Anda di halaman 1dari 6

Gereja Katolik di Tengah Pluralitas Budaya di Indonesia

Oleh : Pd. Jesika Anastasya Siboro – XI IPA 3

I. Pendahuluan
Indonesia adalah negara dengan pluralitas yang tinggi terutama dari segi budaya. Dari
ujung timur sampai ujung barat terbentang corak budaya yang berbeda-beda. Dalam
pluralitas budaya itu, gereja katolik hadir ke dalam kehidupan bersama dengan
masyarakat Indonesia. Bukan hanya hadir, Gereja juga merangkul masyarakat
setempat untuk masuk ke dalam persekutuan umat beriman kepada Yesus Kristus.
Gereja kemudian bertumbuh dan berkembang menjadi suatu persekutuan yang besar,
masuk ke setiap daerah dan budaya di seluruh Nusantara.

II. Sifat Gereja di antara Pluralitas


Kehadiran Gereja di Indonesia tidak terlepas dari identitas universalnya sebagai gereja
yang memiliki sifat kesatuan, kudus, dan apostolik. Sifat-sifat ini melekat pada
identitas Gereja secara universal sehingga kemana pun gereja berkembang, ia selalu
membawa sifat-sifat itu. Gereja dengan mengenal identitas dirinya secara baik,
mampu membuka diri dengan kekayaan nilai-nilai budaya yang ada di dalam setiap
budaya serta memaknai nilai-nilai kebudayaan itu untuk memperkenalkan dirinya.
Inilah salah satu metode kehadiran gereja dalam setiap budaya di berbagai tempat.
Sifat-sifat itu membuat gereja katolik di Indonesia tetap bersatu dengan gereja
universal. Namun tentu saja masih ada persoalan dan tantangan yang dihadapi gereja
dalam perjumpaan dengan entitas lain. Gereja tetap mempertahankan kesatuannya
kepada gereja universal ketika menghadapi tantangan dan persoalan itu. Kesatuan ini
bukan dalam artian untuk menegasi yang lain dan menutup diri pada yang lain
melainkan kesatuan yang tetap menghargai yang lain dengan bersikap inklusif dalam
relasi dengan yang lain.

III. Relasi Gereja Katolik dengan Pluralitas Budaya


Gereja katolik berusaha untuk menciptakan kehidupan bersama yang inklusif. Berikut
ini penjelasan tentang perjalanan Gereja Katolik yang mencoba menjalin relasi dengan
budaya-budaya :

- Iman dan Kebudayaan


Iman seseorang akan bertumbuh dan berkembang dalam suatu budaya. Iman katolik
tidak terikat pada suatu budaya tetentu misalnya Yahudi,melainkan iman yang
bersumber pada Yesus Kristus. Dalam proses penghayatan iman, kebudayaan selalu
mendahului iman akan Yesus Kristus. Iman, pertama-tama menyangkut hubungan
Allah dengan manusia. Namun manusia tidak dapat hidup sendirian, dia selalu hidup
bersama orang lain dalam suatu masyarakat yang memiliki nilai-nilai kebudayaan.
Hidup sosial dan kebudayaan menentukan hidup manusia yang konkret dan juga dapat
menentukan iman dan agamanya. Iman yang lepas dari kehidupan masyarakat dan
kebudayaan, bukanlah iman yang konkret dan sebetulnya bukan iman yang benar.
Iman yang konkret selalu menyangkut hidup yang konkret, dan sebetulnya bukan
iman iman yang benar. Iman yang konkret selalu menyangkut hidup yang konkret, dan
tidak dapat dilepaskan dari masyarakat serta kebudayaan. Relasi antara iman dan
kebudayaan senantiasa menjadi relasi yang dinamis, tidak pernah berhenti. Iman dan
kebudayaan masing-masing merupakan dua kenyataan yang berbeda dengan identitas,
personalitas dan otonominya sendiri. Namun untuk kehidupan dan pertumbuhannya,
agama dan kebudayaan itu saling bergantung dan membutuhkan, saling keterbukaan
yang mendalam serta interaksi yang dinamis dan pengaruh timbal balik. Keduanya
adalah kenyataan hidup yang berhubungan dengan manusia.

