Karakter Melalui

Kegiatan Keagamaan Kelas IV di MI Jabal Hikmah Tahun Pelajaran 2021/2022”

dapat terselesaikan dengan tepat.

Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan keharibaan Rasulullah SAW

yang telah menuntun umatnya menuju jalan yang lurus yaitu Dinnul Islam dengan

menjujung tinggi ilmu pengetahuan yang dipancari oleh cahaya keimanan.

Dalam penyusunan proposal ini banyak hambatan yang dijumpai penulis,

namun berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun

materil, maka proposal ini dapat terselesaikan. Untuk itu disampaikan terima

kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:

1. Ketua STIT Palapa Nusantara (Bapak Drs. H. Lalu. Moh. Fahri, MH.)

beserta staf atas segala kebijakan dan dorongan sehingga penulis bisa

selesai.

2. Kepada pembimbing yang telah banyak membantu dan memberi dorongan

sampai proposal ini selesai.

3. Kepada ketua jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

4. Kepada kepala Madrasah Ibtidaiyah Jabal Hikmah.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih sangat jauh dari

kesempurnaan, baik dari segi penulisan maupun penyusunannya. Oleh karena itu,

ii
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk lebih

lengkapnya tulisan ini. Akhirnya semoga Allah SWT memberikan imbalan atas

segalanya dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi diri penulis, masyarakat, dan

dunia pendidikan umumnya.

Penulis

Baiq Sholatin Alawiah

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah....................................................................................5

C. Tujuan.......................................................................................................5

D. Manfaat Penelitian....................................................................................6

BAB II LANDASAN TEORI..............................................................................1

A. Pendidikan Karakter.................................................................................1

1. Pengertian Pendidikan Karakter.........................................................1

2. Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam.....................................9

3. Nilai Dasar Pendididkan Islam..........................................................11

4. Tujuan Pendidikan Karakter..............................................................13

5. Ciri-Ciri Pendidikan Karakter...........................................................15

6. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter........................................................16

7. Konsep Pendidikan Karakter.............................................................21

8. Proses Pendidikan Karakter...............................................................23

B. Kegiatan Keagamaan...............................................................................27

1. Pengertian Kegiatan Keagamaan.......................................................27

2. Ruang Lingkup Kegiatan Keagamaan...............................................28

3. Tujuan Kegiatan Keagamaan............................................................29

4. Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Keagamaan.........................31

iv
BAB III METODELOGI PENELITIAN............................................................35

A. Jenis dan Sifat Penelitian.........................................................................35

B. Sumber Data............................................................................................36

C. Teknik Pengumpulan Data......................................................................37

D. Teknik Penjamin Keabsahan Data...........................................................39

E. Teknik Analisis Data...............................................................................40

DAFTAR PUSTAKA

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu kebutuhan pokok bagi semua manusia, baik

secara individu, kelompok masyarakat, maupun bangsa yang wajib terpenuhi.

Oleh sebab itu, secara terus menerus pendidikan harus ditumbuh kembangkan

secara sistematis dan terpadu. Di era globalisasi ini, ilmu pengetahuan

semakin berkembang, dan apabila setiap ilmu yang dibangun tidak dilandasi

dengan ilmu agama maka manusia akan semakin sulit mengenal agama yang

dianutnya. Dengan demikian, pendidikan seharusnya diarahkan ke jalan yang

benar dan didasari dengan agama sehingga dapat membentuk sebuah karakter

yang tercermin dari kepribadian sehari-hari. Pendidikan merupakan usaha

agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses

pembelajaran, berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi “Pendidikan

merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan agama.1

Jadi dapat disimpulkan bahwasanya pendidikan tidak hanya mencakup

pengembangan intelektualitas saja, akan tetapi lebih ditekankan pada proses

1
Drs. Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter (Pendidikan Berbasis
Agama dan Budaya Bangsa), (Bandung Pustaka Setia, 2013), 41

1
pembinaan kepribadian dan keterampilan peserta didik secara menyeluruh.

Maka dari itu, pendidikan harus ditingkatkan mutunya, karena dari dasar

sinilah yang akan mnentukan kearah mana peserta didika akan dibawa

sehingga peserta didik menjadi lebih baik dimasa yang akan datang.

Pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia dikarenakan

pendidikan dapat mempertahankan hidup bermartabat, beriman, dan bertakwa

kepada Allah SWT, memiliki akhlak yang luhur, terampil, sosial, cerdas, dan

mandiri. Hal ini sleqaras dengan tujuan pendidikan nasional yang bertujuan

untuk mengembangkan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang

bdermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan ajaran

agama Islam.

Dengan demikian, adanya upaya penetapan pendidikan karakter di

lembaga formal sangat dibutuhkan. Karakter yang dimiliki suatu bagsa sangat

menentukan keberadaan bangsa tersebut di mata dunia. Karakter bangsa

merupakan pilar penting dalam kehidupan bangsa dan bernegara. Karakter

diibaratkan sebagai suatu sebagai suatu landasan atau pondasi yang

dibutuhkan dalam membangun bangsa yang kuat. Karakter yang baik harus

ditanamkan sejak usia dini. Dimana di usia dini merupakan masa kritis bagi

pembentukan karakter seseorang. Banyak ahli yang mengatakan bahwa

kegagalan penanaman karakter sejak usia dini akan membentuk pribadi yang

bermasalah dimasa dewasanya kelak. Karena membentuk atau

menciptakankarakter yang tidak baik tidak semudah membalik telapak

tangan.

2
Pendidikan karakter harus dilaksanakan secara integral dan holistik.

Pendidikan karakter harus didukung oleh semua kompenen masyarakat dan

dilakukan di semua level dan ruang kehidupan, karena menciptakan karakter

yang mulia perlu adanya sejumlah usaha untuk mwncapainya. Setidaknya ada

bimbingan yang terus menerus yang dimotori oleh pihak sekolah.

Pemngembangan nilai-nilai karakter di lembaga pendidikan, seseorang

tidak hanya terfokus pada kegiatan pembelajaran di kelas, tetapi juga harus

mengarahkan kepada peserta didik dalam bentuk implementasi kegiaan

keagamaan. Misalnya peserta didik mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan

dalam sekolah tersebut ysng kemungkinan besar juga memberikan

sumbangan informasi kepada siswa tentang materi yang dipelajari di dalam

kelas.

Saat ini dunia pendidikan Islam mengalami perkembangan yang cukup

baik. Karena dimana sebagian sekolah telah menjadi pilihan utama bagi

masyarakat. Bukan hanya karena merekan yang membutuhkan pendidikan

agama untuk anak-anaknya, namun secara kualitas, sekolah yang berbasi

Islam dirasa cukup menjanjikan. Tentunya orang tua tertarik untuk

menyekolahkan anknya, menginginkan agar anatara aspek integensi,

emosional maupun spiritual dan keterampilannya seimbang. Sebab,

keseimbangan antara aspek tersebut merupakan bekal untuk menghadapi era

global saat ini, serta berbagai dampak yang akan ditimbulkan.

Mutu dari suatu pendidikan sangatlah diharapkan baik dari pihak orangtua,

masayarakat, sekolah, maupun pemerintah. Baik pendidikan pengetahuan

3
umum maupun pendidikan keagamaan. Mereka sangat berharap agar lulusan

dapat menjadi pemimpin yang efektif dalam bidang ilmu pengetahuan dan

mampu beradaptasi dengan perubahan ilmu dan teknologi saat ini dengan

memiliki karakter yang baik dan dibentengi oleh iman dan takwa yang kuat.

