OLEH :
NAMA KELOMPOK 3 :
2. NAOMI M. LAMALEI
3. AGRINTO TALOIM
4. JEVERSON E. MAUMUTANG
5. MARLIN LETTE
KELAS : B/V
KUPANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur panjatkan ke pada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan hikmatnya
yang di anugerahkan kepada kelompok sehingg dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Keperawatan komunitas dengan judul tugas tentang ”Asuhan keperawatan Pada
HALUSINASI ”. Semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi pembaca terutama pada
mahasiswa jurusan keperawatan. makalah yang kelompok kerjakan masih dari
kesempurnaan, sehingga kelompok mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
penulis
DAFTAR ISI
Table of Contents
KATA PENGANTAR ...................................................................................................................i
A. Latar Belakang.................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................................5
1) Tujuan Umum .............................................................................................................................5
2) Tujuan Khusus.............................................................................................................................5
A. KONSEP TEORI...........................................................................................................................6
2.1. PENEGRTIAN.......................................................................................................................6
2.2. KLASIFIKASI.......................................................................................................................6
2.3. ETIOLOGI.............................................................................................................................7
2.4. PATOFISIOLOGI.................................................................................................................8
2.5. MANIFESTASI KLINIS.......................................................................................................9
2.6. DIMENSI HALUSINASI....................................................................................................11
2.7. PENATALAKSANAAN......................................................................................................12
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS HALUSINASI..............................................14
B. KONSEP ASKEP........................................................................................................................14
3.1. PENGKAJIAN.....................................................................................................................14
3.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN.........................................................................................17
3.3. INTERVENSI KEPERAWATAN......................................................................................17
3.4. IMPLEMENTASI KEPERWATAN..................................................................................18
3.5. EVALUASI...........................................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Halusinasi salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan
sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara,penglihatan, pengecapan,
perabaaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada
(Damaiyanti, 2012).Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien
member persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang
nyata.Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang
yang berbicara (Kusumawati & Hartono, 2012).
Halusinasi yang paling banyak diderita adalah halusinasi pendengaran mencapai
lebih kurang 70%, sedangkan halusinasi penglihatan menduduki peringkat kedua dengan
rata-rata 20%. Sementara jenis halusinasi yang lain yaitu halusinasi pengucapan,
penghidu, perabaan,kinesthetic,dancenesthetic hanya meliputi 10%,(Muhith,2015)
.Menurut Videbeck (2008) dalam Yosep(2009) tanda pasien mengalami halusinasi
pendengaran yaitu pasien tampak berbicara ataupun tertawa sendiri, pasien marah-marah
Dampak yang dirasakan oleh keluarga dengan adanya anggota keluarga mengalami
halusinasi adalah tingginya beban ekonomi, beban emosi keluarga,stress terhadap
perilaku pasien yang terganggu, gangguan dalam melaksanakan kegiatan rumah tangga
sehari-hari dan keterbatasan melakukan aktifitas. Beban sosial ekonomi diantaranya
adalah gangguan dalam hubungan keluarga , keterbatasan melakukan aktifitas sosial,
pekerjaan, dan hobi , kesulitan finansial, dan dampak negatif terhadap kesehatan fisik
keluarga. Beban psikologis menggambarkan reaksi psikologis seperti perasaan
kehilangan, sedih, cemas dan malu terhadap masyarakat sekitar, stress menghadapi
gangguan perilaku dan frustasi akibat perubahan pola interaksi dalam keluarga (Ngadiran,
2010).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1) Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan keperawatan pada Tn.N yang mengalami halusinasi.
2) Tujuan Khusus
a. Mampu menerapkan proses keperawatan pada Tn.N yang engalami halusinasi.
b. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Tn.N yang mengalami
halusinasi
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP TEORI
2.1. PENEGRTIAN
Halusinasi adalah persepsi sensori dari suatu obyek tanpa adanya rangsangan dari luar,
gangguan persepsi sensori meliputi seluruh pancaindrahalusinasi merupakan salah satu gejala
gangguan jiwa yang pasien mengalami perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi
palsu berupa suara, penglihatan, perabaan, atau penciuman . pasien merasakan stimulus yang
sebetulnya tidak ada (AH.Yusuf,dkk 2015) Halusinasi sering secara umum ditemukan pada
klien skizofrenia,proses terjadinya halusinasi pada klien skizofrenia dapat dijelaskan
berdasarkan model.
2.2. KLASIFIKASI
1. Fase pertama
Disebut juga dengan fase comforting yaitu fase menyenangkan. Pada tahap ini masuk
dalam golongan nonpsikotik. Karakteristik: klien mengalami stres, cemas, perasaan
perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak daapat diselesaikan. Klien
mulai melamun dan memikirkan hal hal menyenangkan, cara ini hanya menolong
sementara.
