Anda di halaman 1dari 25

Ulahnya Berujung Masalah

||
||
||
||
||
||
||
||
||
II

Farras Zaky Kurniawan


SMA Al Muslim Tambun
2020
Daftar Isi
Prakata
Daftar isi
1. Pengenalan tokoh.
2. Chapter 1 : SMA Negeri 20 Madiun.
3. Chapter 2 : Plaza Lawu dan rumah.
4. Chapter 3 : memulai perjalanan untuk menuju Banyuwangi.
5. Chapter 4 : Kota Pahlawan dan kesulitan mencari masker.
6. Chapter 5 : COVID-19 menyerang mereka.
7. Chapter 6 : Banyuwangi, Jawa Timur.
8. Chapter 7 : Jember, Jawa Timur.
9. Chapter 8 : Pemanggilan Anelia dan Angela ke sekolah

Profil Penulis
Sinopsis
I. Pengenalan Tokoh
Anelia Ashkara Wishaka merupakan puteri dari Ibu Ayundha Widodareni dan Almarhum
Bapak Tirta Wishaka. Anelia merupakan anak ke-3 dari 3 bersaudara. Anelia dididik
oleh orang tuanya sangat disiplin. sehingga, kedua orang tua Anelia telah berhasil
mendidik anaknya hingga ada yang sudah menjadi seorang dokter gigi yang sekarang
akan mengambil pendidikan S2.
Keluarga Anelia saat ini bertempat tinggal di Jalan Panglima Sudirman No. 6, Madiun.
setiap pagi hari, Anelia selalu menggunakan sepeda onthelnya sebagai moda
transportasi untuk berangkat menuju ke sekolahnya.
Saat ini, Anelia menempuh pendidikan di SMA Negeri 20 Kota Madiun dan duduk di
kelas XI MIPA 1. di sekolahnya, Anelia terkenal karena ia merupakan murid yang sangat
taat terhadap peraturan di sekolahnya. Ibu Ayu yang merupakan wali kelasnya pun juga
berpendapat bahwa Anelia merupakan anak yang selalu taat terhadap peraturan dan
orangnya sangat rajin.
Angela Hadiningrat merupakan puteri dari Ibu Suherjo dan Bapak Supardjo Hadiningrat.
Angela merupakan anak ke-3 dari 4 bersaudara. Angela memiliki dua orang kakak yang
bernama Yudhayana dan Chandra, Angela juga memiliki seorang adik yang bernama
Madama Gentala.
Keluarga Angela saat ini bertempat tinggal di Jalan Bali No. 7B, Madiun. setiap pagi
hari, Angela selalu diantarkan oleh ayahnya dengan menggunakan sepeda motor untuk
berangkat menuju sekolahnya.
Saat ini, Angela menempuh pendidikan di SMA Negeri 20 Kota Madiun dan duduk di
kelas XI MIPA 3. di sekolahnya, Angela terkenal karena perilaku bandelnya. tak heran,
jika ia pernah mendapatkan surat peneguran pertama dari pihak sekolah. Ibu Lestari
selaku wali kelasnya pun juga terheran-heran, sampai kapan ia akan berubah
perilakunya.
Anelia dan Angela merupakan sahabat sejati sejak masih duduk di bangku SD. Mereka
juga pernah merasakan apa yang dirasakan secara bersama. dulunya, Anelia pun juga
sama seperti Angela. namun, sekarang, justru si Angela yang menjadi lebih bandel dan
Anelia pun mulai bertaubat atas perilaku yang telah ia perbuat sebelumnya.
II. Chapter 1 : SMA Negeri 20 Madiun
06 April 2020, sebelum berangkat ke sekolah, Anelia meminta izin untuk berangkat ke
sekolah kepada bundanya.
“Bunda, kula pamit berangkat sekolah, nggih,” ucap Anelia kepada ibundanya.
“Iyo, nduk. ojo nakal-nakal ya di sekolah, bekalmu sudah masuk tas belum?” sahut
ibundanya.
“Nggih, bun. sampun, bun,” jawab Anelia.
Anelia pun berangkat dari rumahnya pada pukul 06.30 WIB dengan menggunakan
sepeda onthel miliknya, sementara itu untuk jam keterlambatan disekolahnya ialah
pukul 07.00 WIB. Anelia pun tiba di sekolah pada pukul 06.40 WIB. rupanya, ia tiba
lebih pagi dan belum ada guru beserta teman-temannya yang tiba.
mumpung ia datang lebih pagi, Anelia ternyata masih ingat bahwa ia masih memiliki
tugas sekolah yang belum tuntas, maka dari itu, ia pun mengerjakan tugas yang belum
tuntas agar ia tidak dihukum oleh gurunya. tugas yang belum tuntas ialah tugas invers
matematika.