Saat ini banyak lembaga pendidikan yang banyak mendalami ilmu

keagamaan agar peserta didiknaya bisa menjadi genersi bangsa yang memiliki

akhlak dan karakter yang baik. Semua itu dilakukan untuk menjaga peserta

didik dari kemerosotan moral dan penyimpanagan akhlak bangsa.

Berdasarkan hasil pra survey semakin mengatnya tuntutan masyarakat

terhadap mutu suatu pendidikan, maka lembaga-lembaga pendidikan yang

bernuansa Islam tentunya harus adaptyif dan memiliki standar mutu yang

baik, sebagaimana yang diaharapkan oleh masyarakat. Peran aktif dan

kreativitas pendidik sangat dituntut untuk menunjang keberlangsungan

pembelajaran ilmu agama sebagai media pembentukan karakter peserta didik.

Semua itu dapat dilakukan melalui keteladanan dan praktek secara nyata di

lingkungan peserta didik.

Kegiatan keagmaan yang diterapkan disekolah dilakukan setiap harinya

guna membentuk karakter peserta didik menjadi lebih baik. Dimana masih

terdapat peserta didik yang karakternya kurang bak dengan ditandai kurang

disiplinnya, tanggung jawab, cara berpakaian, sikap kurang sopan kepada

guru, dan tidak melksanakan sholat.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh

menegenai MI Jabal Hikmah yang menerapkan kegiatan keagamaan dalam

4
membentuk karakter. Drengan judul “ Analisis Implementasi Pendidikan

Karakter Melalui Kegiatan Keagamaan di MI Jabal Hikmah” sebagai tugas

semester akhir jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Palapa Nusantara Lombok Timur.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penelitian menghasilkan

pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaiama Implementasi Pendidikan Karakter peserta didik melalui

Kegiatan Keagamaan di MI Jabal Hikmah ?

2. Apa saja kendala yang dihadapi dalam menanamkan Pendidikan Karakter

melalui Kegiatan Keagamaan di MI Jabal Hikmah ?

3. Bagaimana solusi yang digunakan untuk mengatasi kendala dalam

menanamkan Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Keagamaan di MI

Jabal Hikmah ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui proses implementasi pendidikan karakter melalui

kegiatan keagamaan di MI Jabal Hikmah.

2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapai dalam menanamkan

Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Keagamaan di MI Jabal Hikmah.

3. Untuk mengetahui solusi yang digunakan dalam mengetahui kendala

yang dihadapi dalam penanaman Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan

Keagmaan di MI Jabal Hikmah.

5
D. Manfaat Penelitian

1. Bagi lembaga, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat mengoptimalkan

pelaksanaan kegiatan keagamaan sebagai terwujudnya visi dan misi

sekolah yaitu untuk membentuk karakter Islam.

2. Bagi peserta didik, dengan adanya kegiatan kemagamaan ini dapat

memberikan motivasi kepada peserta didik untuk menerapkan karakter

Islam, tidak hanya di sekolah namun di tempat manapun peserta didik

berada.

3. Bagi peneliti, dari hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah

pengetahuan dan manfaat bagi peneliti dan juga agar peneliti menyadari

bahwa pembiasaan kegiatan keagamaann penting sekali untuk

membentuk karakter peserta didik.

6
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pendidikan Karakter

Secara terminologi, karakter dimaknai sebagai cara berfikir dan

berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik

dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Karakter

dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan

dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia. Lingkungan

dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan

berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, adat

istiadat, dan estetika. Karakter adalah perilaku yang tampak dalam

kehidapan sehari-hari baik dalam bersikap maupun dalam bertindak.2

Ada yang ,menganggap bahwa kepribadian sama dengan karakter

sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau

karakteristik atau gaya khas dari diri seseorang yang bersumber dari

bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga

pada masa kecil, dan juga bawaan seseorang dari sejak lahir. Karakter

dipengaruhi oleh hereditas (keturunan). Perilaku seorang anak sering kali

tidak jauh dari perilaku orang tuanya, karakter juga dipengaruhi oleh

lingkungan, anak yang berada pada lingkungan yang baik cenderung akan

berkarakter baik pula, demikian juga sebaliknya. “Karakter mengacu pada

2
Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung:PT, Remaja
Rosdakarya, 2011), hlm. 11

7
serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi

(motivations), dan keterampilan (skills).3

Pendidikan karakter adalah sebuah proses transformasi nilai-nilai

kehidupan untuk ditumbuh kembangkan dalam kepribadian seseorang

sehingga menjadi satu dalam kehidupan seseorang.4 Pendapat lain

pendidikan karakter yaitu sebagai upaya yang sungguh-sungguh untuk

membantu seseorang dalam perilaku hidup orang itu.

Pendidikan karakter mengajarkan anak didik berfikir cerdas,

mengaktivasi otak tengah secara alami. Pendidikan ksrakter jugs dapat

diartikan sebagai pendidikan budi pekerti plus, yaitu melibatkan aspek

pengetahuan (cognitiv), perasaan ( feeling), dan tindakan (action). Tanpa

ketiga aspek tersebut, pendidikan karakter tidak efektif. Pendidikan

karakter ditetapkan secara sistematis dan berkelanjutan dan seorang anak

akan menjadi cerdas emosinya, karena kecerdasan emosi ini merupakan

bekal penting anak untuk menyongsong masa depan.5

Berdasarkan pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa

pendidikan karakter merupakan upaya yang dilakukan untuk menanamkan

nilai-nilai luhur kepada siswa agar terbentuk kepribadian yang berkarakter

baik dan ditunjukkan dalam kesehariannya dalam berperilaku baik kepada

Tuhan,diri sendiri, sesama, dan lingkungan. Pendidikan karakter tidak

cukup hanya dengan memberikan pengetahuan tentang adanya nila-nilai

3
Muclas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter
4
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Llembaga Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2012) hlm. 10
5
Muclas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter

8
karakter namun juga melibatkan perasaan sehingga mampu untuk

membedakan baik buruk sebuah nilai yang menentukan tindakan apa yang

akan diambil dan akhirnya diwujudakan dalam tindakan dan perbuatan

yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianutnya setelah melalui proses

pengetahuan hingga merasuk ke dalam perasaan.

Pendidikan karakter dinilai sangat penting untuk ditanamkan pada

anak sedini mungkin karena anak usia dini masih sangat mzdudah untuk

diarahkan dan dibentuk. Di lingkungan sekolah seharusnya lebih banyak

memberikan porsi yang diberikan untuk mengembangkan kepribadian dan

lebih banyak pengetahuan-pengetahuan kognitif. Lingkungan sekolah

merupakan sarana yang strategis untuk melaksanakan pendidikan karakter

karena sebagian besar anak menghabiskan waktunya di sekolah sehingga

apa yang diperolaeh di sekolah akan mempengaruhi pembentukan

karakternya.

2. Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam

Secara umum karakter dalam perspektif Islam dibagi menjadi dua,

yaitu karakter mulia dan karakter tercela, karakter mulia harus diterapkan

dalam kehidupan setiap muslim. Implementasi karakter dalam Islam

tersimpulkan dalam pribadi Rasulullah saw, dalam pribadi Rasul bersemai

dalam nilai-nilai akhlak yang mulia dan agung. Allah berfirman dalam Al-

qur;ansurah Al-Ahzab ayat 21:

9
Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri

teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)

Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.6

Karakter tidak diragukan lagi memiliki peran besar dalam kehidupan

manusia. Pembinaan karakter dimulai dari individu. Dalam Islam karakter

memiliki kedudukan penting dan dianggao memiliki fungsi yang vital

dalam memandu kehidupan masyarakat.

