Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN NEOPLASMA OVARIUM KISTIK

A. KONSEP DASAR
1. DEFINISI
Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat
tumbuh di mana saja dan jenisnya bermacam-macam (Jacoeb, 2007). Kista
adalah suatu bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding tipis, berisi
cairan atau bahan setengah cair (Soemadi, 2006).
Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada
indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh
semacam selaput yang terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium (Agusfarly,
2008).
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada
ovarium yang membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara fungsional
adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus
mentsruasi. (Lowdermilk, dkk. 2005).
Neoplasma Ovarium Kistik adalah bentuk padat atau kista yang dapat
tumbuh secara alami. Tumor ovarium biasanya asimtomatis sampai mereka
besar yang dapat menyebabkan tekanan pada pelvic ini merupakan deteksi
dini dari keganasan.
2. JENIS - JENIS KISTA OVARIUM
Menurut etiologi, kista ovarium dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Kista non neoplasma. Disebabkan karena ketidak seimbangan hormon
esterogen dan progresterone diantaranya adalah :
 Kista non fungsional.
 Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang
berkurang di dalam korteks.
 Kista fungsional.
 Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi
ruptur atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler
di antara siklus menstruasi. Banyak terjadi pada wanita yang
menarche kurang dari 12 tahun.
 Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi
progesterone setelah ovulasi.
 Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG
terdapat pada mola hidatidosa.
 Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH
yang menyebabkan hiperstimuli ovarium.
b. Kista neoplasma
 Kistoma ovarii simpleks adalah suatu jenis kista deroma serosum yang
kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista.
 Kistodenoma ovarii musinoum. Asal kista ini belum pasti, mungkin
berasal dari suatu teratoma yang pertumbuhanya I elemen
mengalahkan elemen yang lain
 Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari epitel permukaan ovarium
(Germinal ovarium)
 Kista Endrometreid. Belum diketahui penyebab dan tidak ada
hubungannya dengan endometroid
 Kista dermoid. Tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesis.
3. ETIOLOGI
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang
nantinya akan menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista
ovarium,tipe folikuler merupakan tipe kista yang paling banyak ditemukan.
Kista jenis ini terbentuk oleh karena pertumbuhan folikel ovarium yang tidak
terkontrol. Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal terdapat dalam
ovarium. Pada keadaan normal, folikel yang berisi sel telur ini akan terbuka
saat siklus menstruasi untuk melepaskan sel telur. Namun pada beberapa
kasus, folikel ini tidak terbuka sehingga menimbulkan bendungan carian yang
nantinya akan menjadi kista. Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa
darah yang keluar akibat dari perlukaan yang terjadi pada pembuluh darah
kecil ovarium. Pada beberapa kasus, kista dapat pula diisi oleh jaringan
abnormal tubuh seperti rambut dan gigi.Kista jenis ini disebut dengan Kista
Dermoid.
4. PATOFISIOLOGI
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan
diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture
akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2
cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit,
korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif.
Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar
kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang
kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh
gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat
terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap
gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional
(hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan
multiple dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut
hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan
menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate,
dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai
dengan pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak
terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang
ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini,
keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan
sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan
keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas
yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel
granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial.
Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan
germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada
sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan
multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram.Kista-
kista itu sendiri bukan menjadi problem utama dan diskusi tentang penyakit
tersebut diluar cakupan artikel ini.
5. PATHWAY

Degenerasi Infeksi
ovarium ovarium

Histerektomi Kistoma pembesaran Ruptur


ovari ovarium ovarium

Kurang Oovorektomi Resiko


informasi
perdarahan
Luka operasi
Kurang Gangguan
pengetahuan Diskontinuitas perfusi
jaringan jaringan

cemas
Port d’entry

anestesi Resti injuri


Pembatasan
Resiko
Komplikasi nutrisi
infeksi
peritonia Peristaltic Nervus
Metabolisme usus vagus
menurun menurun
Peritonitis
Reflex
Hipolisis Absorbsi air menelan
Resiko Nyeri di kolon
perdarahan
Asam laktat Resiko
Resiko aspirasi
konstipasi
keletihan