- Perjumpaan iman katolik dengan kebudayaan


Paulus menjadi tokoh yang mempelopori wajah gereja yang tidak terikat pada
keyahudian sehingga dapat diterima oleh golongan non yahudi. Kristus menghendaki
gereja-Nya hadir di seluruh dunia.Untuk itu, tidak mungkin usaha itu dilakukan jika
gereja mempertahankan diri dalam identitas keyahudiannya, yakni tempat ia
dilahirkan. Gereja mesti mulai terbuka untuk melebarkan sayapnya dan merangkul
seluruh golongan dan budaya. Yesus sendiri lahir dan dibesarkan dalam kebudayaan
Yahudi. Yesus sendiri dibesarkan dan mati dalam tradisi Yahudi. Tetapi ketika adat-
istiadat bertentangan dengan kehendak Tuhan dan tidak berfungsi melayani manusia
maka Yesus bersikap kritis terhadap adat. Gereja kemudian keluar dari batasan bangsa
Yahudi dan tersebar di wilayah kekaisaran Roma melalui pewartaan Petrus dan
terutama Paulus. Gereja mulai lepas dari kukungan tradisi dan budaya
keagamaanYahudi, misalnya soal sunat. Karena bebas dari unsur-unsur budaya
partikular inilah yang menyebabkan gereja semakin mudah diterima oleh masyarakat
dunia pada zaman itu.

Perkenalan dengan iman Kristen sungguh membuka kesadaran beberapa dari antara
mereka. Janji keselamatan itu justru lebih terjamin dalam iman Kristen. Dalam
perkembangan selanjutnya semakin banyak terbentuk jemaat-jemaat Kristen di
wilayah kekaisaran. Dalam sejarah selanjutnya, usaha penyebaran iman Kristen ini
terus dilanjutkan. Sejumlah tokoh gereja, yang tentu tidak dapat disebutkan satu per
satu semuanya, berperan besar dalam hal ini. Gereja telah menyadari bahwa identitas
tunggalnya adalah Roh Yesus Kristus dan cinta persaudaraan seturut teladan-
Nya. Dalam masa-masa kolonial, gereja semakin tersebar luas ke seluruh dunia dan
semakin banyak berkontak dengan adat istiadat masyarakat dunia. Setiap kali
hadir, idealnya gereja hanya membawa iman akan Yesus Kristus. Ketika memasuki
satu masyarakat tertentu, yang harus terjadi adalah proses adaptasi dan
penginkulturasian nilai

- Keadaan Bangsa Indonesia


Suatu realitas kehidupan Indonesia yang sangat tampak adalah masyarakatnya
plural, baik agama, budaya, bangsa dan ras, semuanya itu melebur hidup dalam
kehidupan bersama dan berdampingan. Menurut sensus penduduk pada tahun
2000, Indonesia merupakan negeri yang jumlah penduduknya tercatat sebagai
keempat besar di dunia, yakni 205,8 juta jiwa. Masyarakat Indonesia terdiri atas
banyak sekali etnis, sehingga dapat dikatakan corak keberagaman etnis dan budaya
mewarnai realitas konteks Indonesia. Indonesia merupakan negara kepulauan dengan
jumlah pulau mencapai ribuan. Keterpisahan masyarakat oleh alasan geografis
semacam ini turut mendukung berkembangnya bentuk ungkapan kebudayaan yang
berbeda di setiap wilayah Indonesia. Selain itu, keberagaman tersebut juga tampak
dalam kehidupan jemaat lokal. Situasi pluralitas itu juga dapat ditemukan dengan
mudah di Jakarta ini. Banyak orang yang berasal dari berbagai etnik, budaya dan
bahasa berkumpul bersama di ibukota Negara Indonesia ini sebagai satu masyarakat.
Di samping pluralitas kehidupan masyarakat, Indonesia juga dibaluti oleh kemiskinan
yang menyebar ke seluruh Nusantara. Kemiskinan itu merupakan persoalan yang
multidimensi. Kehadiran gereja di tengah masyarakat seperti itu menjadi
pertimbangan tersendiri sehingga gereja bisa diterima dengan baik oleh masyarakat
setempat. Misi keselamatan yang dibawa gereja harus mampu menyentuh pokok
persoalan konkret yang tengah dihadapi masyarakat di mana ia menghadirkan diri.
Sikap keterbukaan dan kesediaan gereja berinteraksi dan berdialog dengan masyarakat
setempat membuat gereja diterima dengan baik dan bisa bertumbuh dan berkembang
dalam kesatuan gereja universal.