Berdesarkan penjelasan ayat Al-qur’an diatas, yang mempunyai peran

penting dalam pembentukan karakter bagi peserta didik, yang nantinya

dapat mengubah karakter peserta didik dari perilaku yang mengarah

kepada hal-hal yang sifatnya positif. Disini yang mempunyai peran

penting untuk mengubah peserta didik, dibutuhkan keteladanan pendidik

itu sendiri karena kebiasaan pendidik ketika proses mengajar, baik itu

dilingkungan sekolah bahkan diluar sekolah menjadi sorotan utama bagi

peserta didik.

Dalam perspektif Islam, karakter atau akhlak mulia merupakan buah

yang dihasilkan daeei proses penerapan syari’ah (ibadah dan muamalah)

yang dilandasi oleh fondasi aqidah yang kokoh. Ibarat bangunan,

karakter/akhlak merupakan kesempurnaan dari bangunan tersebut setelah

fondasi dan bangunannya kuat. Jadi, tidak mungkin karakter mulia akan

terwujud pada diri seseorang jika ia tidak memiliki aqidah dan syari’ah

yang benar. seorang muslim yang memilikiaqidah atau iman yang benar

pasti akan terwujud pada sikap dan perilaku sehari-hari yang didasari oleh
6
QS. Al-Azhab (33): 21

10
imannya.

3. Nilai Dasar Pendididkan Islam

Nilai dasar adalah pangkalan tolak suatu aktifitas dan merupakan

landasan untuk berdirinya sesuatu. Adapun jenis-jenis nilai dasar

pendidikan Islam, sebagai berikut:

a. Nilai Ilahiyah

1) Iman, yaitu sikap batin yang penuh kepercayaan kepada Allah

SWT

2) Islam, yaitu salah satu agama yang diterima oleh seorang nabi yang

mengajarkan monoteisme tanpa kompromi, iman terhadap wahyu,

iman terhadap akhir zaman, dan tanggung jawab.

3) Ihsan, yaitu kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa Allah

senantiasa hadir atau berada bersama kita dimanpun kita berada.

4) Taqwa, yaitu sikap yang sadar penuh bahwa Allah selalu

mengawasi kita.

5) Ikhlas, yaitu suatu sikap yang menjadikan niat hanya untuk Allah

SWT dlam melakukan amalan ketaatan, jadi amalan ketaatan

tersebut dilakukan dalam rangka mendekatkan diri pada Allah

SWT bikan kepada pujian dari manusia.

6) Tawakkal, yaitu sikap senantiasa bersandar kepada Allah dengan

penuhharapan kepada-Nya.

7) Syukur, yaitu sikap rasa terimakasih dan penghargaan, dalam hal

ini atas segala nikmat dana karunia yang tidak terbilang banyaknya,

11
yang dianugrahkan Allah kepada kita. Terdapat dalam Al-Qur’an

surah Al-Lukman ayat 12 :

Artinya : Dan sesungguhnya telah kami berikan

8) Sabar, yaitu sikap tabah menghadapi segala ujian hidup, baik besar

dan kecil, maupun lahir dan batin.

Berdasarkan penjelasan diatas bahwa nilai-nilai Ilahiyah yang

diajarkan dalam Islam akan cukup mewakili nilai-nilai keagamaan

yang mendasar yang perlu ditanamkan pada anak, sebagai bagian amat

penting dari pendidikan karakter.

b. Nilai Insaniyah

Keberhasilan pendidikan bagi anak-anak tidak cukup dukur hanya

dari segi seberapa jauh anak itu menguasai hal-hal yang bersifat

kognitif atau pengetahuan tentang suatu masalah semata. Adapun

nilai-nilai insaniyah itu diantaranya:

1) Sillat al-rahmi, yaitu pertalian rasa cinta kasih antara sesama

manusia, khususnya anatar saudara, kerabat, tetangga, dan yang

liannya.

2) Al-Ukuwah, yaiitu semangat persaudaraan lebih-lebih kepada

sesama orang beriman.

3) Husnu Al-dzan, yaitu berbaik sangka kepada sesama manusia,

berdasarkan ajaran agama bahwa manusia itu pada asal dan

12
hakikat aslinya adalah baik.

4) Al- Tawadhu, yaitu sikap rendah hati, sebuah sikap yang tumbuh

karena keinsafan bahwa segala kemuliaan hanya milik Allah

SWT.

5) Al- Wafa, yaitu tepat janji, salah satu sifat orang yang benar-benar

beriman adalahialah sikap selalu menepati janji bila membuat

perjanjian.

6) Insyirah, yaitun sikap penuh kesediaan menghargai oraag lain

denga pendapat-pendapat dan pandangan-pandangan (sikap lapang

dada).

7) Iffah atau ta’affuf, yaitu sikap penuh harga diri namun tidak

sombong, jadi tetap rendah hati dan tidak mudah menunjukkan

sikap memelas.

8) Qawamiyah, yaitu sikap tidak boros atau tidak kikir dalam

menggunakan harta, melainkan sedang antara keduanya.7

a. Berdasarkan penjelasan diatas bahwa nilai-nilai insaniyah yang

membentuk ketaqwaan, akhlaka mulia akan membantu

mengidentifikasi pendidikan karakter, baik dalam lingkungan

rumah maupun di sekolah.

4. Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter pada dasarnya ertujuan untuk membuat seseorang

menjadi good and smart. Dalam sejarah Islam, Rasulullah Muhammad

7
Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, cet-3 (Bandung Remaja
Rosdakarya, 2013), hlm.95-96

13
SAW juga menegaskan bahwa misi utamanya dalam mendidik manusia

adalah untuk

Mengupayakan membentuk karakter yang baik. Dengan bahasa yang

sederhana, tujuan dari pendidikan adalah untuk mengubah manusia

menjadi lebih baik dalam oenegetahuan, sikpa, dan keterampilan.

Pendidikan karakter juga bertujuan meningkatkan penyelenggraan dan

hasil pendidikan di sekolah yang mengarahkan pada pencapaiaan

pembentukan karakter peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang.

Pendidikan karakter adalah pendidikan akhlak yang menyentuh ranah

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pendidikan karakter menjamah unsur

mendalam dari pengetahuan, perasaan, dan tindakan. Pendidikan karakter

menyatukan tiga unsur tersebut adalah akidah, ibadah, dan muamalah.

Bahasa tauhid biasa disebut dengan Iman, Islam, dan Ihsan. Ketiga unsur

itu menyatu dan terpadu dalam jiwa siswa, sehingga akhlak yang

tergabung berlandaskan keimanan, keislaman, dan keikhlaskan.

Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional pasal 1 Undang-

Undang Sikdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional

adlah mengembangkan potensi siswa untuk memiliki kecerdasan,

kepribadian, dan akhlak mulia.

Adapun tujuan karakter pendidikan sebagai berikut:

a. Membentuk siswa berfikir nasional, dewasa dan bertanggung jawab.

b. Menegembnagkan sikap mental yang terpuji.

c. Membina kepekaan sosial anak didik.

