Anda di halaman 1dari 8

Nama : Ajeng Sukma Karira

NIM : 201091001

1. Jelaskan fase farmakodinamika!


Jawaban
- Faarmakodinamika adalahh ilmu yang mempelajari efek obat terhadap fisiologis tubuh
dan biokimia (berbagai organ tubuh serta mekanisme kerja obat (Mecanism of Action)
tersebut di dalam tubuh.
- Farmakodinamik adalah proses interaksi obat dan reseptor di tempat kerja, semakin
banyak reseptor yang diduduki atau bereaksi semakin meningkat intensitas efek
2. Jelaskan mekanisme kerja obat sehingga obat bisa menimbulkan efek / respon!
Jawaban
Timbulnya efek obat umumnya timbul karena melalui proses terjadinya interaksi
antara obat dengan tempat aksinya (reseptor) pada sel suatu organisme atau dalam system
biologis. Interaksi obat dengan reseptornya ini mencetuskan perubahan biokimiawi dan
fisiologis yang merupakan respon khas untuk obat tersebut. Potensi aksi struktur khusus
obat berhubungan dengan interaksi yang terjadi terhadap struktur khusus tempat aksi obat
tersebut. Apabila struktur tempat aksinya telah diketahui, interaksi obat dengan tempat
aksinya dapat terjadi. Oleh karena itu, struktur tempat aksi obat dan kekuatan yang
mengontrol interaksinya dengan obat perlu ditentukan untuk disesuaikan dengan desain
obat yang rasional.
Agar dapat mencapai efek optimum atau efek terapeutik, obat harus mencapat
konsentrasi yang tepat ditempat aksinya. Molekul senyawa kimia harus diproses mulai dari
masuk ke dalam tubuh sampai pada jaringan tempat bekerjanya. Besarnya respon
tergantung pada dosis dan lama jalannya obat di dalam tubuh. Pada permulaan abad ke-20
(1854 – 1915) ilmuan asal Jerman Paul Ehrlich dan Langley menyatakan bahwa : “Suatu
obat tidak akan bekerja jika tidak berikatan dengan target aksinya”. Obat harus berinteraksi
dengan suatu receptive substance (reseptor) pada jaringan untuk menghasilkan efek pada
jaringan tersebuk
Clark (1937) menyatakan bahwa molekul berikatan dengan reseptor-reseptor dengan
kecepatan yang proporsional dengan konsentrasi obat dalam larutan dan jumlah reseptor
bebas. Berdasarkan penelitian dilaboratorium, Clark berpendapat bahwa jumlah reseptor
yang diikat oleh obat menentukan besarnya respon jaringan terhadap obat. Bila 50% dari
seluruh reseptor ditempati obat, maka terjadi respon yang besarnya 50% dari respon
maksimal. Respon maksimal bila dicapai seluruh reseptor diikat obat. Teroi ini disebut
teori “occupancy” dari Clark.