Gangguan metabolisme

Self care
defisit
6. KOMPLIKASI
a. Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung jawab atas terjadinya
kanker ovarium pada wanita diatas 40 tahun. Mekanisme terjadinya kanker
masih belum jelas namun dianjurkan pada wanita yang berusia diatas 40
tahun untuk melakukan skrining atau deteksi dini terhadap kemungkinan
terjadinya kanker ovarium.
b. Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan kontrasepsi oral
terutama yang berfungsi menekan terjadinya ovulasi. Maka dari itu bila
seorang wanita usia subur menggunakan metode konstrasepsi ini dan
kemudian mengalami keluhan pada siklus menstruasi, lebih baik segera
melakukan pemeriksaan lengkap atas kemungkinan terjadinya kanker
ovarium.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemastian diagnosis untuk kista ovarium dapat dilakukan dengan
pemeriksaan:
a. Ultrasonografi (USG)Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba
(transducer) digunakan untuk mengirim dan menerima gelombang suara
frekuensi tinggi (ultrasound) yang menembus bagian panggul, dan
menampilkan gambaran rahim dan ovarium di layar monitor. Gambaran
ini dapat dicetak dan dianalisis oleh dokter untuk memastikan keberadaan
kista, membantu mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista
cairan atau padat. Kista berisi cairan cenderung lebih jinak, kista berisi
material padat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
b. Laparoskopi
Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui
pembedahan kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium,
menghisap cairan dari kista atau mengambil bahan percontoh untuk biopsi.
c. Hitung darah lengkap
Penurunan Hb dapat menunjukkan anemia kronis.
8. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Pengobatan kiste ovarii yang besar biasanya adalah pengangkatan melalui
tindakan bedah. Jika ukuran lebar kiste kurang dari 5 cm dan tampak terisi
oleh cairan atau fisiologis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral
dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan
kiste.
b. Perawatan paska operatif setelah pembedahan serupa dengan perawatan
pembedahan abdomen. Penurukan tekanan intraabdomen yang diakibatkan
oleh pengangkatan kiste yang besar biasanya mengarah pada distensi
abdomen yang berat, komplikasi ini dapat dicegah dengan pemakaian
gurita abdomen yang ketat.
9. MANIFESTASI KLINIS
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya
sedikit nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang berkembang
menjadi besar dan menimpulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak
bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan
keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di
luar rahim) atau kanker ovarium.
Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau
perubahan ditubuh untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejala
berikut mungkin muncul bila anda mempunyai kista ovarium :
a. Perut terasa penuh, berat, kembung
b. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
c. Haid tidak teratur
d. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke
punggung bawah dan paha.
e. Nyeri sanggama
f. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat
hamil.

Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan


kesehatan segera:
a. Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba
b. Nyeri bersamaan dengan demam
c. Rasa ingin muntah
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGAKAJIAN KEPERAWATAN
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan
alamat, serta data penanggung jawab
b. Keluhan klien saat masuk rumah sakit
Biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut dan terasa ada massa di
daerah abdomen, menstruasi yang tidak berhenti-henti.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan klien adalah nyeri pada daerah abdomen
bawah, ada pembengkakan pada daerah perut, menstruasi yang tidak
berhenti, rasa mual dan muntah.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Sebelumnya tidak ada keluhan.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Kista ovarium bukan penyakit menular/keturunan.
4) Riwayat perkawinan
Kawin/tidak kawin ini tidak memberi pengaruh terhadap timbulnya
kista ovarium.
d. Riwayat kehamilan dan persalinan
Dengan kehamilan dan persalinan/tidak, hal ini tidak mempengaruhi untuk
tumbuh/tidaknya suatu kista  ovarium.
e. Riwayat menstruasi
Klien dengan kista ovarium kadang-kadang terjadi digumenorhea dan
bahkan sampai amenorhea.
f. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara sistematis.
1) Kepala
a) Hygiene rambut
b) Keadaan rambut
2) Mata
a) Sklera                  : ikterik/tidak
b) Konjungtiva        : anemis/tidak
c) Mata                    : simetris/tidak
3) Leher
a) pembengkakan kelenjer tyroid
b) Tekanan vena jugolaris.
4) Dada
5) Pernapasan
a) Jenis pernapasan
b) Bunyi napas
c) Penarikan sela iga
6) Abdomen
1) Nyeri tekan pada abdomen.
2) Teraba massa pada abdomen.
7) Ekstremitas
a) Nyeri panggul saat beraktivitas.
b) Tidak ada kelemahan.
8) Eliminasi, urinasi
a) Adanya konstipasi
b) Susah BAK
g. Data Sosial Ekonomi
Kista ovarium dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dan
berbagai tingkat umur, baik sebelum masa pubertas maupun sebelum
menopause.
h. Data Spritual
Klien menjalankan kegiatan keagamaannya sesuai dengan
kepercayaannya.
i. Data Psikologis
Ovarium merupakan bagian dari organ reproduksi wanita, dimana
ovarium sebagai penghasil ovum, mengingat fungsi dari ovarium tersebut
sementara pada klien dengan kista ovarium yang ovariumnya diangkat
maka hal ini akan mempengaruhi mental klien yang ingin hamil/punya
keturunan.
j. Pola kebiasaan Sehari-hari
Biasanya klien dengan kista ovarium mengalami gangguan dalam
aktivitas, dan tidur karena merasa nyeri
k. Pemeriksaan Penunjang
Data laboratorium
1) Pemeriksaan Hb
2) Ultrasonografi untuk mengetahui letak batas kista.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Preoperasi
1) Nyeri kronis b/d ageninjuri biologi
2) Cemas b/d diagnosis dan rencana pembedahan
3) PK perdarahan
b. Post operasi
1) Nyeri akut b/d agen injuri fisik
2) Resiko infeksi b/d tindakan invasif dan pembedahan
3) Deficit perawatan diri b.d imobilitas (nyeri paska pembedahan)
3. RENCANA KEPERAWATAN
a. Pre operasi
RENCANA KEPERAWATAN