14
d. Membangun mental yang optimis dalam menjalani kehidupan yang

penuh dengan tantangan.

e. Membentuk kecerdasan emosional.

f. Membentuk anak didik yang berwatak pengasih, penyayang, sabar,

beriman, bertaqwa, bertanggung jawab, amanah, jujur, adil, dan

mandiri.8

Pendidikan karakter diarahkan untuk memenuhi karakter bangsa

secara menyeluruh, baik pengetahuan (kognitif), nilai kehidupan (afektif),

maupun tindakan terpuji (psikomotor). Tujuannya adalah untuk

memebentuk siswa supaya mereka mampu menjadi insan kamil dan

menentukan karakter dan akhlak mulia para siswa secara utuh dan

seimbang sesuai dengan standar kelulusan yang ditentukan masing-

masing sekolah.

5. Ciri-Ciri Pendidikan Karakter

Kelurga dipandang sebagai pendidik karakter yang utama pada anak,

dismaping sekolah yang juga dianggap sebagi pusat pengembangan

karakter pada anak. Hal ini disebabkan karena pengaruh sosialisasi orang

tua pada anak terjadi sejak dini sampai anak dewasa. Adapun ciri-ciri dari

karakter adalah sebagi berikut:

a. Memiliki kepedulian terhadap orang lain dan terbuka terhadap

pengalaman dari luar.

b. Secara konsisten mampu mengolah emosi.

8
Hamdani Hamid, dan Ahmad Saebani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam,(Bandung Pustaka
Setia, 2013), hlm. 39

15
c. Memiliki kesadaran terhadap tanggung jawab sosial dan menerimanya

tanpa pamrih.

d. Melakukan tindakan yang benar meskipun tidak ada orang lain yang

melihatnya.

e. Memiliki kekuatan dari dalam untuk mengupayakan keharmonisan

dengan lingkungan sekitar.

f. Mengembangkan standar pribadi yang tepat dan perilaku yang

konsisten dengan standar tersebut.

Pendapat lain mengungkapkan ciri karakter individu yang memiliki

karakter kuat mampu bersikap rasional dan tidak mudah terombang-

ambing oleh keyakinanyang salah tentang nilai sesuatu yang ada di luar

dirinya.

Berdasarkan pendapat diatas dapat dipahami bahwa ciri-ciri karakter

ialah memiliki rasa peduli terhadap orang lain, mampu menjaga emosi,

memiliki tanggung jawab, rasa tidak ingin dipujinatas tindakan yang

dilajukan, dan mempunyai pribadi perilaku yang konsisten.

6. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter yang secara tidak langsung lebih dominan

ditekankan pada lembaga pendidikan, maka penanaman pendidikan

karakter yang sesuai dengan karakter budaya bangsa perlu ditanamkan

untuk membentuk karakter peserta didik para generasi bangsa.

Adapun nilai-nilai karakter di sekilah yang ditanmakan dalam diri

peserta didik yaitu:

16
a. Religius, yaitu sikap perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran

agama yang dianutnya.

b. Jujur, yaitu perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya

sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan,

dan pekerjaan.

c. Toleransi, yaitu sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan

agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang

berbeda dari dirinya.

d. Disiplin, yaitu tindakan yang menunjukkan perilakutertib dan patuh

pada berbagai ketentuan dan peraturan.

e. Kerja keras, yaitu perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-

sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta

menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

f. Kreatif, yaitu berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan

cara atau hasil baru dari suatu yang telah dimiliki.

g. Mandiri, yaitu sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada

orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

h. Demokrasi, yaitu cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai

sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

i. Rasa ingin tahu, yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk

mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang

dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

j. Semangat kebangsaan, yaitu cara berfikir, bertindak dan berwawasan

17
yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan

diri dan kelompoknya.

k. Cinta tanah air, yaitu cara berfikir, bersikpa, dan berbuat yang

menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi

terhadap bangsa dan negara di atas kepentingan diri sendiri dan

kelompok.

l. Menghargai prestasi, yaitu sikap dan tindakan yang mendorong

dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat,

dan mengakui serta menghormati orang lain.

m. Bersahabat/komunikatif, yaitu tindakan yang memperlihatkan rasa

senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

n. Cinta damai, yaitu sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan

orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

o. Gemar membaca, yaitu kebiasaan menyediakan waktu untuk

membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

p. Peduli lingkungan, yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya

mencegah kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya, dan

mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam

yang telah terjadi.

q. Peduli sosial, yaitu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi

bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

r. Tanggung jawab, yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk

melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan

18
terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan,negara, dan Tuhan Yang

Maha Esa.

Demikian nilai-nilai karakter yang dicanagkan kemendikmas dalam

upaya membangun karakter bangsa melalui pendidikandi sekolah atau

madrasah.

Dasar pendidikan karakter tersebut diterapkan sejak usia dini atau

yang biasa disebut psikolog sebagai usia emas (golden age) karena usia

dini terbukti sanat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan

potensinya. Dasri sinilah sudah sepatutnya pendidikan karakter sudah

dimulai dari dalam pendidiakan keluarga, yang merupakan lingkungan

pertama bagi pertumbuhan karakter anak.

Akan tetapi, bagi sebagian keluarga, proses pendidikan karakter yang

sistematis diatas sangat sulit, terutama bagi sebagian orangtua yang

terjebak pada rutinitas yang padat. Karena itu sebaiknya pendidikan

karakter juga perlu diberikan saat anak-anak masuk di lingkungan

sekolah, terutama sejak PAUD dan Tamana Kanak-Kanak. Disinilah

peran guru, yang dalam filosofi disebut digugu dan ditiru menjadi ujung

tombak di lingkungan sekolah, yang berhadapan langsung dengan peserta

didik.

Berdasarkan paparan diatas, untuk lebih memfokuskan penelitian ini

penulis mengambil 3 nilai-nilai karakter yaitu:

Indikator Karakter.

No Nilai Deskripsi Indikator

19
1. Religius Sikap dan perilaku  Berdoa sebelum

yang patuh dalam menegerjakan

melaksanakan ajaran sesuatu

agama yang  Tekun

dianutnya, toleransi menjalankan

terhadap ibadah, membaca

pelaksanaan ibadah Qur’an, hafalan,

agama lain, dan muraja’ah, dan

rukun dengan sholat

pemeluk agama lain  Selalu ingat kepada

Allah SWT.

2. Disiplin Tindakan yang  Tidak terlambat

menunjukkan datang ke sekolah

perilaku tertib dan  Tepat waktu dalam

patuh pada berbagai melaksanakan

ketentuan dan ibadah

peraturan.  Tepat waktu dalam

mengumpulkan

tugas

3. Tanggung Sikap dan perilaku  Melakukan sesuatu

jawab seseorang untuk yang seharusnya

melkasanakan tugas dilakukan

dan kewajibannya  Berfikir sebelum

20
yang seharusnya dia bertindak

lakukan,terhadap diri  Bertanggung jawan

sendiri, masyarakat, atas perkataan,

lingkungan perbuatan, dan

(alam,sosial, dan sikap.

budaya), negara, dan

Tuhan Yang Maha

Esa.

7. Konsep Pendidikan Karakter

Konsep pendidikan karakter dalam perspektif Islam, yaitu segala

sesuatu upaya yang digunakan untuk mewujudkan sebuah karakter tidak

hanya teraplikasi kepada hubungan sesama manusia, tetapi juga harus ada

hubungan vertikal dengan Allah SWT. Pendidikan karakter ini tidak

hanya terlihat dari sisi laurnya saja, yaitu seperti menggantikan nama

kurikulum yang lama dengan kurikulum yang baru yang berbasis karakter

(kurikulum 2013/K13), namun harus secara jelas tampak perbedaan

dengan kurikulum non karakter (KTSP).