20 menit kemudian,
“Kriiing…kriiing.. kriing..” bel masuk sekolah pun berbunyi.
Lalu, setelah bel masuk sekolah berbunyi, Ibu Winari selaku guru piket yang bertugas
pada hari Senin pun memberikan imbauan untuk bergegas menuju lapangan guna
melaksanakan upacara bendera.
“Selamat pagi, panggilan kepada seluruh siswa dan siswi SMA Negeri 20 Madiun yang
telah hadir tepat waktu, diharapkan untuk menghadiri upacara bendera di lapangan.
bagi siswa dan siswi SMA Negeri 20 Madiun yang terlambat hadir, dimohon untuk tidak
masuk ke dalam area SMA Negeri 20 Madiun,” ucap Bu Winari melalui pengeras suara.
Setelah mendengar informasi tersebut, Anelia langsung bergegas menuju lapangan
untuk melakukan upacara bendera pada hari Senin. upacara bendera pun dimulai dan
akan selesai pada pukul 07.30 WIB. pukul 07.30 WIB, upacara bendera telah selesai
dan siswa-siswi SMA Negeri 20 Madiun yang terlambat hadir pun diperbolehkan masuk
ke dalam area SMA Negeri 20 Madiun dan masuk ke dalam kelasnya masing-masing.
“kriing.. kriing..” bel jam pelajaran pertama telah berbunyi.
Tiba-tiba, Bu Annelisa selaku guru matematika di kelas XI MIPA 1 atau bisa disebut
kelasnya Anelia pun masuk ke dalam kelas. Bu Annelisa pun mengambil posisi dimana
biasanya beliau mengajar.
Pelajaran pun dimulai, Bu Annelisa langsung menanyakan tugas sekolah yang telah ia
berikan kepada murid-muridnya.
“Anak-anak, apakah ada yang sudah selesai mengerjakan tugas yang ibu berikan
kemarin (hari Jum’at)?” tanya Bu Anelisa kepada muridnya di kelas XI MIPA 1.
Suasana di dalam kelas XI MIPA 1 pun berubah menjadi hening setelah Bu Annelisa
menanyakan tugas sekolah. di bagian belakang, beberapa siswa yang duduk paling
belakang berbisik-bisik kepada teman bangkunya untuk menanyakan tugas.
“Ssttt, Andi, tugas yang mana sih? lu sudah atau belum?” tanya Raihan secara bisik-
bisik kepada Andi.
“Ada apa itu yang di belakang?” tanya Bu Annelisa setelah mendengar suara bisik-bisik
dari meja bagian belakang.
Raihan pun menjawab, “nggak ada apa-apa, bu. hehehe.”
Lantas, Bu Anelisa bertanya kepada Raihan, “kamu pasti nggak ngerjain, ya, han?”
“nggak, bu. saya udah selesai, kok,” ujar Raihan.
Ibu Anelisa pun tidak percaya dan berkata, “mana? coba ibu lihat dulu.”
“hehehe, maaf, bu. saya belum mengerjakan tugasnya,” ujar Raihan.
“Oh, yaudah. nanti, ibu akan berikan kamu tugas tambahan, ya,” sahut Bu Anelisa.
Di dalam hati, Raihan berkata “mateng, ki. wes tugase angel, malah dikasih lagi.”
Setelah Ibu Annelisa memaparkan materinya, bel istirahat pun berbunyi.
“Anak-anak, berhubung jam mengajar ibu telah selesai, ibu akan mengakhiri
pembelajaran hari ini. ibu akan meminta Anelia untuk memimpin doa setelah belajar,”
ucap Bu Annelisa.
“Baik, bu. mari kawan-kawan, kita berdoa bersama menurut kepercayaan masing-
masing untuk mengakhiri pembelajaran kali ini. Berdoa dimulai, (berdoa dalam hati),
amiinn,” kata Anelia.
Setelah itu, Anelia bergegas menuju kantin sekolah untuk membeli semangkuk bakso di
kantin sekolah. secara tidak sengaja, Anelia bertemu dengan Angela.
