OLEH :
PROGRAM STUDI
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan
rahmat, taufiq dan hidayah-Nya. Penyusunan Makalah yang berjudul “Menejemen Rumah
Sakit Dan Logistik” untuk menyelesaikan mata kuliah
…………………………………………..Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna
bagi seluruh pihak yang membutuhkan.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan,
mengingat akan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Untuk itu kritik dan sar
an sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan penyusunan makalah yang akan datang.
I Wayan Gara
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 4
B. Tujuan 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Grafik Barber Johnson 6
B. Fungsi Dari Grafik Barber Johnson 6
C. Makna Dari Grafik Barber Johnson 6
D. Batasan Nilai Efisien 7
E. Rumus pada Grafik Barber Johnson 7
F. Format Grafik Barber Johnson 7
G. BOR (Bed Occupancy Rate) 8
H. Average Lenght Of Stay (AvLOS) 9
I. Turn Over Interval (TOI) 9
J. Bed Turn Over (BTO) 10
K. Indikator Efisiensi Pelayanan di UPTD Puskesmas Modo 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 13
B. Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 14
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan dasar yang sangat penting di Indonesia.
Puskesmas merupakan kesatuan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya
kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata dapat diterima dan terjangkau oleh
masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat dan dengan menggunakan hasil
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna. Untuk mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal tentu diperlukan upaya pembangunan sistem pelayanan
kesehatan dasar yang mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat selaku
konsumen dari pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009).
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak mendasar masyarakat yang
penyediaanya wajib di selenggarakan oleh pemerintah. Sebagai salah satu bentuk
fasilitas pelayanan kesehatan untuk masyarakat. Pelayanan kesehatan yang diberikan
Puskesmas adalah pelayanan kesehatan menyeluruh yang meliputi pelayanan : curative
(pengobatan), preventive upaya pencegahan), promotive (peningkatan kesehatana), dan
rehabilitative (pemulihan kesehatan).
Kualitas merupakan standar yang harus dicapai oleh seseorang atau sekelompok atau l
embaga atau organisasi mengenai kualitas sumber daya manusia, kualitas cara kerja, pros
es dan hasil kerja berupa produk atau pelayanan jasa (Sugiyarto, 2001). Kualitas pelayan
an kesehatan puskesmas dalam rangka pemenuhan keperluan pelayanan kesehatan masya
rakat ditentukan oleh dua faktor. Pertama adalah faktor puskesmas yang berhubungan de
ngan kualitas pelayanan kesehatan dan tingkat kepuasaan pasien. Artinya, selama kualita
s pelayanan kesehatan memenuhi kepuasan pasien, maka tingkat kesesuaian akan tinggi
dan puskesmas diperlukan oleh masyarakat. Maksud kesesuaian yaitu adanya kesamaan
dalam tujuan, puskesmas dapat memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat dan
masyarakat menerima pelayanan sesuai dengan harapan. Sebaliknya, selama kualitas pel
ayanan kesehatan tidak memenuhi tingkat kepuasaan pasien, maka tingkat kesesuaian ak
an rendah, mengakibatkan puskesmas akan ditinggalkan oleh masyarakat. Kedua adalah f
4
aktor adanya perubahan (transisi) demografi, epidemiologi, sosio-ekonomi serta nilai dan
sikap kritis masyarakat akan menciptakan keperluan-keperluan pelayanan kesehatan yan
g sangat komplek dan beragam. Dengan demikian, kedudukan dan peran kualitas pelayan
an puskesmas sangatlah penting untuk dilaksanakan (Santoso, 2010).
Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa kualitas dan kepuasan pelayanan d
i puskesmas merupakan permasalahan penting dan saling berhubungan. Puskesmas sebag
ai lembaga yang menyediakan layanan kesehatan perlu memiliki SDM yang mampu me
mberikan kualitas pelayanan kepada masyarakat, karena kepuasan pasien tergantung pad
a kualitas pelayanan. Suatu pelayanan dikatakan berkualitas oleh pasien ditentukan oleh
kenyataan jasa yang diberikan bisa memenuhi kebutuhan dan harapan pasien. Haryanto
(2009) menjelaskan bahwa pengukuran aspek kualitas bermanfaat bagi puskesmas untuk:
(1) mengetahui dengan baik bagaimana jalannya atau proses pelayanan, (2) mengetahui d
imana harus melakukan perubahan dalam upaya melakukan perbaikan secara terus mener
us untuk memuaskan pelanggan terutama untuk hal-hal yang dianggap penting oleh pela
nggan, dan (3) menentukan apakah perubahan yang dilakukan mengarah ke perbaikan. M
anfaat tersebut bertujuan untuk memberikan kepuasan kepada pasien
Efisiensi merupakan salah satu parameter/indikator kinerja yang secara teoritis menda
sari seluruh kinerja suatu organisasi.Tanpa pengawasan terhadap efisiensi, masalah dapat
muncul dari sisi manajemen yang berujung pada tindakan-tindakan penyimpangan. Penil
aian efisiensi pelayanan berkaiatan dengan pemanfaatan tempat tidur yang tersedia, serta
efisiensi pemanfaatan penunjang medik. Untuk menilai efisiensi, dapat dipergunakan gra
fik Barber Johnson. Dalam grafik ini terdapat suatu daerah yang disebut dengan daerah e
fisiensi. Grafik ini menggunakan empat parameter yaitu Bed Occupancy Ratio (BOR), L
enght Of Stay (LOS), Turn Over Interval (TOI) dan Bed Turn Over (BTO) (Mardian et
al., 2016).
