Anda di halaman 1dari 2

KETIDAKSEMPURNAAN DALAM KELUARGA

Stephanie adalah anak tunggal di keluarganya. Dia diberikan kasih sayang penuh dari ibu
dan ayahnya. Ayah Stephanie bernama Mark dan Ibu Stephanie bernama Laura. Mark dan
Laura sangat memperhatikan proses belajar Stephanie di sekolah. Karena Stephanie adalah
anak yang rajin maka dia selalu menempati peringkat satu saat SD. Hal itu membuat kedua
orangtuanya bangga. Setiap penerimaan rapor berlangsung dan Stephanie adalah bintang
kelasnya, hadiah akan diberikan pada Stephanie keesokan harinya. Ujian Nasional pun
diadakan dan Stephanie mendapat nilai yang tertinggi. Stephanie dan kedua orangtuanya
senang bukan main.
Satu hal kekurangan Stephanie saat menempuh sekolah dasar adalah pergaulannya. Dia
pendiam, kurang memiliki rasa percaya diri, tidak pandai mencari teman, dan menurutnya
penampilan yang ia miliki sekarang itu tidak baik. Tapi semua kekurangan itu bisa diatasinya
dengan dukungan keluarga. Hingga saat liburan tiba, Stephanie diberikan handphone dan
laptop baru oleh ayahnya sebagai hadiah. Stephanie sangat menyukainya. Karena rasa ingin
tahu yang tinggi, dia membuka semua aplikasi yanga ada di handphone tersebut seperti
youtube dan Instagram. Kedua orang tua Stephanie membiarkannya, mereka pikir tidak apa
memberikan Stephanie sedikit kebebasan karena dia sudah melakukan yang terbaik selama
6 tahun.
Seiring bergantinya hari, Stephanie semakin menyukai handphone dan menonton video
youtube berjam jam sampai larut malam. Terkadang Laura menegurnya untuk makan,
Stephanie menurutinya lalu melanjutkan aktivitasnya untuk bermain handphone kembali.
Hingga tiba lah akhirnya untuk Stephanie melanjutkan pendidikannya ke jenjang sekolah
menengah pertama. Sekolah yang dipiloh Stephanie merupakan salah satu sekolah favorit
di kota berlin. Sehingga untuk bersekolah di sana dilakukan ujian untuk menyeleksi siapa
yang layak untuk sekolah disana. Stephanie pun mendaftar ke sana. Dan akan mengikuti tes
sebulan lagi. Stephanie menggangap sepele hal tersebut dan sudah ketagihan dalam
menggunakan handphone. Mark menegurnya “ Stephanie, udah belajar belum? Seleksi
masuk sekolah alberto sebentar lagi, kurangi bermain handphone”. “ Baik ayah “ Jawab
Stephanie sembari meletakkan handphone nya di meja. Saat mengerjakan latihan soal,
pikiran Stephanie tidak bisa fokus pada soal tersebut. Kemarin dia sedang menonton drama
yang sangat seru dan Stephanie sangat penasaran kelanjutan drama tersebut. Akhirnya
Stephanie mengerjakan latihan soal di bukunya dengan tidak semangat.
15 Juni 2020, tibalah seleksi penerimaan murid baru dilaksanakan. Stephanie melangkahkan
kakinya ke halaman sekolah alberto. Melihat banyaknya anak yang ada disana membuat
Stephanie merasa kurang percaya diri. Dia dan ibunya mencari ruangan tempat Stephanie
untuk mnegerjakan tes. Dan akhirnya mereka menemukannya. Bel berdering, Stephanie
berbaris dengan teman temannya. Setelah diberikan arahan oleh pengawas, semua murid
yang ingin melakukan tes dipersilahkan masuk ke ruangannya masing masing. Di dalam
ruangan, Stephanie mengerjakan soal dan betapa terkejutnya dia, soal yang dia kerjakan
sekarang sangat susah. Dia tidak bisa mengerjakan semua soal. Hanya beberapa yang dapat
dia kerjakan. Stephanie tidak menyangka soalnya akan sesusah ini. Hingga akhirnya tibalah
tes wawancara, dan Stephanie sangat gugup. Sekarang giliran Stephanie dipanggil. Tangan
Stephanie dingin bak air yang didinginkan di dalam kulkas. Sangat disayangkan karena
kegugupan berlebihan yang dialami Stephanie, ia tidak bisa menjawab semua pertanyaan
dengan baik. Saat tes wawancara berakhir dan mereka diizinkan untuk pulang, Stephanie
merasa tidak puas dia menyesal karena tidak belajar dengan sungguh-sungguh. Ibunya
bertanya pada Stephanie “ Bagaimana, apa kamu bisa mengerjakan semua soalnya dengan
baik?”. “ Ya, aku bisa” jawab Stephanie dengan senyuman palsu. Dia tidak mau
mengecewakan ibu dan ayahnya. “Baguslah, ibu harap kamu lulus”. Begitulah akhir
percakapan mereka.
19 Juni 2020, pengumuman kelulusan tiba. Stephanie dan kedua orangtuanya membuka
website untuk melihat apakah Stephanie lulus atau tidak. Dan sangat disayangkan,
Stephanie tidak lulus. “ Apa yang terjadi? Bagaimana seorang anak yang mendapat nilai UN
tertinggi di sekolahnya tidak dapat lulus di SMP Alberto. Memalukan…” Stephanie yang
mendengar ayahnya berbicara begitu sangat sedih, tapi dia menahan air matanya jatuh
lebih banyak lagi. Ibunya memeluk Stephanie untuk menenangkan hatinya. Namun dengan
pelukan itu malah membuat tangis Stephanie makin pecah. Ayah Stephanie merasa terusik
dengan tangisan anak semata wayangnya itu “ DIAM, apa gunanya menangis sekarang?
Ayah sudah memperingatkanmu untuk belajar. Tapi karena handphone dan laptop, kau
malah melupakan kewajibanmu sebagai anak. Laura, sudahlah. Jangan dimanjakan. Biar dia
tau dimana kesalahannya”.
Stephanie pergi ke kamar dan mengunci kamarnya. Dia mengutuk dirinya dan menyalahkan
Tuhan sesekali. Saat tibanya makan malam, Stephanie tidak kunjung keluar kamar juga.
Ayahnya berteriak, “ Stephanie, keluar kau. Apa dengan tidak makan malam membuatmu
bisa lulus di SMP Alberto?” Stephanie yang mendengar perkataan ayahnya membaut
hatinya yang tadi hampir sembuh malah terluka lagi. “Sudahlah mark, apa dengan marah
marah begitu membuat Stephanie bisa lulus di SMP Alberto? Tidak juga kan. Biar aku saja
yang memanggilnya”. Mark yang mendengar itu hanya diam saja.
“Stephanie, ayo makan sayang”. Laura terus memanggil Stephanie namun hasilnya nihil.
Ayahnya yang di ruang makan tidak tahan dengan sikap Stephanie, “ Dalam hitungan ke-3
kalau

Anda mungkin juga menyukai