- Kehadiran Gereja Katolik di Indonesia


Iman katolik masuk di Indonesia pada abad 16 dan 17 bersaman dengan kehadiran
para misionaris. Akan tetapi, keikutsertaan para misionaris ini terjadi bersamaan
dengan pengusaan wilayah, sehingga hal ini berimplikasi pada penyebaran injil ke
tengah wilayah-wilayah yang mereka kuasai. Ketika itu, daerah yang menjadi sentral
pedagangan ialah Malaka dan Ternate, daerah penghasil rampah-rempah. Kemudian
hal ini berlangsung terus-menerus sampai kedatangan VOC yang cenderung
memanjakan atau memberikan privilese kepada para misionaris
protestan. Akibatnya, Gereja katolik dilarang secara mutlak dan hanya bertahan di
beberapa daerah yang tidak termasuk VOC yaitu Flores dan Timor. Setelah VOC
dibubarkan dan diambil alih oleh pemerintah Hindia-Belanda, katolik mulai mendapat
kembali kebebasan menyebarkan iman di Nusantara. Sejak saat itu, iman katolik
tersebar luas di bumi nusantara dan berkembang hingga sekarang. Anak-anak bumi
mulai terbuka matanya akan budaya barat dan mulai berpikir ilmiah. Dari berbagai
macam peristiwa yang dilakukan kolonialisme, seringkali orang menghubungkannya
dengan misi para misionaris dalam mewartakan Injil kepada masyarakat
Indonesia. Beberapa pihak menyimpulkan bahwa kristianitas hampir sama dengan
kolonialisme. Anggapan ini menjadi tantangan gereja dalam menyampaikan ajarannya
di tengah masyarakat Indonesia. Walaupun demikian, para misionaris tetap
berusaha, dengan berbagai cara, menyampaikan ajaran Kristiani. Salah satu yang
dilakukan oleh gereja adalah dengan inkulturasi. Sebagian orang beriman menganggap
inkulturasi menyangkut unsur-unsur hakiki keagamaan yang tidak boleh
ditinggalkan. Salah satu contoh inkulturasi yaitu bahasa yang digunakan dalam Kitab
suci dan dalam beribadat atau doa-doa.Hal ini menunjukkan bahwa inkulturasi
membutuhkan waktu yang lama karena orang-orang lain harus memisahkan makna-
makna asli dari kearifan lokal dan memberikan mereka suatu makna kristiani
baru. Kemudian secara emosional mereka harus terbiasa dengan usaha inkulturasi dan
merasa akrab dengannya. Hal itu membutuhkan kebijaksanaan dan hati yang
lapang, kesabaran dan pengertian Dari proses itu akan ditemukan makna baru yang
berciri-corak Kristiani yang hidup dan dinamis.

- Gereja Katolik Indonesia sekarang


 Gereja lahir dan bertumbuh dari satu sumber yaitu yesus Kristus. Dia lahir dan
dibesarkan dalam budaya Yahudi. Titik tolak iman kristiani mulai sejak Wafat dan
kebangitan-Nya di mana Yesus direfleksikan sebagai putra Allah, sang penebus umat
manusia. Gereja kemudian meluas keluar dari budaya Yahudi dan menyebar ke
seluruh dunia.  Kesatuan itu menjadi pegangan dalam memperluaskan iman kepada
setiap budaya di seluruh dunia. Gereja menghargai pluralitas budaya itu dan oleh
karena itu gereja bisa bertahan dan berkembang sampai saat ini. Gereja terus berusaha
melakukan inkulutrasi untuk bisa memaknai nilai-nilai kebudayaan di Indonesia untuk
membawa mereka kepada iman akan Yesus Kristus.  

Dengan kata lain mulai saat itu gereja resmi menggunakan cara inkulturasi sebagai
cara penyebaran injil.  Hal itu berarti kebudayaan asli setiap negara dan daerah itu
harus diresapi oleh Roh Yesus Kristus, dimurnikan, diperkaya dan dipenuhi oleh nilai-
nilai injil. Berkat inkulturasi tersebut, sebagian besar dari umat mengalami kemudahan
pemahaman dan penghayatan iman. Melaui inkulturasi, gereja Indonesia menampilkan
kekhasan wajahnya dengan keberagaman budaya.. Misalnya di daerah Jawa sudah
banyak diadakan perayaan ekaristi dalam adat Jawa.  Melalui
bahasa, instrumen, pakaian, tarian dan dekorasi ala Jawa dalam liturgi menambah
kesatuan hati umat dengan korban Kristus dalam ekaristi.