Angela pun bertanya kepada Anelisa, “Nel, mau nggak, besok kita jalan-jalan ke Plaza
Lawu?”
“Untuk apa? kan besok kita masih belajar di sekolah,” ujar Anelia.
“Dah, besok kamu ikut aku aja, ya, Nel,” kata Angela.
“Yowis, lah. sak karepmu, Ngel,” ucap Anelia kepada Angela.
“ok, deh,” jawab Angela.
Seusai berbicang-bincang, Anelia pun menyantap semangkuk bakso yang telah ia beli
di kantin sekolah. 5 menit kemudian, bel jam istirahat telah usai, sehingga Anelia pun
harus terburu-buru agar ia tidak terlambat masuk ke kelas dan tidak terlambat untuk
mengikuti pelajaran Matematika Peminatan.
4 jam kemudian, bel pulang sekolah berbunyi. lantas, Anelia bergegas menuju parkiran
dimana ia memarkirkan sepedanya untuk pulang ke rumahnya. namun sebelum ia
pulang, ia pun diharuskan untuk menuju ruang guru oleh wali kelasnya untuk
mengumpulkan tugas Bahasa Indonesia, yakni membuat puisi yang belum ditulis oleh
orang lain kepada Ibu Adel selaku guru Bahasa Indonesia di kelasnya.
Setelah mengumpulkan, ia pun langsung pulang menuju rumahnya. selama perjalanan,
ia pun dibayangkan oleh “mimpi gigi bagian bawah copot”, karena menurut primbon
jawa, “mimpi gigi bagian bawah copot” menandakan bahwa akan adanya berita duka
atau akan ada yang menderita penyakit diantara orang yang ia sayangi atau kerabat
dekatnya.
Setibanya di rumah, ia melihat ibundanya terbaring lemas di ranjang ibunya. lalu, ia pun
menanyakan kepada ibunya apakah ia sakit. jika memang ibunya sakit, ia akan
mengantar ibunya untuk berobat di rumah sakit.
“Assalamu’alaikum, bun. ibun kenapa?” tanya Anelia.
“Waalaikumussalam, nak. ibun mboten sakit, kok,” jawab ibundanya sambil menahan
rasa sakit yang dideritanya.
“Tapi, aku melihat ibun sepertinya ibun lagi sakit, deh. aku bawa ibun ke rumah sakit
untuk berobat, ya,” jawab Anelia.
Langsung saja, Anelia bersama ibundanya menuju rumah sakit untuk berobat dengan
menggunakan becak langganan Anelia, yakni Pak Parjo. selama perjalanan, ibunda
Anelia mengeluh karena perutnya saat ini dalam kondisi sangat sakit, sehingga
ibundanya berharap agar ia mendapatkan obat yang cocok terhadap kondisinya saat ini.
Setibanya di rumah sakit, Anelia dan ibundanya langsung menuju pusat pendaftaran
untuk mendapatkan nomor antrian dan mendaftar ke dokter spesialis yang sesuai untuk
menyelesaikan kondisi ibunya saat ini. setelah mendaftar di pusat pendaftaran,
ibundanya mendapatkan nomor antrian khusus, karena ia telah menggunakan kartu
kesehatan yang diberikan oleh pemerintah setempat.
Langsung saja, Anelia dan ibundanya menuju tempat dimana dokter yang akan
membantu ibundanya. setelah itu, mereka menunggu untuk nomor antriannya dipanggil.
Setelah kurang lebih selama 5 menit, nomor antrian yang didapatkan pun dipanggil
untuk masuk ke dalam ruangan. di ruangan nomor 117, dr. Anesa bertemu dengan
Anelia dan ibundanya.
“Halo, dok,” sapa Anelia.
“Hai, dik. apakah ada yang bisa saya bantu?” tanya dr. Anesa kepada Anelia dan
ibundanya.
Lalu, Anelia pun menjelaskan keluhan penyakit yang dialami oleh ibundanya. setelah
memaparkan keluhan penyakit, dr. Anesa meminta kepada ibundanya untuk berbaring
di atas meja tindakan dan meminta Anelia untuk menunggu di luar.
“Halo, ibu. apakah benar nama ibu, Ibu Ayundha Widodareni?” tanya dr. Anesa.
“Iya, dok. begini, dok, sebelumnya, saya kok merasakan perut saya ini sangat sakit,
ya?” ujar ibunda Anelia.
