Anda di halaman 1dari 4

HUBUNGAN KOMSUMSI DAUN KELOR DENGAN

PEMBERIAN ASI EKSLUSIF PADA IBU MENYUSUI

OLEH

NAMA : PUTRI L.M TANGPEN

NIM : 1433 02719

KELAS/SEMESTER :B/VI

MATAKULIAH :METODOLOGI KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang
Daun Kelor (Moringa olifera) merupakan salah satu pohon sayuran hijau yang
banyak tumbuh di Asia termasuk di Indonesia. Bagian kelor yang telah diteliti
mengandung banyak manfaat bagi kesehatan tubuh adalah daunnya. Daun kelor
mengandung makro dan mikronutrien seperti protein, Fe, vitamin A, vitamin C dan
betakaroten, yang sesuai dengan intake harian yang dianjurkan WHO untuk
memenuhi kebutuhan gizi tubuh (Luthfiyah, 2012; Hasanah et al, 2017).
Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu yang wajib
diberikan kepada bayi sejak dilahirkan sampai usia 6 bulan, tanpa menambahkan
dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain atau sering disebut dengan
ASI eksklusif (Kemenkes 2012). WHO juga merekomendasikan bahwa ASI eksklusif
wajib diberikan sampai 6 bulan dan setelah itu dilanjutkan dengan MP-ASI (Destyana
dkk, 2018). Hal ini dikarenakan banyaknya kandungan zat gizi dan nutrisi yang
terkandung dalam ASI sehingga mampu untuk meningkatkan kesehatan anak.
Sayangnya, angka pemberian ASI belum sesuai dengan yang ditargetkan.
ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi
baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI merupakan sumber gizi yang sangat
ideal dengan komposisi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan
bayi, karena ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna baik secara kualitas
maupun kuantitas. ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan
tumbuh kembang bayi normal sampai usia 4 -6 bulan. ASI mengandung nutrisi,
hormon, unsure kekebalan pertumbuhan, anti alergi dan anti inflamasi. Salah satunya
adalah kolostrum yang banyak mengandung sel darah putih, protein dan antibody
yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai usia 6 bulan.
Data menunjukkan, di Indonesia cakupan pemberian ASI tahun 2015 hanya
30,2% sedangkan pada tahun 2017 naik menjadi 35% (Kemenkes RI, 2015;
Riskesdas, 2013). Angka tersebut masih jauh di bawah rekomendasi WHO yaitu
sebesar 50% (Indriyani,2018). Artinya masih banyak bayi usia 0 – 6 bulan yang
kehilangan haknya untuk mendapatkan ASI sebagai sumber nutrisi bagi
pertumbuhannya. Salah satu faktor penyebabnya adalah karena adanya penurunan
produksi ASI pada ibu (Destyana dkk, 2018). Penurunan produksi ASI ini dapat
disebabkan karena kondisi stres ibu, lelah bekerja, kondisi kesehatan, produksi tidak
lancar maupun psikologis ibu sendiri (Bobak etal. 2010). Padahal normalnya ASI
akan melimpah produksinya setelah bayi berusia 5 minggu (Monika, 2014). Beranjak
dari permasalahan tersebut, ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk
memperlancar ASI diantaranya melalui tidakan non farmakologi seperti konsumsi
daun kelor. Kelor merupakan tanaman perdu yang tumbuh diarea pekarangan namun
mempunya khasiat sebagai pelancar ASI (Kurniasih, 2013).
Budaya atau kebiasaan merupakan salah satu yang mempengaruhi status
kesehatan. Di antara kebudayaan maupun adat - istiadat dalam masyarakat ada yang
menguntungkan, ada pula yang merugikan. Kelor merupakan salah satu jenis
tanaman obat. Kelor telah digunakan di Nusa Tenggara Timur. Rebusan daun kelor
sebagai bahan perangsang ASI telah digunakan oleh ibu-ibu setelah melahirkan di
Nusa Tenggara Timur(Kristina dan Syahid, 2014). Hal ini disebabkan karena daun
kelor merupakan tanaman yang mudah tumbuh di daerah ini dan telah digunakan
sejak turun-temurun. Penggunaan daun kelor dapat meningkatkan produksi ASI. Daun
kelor mengandung Fitosterol yang dapat meningkatkan produksi ASI bagi wanita
yang sedang menyusui dan mengatasi masalah anemia pada anak-anak dan ibu hamil.
Ekstrak daun kelor mengandung Fe 5,49 mg/100 g, sitosterol 1,15 %/100 g dan
stigmasetol 1,52%/100 g (Kristina dan Syahid, 2014). Ibu menyusui membutuhkan
asupan zat besi yang cukup karena pada saat melahirkan ibu mengeluarkan darah
yang cukup banyak serta 50% kebutuhan zat besi janin berasal dari ibu.
Berdasarkan latar belakang permasalah tersebut maka penulis maka penulis
berminat untuk melakukan penelitian dengan tema terdapat hubungan antara frekuensi
komsumsi daun kelor dengan pemberian ASI ekslusif pada ibu-ibu suku Timor di
Kelurahan Kolhua Kecamatan Maulafa Kupang
B Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas masalah yang dapat dirumuskan
adalah bagaimana hubungan antara frekuensi komsumsi daun kelor dan pemberian ASI
ekslusif pada ibu-ibu suku Timor di Kelurahan Kolhua Kecamatan Maulafa Kupang
C Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
frekuensi komsumsi daun kelor dan pemberian ASI ekslusif pada ibu-ibu suku
Timor di Kelurahan Kolhua Kecamatan Maulafa Kupang
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui hubungan antara frekueni daun kelor dan pemberian ASI
ekslusif
b. Untuk Mengkaji Keefektifan Daun Kelor Pada Ibu Menyusui

Anda mungkin juga menyukai