3. Apakah yang dimaksud Target Aksi / Tempat Kerja Obat dan Apa saja yang dapat
termasuk target aksi obat ?
Jawaban
Target aksi obat merupakan bagian tubuh (organ, jaringan, sel) dimana suatu obat bekerja
memulai rantai kejadian untuk menghasilkan suatu efek.
Target aksi / tempat kerja obat adalah tempat dimana obat bekerja :
1. Pada tempat aplikasi
2. Selama proses transport
3. Pada jaringan / sel (ekstrasel, intrasel, dan permukaan sel)
Manfaat target aksi / tempat kerja obat adalah untuk mengetahui klasifikasi obat dan
langkah awal mengungkap mekanisme kerja
4. Jelaskan mekanisme aksi obat yang spesifik dan nonspesifik serta berikan masing-masing
contohnya!
Jawaban
- Aksi Spesifik yaitu mekanisme aksi obat yang melibatkan interaksi dengan komponen
spesifik organisme seperti reseptor, enzim, komponen genetic. Aksi spesifik juga dapat
diartikan mekanisme aksi obat yang melibatkan interaksi senyawa dengan target aksi
spesifik organisme seperti reseptor, enzim, komponen genetic, proses bokimiawi, dan
fisiologi sel ke respon khas (spesifik) obat. Melalui prose metabolisme contohnya
antibiotika secara kompetisi, contohnya antagonis enzim.
Target aksi obat (Kanal ion, enzim, molekul pembawa, dan reseptor)
- Aksi non spesifik yaitu mekanisme aksi obat yang didasarkan sifat fisika kimiawi yang
sederhana. Misalnya berdasarkan ormolaritas, massa fisis, adsorpsi, rasa, sifat asam
basa, melapisi membrane mukosa. Aksi non spesifik ini bekerja secara ekstraseluler
pada konstituen nonseluler tubuh tanpa melibatkan interaksi obat reseptor, karena tidak
ada komponen makromolekul yang terlibat. Aksi non spesifik ini mekanisme aksi obat
yang didasarkan sifat fisika-kimiawi obat yang sederhana yang mempengaruhi
lingkungan aksi dan perubahan system bilogi serta respon, misalnya berdasarkan
ormolaritas, massa fisis, adsorpsi, rasa, sifat asam basa, melapisi membrane mukosa.
Secara fisis contohnya laksansia, diuretika osmosis, dan adsorben. Secara kimiawi
contohnya anntasida (netralisasi asam lambung), seny pengkhelat
5. Apa yang dimaksud dengan Agonis dan Antagonis ?
Jawaban
- Agonis adalah substansi / obat yang efeknya menyerupai senyawa endogen.
Sebaliknya, senyawa yang tidak mempunyai aktivitas intrinsic tetapi mengambat /
memblok secara kompetitif respon / efek suatu agonis ditempat ikatan agonis disebut
antagonis. Agonis penuh bila obat tersebut dapat menimbulkan respon maksimal
walaupun tidak semua reseptor diduduki, karena agonis penuh memiliki afinitas dan
aktivitas intrinsic yang tinggi .
a. Agonis Kuat adalah agonis yang menyebabkan efek maksimal sekalipun agonis itu
hanya menempati fraksi kecil reseptor dalam sebuah sel
b. Agonis lemah adalah agonis yang harus terikat dengan lebih banyak reseptor
dibanding agonis kuat untuk menimbulkan efek yang sama
c. Agonis parsial adalah obat yang tidak dapat membuat efek maksimal bahkan
Ketika semua reseptor ditempati oleh agonis parsial tersebut
- Antagonis merupakan senyawa yang dapat membentuk kompleks dengan reseptor tapi
tidak dapat menimbulkan efek. Bila obat tidak menimbulkan efek apa-apa karena
antagonis mempunyai afinitas namun tidak mempunyai aktivitas intrinsic.
a. Antagonis Kompetitif adalah antagonis yang mengikat reseptor di tempat ikatan
agonis secara reversible sehingga dapat digeser oleh agonis kadar tinggi
b. Antagonis Nonkompetitif adalah hambatan efek agonis oleh antagonis non-
kompetitif tidak dapat diatas dengan meningkatkan kadar agonis. Akibatnya, efek
maksimal yang dicapai akan berkurang, tetapi afinitas agonis terhadap reseptornya
tidak berubah.
6. Bagaimana hubungan antara dosis obat dengan respon ?
Jawaban
- Agar dapat berinteraksi dengan reseptor, suatu obat harus memiliki kesesuaian (size,
electrical charge, shape, atomic compesition)
- Obat harus memiliki sifat yang cocok agar dapat ditransport dari tempat administrasi
menuju tempat aksi.
- Kebanyakan obat bersifat asam atau basa lemah dengan perbedaan pH dalam tubuh
dapat menyebabkan derajat ionisasi obat.
7. Apakah yang dimaksud Potensi Obat dan Efikasi Obat serta Spesifisitas dan Selektivitas
Obat ?
Jawaban
- Potensi Obat adalah konsentrasi / jumlah dosis efektif obat yakni suatu ukuran
beberapa banyak obat dibutuhkan untuk menghasilkan suatu respon / efek tertentu.
Makin rendah dosis yang dibutuhkan untuk menimbulkan respon, maka makin paten
obat tersebut.
Contoh
- Obat A dapat menghilangkan keluhan mual pada dosis 10 mg
