I. Pendahuluan
Indonesia adalah negara dengan pluralitas yang tinggi terutama dari segi budaya. Dari
ujung timur sampai ujung barat terbentang corak budaya yang berbeda-beda. Dalam
pluralitas budaya itu, gereja katolik hadir ke dalam kehidupan bersama dengan
masyarakat Indonesia. Bukan hanya hadir, Gereja juga merangkul masyarakat
setempat untuk masuk ke dalam persekutuan umat beriman kepada Yesus Kristus.
Gereja kemudian bertumbuh dan berkembang menjadi suatu persekutuan yang besar,
masuk ke setiap daerah dan budaya di seluruh Nusantara.
Perkenalan dengan iman Kristen sungguh membuka kesadaran beberapa dari antara
mereka. Janji keselamatan itu justru lebih terjamin dalam iman Kristen. Dalam
perkembangan selanjutnya semakin banyak terbentuk jemaat-jemaat Kristen di
wilayah kekaisaran. Dalam sejarah selanjutnya, usaha penyebaran iman Kristen ini
terus dilanjutkan. Sejumlah tokoh gereja, yang tentu tidak dapat disebutkan satu per
satu semuanya, berperan besar dalam hal ini. Gereja telah menyadari bahwa identitas
tunggalnya adalah Roh Yesus Kristus dan cinta persaudaraan seturut teladan-
Nya. Dalam masa-masa kolonial, gereja semakin tersebar luas ke seluruh dunia dan
semakin banyak berkontak dengan adat istiadat masyarakat dunia. Setiap kali
hadir, idealnya gereja hanya membawa iman akan Yesus Kristus. Ketika memasuki
satu masyarakat tertentu, yang harus terjadi adalah proses adaptasi dan
penginkulturasian nilai
Dengan kata lain mulai saat itu gereja resmi menggunakan cara inkulturasi sebagai
cara penyebaran injil. Hal itu berarti kebudayaan asli setiap negara dan daerah itu
harus diresapi oleh Roh Yesus Kristus, dimurnikan, diperkaya dan dipenuhi oleh nilai-
nilai injil. Berkat inkulturasi tersebut, sebagian besar dari umat mengalami kemudahan
pemahaman dan penghayatan iman. Melaui inkulturasi, gereja Indonesia menampilkan
kekhasan wajahnya dengan keberagaman budaya.. Misalnya di daerah Jawa sudah
banyak diadakan perayaan ekaristi dalam adat Jawa. Melalui
bahasa, instrumen, pakaian, tarian dan dekorasi ala Jawa dalam liturgi menambah
kesatuan hati umat dengan korban Kristus dalam ekaristi.
- Kesatuan Gereja Katolik
Gereja katolik lahir dan bertumbuh melalui sejarah yang panjang dan penuh dengan
tantangan. Justru melalui berbagai macam peristiwa reformasi seperti itu, gereja
katolik malah semakin matang dan dewasa dalam beriman. Kedewasaannya itu
memperkuat keutuhan dan kesatuan gereja untuk beriman kepada Yesus
Kristus. Karena "Allah telah berkenan menghimpun orang-orang yang beriman akan
Kristus menjadi Umat Allah ”, dan membuat mereka menjadi satu Tubuh. "Pola dan
prinsip terluhur misteri kesatuan Gereja ialah kesatuan Allah yang tunggal dalam tiga
pribadi, Bapa, Putra dan Roh Kudus”. Gereja tidak ada begitu saja dari dirinya
sendiri. Melalui Roh Kudus, Kristus menjadikan Gereja-Nya itu
satu, kudus, katolik, dan apostolik. Gereja itu satu menurut Pendiri-Nya. Gereja itu
satu menurut jiwanya. Namun sejak awal, Gereja yang satu ini memiliki
kemajemukan yang luar biasa. Di satu pihak kemajemukan itu disebabkan oleh
perbedaan anugerah-anugerah Allah, tetapi di lain pihak oleh keragaman orang yang
menerimanya. Dalam kesatuan Umat Allah berhimpunlah perbedaan bangsa dan
budaya. Dalam hal kesucian pun yang pokok bukanlah bentuk
pelaksanaannya, melainkan sikap dasarnya. Untuk itu, "Gereja itu suci dan sekaligus
harus dibersihkan, serta terus menerus menjalankan pertobatan dan pembaruan ".
Apostolik dalam arti bahwa Gereja berasal dari para rasul dan tetap berpegang teguh
pada kesaksian iman mereka. Kesadaran bahwa Gereja "dibangun atas dasar para rasul
dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru”, sudah ada sejak zaman
Gereja perdana sendiri . dimana hubungan historis ini tidak dilihat sebagai pergantian
orang, melainkan sebagai kelangsungan iman dan pengakuan. Bukan
mengulangi, tetapi merumuskan dan mengungkapkan kembali apa yang menjadi inti
hidup iman. karena seluruh Gereja bersifat apostolik, maka seluruh Gereja dan setiap
anggotanya, perlu mengetahui apa yang menjadi dasar hidupnya. . Sifat-sifat Gereja
itu diimani, berarti harus dihayati, oleh Gereja seluruhnya dan oleh masing-masing
anggotanya di mana pun mereka berada.
IV. Kesimpulan
Gereja katolik bertumbuh dan berkembang dalam budaya sehingga relasi antara iman
dan kebudayaan terintegrasi dalam sejarah perkembangan gereja katolik. Namun
semua yang ada dalam suatu budaya tidak diterima begitu saja, selalu melalui proses
dialog untuk menemukan "benang merah” antara keduanya sehingga dasar ajaran
kristiani dapat diterima dengan baik. Yesus sendiri lahir dan dibesarkan dalam budaya
Yahudi. Titik tolak iman kristiani mulai sejak Wafat dan kebangitan-Nya di mana
Yesus direfleksikan sebagai putra Allah, sang penebus umat manusia. Gereja
kemudian meluas keluar dari budaya Yahudi dan menyebar ke seluruh
dunia. . Kesatuan itu menjadi pegangan dalam memperluaskan iman kepada setiap
budaya di seluruh dunia. Gereja menghargai pluralitas budaya itu dan oleh karena itu
gereja bisa bertahan dan berkembang sampai saat ini. Gereja terus berusaha
melakukan inkulutrasi untuk bisa memaknai nilai-nilai kebudayaan di Indonesia untuk
membawa mereka kepada iman akan Yesus Kristus. Gereja yang satu ini memiliki
kemajemukan yang luar biasa. Di satu pihak kemajemukan itu disebabkan oleh
perbedaan anugerah-anugerah Allah, tetapi di lain pihak oleh keragaman orang yang
menerimanya. Dalam kesatuan Umat Allah berhimpunlah perbedaan bangsa dan
budaya.
V. Sumber
4 Sifat Gereja: Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik | Dominus Vobiscum
(katekeseremaja.w)
Masuknya Gereja Katolik di Indonesia – katolisitas.org
HUBUNGAN IMAN KRISTEN DENGAN KEBUDAYAAN | chelsea's doc
(chelseadocument.blogspot.com)
Inkulturasi – Soesita Design'S (wordpress.com)
Penyatuan budaya dalam iman Katolik | Warta Paroki (wordpress.com)