“Baik, bu. akan saya periksa terlebih dahulu ya, bu,” jawab dr. Anesa.
dr. Anesa pun melakukan tindakan medis, yakni memeriksa kesehatan ibunda Anelia
apakah benar adanya keluhan yang diberikan oleh ibundanya. jika benar, dr. Anesa
akan memberikan obat yang sesuai dengan keluhan kesehatannya.
“Baik, bu. sudah selesai, bu. silahkan duduk, ya, bu,” ujar dr. Anesa.
“Baik, dok. apakah sesuai dengan keluhan saya?” tanya ibunda Anelia.
“Sesuai, bu. untuk obatnya akan saya tulis terlebih dahulu ya, bu. nanti ibu tinggal bawa
bukti copy resep obatnya untuk diserahkan kepada petugas pengambilan nomor antrian
bayar dan pengambilan obat,” ujar dr. Anesa.
“Untuk bukti aslinya gimana, dok?” tanya ibunda Anelia.
“Untuk bukti aslinya saya akan mengirimkan melalui tabung pengiriman yang berada di
belakang tempat ibu duduk,” jawab dr. Anesa.
“Baik, dok. terima kasih,” ucap ibunda Anelia.
“Dengan senang hati, bu. sama-sama,” jawab dr. Anesa.
Ibunda Anelia pun keluar dari ruangan nomor 117 dan menemui Anelia untuk
mengajaknya menuju ruang pengambilan antrian bayar dan pengambilan obat. di ruang
pengambilan antrian bayar dan pengambilan obat, mereka mendapat nomor antrian ke-
21 dan mereka menunggu selama 10 menit tuk dipanggil. 10 menit kemudian, nomor
antrian 21 pun dipanggil untuk menuju loket 3.
di loket 3, Ibu Ayundha Widodareni dan Anelia mengambil obat dan membayar tagihan
yang tertera di copy resep obat yang ia terima dari dokter. Petugas yang berada di
ruangan tersebut menjelaskan apa yang tertera dalam resep obat asli yang didapatkan
dari dokternya kepada ibunda Anelia dan Anelia.
Setelah itu, bundanya dan Anelia pun memutuskan untuk pulang ke rumahnya agar
bundanya dapat beristirahat dan meminum obat sesuai dengan anjuran dokter. Setelah
sampai di rumah, Anelia meminta izin kepada ibunya untuk membeli makanan di luar.
III. Chapter 2 : Plaza Lawu dan rumah
07 April 2020, pada pukul 08.45 WIB, kondisi bundanya mulai membaik. lalu, Anelia pun
bilang ke bundanya, bahwa hari ini keadaannya sedang tidak enak badan dan
bundanya memperbolehkan ia untuk tidak masuk sekolah. kebetulan, bundanya akan
pergi ke rumah pamannya di Mojokerto, Jawa Timur pada pukul 09.00 WIB, sehingga
Anelia pun bisa pergi disaat ibundanya pergi ke rumah pamannya.
“Nduk, nanti bunda ke rumahnya paklekmu (pamanmu), ya. jaga rumah yang baik-baik,
ya,” ucap bunda.
“Nggih, ibun. bunda nanti kira-kira balik ke sini (rumah) jam berapa, ya?” ujar Anelia.
“Kira-kira jam 4 sore. bunda titip uang ini buat kamu beli makan siang, ya,” ujar bunda.
15 menit kemudian, bunda pun pergi tuk menuju rumah paman dengan menggunakan
kendaraan roda empat yang disupiri oleh Mang Oce. langsung saja, Anelia pun
bergegas menuju kamar mandi dan bersiap-siap untuk pergi bersama Angela menuju
Kedai Latte dan Plaza Lawu. Plaza Lawu merupakan pusat perbelanjaan yang terletak
di Kota Madiun dan dulunya bernama Sri Ratu Madiun.
Anelia berangkat menuju Plaza Lawu dengan menggunakan becak. di Plaza Lawu,
Angelina dan Anelia berbelanja baju dan menonton film di bioskop, serta mereka akan
melakukan diskusi untuk menentukan kemanakah ia akan pergi. hasil diskusi mereka
adalah mereka akan mengunjungi beberapa daerah di Jawa Timur.
Anelia dan Angela pun pulang ke rumah masing-masing. sesampainya di rumah, Anelia
mengerjakan semua tugas sekolah yang belum ia tuntaskan. selagi ia sedang
mengerjakan tugas, perutnya pun keroncongan, langsung saja ia memesan makanan
melalui aplikasi ojek daring.