- Obat B hanya dapat mengurangi keluhan mual sebanyak 60% pada dosis 50 mg
- Obat C dapat menghilangkan keluhan mual pada dosis 20 mg
Kesimpulannya
Obat A dan C memiliki efektivitas yang sama yaitu (dapat menghilangkan keluhan
mual), namun obat A lebih Poten dibandingkan obat C karena obat A hanya memerluka
dosis yang lebih sedikit (hanya 10mg) daripada obat C (20mg) untuk menimbulkan
efek. Obat B memiliki efektivitas dan potensi yang lebih rendah bila dibandingkan
dengan obat A dan obat C
- Efikasi adalah persentase penurunan kejadian suatu penyakit pada kelompok orang
yang diterapi. Jadi, efikasi menunjukkan kemampuan obat dalam konteks penelitian.
Efikasi tergantung pada jumlah kompleks obat-reseptor yang terbentuk dan efisiensi
reseptor yang diaktifkan dalam menghasilkan efek.
- Efektivitas adalah kemampuan obat dalam menurunkan kejadian penyakit di dunia
nyata, artinya obat sudah diedarkan dan digunakan masyarakat
- Spesifisitas : Suatu obat dikatakan spesifik jika kerjanya terbatas pada satu jenis
reseptor
- Selektivitas : Dikatakan selektif jika menghasilkan hanya satu efek pada dosis rendah
dan efek lain baru muncul pada dosis yang lebih tinggi
Contoh
- Chlorpromazin adalah obat yang tidak spesifik karena kerjanya pada berbagai jenis
reseptor, kolinergik, adrenergic, dan histaminergic, selain pada reseptor dopaminergic
di SSP, (Obat yang tidak spesifik juga akan bersifat tidak selektif)
- Salbutamol adalah agonis beta adrenergic yang spesifik dan relative selektif untuk
reseptor beta 2 di bronkus (pada dosis terapi hanya berefek di bronkus)
- Atripin adalah bloker yang spesifik untuk reseptor muskarinik, tetapi tidak selektif
karena reseptor ini terdapat di berbagai organ sehingga menghasilkan banyak efek.
8. Sebutkan dan Jelaskan Faktor-faktor yang mempengaruhi khasiat obat!
Jawaban
- Distribusi obat tidak selalu merata, ada yang tertimbun pada organ
- Penundaan efek obat karena obat melakukan biotransformasi (metabolism) menjadi
zat aktif atau penyerapan sengaja diperlambat
- Dosis anak berbeda dengan dewasa
- Efek dipengaruhi : Umur, berat badan, jenis kelamin, serta waktu pemberian (sebelum
/ sesudah makan).
- Kecepatan ekskresi obat terutama pada penderita ginjal (ekskresi lambat)
- Cara pemberian (rute administrasi) obat yang mempengaruhi efek.
1. Faktor Umum
a. Obat
a) Formulasi obat (cara pembuatan)
- Bentuk fisik zat aktif
- Keadaan kimiawi
- Zat tambahan / eksipien
b) Bentuk sediaan
c) Cara / rute / jalur pemberian
d) Waktu pemberian
b. Pasien / Penderita
a) Faktor fisiologis : usia, BB, luas permukaan tubuh
b) Jenis kelamin
c) Patologi penyakit / gangguan : fungsi hati, ginjal, saluran cerna, kardiovaskuler
d) Emosional / placebo
e) Riwayat pemakaian obat
c. Faktor genetika (keturunan)
d. Faktor toleransi
e. Faktor Idiosinkrasi (efek lain dari efek normalnya / bertentangan)
f. Interaksi obat (Obat-obat, obat-nutrisi / makanan)
Interaksi obat :
Interaksi Farmakokinetik
- ADME : Toksisitas meningkat dan efektifitas menurun
Interaksi Farmakodinamik (Interaksi pada Reseptor, Interaksi pada
Reseptor, Interaksi Fisiologi)
Ikatan obat-reseptor pada tempat kerja / fisiologi menimbulkan efek : adiktif,
sinergis, antagonis, toleransi, akumulasi
g. Faktor Placebo
2. Faktor Umur
a. Terutama terkait dengan fungsi ginjal dan hati
b. Fungsi ginjal neonates hanya kira-kira 20% dari orang dewasa. Mulai dari usia 20
tahun ke atas, fungsi ginjal turun perlahan-lahan menjadi berkurang 25% pada usia
50 tahun dan 50% dan 50% pada usia 75tahun
c. Metabolisme obat pada neonateus belum berkembang seperti orang dewasa dan
aktivitas enzim di hati menurun perlahan-lahan dengan bertambahnya umur
d. Obat cenderung menghasilkan efek yang lebih kuat dan lebih Panjang pada kedua
golongan umur tersebut
3. Faktor Genetik
Berdasarkan penemuan dari penelitian yang dilakukan pada kembar identic dan non
identic, diketahui bahwa faktor genetic berperan dalam menentukan metabolism obat
dalam tubuh.
4. Faktor Reaksi Idiosinkrasi
a. Reaksi idiosinkrasi adalah suatu efek obat yang secara kualitatif berbeda dari
biasanya (abnormal) dan umumnya berbahaya, yang terjadi pada Sebagian kecil
individu
b. Biasanya idiosinkrasi disebabkan oleh kelainan genetic
5. Faktor Interaksi Obat
6. Faktor Plasebo
a. Pada mulanya suatu placebo adalah suatu formulasi senyawa yang tidak aktif
secara farmakologis dan diberikan kepada penderita hanya untuk menyenangkan

Anda mungkin juga menyukai