Perilaku klien: tersenyum dan tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa
suara, pergerakan mata cepat, respons verbal yang lambat jika sedang asik dengan
halusinasinya, dan suka menyendiri.
2. Fase kedua
Disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi menjijikan.
Termasuk dalam psikotik ringan. Karakteristik: pengalaman sensori menjijikan dan
menakutkan, kecemasan meningkat, melamun dan berfikir sendiri jadi dominan. Mulai
dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu, dan ia tetap dapat
mengontrolnya.
Perilaku klien: meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti peningkatan
denyut jantung dan tekanan darah. Klien asik dengan halusinasinya dan tidak bisa
membedakan realitas.
3. Fase ketiga
Disebut juga dengan fase controlling atau ansietas berat berat yaitu pengalaman
sensori menjadi berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik. Karakteristik: bisikan,
suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi
terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.
Perilaku klien: kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya
beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor dan tidak
mampu mematuhi perintah.
4. Fase keempat
Disebut juga fase conquering atau panik yaitu klien lebur dengan halusinasinya.
Termasuk dalam psikotik berat. Karakteristik: halusinasinya berubah menjadi
mengancam, memerintah dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang
kontrol, dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain dilingkungannya.
Perilaku klien: perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan,
agitasi, menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah kompleks,
dan tidak mampu berespons lebih dari satu orang.
Mekanisme Koping Halusinasi
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari pengalaman
yang menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologi termasuk (Dalami, dkk, 2014
):
a. Regresi,
menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembali seperti pada
perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan masalah proses informasi dan
upaya untuk menanggulangi ansietas.
b. Proyeksi,
keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi pada orang lain
karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai upaya untuk menjelaskan
keracunan persepsi).
c. Menarik diri,
reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun psikologis, reaksi fisik
yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber stressor, misalnya menjauhi polusi,
sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain, sedangkan reaksi psikologis individu
menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut
dan bermusuhan.
2.5. MANIFESTASI KLINIS
Objektif
Tanda dan gejala gangguan persepsi sensori halusinasi yang dapat teramati sebagai berikut
( Dalami, dkk, 2014 ) :
a. Halusinasi penglihatan
1) Melirikkan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa saja yang sedang
dibicarakan.
2) Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang sedang tidak berbicara
atau pada benda seperti mebel.
3) Terlihat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang yang tidak tampak.
4) Menggerakan-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedang menjawab suara.
b. Halusinasi pendengaran Adapun perilaku yang dapat teramati
1) Tiba-tiba tampak tanggap, ketakutan atau ditakutkan oleh orang lain, benda mati atau
stimulus yang tidak tampak.
2) Tiba-tiba berlari keruangan lain
c. Halusinasi penciuman Perilaku yang dapat teramati pada klien gangguan halusinasi
penciuman adalah :
1) Hidung yang dikerutkan seperti mencium bau yang tidak enak.
2) Mencium bau tubuh
3) Mencium bau udara ketika sedang berjalan ke arah orang lain.
4) Merespon terhadap bau dengan panik seperti mencium bau api atau darah.
5) Melempar selimut atau menuang air pada orang lain seakan sedang memadamkan api.
Halusinasi pengecapan Adapun perilaku yang terlihat pada klien yang mengalami
gangguan
d. halusinasi pengecapan adalah :
1) Meludahkan makanan atau minuman.
2) Menolak untuk makan, minum dan minum obat.
3) Tiba-tiba meninggalkan meja makan.
e. Halusinasi perabaan Perilaku yang tampak pada klien yang mengalami halusinasi
perabaan adalah :
1) Tampak menggaruk-garuk permukaan kulit.
2.6. DIMENSI HALUSINASI
a) Dimensi fisik
Halusinasi dapat timbul oleh kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa,
penyalahgunaan obat, demam, kesulitan tidur.
b) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas masalah yang tidak dapat diatasi merupakan
penyebab halusinasi berupa perintah memaksa dan menakutkan.
c) Dimensi intelektual
Halusinasi merupakan usaha dari ego untuk melawan implus yang menekan merupakan
suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien.
d) Dimensi sosial
Klien mengalami interaksi sosial menganggap hidup bersosialisasi di alam nyata sangat
membahayakan. Klien asik dengan halusinasinya seolah merupakan tempat memenuhi
kebutuhan dan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan di dunia
nyata.
e) Dimensi spiritual
Secara spiritual halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas tidak bermakna,
hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk mensucikan diri
( Yosep 2009).