Pendidiakn karakter tidak lagi menjadi sebuah mata pelajaran khusus

yang terpisah dasri mata pelajaran lainnya sebagaimana yang pernah

diterapkan pada kurikulum sebelumnya, yaitu pendidikan budi pekerti

maupun pendidikan moral pancasila. Apabila tetap menjadi sebuah mata

pelajaran yang terpisahkan, maka disinyalir tidak akan ada perubahan

21
yang terjadi kecuali hanya jadwal belajar yang lebih lama.

Konsep pendidikan karakter yang dapat memberikan dampak secara

jelas, apabila nilai-nilai karakter Islam yang harus dimasukkan pada setiap

mata pelajaran. Berikut ini adalah nilai-nilai dalam pendidikan karakter

Islam yang harus dimasukkan pada setiap mata pelajaran.

a. Disipli

b. Manajemen pribadi

c. Rajin belajar

d. Bersilaturahmi, menyambung komunikasi

e. Berkomunikasi dengan baik dan menebar salam

f. Jujur, tidak curang, menepati janji, serta amanah

g. Berbuat adil, tolong menolong, dan saling mengasihi

h. Sabar dan optimis

i. Kasih sayang dan hormat kepada orang tua

j. Pemaaf dan dermawan

k. Berbuat baik dan berakhlak mulia.9

Dalam penjelasan di atas dapat dipahami bahwa pendidikan karakter

ini adalah pendidikan yang harus dapat mengubah perilaku, yaitu bahwa

pendidikan memberikan nila-nilai yang ideal yang diharapkan mengatur

perilaku peserta didik serta dapat mendukung perkembangan kepribadian

yang dibutuhkan untuk memainkan peran dari ilmu dan nilai yang

diperolehnya.

8. Proses Pendidikan Karakter


9
Muchlas Sumani, Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter,

22
Proses pembentukan karakter tidak mudah dilakukan, oleh karena itu

dibutuhkan suatu lembaga pendidikan atau lembaga sosial yang

menangani secara khusus pembentukan karakter pada anak. Diantara

pendidikan yang mengawali pembentukan karakter tersebut antara lain

dapat dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah yang memadukan antara

pendidikan umum dan nilai-nilai agama.

Nilai-nilai agama memang tidak selalu memiloiki kulaifikasi nilai

moral yang mengikat semua orang, namun nilai-nilai agama dapat

menjadi dasar kokoh bagi individu dalam kerangka perkembangan

moralnya. Sebab, ada nilai-nilai agama yang selaras dengan nilai-nilai

moral.

Pada lingkungan keluarga, orang tua atau wali mengupayakan

pendidikan karakter melalui kegiatan keseharian di rumah, untuk

memperkuat hasil pendidikan karakter yang dilakukan di sekolah. Pada

lingkungan masyarakat, tokoh-tokoh atau pemuka masyarakat

mengupayakan pendidikan karakter melalui kegiatan keseharian ditengah-

tengah masyarakat sebagi upaya memperkuat hasil pendidikan karakter di

sekolah dan keluarga.

Keluarga merupakan wahana pertama dan utama bagi pendidikan

karakter anak. Apabila keluarga gagal melakukan pendidikan karakter

pada anak-anaknya, maka akan sulit bagi pihak lain untuk

memperbaikinya. Kegagalan keluarga dalam membentuk karakter anak

akan berakibat masyarakat yang tidak berkarakter. Pada sisi lain, orang

23
tua perlu mengawasi pergaulan anak karena akan berpengaruh pada

kepribadian anak.

Karakter ini tidak dapat dikembangkan secara cepat dan segera

(instant), tetapi harus melewati suatu proses yang panjang, cermat, dan

sintesis. Berdasarkan perspektif yang berkembang dalam sejarah

pemikiran manusia, pendidikan karakter harus dilakukan berdasarkan

tahap-tahap perkembangan sejak usia dini sampai dewasa. Berdasarkan

pemikiran psikolog Kohlberg (1992) dan ahli pendidikan dasar Marlene

Lockheed (1990), terdapat empat tahap pendidikan karakter yang perlu

dilakukan, yaitu:

a. Tahap pembiasaan sebagai perkembangan karakter anak.

b. Tahap pemahaman dan penalaran terhadap nilai, sikap, perilaku, dan

karakter siswa.

c. Tahap penerapan berbagai perilaku dan tindakan siswa dalam

kenyataan sehari-hari.

d. Tahap pemaknaan, suatu tahap refleksi dari siswa melalui penilaian

terhadap seluruh sikap dan perilaku yang dipahami dan dilakukan

serta bagaimana dampak dan kemanfaatannya dalam kehidupan baik

bagi dirinya maupun orang lain.

Character Eductiom Quality Standart, merekomendasikan 11 prinsip

untuk mewujudkan pendidikan karakter yang efektif sebagai berikut:

a. Mempromosikan nilai-nilai dasar dan etika sebagai basis karakter.

b. Mengidentifikasikan karakter sekolah yang memiliki kepedulian.

24
c. Menggunakan pendekatan yang tujuan, proaktif, dan efektif, untuk

membangun karakter.

d. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.

e. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukan perilaku

yang baik.

f. Mengusahan tumbuhnya motivasi diri pada siswa.

g. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunikasi moral yang

berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia kepada

nilai dasar yang sama.

h. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam

membangun inisiatif pendidikan karakter.

i. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dan

usaha membangun karakter.

j. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru

karakter, dan manifestasi positif dalam kehidupan siswa.

Salah satu metode atau cara yang tepat dalam penanaman karakter

peserta didik adalah dengan melakukan pembiasaan-pembiasaan kepada

siswa. Metode pembiasaan ini bertujuan untuk membiasakan peserta didik

berperilaku terpuji, disipli dan giat belajar, kerja keras dan ikhlas, serta

jujur dan tanggung jawab terhadap sdegala tugas yang dilakukan. Hal ini

perlu dilakukan oleh gurundalam rangka pembentukan karskter untuk

membiasakan peserta didik melakukan perilaku terpuji (akhlak mulia).

Pendidikan dengan kebiasaan menurut Mulyasa dapat dilakukan

25
secara terprogram dalam pembelajran atau dengan tidak terprogram dalam

kegiatan sehari-hari.kegiatan pembiasaan dan pembelajaran secara

terprogram dapat dilaksanakan dengan perencanaan khusus dalam kurun

waktu tertentu, untuk mengembangkan pribadi peserta didik yang

dilakukan secara individu dan kelompok. Adapun kegiatan pembiasaan

peserta didik yang dilakukan secara tidak terprogram dapat dilaksanakan

dengan cara-cara berikut:

a. Kegiatan rutin, yaitu pembiasaan yang dilakukan secara terjadwal

seperti sholat berjamaah, sholat dhuha bersama,murojaah 5S (senyum,

sapa, salam, sopan, dan santun) setiap hari, dan melaksanakan

kegiatan keagamaan yang lain.

b. Kegiatan yang dilakukan secara spontan, yaitu pembiasaan yang

dilakukan tidak terjadwal dalam kejadian khusus, misalnya

pembentukan perilaku memberi salam, membuang sampah pada

tempatnya, melakukan antre dan sebagainya.

c. Kegiatan dan keteladanan, pembiasaan yang berbentuk perilaku

sehari-hari, seperti berpakaian rapi, berbahasa yang baik dan santun,

rajin membaca, memuji kebaikan, datang ke sekolah tepat waktu dan

sebagainya.