2 jam kemudian setelah ia selesai mengerjakan tugas, bundanya pun telah tiba dan
sudah masuk ke dalam rumah.
“Assalamu’alaikum, nduk,” sahut bunda.
“Wa’alaikumussalam, bun. ibun, aku nuwun sewu ning jeding disik, ya,” jawab Anelia.
“Iyo, nduk,” kata bunda.
“nggih, bun,” ucap Anelia.
Beberapa menit kemudian, Anelia pun keluar dari toilet. ia pun langsung menghampiri
bundanya di ruang keluarga dan Anelia pun berbincang dengan bundanya.
“Ibun, tadi ketemu sama siapa saja di rumah paklik?” tanya Anelia.
“Ibun tadi bertemu dengan saudaramu, Asela, paklikmu, dan budemu. Oh, iya, tadi
Asela menanyakan mengapa kamu tidak ikut,” ujar bunda.
“tetapi, ibun apakah sudah memberitahu alasan mengapa aku tidak ikut?” tanyanya.
“sudah, nak. tadi juga saat bunda berbicara kepada Asela, Asela pun menitip salam
supaya kamu lekas sehat,” ucap bundanya.
“Alhamdulillah, terima kasih, bun telah memberitahu alasanku mengapa aku tak ikut,”
ucap Anelia.
“Iyo, nduk. oh iya, ibun bawain kamu sesuatu, lho,” ucap bunda.
Setelah itu, bundanya memberikan oleh-oleh khas Mojokerto, yakni keciput. keciput
merupakan camilan semacam ondel-ondel namun dengan ukuran yang lebih kecil yang
berasal dari Mojokerto, Jawa Timur. Anelia pun mencicipi keciput yang telah diberikan
oleh bundanya.
Pukul 17.50, adzan magrib berkumandang. bunda dan Anelia bergegas menuju masjid
di dekat rumahnya tuk melaksanakan ibadah sholat maghrib. setelah melaksanakan
sholat maghrib, bunda menanyakan kepada Anelia apakah ia masih memiliki tunggakan
tugas yang belum ia selesaikan.
“Nduk, kamu apakah masih ada tugas yang belum selesai?” tanya bunda.
“Wonten, bun,” jawab Anelia.
“Mau ndak bunda bantu?” tanya bunda kembali.
“Boleh, bun. tapi, ini tugasnya lumayan sulit,” jawab Anelia.
“Oh, bagian mana yang sulit? sini, bunda bantu,” kata bunda.
“Bagian menentukan ini, lho, bun,” jawab Anelia sambil menunjuk bagian yang
menurutnya sulit.
“Iya, nduk,” kata bunda.
Bunda pun akhirnya membantu Anelia tuk mengerjakan tugasnya, selain itu juga, bunda
mengajari Anelia terhadap tugas yang awalnya ia anggap sulit dan ia pun dapat
memahami terhadap materi yang telah diajarkan oleh bunda. Selama dijelaskan materi
oleh bundanya, Anelia pun meminta sedikit waktu tuk berbincang dengan bundanya.
Setelah belajar dan berbincang dengan bunda cukup lama, bundanya pun menjawab
“ya” dengan perasaan pasrahnya. padahal, yang sebenarnya, bunda tidak setuju
dengan pertanyaan yang disampaikan oleh Anelia, namun karena bunda merasa tidak
enak dengan Anelia, akhirnya bunda pun menyetujui dengan catatan bundanya hanya
memberikan modal sebesar Rp 450.000 dan juga bundanya akan menyediakan jasa
penyewaan mobil van beserta pemandu wisata dan pengemudi.
Namun, bundanya tidak akan menyediakan atau memberikan bantuan untuk fasilitas
penginapan selama mereka pergi untuk mengunjungi beberapa daerah di Jawa Timur
dan juga bundanya tidak ingin Anelia dikeluarkan dari sekolahnya atas ulah Anelia.
sehingga, selama perjalanan, Anelia harus hidup secara mandiri.
IV. Chapter 3 : Memulai perjalanan mengunjungi beberapa daerah
08 April 2020, Anelia pun berangkat ke sekolah seperti biasanya. namun, kali ini, ia
berangkat sekolah agak mepet dengan jam keterlambatan masuk sekolah, yakni
pukul 06.55 WIB. setibanya di sekolah dan kebetulan bel keterlambatan pun
berbunyi, wali kelasnya pun bertanya kepada Anelia apakah ia telah sembuh.
“Anelia, kamu sudah sembuh, nak?” tanya wali kelasnya.