2.7. PENATALAKSANAAN
B. KONSEP ASKEP
3.1. PENGKAJIAN
Tanggal MRS : 18 Oktober 2021
Tanggal Di Rawat Di Ruangan : 18 Oktober 2021
Tanggal Pengkajian : 19 Oktober 2021
Ruang Rawat : Melati
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. N
Umur : 56 tahun
Alamat : oesapa
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Status : menikah
Pekerjan : pegawai swasta
Jenis kel : laki- laki
No. CM : 0036
B. ALASAN MASUK
a. Data primer
Pasien mengatakan suara aneh yang mengganggu
b. Data sekunder
Pasien mengatakan mengatakan mendengar suara-suara tersebut ketika sedang duduk
sendirian dan melamun.
c. Keluhan utama saat pengkajian
Saat dilakukan pengkajian partisipan mengatakan saat ini masih sering mendengar suara-
suara seperti menasehati, menakuti dan melihat bayangan putih.
C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien mengatakan mudah marah apabila ada orang yang membuat pasien kesal, pasien
mengatakan susah untuk mengontrol rasa marah yang dirasakan.
a. Evaluasi yang dilakukan pada diagnosa pertama yaitu gangguan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran setelah dilakukan empat kali kunjungan pasien mampu
membina hubungan saling percaya dengan perawat, saat ditanyakan tentang
halusinasinya.
1) pasien bersedia menceritakan tentang masalah yang dialaminya, mulai dari
penyebab, tanda dan gejala yang dirasakan dan tindakan yang dilakukan
partisipan untuk mengontrol suara-suara yang didengarnya, serta penyelesaian
masalah keluarga dalam merawat pasien.
2) Pasien mampu mengetahui obat-obatan dan kegunaan obat-obatan yang
mengetahui cara minum obat yang benar dan melakukan minum obat secara
teratur dan dilakukan mandiri dan dimasukkan ke jadwal harian.
3) Pasien mampu mengontrol halusinasinya dengan melakukan cara bercakap-cakap
dengan orang disekitarnya secara mandiri dan memasukkan ke dalam jadwal
harian.
4) Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas sehari-hari
seperti menyapu, dan melakukan hobinya bermain gitar dan bernyanyi secara
mandiri dan memasukkan ke dalam jadwal harian.
b. Evaluasi yang dilakukan pada diagnosa kedua yaitu resiko perilaku kekerasan setelah
dilakukan empat kali kunjungan.
1) Pasien mampu menceritakan penyebab, tanda dan gejala, akibat serta cara yang
dilakukan pasien untuk mengontrol rasa marahnya, serta penyelesaian masalah
keluarga dalam merawat pasien.
2) Pasien mampu mengetahui obat-obatan dan kegunaan obat-obatan yang
diminumnya serta mengetahui cara minum obat yang benar dan melakukan
minum obat secara teratur dan dilakukan mandiri dan memasukkan ke dalam
jadwal harian.
3) Pasien mampu melakukan latihan fisik tarik napas dalam dan pukul bantal secara
mandiri dan memasukkan ke dalam jadwal harian.
4) Partisipan mampu melakukan mengontrol rasa marah dengan cara verbal
(mengungkapkan, menolak dan meminta dengan cara yang baik) secara mandiri
dan memasukkan ke dalam jadwal harian.
5) Partisipan mampu melakukan mengontrol rasa marah dengan cara spiritual seperti
berdzikir secara mandiri dan memasukkan ke dalam jadwal harian.
c. Evaluasi yang dilakukan pada diagnosa ketiga yaitu defisit perawatan diri setelah
dilakukan empat kali kunjungan.
1) Partisipan mampu menceritakan masalah perawatan diri, kebersihan diri,
berdandan, makan dan minum, BAB/BAK, pentingnya kebersihan diri, serta
penyelesaian masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat partisipan,
Partisipan mampu mengetahui cara cara menjaga kebersihan diri mandi, cuci
rambut, gosok gigi, dan potong kuku dan melakukannya dengan baik dan benar.
2) Partisipan mampu mengetahui cara berdandan yang baik dan melakukan
berdandan dengan baik secara mandiri dan memasukkan ke dalam jadwal harian.
3) Kunjungan keempat latihan strategi pelaksanaan 3 partisipan mampu mengetahui
cara makan/minum yang baik serta mampu melakukan makan/minum yang baik
secara mandiri dan memasukkan ke dalam jadwal harian.
4) Partisipan mampu mengetahui cara BAB/BAK yang baik dan benar dan
melakukannya dengan baik dan benar secara mandiri dan memasukkan ke dalam
jadwal harian.