NO DIANGOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)


KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan Pain Management
injuri biologi keperawatan selama 3x24  Lakukan pengkajian nyeri secara
jam diharapkan nyeri komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
pasien berkurang durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
NOC : presipitasi
 Pain Level  Observasi reaksi nonverbal dari
 Pain control ketidaknyamanan
 Comfort level  Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
Kriteria Hasil : mengetahui pengalaman nyeri pasien
 Mampu mengontrol  Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
nyeri (tahu penyebab  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
nyeri, mampu  Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
menggunakan tehnik lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri
nonfarmakologi untuk masa lampau
mengurangi nyeri,  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
mencari bantuan) menemukan dukungan
 Melaporkan bahwa  Kontrol lingkungan yang dapat
nyeri berkurang mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
dengan menggunakan pencahayaan dan kebisingan
manajemen nyeri  Kurangi faktor presipitasi nyeri
 Mampu mengenali  Pilih dan lakukan penanganan nyeri
nyeri (skala, (farmakologi, non farmakologi dan inter
intensitas, frekuensi personal)
dan tanda nyeri)  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
 Menyatakan rasa menentukan intervensi
nyaman setelah nyeri  Ajarkan tentang teknik non farmakologi
berkurang  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
 Tanda vital dalam  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
rentang normal  Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
2. Kecemasan b.d Setelah dilakukan asuhan NIC :
diagnosis dan keperawatan selama 3x Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
pembedahan 24 jam diharapakan  Gunakan pendekatan yang menenangkan
cemasi terkontrol  Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
NOC : pelaku pasien
 Anxiety control  Jelaskan semua prosedur dan apa yang
 Coping dirasakan selama prosedur
Kriteria Hasil :  Temani pasien untuk memberikan keamanan
 Klien mampu dan mengurangi takut
mengidentifikasi dan  Berikan informasi faktual mengenai
mengungkapkan diagnosis, tindakan prognosis
gejala cemas  Dorong keluarga untuk menemani anak
 Mengidentifikasi,  Lakukan back / neck rub
mengungkapkan dan  Dengarkan dengan penuh perhatian
menunjukkan tehnik  Identifikasi tingkat kecemasan
untuk mengontol  Bantu pasien mengenal situasi yang
cemas menimbulkan kecemasan
 Vital sign dalam batas  Dorong pasien untuk mengungkapkan
normal perasaan, ketakutan, persepsi
 Postur tubuh, ekspresi  Instruksikan pasien menggunakan teknik
wajah, bahasa tubuh relaksasi
dan tingkat aktivitas  Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan

