Anda di halaman 1dari 2

Harapan bagi Indonesia

Saya adalah anak yang berasal dari Indonesia. Saat ini, saya tinggal di kota Pematang Siantar,
Sumatera Utara. Terlahir dengan kewarganegaraan Indonesia adalah suatu kebanggaan bagi saya.
Indonesia adalah negara yang kaya sumber daya alamnya. Namun, sumber daya manusia di negara
Indonesia masih belum sesuai harapan.

Saya berharap Indonesia ke depannya bertumbuh ke arah yang lebih baik dari segala aspek. Namun,
saya akan berfokus pada aspek pendidikan. Menurut saya, pendidikan di Indonesia masih kurang
efektif. Ketika saya di bangku sekolah dasar, kami langsung diajarkan operasi penjumlahan. Akan
lebih baik kalau sebagai siswa kelas 1 sekolah dasar, kami diajarkan untuk mengeksplorasi diri agar
kami tahu dimana minat dan bakat kami. Banyak anak yang masih bingung mengenai jurusan yang
akan mereka pilih untuk kuliah karena bingung passionnya dimana. Memang dibutuhkan waktu yang
berbeda-beda pada setiap orang dalam menemukan passion, tapi dengan mengeksplorasi diri sejak
dini akan membuat kita lebih mengenal diri dengan baik.

Kita juga harus mengembangkan sistem pendidikan di Indonesia agar siswa tidak menganggap belajar
sebagai beban. Dengan menikmati proses belajar, kita akan belajar dengan baik dan menyerap ilmu
dengan baik juga. Semua murid sebenarnya pintar. Namun kepintaran tidak bisa diukur hanya dengan
akademis. Ada orang yang terlahir untuk tidak ahli dalam sains melainkan seni.

Pendidikan moral juga harus lebih ditekankan dalam sekolah. Bukan hanya berfokus pada teori, tetapi
juga harus ada implementasinya. Kita dapat menemukan anak yang pintar secara akademis namun
mereka tidak memiliki tingkah laku yang baik. Zaman sekarang, banyak ditemukan kasus dimana
siswa bertindak sewenang-wenang kepada gurunya. Tindakan menegur murid yang dilakukan guru
malah dilaporkan sebagai bentuk pelanggaran HAM. Sebaiknya kita belajar menghormati guru dari
negeri Jepang. Pada tahun 1945, bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki. Saat itu, Kaisar
Hirohito memberi perintah pada Menteri Pendidikan untuk menghitung jumlah guru yang masih
hidup. Lalu, para guru tersebut diberi tugas untuk membangun Jepang yang unggul. Terbukti sampai
saat ini, murid-murid di Jepang sangat hormat pada gurunya. Salah satu contohnya mereka tidak boleh
memandang wajah gurunya apabila sedang ditegur dan akan terus membungkuk sebagai rasa
penyesalan.

Selama menempuh pendidikan di Indonesia, saya mengalami beberapa kesulitan seperti mengganggap
nilai adalah segalanya. Saya pernah ada di fase berusaha mendapat nilai tinggi dengan cara apapun
termasuk mencontek. Pada saat itu, beberapa guru menganggap jika siswa mendapat nilai yang kurang
memuaskan berarti siswa tersebut belajar dengan tidak sungguh-sungguh. Prasangka ini membuat
siswa menjadi kompetitif yang tidak sehat. Hal seperti ini harus diperhatikan karena jika siswa merasa
dengan mencontek mereka tidak diberi hukuman yang sesuai dan menikmati nilai tinggi yang bukan
usaha mereka sendiri, ini akan menjadi cikal bakal mereka untuk berbuat tidak jujur kedepannya.
Kebohongan besar dimulai dari kebohongan kecil. Dan untuk mewujudkan negara yang damai, rakyat
yang hidup di dalam negara tersebut haruslah jujur.

Saya berharap pendidikan Indonesia dapat tersebar secara merata dan semua anak mempunyai
kesempatan yang belajar yang sama. Siswa juga diharapkan lebih memperdalam pelajaran yang
mereka minati sehingga mereka bisa berfokus untuk mengembangkan kemampuan mereka di bidang
itu. Dengan ini, generasi muda akan lebih mengenal diri mereka dan bisa berkontribusi di negara
Indonesia dengan penuh tanggung jawab. Membaiknya sumber daya manusia di Indonesia, akan
membuat Indonesia menjadi bangsa yang terdidik dengan kesejahteraan yang merata.

Anda mungkin juga menyukai