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui Grafik Teori Barber Johnson
2. Untuk mengetahui parameter Bed Occupancy Ratio (BOR), Lenght Of Stay (LOS), T
urn Over Interval (TOI) dan Bed Turn Over (BTO) di Puskesmas Modo.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
C. Makna Dari Grafik Barber Johnson
1. Makin dekat grafik BOR dengan sumbu Y-ordinat, maka BOR semakin tinggi
2. Makin dekat grafik BTO dengan titik sumbu maka pasien keluar (hidup + mati) makin
tinggi jumlahnya.
3. Apabila TOI tetap, LOS berkurang, maka BOR akan menurun
4. Jika TOI tinggi, kemungkinan disebabkan organisasi yang kurang baik. TOI tinggi
dapat diturunkan dengan mengadakan perbaikan organisasi, tanpa mempengaruhi
LOS.
5. Bertambahnya LOS disebabkan karena kelambanan administrasi dirumah sakit,
kurang baiknya perencanaan dalam memberikan pelayanan kepada pasien atau
kebijaksanaan dibidang medis (Angesti, 2010; Mardian, 2016).
7
c. Garis bantu BOR merupakan garis yang ditarik dari pertemuan horizontal dan ver
tikal, yaitu titik 0,0 dan membentuk seperti kipas.
d. Garis bantu BTO merupakan garis yang ditarik dan menghubungkan posisi nilai
AvLOS dan TOI yang sama.
3. Terdapat area yang disebut daerah efisien yang dibatasi oleh garis TOI 1 dan 3 serta B
OR 75%.
Untuk membaca grafik BJ, lihatlah posisi titik BJ terhadap daerah efisien.apabila titik
BJ terletak di dalam daerah efisien berarti penggunaan tempat tidur pada periode yang
bersangkutan sudah efisien. Sebaliknya, apabila titik BJ masih berada diluar daerah ef
isien berarti penggunaan tempat tidur pada periode tersebut masih belum efisien
(Mubarak, 2020).
8
Tujuan Bed Occupancy Rate (BOR) merupakan salah satu indikator yang menggamba
rkan tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Ang
ka BOR yang rendah menunjukkan kurangnya pemanfaatan dari fasilitas rumah sakit
(Wijayanti et al., 2020).
9
lama saat dimana TT tidak digunakan oleh pasien. Hal ini berarti penggunaan TT
rendah. Kondisi ini tentu tidak menguntungkan dari segi ekonomi bagi pihak
manajemen rumah sakit. Semakin kecil angka TOI, berarti semakin singkat selang
waktu saat TT akan digunakan pasien berikutnya. Hal ini bisa sangat menguntungkan
secara ekonomi bagi pihak manajemen rumah sakit tapi bisa merugikan pasien
karena TT tidak sempat disiapkan secara baik (Mungawanah, 2020).
10
TT : Jumlah Tempat Tidur
Standar nilai BTO menurut Barber-Johnson adalah minal 30 kali.
11
Turn Over Interval (TOI) adalah rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati dari
saat terisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini juga memberikan gambaran tingkat
efisien dari penggunaan tempat tidur. Dari data yang didapatkan dari Puskesmas
Modo nilai TOI berada pada angka 10,3 hari, padahal standar Barber-Johnson yakni
1-3 hari. Terjadi perbedaan antara kenyataan dengan standar.perbedaan tersebut
dikarenakan alat kesehatan yang kurang memadai dan jumlah pasien yang masih
sedikit.
Puskesmas Modo memiliki nilai BTO 28,0 kali. Hal ini tidak sesuai dengan
standar Barber-Johnson yakni minimal 30 kali. Namun, nilai BTO tersebut masih
dinilai kurang optimal dikarenakan masih sedikitnya jumlah pasien dan ada beberapa
pasien dengan penyakit tertentu membutuhkan perawatan yang cukup lama. Oleh
karena itu perlu dilakukan peningkatan pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang
dapat diatasi dengan mengefektifkan Promosi Kesehatan Masyarakat dan program
kunjungan rumah di daerah yang sudah ada, meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
terhadap pasien, guna menekan pasien pulang atas permintaan sendiri.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep grafik Barber Johnson dapat digunakan untuk menilai efisiensi menajemen
perawatan di empat kerja. Kemudian seluru rawat inap yang ada di Puskesmas Modo
belum bisa dikatakan efisien dalam hal pelayanan rawat inap, karena nilai BOR-nya
tidak mencapai standar.