3. PK: Perdarahan Setelah dilakukan asuhan  Monitor tanda-tanda perdarahan


keperawatan selama 3x24 gastrointestinal
jam diharapakan pasien  Awasi petheciae, ekimosis, perdarahan dari
menunjukkan perdarahan suatu tempat
dapat diminimalkan  Monitor vital sign
 Catat perubahan mental
 Hindari aspirin
 Awasi HB dan factor pembekuan
 Berikan vitamin tambahan dan pelunan
feses
b. Post operasi
RENCANA KEPERAWATAN
NO DIANGOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen injuri Setelah dilakukan asuhan Pain Management
fisik keperawatan selama  Lakukan pengkajian nyeri secara
3x24 jam diharapkan komprehensif termasuk lokasi,
nyeri pasien berkurang karakteristik, durasi, frekuensi,
NOC : kualitas dan faktor presipitasi
 Pain Level,  Observasi reaksi nonverbal dari
 Pain control, ketidaknyamanan
 Comfort level  Gunakan teknik komunikasi
Kriteria Hasil : terapeutik untuk mengetahui
 Mampu mengontrol pengalaman nyeri pasien
nyeri (tahu penyebab  Kaji kultur yang mempengaruhi
nyeri, mampu respon nyeri
menggunakan tehnik  Evaluasi pengalaman nyeri masa
nonfarmakologi untuk lampau
mengurangi nyeri,  Evaluasi bersama pasien dan tim
mencari bantuan) kesehatan lain tentang
 Melaporkan bahwa ketidakefektifan kontrol nyeri masa
nyeri berkurang lampau
dengan menggunakan  Bantu pasien dan keluarga untuk
manajemen nyeri mencari dan menemukan dukungan
 Mampu mengenali  Kontrol lingkungan yang dapat
nyeri (skala, mempengaruhi nyeri seperti suhu
intensitas, frekuensi ruangan, pencahayaan dan
dan tanda nyeri) kebisingan
 Menyatakan rasa  Kurangi faktor presipitasi nyeri
nyaman setelah nyeri  Pilih dan lakukan penanganan nyeri
berkurang (farmakologi, non farmakologi dan
 Tanda vital dalam inter personal)
rentang normal  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
 Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
 Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
 Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
 Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
2. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan asuhan Infection Control (Kontrol infeksi)
penurunan pertahanan keperawatan selama 3x  Bersihkan lingkungan setelah
primer 24 jam diharapakan dipakai pasien lain
infeksi terkontrol  Pertahankan teknik isolasi
NOC :  Batasi pengunjung bila perlu
 Immune Status  Instruksikan pada pengunjung untuk
 Knowledge : mencuci tangan saat berkunjung dan
Infection control setelah berkunjung meninggalkan
 Risk control pasien
Kriteria Hasil :  Gunakan sabun antimikrobia untuk
 Klien bebas dari cuci tangan
tanda dan gejala  Cuci tangan setiap sebelum dan
infeksi sesudah tindakan kperawtan
 Mendeskripsikan  Gunakan baju, sarung tangan
proses penularan sebagai alat pelindung
penyakit, factor yang  Pertahankan lingkungan aseptik
mempengaruhi selama pemasangan alat
penularan serta  Ganti letak IV perifer dan line
penatalaksanaannya, central dan dressing sesuai dengan
 Menunjukkan petunjuk umum
kemampuan untuk  Gunakan kateter intermiten untuk
mencegah timbulnya menurunkan infeksi kandung
infeksi kencing
 Jumlah leukosit  Tingktkan intake nutrisi
dalam batas normal  Berikan terapi antibiotik bila perlu
 Menunjukkan
perilaku hidup sehat
Infection Protection (proteksi
terhadap infeksi)
 Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
 Monitor hitung granulosit, WBC
 Monitor kerentanan terhadap infeksi
 Batasi pengunjung
 Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
 Partahankan teknik aspesis pada
pasien yang beresiko
 Pertahankan teknik isolasi k/p
 Berikan perawatan kuliat pada area
epidema
 Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
 Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
 Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
 Ajarkan cara menghindari infeksi
 Laporkan kecurigaan infeksi
 Laporkan kultur positif
3. Deficit personal hyegene Setelah dilakukan asuhan Personal hyegene managemen
b.d imobilitas (nyeri keperawatan selama  Kaji keterbatasan pasien dalam
pembedahan) 3x24 jam diharapakan perawatan diri
pasien menunjukkan  Berikan kenyamanan pada pasien
kebersihan diri dengan membersihkan tubuh pasien
NOC : (oral,tubuh,genital)
 Kowlwdge : disease  Ajarkan kepada pasien pentingnya
process menjaga kebersihan diri
 Kowledge : health  Ajarkan kepada keluarga pasien
Behavior dalam menjaga kebersihan pasien
Kriteria Hasil :
 Pasien bebas dari bau
 Pasien tampak
menunjukkan
kebersihan
 Pasien nyaman
DAFTAR PUSTAKA

A.Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi, kosep klinis proses-proses penyakit. Jakarta :


EGC.

Lowdermil, Perta. 2005. Maternity Women’s Health Care. Seventh edit.

Manuaba. (2008). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana. Jakarta:EGC.

William Helm, C. Ovarian Cysts. 2005. American College of Obstetricians and


Gynecologists ( cited 2005 September 16 ). Available at http://emedicine.com

Winknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

http://lpkeperawatan.blogspot.com/2013/11/laporan-pendahuluan-kista-
ovarium.html#.VA3JO0B6PMw

Anda mungkin juga menyukai