Anda di halaman 1dari 5

RAVANYA

Butuh waktu lama dari hari Senin ke hari Minggu. Sementara hanya butuh waktu sebentar agar
hari Minggu berubah menjadi hari Senin. Sungguh tidak adil. Sekolah harus tepat waktu, tugas
menumpuk, presentasi, kerja kelompok terus, ulangan yang dipelajari apa yang keluar apa. Benar
benar belajar seperti robot.

Pagi yang cerah, mentari malu-malu menampakkan dirinya di ufuk timur, hari ini adalah hari
Senin. Hari yang tidak di sukai oleh murid murid, salah satunya gadis yang sedang terbaring diatas
ranjang kesayangannya. Alarm berbunyi seakan menyuruh gadis kecil itu bangun dari mimpi
indahnya. Dengan mata yang masih tertutup ia mematikan alarm miliknya "Berisik banget"
gumamnya dan segera melanjutkan mimpi indahnya yang terusik.

Gadis itu adalah Stevanya Margareth yang akrab disapa Vanya. Perempuan paling cantik di
SMA Kejora. Dia mempunyai sifat cuek dan berpenampilan apa adanya. Bahkan dia jarang
menggunakan make up seperti remaja pada umumnya. Karena memang sudah dasarnya dia
cantik, hanya saja kelakuannya tidak secantik wajahnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 06.50. Ibunya yang sedang menyiapkan sarapan di dapur
segera menaikki anak tangga untuk membangunkan Vanya yang masi terlelap dengan mimpi
indahnya.

“Vanya bangun sayang udah jam setengah tujuh, kamu mau dihukum lagi gara gara terlambat
kesekolah?" ujar ibunya sambil membuka gorden kamarnya. Vanya mengerjap, matanya pun
melotot kearah jam dinding.

"Yaampun ibuuuuuu!! kenapa ibu gak bangunin Vanya dari tadi, sih?" tanyanya dan segera
mengambil handuk dan berlari ke kamar mandi untuk bersiap. Ibunya hanya menggeleng melihat
tingkah gadis kecilnya.

Setelah selesai mandi dan bersiap, Vanya langsung keluar kamar dan menuruni anak tangga
menuju dapur. Dengan tergesa gesa Vanya hanya menghabiskan segelas susu tanpa
menghabiskan roti yang sudah disiapkan oleh ibunya. Setelah menghabiskan susunya, Vanya
segera berpamitan kepada ibu dan ayahnya. Buru buru ia keluar rumah dan memasuki mobilnya
untuk melaju ke sekolah.

Vanya melajukan mobilnya dengan kencang, karena jam sudah menunjukkan pukul 07.30.
Upacara pasti sudah dimulai, mau tidak mau Vanya harus menerima hukuman dari pak Budi, guru
BK.

Vanya memarkirkan mobilnya, dia berdiri didepan gerbang sambil mengendap endap
memastikan dia tidak dilihat oleh pak Budi. Namun apes, ternyata ada pak satpam yang sedang
berjaga. Dengan cepat Vanya berlari kearah belakang sekolah, melihat ada tembok yang tidak
begitu tinggi Vanya segera memanjat tembok itu. Vanya berhasil menjalankan aksinya, dan
bernafas lega.

“Yes, berhasil" ucapnya sambil membersihkan tangan nya yang kotor.


"Apanya yang berhasil neng?" sontak ucapan itu membuat Vanya kaget, segera ia mengarah ke
sumber suara.

Betapa terkejutnya Vanya saat berbalik badan melihat pemilik suara tersebut. Benar, itu adalah
suara pak satpam.
“Eh, pak satpam” ujar Vanya cengengesan. Sambil menggaruk lehernya yang tidak gatal.

Pak satpam hanya menggeleng mendengar respon dari Vanya. Segera pak satpam membawa
Vanya ke ruang BK, untuk ditangani oleh pak Budi. Vanya hanya melangkah pasrah mengikuti pak
satpam dengan wajah tanpa dosa, mau tidak mau dia harus menerima dengan lapang dada.

Sampai didepan ruang BK pak satpam menyuruh Vanya masuk kemudian meninggalkan Vanya
sendiri di ruang BK. Vanya sangat malas berhadapan dengan guru botak dan perut buncit yang
dipanggil pak Budi ini, tapi mau bagaimana lagi kalo sudah masuk ruangan ini akan sulit untuk
melarikan diri.

“Stevanya Margareth, Siswi XII MIPA 4, berangkat sekolah naik mobil BRIO Satya E CVT, sudah
berapa kali kamu terlambat sekolah?” ujar pak Budi.
“Eh, bapak stalking saya?” ujar Vanya yang mendengar pak budi menyebutkan identitasnya.

Pak Budi yang lelah menghadapi siswi bandel seperti Vanya hanya menggeleng mendengar
jawaban dari Vanya. Pak Budi kemudian memberikan hukuman kepada Vanya untuk berdiri
dilapangan dengan posisi tangan hormat menghadap ke bendera. Vanya pun dengan malas
berjalan ke lapangan menjalankan hukuman yang diberi pak Budi.