Dalam pelaksanaan pendidikan karakter, pembiasaan peserta didik

akan lebih efektif jika ditunjukkan dengan keteladanan dari tenaga

pendidik. Oleh karenanya, metode pembiasaan tidak terlepas dari

keteladanan, dimana ada pembiasaan disana ada keteladanaan. Kegiatan

26
yang dilakukan secara terus menerus yang dalam teori pendidikan

membentuk karakter.

B. Kegiatan Keagamaan

1. Pengertian Kegiatan Keagamaan

Kegiatan keagamaan sangat penting dilakukan dalam kehidupan

sehari-hari, karena dengan kegiatan keagamaan akan dapat menambah

keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Selain itu dengan kegiatan

keagamaan kita akan lebih dekat dengan masyarakat, bangsa dan negara.

Keagamaan merupakan asal dari agama yang artinya suatu peraturan

Tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang memiliki akal memegan

peraturan Tuhan itu dengan kehendak-Nya sendiri untuk kebaikan hidup

di dunia dan kebaikan hidup di akhirat. 10 Karena manusia memiliki akal

secara eksplisit jelas bahwa agama ditunjukkan kepada manusia. Agama

menuntun, membimbing manusia ke arah kesejahteraan, kebahagiaan

dunia dan akhirat.

Pendapat lain mengatakan bahwa keagmaan adalah sifat yang terdapat

dalam agama, segala sesuatu mengenai agama. Kegiatan keagmaan

merupakan segala bentuk kegiatan yang terencana dan terkendali sebagai

usaha untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan yang dapat dilakukan

oleh perorangan atau kelompok.

Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan

keagamaan merupakan aktivitas yang dilakukan baik secara individu

10
Wahyudin, Dedi Wahyudi, Ahmad Muzzaki,Etika Ketuhanan, (Yogyakarta: Idea Press,
2019),144

27
maupun kelompok yang berhubungan dengan leligius dan spiritual

sebagai ketaatan Tuhan. Hal ini diperkuat dengan pernyataan dalam Al-

Qur’an surah Ar-Rum ayat 30.

Artinya : maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama

Allah (tataplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia

mnurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah (itulah) agama

yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Dari pengertian diatas daapt disimpulkan bahwa kegiatan keagamaan

adalah segala perbuatan, perkataan, lahir batin seseorang atau individu

yang didasarkan pada nilai-nilai atau norma-norma yang berpangkal pada

ajaran-ajaran agama, yang telah menjadi kebiasaan hidup sehari-hari

dalam sekolah.

2. Ruang Lingkup Kegiatan Keagamaan

Ruang lingkup agama secara umum adalah hal-hal yang menjadi

pedoman pokok bagi agama tersebut antara lain:

a. Keyakinan, yaitu keyakinan akan adanya sesuatu kekuatan

supranatural yang diyakini meengatur dan menciptakan alam.

b. Pribadatan, yaitu tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan

kekuatan supranetral tersebut sebagai konsekuensi atau pengakuan

dan ketundukannya

c. Sistem nilai ynag mengatur hubungan manusia dengan manusia

lainnya atau alam semesta yang dikaitkan dengan keyakinan tersebut.

Dalam sebuah agama terdapat beberapa unsur dan itu menjadi

28
pedoman pokok bagi agama tersebut dalam upaya menjadikan hidup

manusia lebih baik, anta lain adalah:

a. Adanya keyakinan pada yang gaib

b. Adanya kitab suci sebagai pedoman

c. Adanya Rasull sebagai pembawanya

d. Adanya ajaran yang bisa dipatuhi

e. Adanya upacara ibadah yang standar.

Ruang lingkup agama Islam terdiri dari tiga unsur pokok yaitu:

a. Iman artinya percaya, percaya dengan cara membenarkan sesuatu

dalam hati, kemusian diucapkan oleh lisan, dan dikerjakan dengan

amal perbuatan.

b. Islam artinya ketundukan, kepasraha, menerima, tidak menolak, tidak

membantah, dan tidak membangkang, maksudnya ayitu menyerahkan

diri sepenuhnya kepada Allah SWT.

c. Ihsan artinya berakhlah dan berbuat saleh sehingga dalam

melaksanakan ibadah kepada Allah SWT dan bermuamalah dengan

sesama makhluk dilakukannya dengan penuh keikhlasan. Seakan-akan

Allah menyaksikannya sepanjang waktu.11

3. Tujuan Kegiatan Keagamaan

Ada beberapa tujuan dari kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di

sekolah, yaitu:

a. Meningkatkan intensitas dakwah Islamiyah kepada siswa dalam

rangka membangun siswa sebagai generasi muda yang religius,


11
Taufik Yusmansyah, Akidahdan Akhlak, (Bandung: Granfindo Media Pratama, 2008)

29
sebagai implementasi Islam adalah Rahmatalilalamin.

b. Mambangun kesadaran siswa bahwa kegiatan keagamaan akan

memotivasi setiap aktivitas yang baik dan continue.

c. Membangun pribadi siswa ynag terbiasa dalam melaksanakan ibadah.

d. Menciptakan generasi dengan tingkat kecerdasan spiritual (SQ) yang

baik, sehingga akan melahirkan generasi yang menjunjung tinggi

etika, moral, dan nilai-nilai religius

e. Meningkatkan kemampuan siswa, beraspek kognitif, afektif dan

psikomotorik.

f. Pengembangan minat dan bakat siswa dalam upaya pembinaan pribadi

menuju pembinaan manusia seutuhnya yang psoitif.

g. Dapat mengetahui, mengenang, serta membedakan hubungan satu

pelajaran dengan pelajaran lainnya.12

Ghairah Islamiyah diri peserta didik harus ditumbuhkan, untuk itu

diperlukan upaya alternatif suaya mereka bersemangat untuk

mengamalkan ajaran agamanya. Kegiatan keagamaan merupakan salah

satu sub dari pelajran pendidikan agama Islam yang diharuskan mampu

memberikan kontribusi terhadap religiulitas seseorang.

12
Suryosubroto, ProsesBelajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm 192

30
4. Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Keagamaan

Karakter dimaknai sebagai cara berfikir dan berperilaku yang khas tiap

individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga,

masyarakat, bangsa, dan negara. Karakter dapat dianggap sebagai nilai-

nilai perilku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa,

diri sendiri, dan sesama manusia. Lingkungan dan kebangsaan yang

terwujud dalam oikiran, perkataanm dan perbuatan berdasarkan norma-

norma agama, hukum, tata krama, budaya, adat istiadat, dan estetika.

Karakter adalah perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari baik

dalam bersikap maupun dalam bertindak.13

Pendidikan karakter adalah sebuah proses transformasi nilai-nilai

kehidupan untuk ditumbuh kembangkan dalam kepribadian seseorang

sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu.