B. Saran
Melakukan menajemen organisasi yang baik dan melakukan promosi kepada
masyarakat serta meningkatkan pengetahuan tentang sakit dan penyakit dapat diatasi
dengan mengefektifkan Promosi Kesehatan Masyarakat, serta meningkatkan mutu
pelyanan kesehatan terhadap pasien, guna menekan pasien pulang atas permintaan
sendiri.
13
DAFTAR PUSTAKA
Angesti, D. (2010). Penilaian Tingkat Efesiensi Pengelolaan rumah Sakit Dengan Aplikasi Gr
afik BARBER-JOHNSON Di Rumah Sakit Usada Sidoarjo. Jurnal Mennajemen Keseha
tan STIKES Yayasan RS. Dr. Soetomo.
Heltiani, N., & Lestari, E. D. (2021). Analisis bed turn over di Rumah Sakit Harapan dan Doa
Kota Bengkulu Periode 2019. Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, 9(2),
105–112.
Lubis, I. K., & Susilawati, S. (2017). Analisis Length Of Stay (Los) Berdasarkan Faktor Predi
ktor Pada Pasien DM Tipe II di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Jurnal Kesehata
n Vokasional, 2(2), 161. https://doi.org/10.22146/jkesvo.30330
Maghfiroh, S., Priyanti, R. P., & Mubarrok, A. S. (2019). Hubungan waktu tunggu dan length
of stay (LOS) Dengan kepuasan pasien di instalasi Gawat darurat rsud jombang. Jurnal
Keperawatan Muhammadiyah, 4(1), 89–93. https://doi.org/10.30651/jkm.v4i1.2200
Mardian, A. H. (2016). Analisis Efisiensi Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit Daerah Balung
Tahun 2015 Melalui Pendekatan BARBER-JOHNSON. Digital Repository Universitas
Jember.
Mardian, A. H., Khoiri, A., & Sandra, C. (2016). Analisis Efisensi Pelayanan Rawat Inap Ru
mah Sakit Daerah Balung Tahun 2015 melalui Pendekatan Barber-Johnson. Artikel Ilmi
ah Hasil Penelitian Mahasiswa.
Mubarak, D. (2020). Penilaian Efisiensi Pelayanan Rumah Sakit Terkait Pemanfaatan Tempa
t Tidur Rawat Inap Dengan Pendekatan BARBER JOHNSON. Literature Review. file:///
E:/makalah hukum etika/279bd45d2a71d9ed75e466d905abdf4f.pdf
Mungawanah, E. (2020). Calculation of Bed Occupancy Rate, Length of Stay, Turn Over Inte
rval, Bed Turn Over On The Utilization of Beds In Fakhrudin Ward PKU Muhammadiy
14
ah Sruweng. Health Media, 2(1), 61–65.
Novarinda, I., & Dewi, D. R. (2017). Efisiensi Pengelolaan di Bangsal Asoka Berdasarkan Gr
afik Barber Johnson di Rumah Sakit Sumber Waras Triwulan I-IV tahun 2016. Jurnal I
NOHIM, 5(1), 14–21. https://inohim.esaunggul.ac.id/index.php/INO/article/view/139/11
9
Rohman, H., Mardiyoko, I., & Putri Ayuningtyas, N. (2018). Efficiency Analysis Bor, Los, T
oi, and Bto Based on Barber Johnson Graph. Ilmu Kesehatan Bhakti Setya Medika, 3(Vo
l. 3 No. 1 (2018): Jurnal Bhakti Setya Medika), 11–21. https://www.jurnal.poltekkes-bsi.
ac.id/index.php/bsm/article/view/41/14
Rosita, R., & Tanastasya, A. R. (2019). Penetapan Mutu Rumah Sakit Berdasarkan Indikator
Rawat Inap. Jurnal Kesehatan Kusuma Husada, 166–178. https://doi.org/10.34035/jk.v1
0i2.392
Titik Respati, Badrijah Djoerban, H. M. (2001). Penerapan Metode Barber Johnson Untuk M
enilai Efisiensi Pelayanan Rumah Sakit Di Indonesia. Buletin Penelitian Sistem Kesehat
an, 4, 41–52.
Wijayanti, R., Kesehatan, J., & Negeri Jember, P. (2020). Analisis Faktor Penyebab Rendahn
ya Bed Occupancy Rate(Bor) Di Rumah Sakit Mitra Medika Kabupaten Bondowoso. J-
REMI : Jurnal Rekam Medik Dan Informasi Kesehatan, 1(4), 529–536. https://publikasi.
polije.ac.id/index.php/j-remi/article/view/2060
15