Setelah pak Budi memberi hukuman untuk Vanya, ia kemudian mengambil telepon dan
menghubungi seseorang. Lima menit kemudian, terdengar suara ketukan pintu dari luar. Lalu
masuklah seorang siswa yang tinggi, berpenampilan rapi, tampan dengan wajahnya yang cuek
dan dingin. “Permisi pak, ada apa bapak memanggil saya kemari?” ujar lelaki itu.
“Saya mau minta tolong sama kamu. Tolong kamu awasi siswi yang bernama Stevanya
Margareth, murid kelas XII MIPA 4. Saya mempercayai kamu untuk melaksanakan tugas ini
dengan baik” ujar pak Budi.
“Sekarang Vanya sedang menjalankan hukuman yang saya berikan, silahkan kamu awasi dia
dilapangan. Pastikan dia menjalankan hukumannya dengan baik” lanjutnya
“Baik pak, akan saya laksanakan” ujar lelaki itu.
“Terimakasih, Rangga” ucap pak Budi.

Lelaki itu adalah Rangga Nareswara, ketos yang dipercaya oleh pak Budi untuk mengawasi
Stevanya Margareth. Rangga adalah cowo yang paling disegani para cewe cewe di SMA Kejora,
selain tampan Rangga juga dikenal sebagai siswa yang berprestasi banyak kejuaraan yang sudah
di raih olehnya dan selalu menempati perikat pertama pararel.

Setelah di tugaskan oleh pak Budi, Rangga segera pergi ke lapangan untuk mengawasi Vanya.
Sudah hanpir sejam Vanya berdiri dibawah sinar matahari, panasnya mentari sudah tidak kuat ia
tahan. Kepalanya terasa pusing, penglihatannya mulai kabur sebelum semuanya benar benar
gelap. Vanya tidak sadarkan diri, sebelum menyentuh tanah tubuhnya sudah sigap ditangkap oleh
Rangga. Rangga segera membawa Vanya ke ruang UKS.

Rangga menunggu Vanya hingga siuman sambil menyiapkan teh hangat untuk Vanya. Beberapa
menit kemudian Vanya siuman, ia sedikit kaget melihat lelaki didepannya. Melihat Vanya siuman,
Rangga membantu Vanya untuk bersandar di brankar uks. Kemudian memberi Vanya teh hangat
yang sudah dibuatnya.

“Lo siapa?” ujar Vanya penasaran. Rangga mengangkat alisnya sebelah seakan tidak percaya
dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Vanya.
“Rangga, ketos yang ditugaskan pak Budi untuk ngawasin lo” jawabnya cuek.
Vanya bingung, hatinya bertanya tanya untuk apa pak Budi menugaskan lelaki dingin ini
mengawasinya. Tetapi Vanya masa bodo, dia hanya mengangguk tanpa bertanya lagi.

“Lo udah mendingan kan? Biar gue anter ke kelas sekarang” ujar Rangga. Dia sungguh bosan
menemani Vanya, ini semua hanya buang buang waktu. Gara gara gadis bandel ini ia jadi
tertinggal materi pembelajaran. Vanya yang mendengar pertanyaan rangga hanya mengangguk.
Mereka kemudian berjalan keruang kelas Vanya, kelas XII MIPA 4 yang jaraknya tidak jauh dari
kelas Rangga, XII MIPA 2. Sesampainya didepan kelas Vanya, tidak lupa ia mengucapkan trimakasi
kepada Rangga. Meskipun dikenal bandel tapi Vanya masi tetap meperhatikan attitudenya.
Setelah mengantar Vanya, Rangga dengan cepat menuju kelas nya dia tidak mau tertigal terlalu
banyak materi.

“KRINGGGG…!!! PERHATIAN PERHATIAN JAM ISTIRAHAT PERTAMA TELAH TIBA, SEMUA SISWA
DIPERBOLEHKAN ISTIRAHAT”
“ATTENTION PLEASE, THE FIRST BREAK HOUR HAS ARRIVED, ALL STUDENTS ARE ALLOWED TO
BREAK”

Bel istirahat sudah berbunyi, banyak siswa yang keluar dari kelas untuk pergi ke kantin. Siswa
yang tadinya ngantuk seketika semangat setelah mendengar bel istirahat berbunyi.

Vanya and the geng sudah berada dikantin sambil menikmati bakso yang sudah mereka pesan
dengan segelas es teh segar. Diseberang tempat Vanya duduk terlihat sosok Rangga bersama
teman temannya yang juga sedang menikmati makanannya. Mereka dengan cepat
menghambiskan makanannya sambil bergibah ria. Tidak terasa 15 menit sudah berlalu yang
menandakan sebentar lagi akan terdengar bel masuk kelas.