Pendidikan karakter mengajarkan anak didik berfikir cerdas,

mengaktivasi otak tengah secara alami. Pendidikan karakter juga dapat

diartikan sebagai pendidikan budi pekerti plus, yaitu melibatkan aspek

penegtahuan (cognitiv), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Tanpa

ketiaga aspek tersebut, pendidikan karakter tidak efektif. Pendidikan

karakter ditetapkan secara sistematis dan berkelanjutan dan seorang anak

akan menjadi cerdas emosinya. Karena kecerdasan emosi ini merupakan

bekal penting bagi anak untuk menyongsong masa depan.14

13
Musclas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, cet ke-3 (Bandung:
PT. Remaja Rosda, 2013), hlm 41
14
Agus Wibowo, Pendidikan Karakter:Strategi Membangun Karakter Bangsa Berkepribadian,
(Yogyakarta: Pustaka Pembelajaran, 2012), hlm. 36

31
Dari beberapa pengertian mengenai pendidikan karakter yang telah

dipaparkan sebelumnya, pendidikan karakter dapat dilakukan melalui

tahapan-tahapan, tahapan tersebut berdasarkan pemikiran psikolog

Kohlberg (1992) dan ahli pendidikan dasar Marlene Lockheed (1992),

yaitu:

a. Tahap pembiasaan sebagai perkembangan karakter anak,.

b. Tahap pemahaman dan penalaran terhadap nilai, sikap, perilaku, dan

karaktersiswa.

c. Tahap penerapan sebagai perilaku dan tindakan siswa dalam

keseharian.

d. Tahap pemaknaan, suatu tahap refleksi dari siswa melalui penilaian

terhadap seluruh sikap dan perilaku yang dipahami dan dilakukan

serta sebagaimana dampak dan kemanfaatannya dalam kehidupan

baik bagi dirinya maupun orang lain.

Pendidikan karakter dapat berjalan dengan baik dan sesuai sasaran

memiliki tiga prinsip sebagai berikut:

a. Prinsip keteladanan dari semua pihak, baik orang tua, guru,

masyarakat, maupun pemimpinnya.

b. Prinsip rutinitas (pembiasaan dalam segala aspek kehidupan)

c. Prinisip kesadaran untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai karakter

yang diajarkan.

Selain itu, terdapat faktor yang mempengaruhi pendidikan karakter,

yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal lebih condong tentang

32
bawaan peserta didik itu sendiri, contohnya seperti sikap, kebiasaan,

etitude, dan lain-lain yang bersifat dalam diri peserta didik. Sedangkan

faktor eksternal dipengaruhi oleh lingkungan, baik itu lingkungan

keluarga, masyarakat, maupun pendidikan.

Pendidikan karakter juga dapat dilakukan melalui kegiatan keagmaan

yang terdapat dalam lembaga pendidikan, seperti membaca Al-Qur’an,

sholat berjma’ah, berdakwah, peringatan hari besar Islam, taddabur-

tafakkur, pesaantren kilat, dan masih banyak lainnya.

Kegiata keagamaan sangat penting dilakukan dalam kehidupan sehari-

hari, karena dengan kegiatan keagamaan akan dapat menambah keimanan

dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Selain itu dengan kegiatan

keagamaan, kita akan lebih dekat dengan masyarakat, bangsa, dan negara.

Keagamaan merupakan asal dari kata agama yang artiya suatu

peraturan Tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang memiliki akal,

memegang peraturan Tuhan itu dengan kehendak-Nya sendiri untuk

kebaikan hidup di dunia dan kebaikan di akhirat. 15 Karena manusia

memiliki akal, secara eksplisit jelas bahwa agama ditunjukkan kepada

manusia. Agama menuntun, membimbing manusia ke arah kesejahteraan,

kebahagiaandunia dan akhirat.

Dari beberapa pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa

pendidiakan karakter melalui kegiatan keagamaan sangatlah diperlukan

sebagai bekal peserta didik. Tidak hanya sekedar bekal tetapi jauh dapat

15
Wahyudin, Dedi Wahyudi, Ahmad Muzzaki, Etika Ketuhanan, (Yogyakarta: Idea Press, 2019),
hlm 144

33
menerapkan nilai-nilai agama yang baik untuk ditanamkan di dalam

karakter peserta didik. Karakter menjadi pondasi dalam menjalani

kehidupan yang akan berkesinambungan dengan lingkungan, sosial, dan

berbagai ilmu lainnya. Pendidikan karakter melalui kegiatan keagamaan

di MI Jabal Hikmah sudah cukup baik, ini tercermin dalam perilaku

peserta didik yang sudah menerapkan dalam kehidupan sehari-hari

dengan menunjukkan sikap semangat dan senang dalam beribadah,

disiplin, tanggung jawab atas apa yang telah diperbuat,hormat terhadap

guru dan teman, serta memiliki kepuedulian sosial, sehigga sesuai dengan

visi misis sekolah yaitu cerdas, kreatif, dan mencetak generasi Islami

yang berkarakter serta unggul dalam inelektual.

Pendidikan karakter melalui kegiatan keagamaan diharapkan menjadi

perhatian khusus dalam perkembangan zaman yang sangat pesat. Oleh

karena itu perlu dukungan dari berbagai belah pihak diantaranya orang

tua, masyarakat, lingkungan, dan pendidik. Semoga penelitian ini dapat

bermanfaat tidak hanya sebagai tugas akhir tetapi menjadi sumbangsih

ilmu yang bermanfaat dalam problematika yang ada di masyarakat.

34
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif

lapangan (field reaseacrh) yaitu penelitian yang mengharuskan peneliti

berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan tentangsuatu

fenomena dalam suatu keadaaan alamiah.16 Penelitian kualitatif lapangan

bertujuan untuk meneliti dan mengetahui sejauh mana sekolah dalam

mengimplentasikan pendidikan karakter dalam kegiatan keagamaan di MI

Jabal Hikmah. Penelitian ini dilakukan secara observasi langsung dengan

menitik beratkan pada peran seorang pendidik dalam mengimplementasikan

pendidikan karakter dalam kegiatan keagamaan dan melihat kondisi peserta

didik di lapangan.

Penelitian ini bersifat deskriptif kulaitatif, “Penelitian deskriptif

merupakan metode peneliti ysng berusaha menggambarkan dan

menginterpretasi objek sesuai apa adanya.17Penelitian deskriptif pada

umumnya dilakukan secara sistematis fakta dan karakteristik objek

atausubjek yang diteliti secara tepat.

Penelitian ini mengungkapkan bagaimana implementasi pendidikan

karakter melalui kegiatan keagamaan di MI Jabal Hikmah dengan cara

menjelaskan, memaparkan/menggambarkan dengan kata-kata secara jelas dan

terperinci melalui bahasa yang tidak terwujud nomor/angka. Dengan jenis


16
Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, Cet-32 (Bandung Rosda
Karya, 2014), hlm 26.
17
Sukardi, Metodelogi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 157

35
penelitian deskriptif dan menggunakan pendekatan fenomenologi maka dapat

diasumsikan bahwa sifat dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif

lapangan.

B. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat

diperoleh baik berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Sumber

data dalam penelitian ini yaitu mengambil sumber data primer dan data

sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil peneliti melalui kata-kata dan

tindakan atau pengamatan. Peristiwa yang berkaitan dengan masalah atau

fokus masalah penelitian yang akan diobervasi langsung ke sekolah,

dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara langsung terhadap

kepada guru dan siswa yang terkait dengan proses pembelajaran di MI

Jabal Hikmah yang berkaitan dengan implementasi pendidikan karakter

melalui kegiatan keagamaan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data diluar kata-kata dan tindakan yaitu

sumber tertulis. Kemudian pendapat yang lain menjelaskan bahwa

“dilihat dari segi sumber tertulis dapat dibagi atas sumber dari buku

dana majalah ilmiah, sumber data dan arsip, dokumen pribadi dan

dokumen resmi”. Sumber data sekunder yang digunakan peneliti ini

terdiridari dokumen yang meliputi sejarah berdirinya sekolah, struktur

36
organisasi, data guru dan siswa, visi dan misi sekolah, kurikulum

sekolah, data sarana dan prasarana yang terdapat di MI Jabal Hikmah.