“Alhamdulillah, sudah mendingan, bu,” jawab Anelia.
Setelah itu, Anelia diminta oleh wali kelasnya tuk memimpin doa sebelum pelajaran
dimulai. untuk mata pelajaran di hari itu ada Bahasa Jawa, Matematika, Fisika,
Kimia, dan Biologi. selesai berdoa bersama, bel jam pertama pun berbunyi. untuk
mata pelajaran jam pertama adalah Bahasa Jawa.
Wali kelasnya pun beranjak dari kursinya tuk mengajar di kelas lain. sehingga,
mereka diharuskan tuk menunggu kedatangan guru mata pelajaran Bahasa Jawa.
selama 5 menit mereka menunggu, guru yang bersangkutan pun tidak hadir ke
kelasnya. di sela-sela waktu menunggu, Angela mengirimkan sebuah pesan untuk
Anelia melalui aplikasi Whatsapp.
Isi pesan yang diberikan oleh Angela yakni ajakan untuk bolos di jam tersebut.
Angela berkata “Nel, keluar kelas, yuk.” lalu, Anelia pun membalas pesan tersebut.
setelah membalas pesan tersebut, Anelia beranjak dari tempat duduknya sambil
membawa tasnya yang berisi buku, pakaian, dan lain sebagainya.
Angela dan Anelia pun telah bertemu dan mereka akan pergi dari sekolahnya
melalui gerbang belakang dekat kantin. sebelum berangkat, mereka telah
memikirkan matang-matang agar perjalanan mengelilingi beberapa daerah di Jawa
Timur tidak ketahuan oleh siapapun, baik guru, petugas keamanan, ataupun warga
sekolah lainnya.
“Nel, kamu udah siap? kalo udah, yuk berangkat,” kata Angela sambil berbisik-bisik
agar tidak ketahuan.
Anelia pun menjawab sambil berbisik-bisik “udah siap, kok.”
“kalau udah, lewat pintu belakang agar kita tidak ketahuan siapapun,” kata Angela
“Oh, oke,” jawab Anelia.
“lets go!” ucap Angela sambil menunjukkan wajah yang gembira.
“tapi, kita diam-diam, ya, jangan sampai ketahuan,” ucap Angela kembali.
“Baiklah,” jawab Anelia dengan pasrah.
Mereka pun berjalan menuju pintu belakang atau gerbang belakang sekolahnya
dekat kantin. upaya mereka berhasil. para guru, warga sekolah, dan petugas
keamanan pun tidak mengetahui bahwa mereka telah melakukan bolos secara diam-
diam.
Sesudah mereka berhasil keluar secara diam-diam, mereka pun berangkat dari
sekolahnya tuk menuju titik penjemputan di Terminal Purboyo dengan menggunakan
becak. di Terminal Purboyo, mereka akan menemui Pak Ancheles sebagai pemandu
wisata dan Pak Andrian sebagai pengemudi mobil van yang telah disewakan oleh
Ibu Ayundha Widodareni selaku bundanya Anelia.
Selama dalam perjalanan mengunjungi beberapa daerah di Jawa Timur, mereka
akan berhenti di Surabaya, Banyuwangi, Jember, dan Probolinggo. pada saat
mereka tiba di kota-kota tersebut, mereka akan mengunjungi berbagai destinasi
wisata yang cukup indah dan bagus untuk dikunjungi.
Tiba di Terminal Purboyo, Anelia, Angela, Pak Ancheles, dan Pak Andrian langsung
tancap gas menuju jalan tol untuk memulai perjalanan mengunjungi beberapa
daerah di Jawa Timur. Selama dalam perjalanan menuju daerah pertama yang akan
disinggahi, yakni Surabaya, mereka pun sangat menikmati perjalanan dan mereka
melihat hamparan padi nan cantik.
Sebelum tiba di Surabaya, mereka menyempatkan untuk mampir ke Nganjuk untuk
makan siang bersama. mereka akan menyantap nasi becek khas Nganjuk yang
sangat lezat dan juga harganya sangat terjangkau. mereka tiba di Nganjuk pada
pukul 12.00 dan langsung saja mereka menuju rumah makan yang menyediakan
hidangan nasi becek.
Setelah santap siang, mereka pun tancap gas kembali untuk menuju Surabaya agar
tidak terlalu malam sampai sana. mereka pun tiba di Surabaya pada pukul 17.00.
perjalanan dari Madiun menuju Surabaya ditambah dengan mampir di Nganjuk
menempuh waktu sekitar 5 jam 30 menit, jika keadaan lalu lintas di jalan tol
sangatlah lancar.