 
- Kesatuan Gereja Katolik
Gereja katolik lahir dan bertumbuh melalui sejarah yang panjang dan penuh dengan
tantangan.  Justru melalui berbagai macam peristiwa reformasi seperti itu, gereja
katolik malah semakin matang dan dewasa dalam beriman. Kedewasaannya itu
memperkuat keutuhan dan kesatuan gereja untuk beriman kepada Yesus
Kristus. Karena "Allah telah berkenan menghimpun orang-orang yang beriman akan
Kristus menjadi Umat Allah ”, dan membuat mereka menjadi satu Tubuh. "Pola dan
prinsip terluhur misteri kesatuan Gereja ialah kesatuan Allah yang tunggal dalam tiga
pribadi, Bapa, Putra dan Roh Kudus”. Gereja tidak ada begitu saja dari dirinya
sendiri. Melalui Roh Kudus, Kristus menjadikan Gereja-Nya itu
satu, kudus, katolik, dan apostolik. Gereja itu satu menurut Pendiri-Nya.  Gereja itu
satu menurut jiwanya. Namun sejak awal, Gereja yang satu ini memiliki
kemajemukan yang luar biasa. Di satu pihak kemajemukan itu disebabkan oleh
perbedaan anugerah-anugerah Allah, tetapi di lain pihak oleh keragaman orang yang
menerimanya. Dalam kesatuan Umat Allah berhimpunlah perbedaan bangsa dan
budaya. Dalam hal kesucian pun yang pokok bukanlah bentuk
pelaksanaannya, melainkan sikap dasarnya. Untuk itu, "Gereja itu suci dan sekaligus
harus dibersihkan, serta terus menerus menjalankan pertobatan dan pembaruan ".
Apostolik dalam arti bahwa Gereja berasal dari para rasul dan tetap berpegang teguh
pada kesaksian iman mereka. Kesadaran bahwa Gereja "dibangun atas dasar para rasul
dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru”, sudah ada sejak zaman
Gereja perdana sendiri . dimana hubungan historis ini tidak dilihat sebagai pergantian
orang, melainkan sebagai kelangsungan iman dan pengakuan.  Bukan
mengulangi, tetapi merumuskan dan mengungkapkan kembali apa yang menjadi inti
hidup iman. karena seluruh Gereja bersifat apostolik, maka seluruh Gereja dan setiap
anggotanya, perlu mengetahui apa yang menjadi dasar hidupnya. . Sifat-sifat Gereja
itu diimani, berarti harus dihayati, oleh Gereja seluruhnya dan oleh masing-masing
anggotanya di mana pun mereka berada.
 

IV. Kesimpulan
 
Gereja katolik bertumbuh dan berkembang dalam budaya sehingga relasi antara iman
dan kebudayaan terintegrasi dalam sejarah perkembangan gereja katolik. Namun
semua yang ada dalam suatu budaya tidak diterima begitu saja, selalu melalui proses
dialog untuk menemukan "benang merah” antara keduanya sehingga dasar ajaran
kristiani dapat diterima dengan baik. Yesus sendiri lahir dan dibesarkan dalam budaya
Yahudi. Titik tolak iman kristiani mulai sejak Wafat dan kebangitan-Nya di mana
Yesus direfleksikan sebagai putra Allah, sang penebus umat manusia. Gereja
kemudian meluas keluar dari budaya Yahudi dan menyebar ke seluruh
dunia. . Kesatuan itu menjadi pegangan dalam memperluaskan iman kepada setiap
budaya di seluruh dunia.  Gereja menghargai pluralitas budaya itu dan oleh karena itu
gereja bisa bertahan dan berkembang sampai saat ini. Gereja terus berusaha
melakukan inkulutrasi untuk bisa memaknai nilai-nilai kebudayaan di Indonesia untuk
membawa mereka kepada iman akan Yesus Kristus. Gereja yang satu ini memiliki
kemajemukan yang luar biasa. Di satu pihak kemajemukan itu disebabkan oleh
perbedaan anugerah-anugerah Allah, tetapi di lain pihak oleh keragaman orang yang
menerimanya. Dalam kesatuan Umat Allah berhimpunlah perbedaan bangsa dan
budaya. 

V. Sumber
 4 Sifat Gereja: Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik | Dominus Vobiscum
(katekeseremaja.w)
 Masuknya Gereja Katolik di Indonesia – katolisitas.org
 HUBUNGAN IMAN KRISTEN DENGAN KEBUDAYAAN | chelsea's doc
(chelseadocument.blogspot.com)
 Inkulturasi – Soesita Design'S (wordpress.com)
 Penyatuan budaya dalam iman Katolik | Warta Paroki (wordpress.com)

Anda mungkin juga menyukai