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti menggunakan sumber data

primer dan sumber data sekunder, sehingga data yang diperlukan untuk

penelitian terkumpul sesuai dengan kebutuhan peneliti.

C. Teknik Pengumpulan Data

Tekni pengumpulan data merupakanlangkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa

metode antara lain sebagai berikut:

1. Wawancara (interview)

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi

dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna

dalam suatu topik tertentu.18

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu , percakapan

itu dilakukan oleh dua belah pihak yaitu pewawancara yang mengajukan

pertanyaan dan narasumber yang memberikan jawaban atas pertanyaan

itu. Melalui wawancara peneliti mengetahui bagaimana cara sekolah

mengimplementasikan pendidikan karakter melalui kegiatan keagamaan

di MI Jabal Hikmah tersebut.

Macam-macam wawancara yang digunakan diantaranya:

a. Wawancara terstruktur (structured interview)

Sugiyono, Metodelogi Penelitian Pendidikann Kualitatif (Pendekatan Penelitian Kulaitatif, dan


18

R&D),(Bandung: ALFABETA, 2015), hlm.317

37
Wawancara strukturdigunakan sebagai teknik pengumpulan data,

bila peneliti telah menegtahui dengan pasti tentang informasi yang

akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara,

pengmpulan data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa

pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah

disiapkan.

b. Wawancar tidak terstruktur (unstructured interview)

Wawancara tidak berstruktur adlah wawancara yang bebas dimana

peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun

sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan datanya. Pedoman

wawancara yang digunakan hanya berupa gari-garis besar

pemasalahan yang akan ditanyakan.

Metode wawancara digunakan untuk mengetahui hal-hal yang

berkaitan dengan implementasi pendidikan karakter dalam kegiatan

keagamaan di MI Jabal Hikamah. Jenis wawancara yang digunakan

yaitu wawancara tida terstruktur. Hal ini karena sekuruh kerangka

pertanyaan telah peneliti sediakan. Dengan hal ini peneliti ingin

memperoleh data tentang bagaiman implementasi pendidikan

karakter di MI Jabal Hikmah, sedangkan yang peneliti wawancarai

yaitu, kepala sekolah, guru,dan peserta didik.

2. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui

suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap

38
keadaan atau perilaku objek sasaran.

Peneliti menggunakan metode observasi untuk mengetahui secar

langsung apa yang terdapat di lapangan tentang implementasi pendidikan

karakter dalam kegiatan keagamaan di MI Jabal Hikmah. Observasi yang

peneliti lakukan adalah observasi lagsung pada saat sebelum jam belajar

dimulai, saat pelaksanaan pembelajran dan aktivitas di lingkungan

sekolah

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data sehingga

menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen baik dokumen

tertulis, gambar maupun elektronik.

Dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah dokumen

sekolah seperti data tentang berdirinya sekolah, struktur sekolah, struktur

organisasi, data guru dan siswa, visi dan misi sekolah, kurikulum

sekolah, dan data sarana prasarana yang terdapat di MI Jabal Hikmah.

D. Teknik Penjamin Keabsahan Data

Teknik pengecekan keabsahan data merupakan hal yang sangat

menentukan kualitas hasil peneliti.. untuk mencapai apa yang diaharapkan

oleh peneliti, maka digunakan teknik-teknik pemeriksaan data yang memuat

tentang usaha-usaha peneliti untuk memperolehkeabsahan data, untuk itu

perlu diteliti kredibilitas (derajat kepercayaan) dengan menggunakan teknik-

teknik yakni sebagai berikut:

1. Perpanjangan keikut sertaan

39
2. Ketekunan pengamatan

3. Triangulasi

4. Pengecekan secawat

5. Kecukupan referensi

6. Kajian kasus negatif

7. Pengecekan anggota

Pada penelitian ini, peneliti ,menggukanakan teknik untuk menegtahui

keabsahan data dengan triangulasi yaitu dengan cara triangulasi teknik dan

triangulasi sumber data, triangulasi teknik dilakukan dengan cara

menanyakan hal yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu dengan

wawancara, observasi, dan dokumentasi. Triangulasi sember, dilakukan

dengan cara menanyakan hal yang melalui sumber yang berbeda.

Berdasarkan uraian diatas peneliti menggunakan trangulasi teknik

pengmpulan data adalah menguji kredibilitas data dilakukan dengan

mengecek data narasumber dengan teknik wawancara kepada guru MI Jabal

Hikmah, kemudian di cek dengan observasi langsung ke sekolah untuk

memastikan data yang diperoleh sudah benar dan valid adanya.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data adlah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diproleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,

sehingga dapat mudah dipahami, dan tentunya dapat diinformasikan kepada

orang lain.

Aktivasi analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

40
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah

jernih. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reducation, data display, dan

consultation drawing/verification.

1. Data Reducation (Reduksi Data)

Redukdi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya demikian data

yang telah direduksi akan memberikan gamabaran yang lebih jelas, dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya

dan mencarinya bila diperlukan.

2. Data Display (Penyajian Data)

Data display merupakan salah satu dari teknik analisis data. Data yang

semakin bertumpuk-tumpuk kurang dapat memberikan gambaran secara

menyeluruh. Oleh karena itu diperlukan display data. Dengan demikian,

peneliti dapat menguasai data dan tidak terbenam dengan setumpuk data.

Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami

apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang

telah dipahami tersebut.

3. Conclusion Drawing/Verivication

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah

merupakan temuan terbaru uang sebelumnya belum pernah ada.

Berdasarkan pendapat diatas, teknik analisis data adalah suatu usaha

untuk memproses data yang telah dikumpulkam oleh peneliti baik dengan

alat pengumpulan data melalui interview, observasi, maupun dokumentasi.

41
Proses pertama adalah mereduksi data yaitu proses merangkum, memilih

hal-hal yang pokok dan mencari data yang dianggap penting yang sesuai

dengan fokus penelitian. Proses kedua yaitu data display (penyajian data)

yaitu dengan bentuk uraian singkat, bagan, maupun naratif. Proses ketiga

yaitu conclution drawing/verification yaitu penarikan kesimpulan dari

haasil penelitian yang telah diakui.

42
DAFTAR PUSTAKA

Hamdani Hamid, dan Ahmad Saebani 2013, Pendidikan Karakter Perspektif

Islam. Bandung:Pustaka Seria,

Majid, Abdul, dan Dian Andayani 2011, Pendidikan Karakter Perspektif Islam.

Cet. Ke-3. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

Moeleng, Lexy J 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya,

Nana Syaodih Sukmadiana 2013, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT

Remaja Rosdakarya

Salaludin, Anas, dan Irwanro Alkrienciehie, Pendidikan Karakter Pendidikan

Berbasis Agama dan Budaya Bangsa. Bandung: Pustaka Setia.

Samani Muclas, dan Hariyanto2015, Konsep dan Model Pendidikan Karakter.

Cet. Ke-3. Bandung: ALFABETA.

Sugiyono 2008, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Sukardi 2003, Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Suryosubroto 2010, Proses Belajar Menagajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta

Taufik Yusmansyah 2008, Akidah dan Akhlak. Bandung: Grafindo Media Pratama

Wahyudin, Dedi Wahyudi, dan Ahmad Muzzaki 2019, Etika

Ketuhanan.Yogyakarta: Idea Press

Wibowo, Agus 2012, Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter

Bangsa Berkepribadian, Yogyakarta: Pustakan Pelajaran

Zubaedi 2012, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dala

Lembaga Pendidikan,Jakarta: Kencana.

43

Anda mungkin juga menyukai