Sesampainya di Surabaya, Anelia dan Angela bermalam di sebuah hotel, untuk
membayar kamar yang mereka sewa, mereka melakukan sistem bayar bersama.
yakni Anelia menyumbangkan beberapa uang yang ia miliki kepada Angela,
sementara Angela akan menambahkan uang dari Anelia agar jumlahnya sesuai
dengan tagihan.
Sementara untuk Pak Ancheles dan Pak Andrian, mereka akan menginap di suatu
rumah yang telah dibook oleh mereka sebelum berangkat dari Madiun. karena lokasi
tempat menginap antara Anelia dan Angela cukup dekat dengan tempat menginap
Pak Ancheles dan Pak Andrian, sehingga mereka dapat mengirimkan barang
kepada Pak Ancheles dan Pak Andrian dengan mudah.
V. Chapter 4 : Kota Pahlawan dan kesulitan mencari masker
Keesokan harinya pada tanggal 09 April 2020, Anelia, Angela, Pak Ancheles dan Pak
Andrian mencari santapan untuk sarapan pagi. mereka akan mencari pecel semanggi di
sekitaran Taman Bungkul. dari tempat mereka menginap, mereka hanya perlu berjalan
kaki sekitar 5 menit saja untuk tiba di Taman Bungkul.
Setelah mereka menyantap sepiring pecel semanggi, mereka pun kembali ke hotel
untuk mempersiapkan diri untuk mengelilingi Kota Surabaya yang indah. Setelah
mempersiapkan diri beserta barang bawaan dan juga setelah checkout hotel, mereka
pun tancap gas untuk menuju destinasi wisata pertama, yakni Museum Sepuluh
Nopember.
Di Museum Sepuluh Nopember, Pak Ancheles bertemu dengan temannya, yakni Pak
Ansel. Pak Ansel pun membantu kami untuk memandu perjalanan kami di Museum
Sepuluh Nopember.
“Baik, adik-adik. perkenalkan ini teman kakak, Kak Ansel,” ucap Pak Ancheles kepada
Anelia dan Angela.
“Halo, adik-adik! perkenalkan, nama kakak, Kak Ansel Hatanugroho, kalian bisa
memanggil kakak, Kak Ansel,” sapa Kak Ansel.
“Hai, kak. salam kenal juga,” jawab Anelia dan Angela.
“Pada kesempatan kali ini, kakak akan memandu kalian selama kalian berada di
lingkungan Museum Sepuluh Nopember,” ujar Kak Ansel.
“Baik, kak,” jawab Anelia dan Angela secara bersama-sama.
“Ayo, adik-adik. mari masuk ke dalam museum,” ujar Kak Ansel.
“Iya, kak,” jawab Anelia dan Angela.
Lalu, mereka pun masuk ke dalam Museum Sepuluh Nopember. Museum Sepuluh
Nopember memiliki berbagai macam koleksi dan bukti tentang sejarah perjuangan arek-
arek Suroboyo pada peristiwa 10 November, yakni suara pidato Bung Tomo, benda-
benda bukti perjuangan, dan lain sebagainya yang mengandung unsur perjuangan arek-
arek Suroboyo pada peristiwa 10 November. Museum Sepuluh Nopember terletak di
dekat Tugu Pahlawan. biasanya, Museum Sepuluh Nopember sangat ramai dikunjungi
oleh pengunjung. namun, saat ini dalam kondisi pandemi COVID-19, menjadi lebih sepi
ketimbang biasanya.
Pukul 12.40, mereka meninggalkan Museum Sepuluh Nopember. selanjutnya, mereka
akan menyantap makanan khas Surabaya lainnya, yakni rujak cingur. rujak cingur itu
sama seperti rujak pada umumnya, namun yang berbeda yakni menggunakan
kangkung yang sudah direbus, bumbu kacang yang dipadukan dengan petis, dan yang
paling unik adalah menggunakan irisan cingur sapi atau moncong sapi yang sudah
direbus.
Setelah mereka menyantap rujak cingur, mereka akan menuju Kebun Binatang
Surabaya untuk refreshing sejenak sambil melihat aneka fauna di Kebun Binatang
Surabaya. pada kesempatan ini, Pak Ancheles akan membayarkan tiket masuk Kebun
Binatang Surabaya untuk Anelia, Angela, dan Pak Andrian.