“KRINGGGG….!!!! PERHATIAN PERHATIAN JAM PELAJARAN SELANJUTNYA AKAN SEGERA


DIMULAI, SEMUA SISWA SILAHKAN SEGERA MEMASUKI KELAS”
“ATTENTION PLEASE NEXT LESSON HOURS WILL START SOON, ALL STUDENTS PLEASE ENTER
THE CLASS IMMEDIATELY”

Siswa siswi berhamburan keluar dari kantin dan menuju kelasnya masing masing. Pelajaran
selanjutnya sudah dimulai, beberapa jam kemudian banyak siswa yang sudah bosan dan
mengantuk. Sebentar lagi bel pulang akan berbunyi.

Setelah bel pulang berbunyi semua siswa siswi segera pergi ke parkir untuk mengambil
kendaraannya dan dengan cepat melaju kerumahnya masing masing. Terkecuali Rangga, ia harus
menghadiri rapat osis dan dilanjutkan dengan latihan basket. Vanya? Dia sudah dari tadi sampai
dirumahnya, bahkan sudah berbaring diranjang kesayangannya.

**

Sebulan sudah berlalu, karena Rangga yang ditugaskan untuk mengawasi Vanya selama
sebulan lebih sekarang mereka menjadi dekat dan perlahan Vanya merubah sikapnya. Ia sudah
jarang terlambat, sudah mulai rajin dan semangat ke sekolah. Rasa rasanya Vanya sedang dalam
fase jatuh cinta, jatuh cinta dengan siapa? Tentu saja dengan Rangga yang selama ini
menemaninya dan membantunya merubah sikap buruknya. Tetapi berbeda dengan Rangga, lelaki
itu masih tetap dengan kepribadiannya yang cuek dan dingin namun diam diam sedikit
memperlihatkan perhatiannya kepada Vanya. Vanya yang tidak peka dan selalu beranggapan
bahwa Rangga adalah lelaki yang tidak memiliki perasaan justru tidak merasakan perhatian yang
diberi Rangga untuknya.

Hari hari berjalan seperti biasa, Rangga yang selalu sibuk dengan kegiatan osisnya dan Vanya
yang bersemangat ke sekolah hanya untuk bisa bertemu dengan Rangga. Rangga perlahan seperti
merasa dirinya memiliki perasaan pada gadis kecil yang selama ini ia awasi. Ia merasa aneh, mulai
dari dirinya yang selalu berusaha mengerti dan memberikan perhatian lebih kepada Vanya meski
dirinya sedang sibuk dengan kegiatannya.

Rangga adalah lelaki yang tidak banyak bicara namun lebih mengedepankan tindakan untuk
orang yang ia sayangi. Seperti bahasa kerennya Rangga masuk kedalam kumpulan laki laki yang
memiliki love language Act of service.

Setelah yakin dengan perasaannya Rangga memberanikan diri untuk jujur kepada Vanya bahwa
dirinya telah memiliki perasaan kepada gadis kecil itu.

“Vanya, gue suka sama lo, lo mau ga jadi cewe gue?” pernyataan cinta yang sangat singkat
yang keluar dari mulut Rangga itu berhasil membuat Vanya kaget. Tidak menyangka lelaki yang
selama ini disegani oleh banyak perempuan disekolahnya ternyata diam diam menyukai dirinya.
Tanpa berpikir panjang dengan cepat Vanya menjawab mau, siapa juga yang akan menyia nyiakan
kesempatan untuk menjadi pacar seorang Rangga Nareswara? Tentu saja tidak ada.
Pada akhirnya mereka menjalin hubungan yang baik dan sehat. Mereka melalui masa masa
terakhirnya di SMA bersama sama, menikmati ujian ujian terakhir sebelum mereka tamat dan
melanjutkan ke perguruan tinggi.

Hari kelulusan sudah tiba, pengumuman kelulusan sudah dilaksanakan. Rangga dan Vanya lulus
dengan nilai yang memuaskan bahkan dengan nilai yang tinggi. Semua guru yang sebelumnya
kesal dan geram dengan tingkah Vanya sekarang merasa bangga karena Vanya dapat
menyelasaikan sekolahnya dengan baik. Hubungan Rangga dan Vanya pun masi berlanjut dengan
damai dan tentram.

“Selamat Rangga dan Vanya, kalian sudah menyelasaikan masa masa SMA kalian dengan baik
dan dengan nilai yang tinggi. Terimakasi untuk Rangga yang sudah membantu bapak untuk
merubah sikap Vanya, dan terimakasi Vanya karena suda mau berusaha untuk berubah” ujar pak
Budi dengan senyumannya.
“Sama sama pak, terimakasi juga bapak sudah mendidik kami selama ini” balas Rangga.
“Sama sama pak, terimakasi karena bapak sudah sabar dengan sikap saya, karena bapak juga
saya jadi bisa dekat dengan Rangga hehe” sahut Vanya cengengesan. Pak Budi hanya menggeleng
tersenyum melihat tingkah siswinya.

– TAMAT –

Anda mungkin juga menyukai