“Adik-adik dan Cak Andrian, kali ini aku sing mbayari tiket e, ya,” ujar Pak Ancheles.
“Wah, terima kasih banyak, kak,” jawab Anelia dan Angela secara bersama-sama.
“Suwun, yo, cak,” ucap Pak Andrian.
“Nggih, sami-sami. semoga, kalian semua senang, ya,” kata Pak Ancheles.
Lantas, Pak Ancheles pun langsung menuju loket penjualan tiket untuk membeli tiket
masuk Kebun Binatang Surabaya.
Namun, pada saat mereka berada di dalam Kebun Binatang Surabaya, mereka
terbingung mengapa semua pengunjung Kebun Binatang Surabaya menggunakan
masker. dikarenakan, pada hari itu, mereka tidak mengetahui bahwasannya di
Surabaya itu sudah menjadi zona oranye penyebaran COVID-19 di Jawa Timur.
“Lho, he. kenapa pada pakai masker semua, ya?” tanya Anelia.
“Entah, aku juga ndak tahu,” jawab Angela.
Setelah Angela menjawab pertanyaan yang telah diberikan oleh Anelia, seorang
announcer memberikan informasi melalui pengeras suara bahwa Kebun Binatang
Surabaya akan tutup pada tanggal 13 April 2020, dikarenakan kondisi penyebaran virus
COVID-19 di Surabaya sangatlah cepat menyebar.
“Para pengunjung yang kami hormati, mohon maaf atas ketidaknyamanannya, dapat
kami informasikan bahwa mulai tanggal 13 April 2020, Kebun Binatang Surabaya akan
tutup sampai dengan waktu yang tak tertentu, kami mohon maaf apabila kami harus
mengambil keputusan ini dan demi memutus penyebaran COVID-19, kami mengajak
kepada anda untuk menggunakan masker, menjaga jarak minimal 1,5 meter, rajin
mencuci tangan, dan hindarilah kerumunan,” ujar announcer.
Lantas, mereka terburu-buru untuk keluar dari Kebun Binatang Surabaya dan ingin
membeli masker medis sebanyak-banyaknya. mereka telah mengunjungi beberapa
minimarket dan beberapa apotek. namun, upaya mereka pun gagal karena mereka tidak
menemukan masker medis di beberapa tempat yang sudah dikunjungi. sehingga,
mereka pun hanya pasrah kepada Tuhan saja. sehingga, selama dalam perjalanan,
mereka tidak menggunakan masker meski mereka telah memiliki persediaan vitamin di
dalam mobil.
Namun, apes pun menimpa mereka di saat mereka dalam perjalanan.
VI. Chapter 5 : COVID-19
Pada saat akan meninggalkan Surabaya, Anelia merasakan beberapa gejala COVID-
19, yakni batuk, meriang, dan hilangnya penciuman. Sehingga, mereka pun
mengunjungi salah satu rumah sakit terdekat untuk melakukan PCR Swab Test. hasil
PCR Swab Test akan keluar pada 3 hari kemudian setelah melakukan tes. sembari
menunggu hasil PCR Swab Test keluar, mereka diwajibkan untuk menjalani isolasi
mandiri terlebih dahulu. sebelum melakukan PCR Swab Test, mereka telah diberikan
masker medis oleh petugas karena mereka tidak memiliki masker sama sekali.
3 hari kemudian pada tanggal 12 April 2020, hasil dari PCR Swab Test menunjukan
bahwa Anelia, Angela, Pak Ancheles, dan Pak Andrian positif tertular virus SARS-CoV-
2 atau bisa dikatakan mereka terkena penyakit COVID-19. sehingga, mereka pun
diharuskan untuk menjalani isolasi di tempat yang telah disediakan oleh pemerintah
daerah setempat. mereka pun sempat terbingung-bingung dari mana mereka dapat
tertular.
Mereka pun diisolasi selama 14 hari dengan ditempatkan dalam kamar yang berbeda-
beda. selama masa isolasi, kesehatan mereka dipantau setiap harinya oleh petugas
medis. mereka pun diharuskan untuk meningkatkan imunitas tubuh mereka dengan
berbagai macam cara, yakni mengonsumsi obat dan multivitamin, makan makanan
yang mengandung banyak gizi, berolahraga, dan berjemur demi mendapatkan vitamin
D.
Selama masa isolasi, Anelia selalu menghubungi bundanya melalui video call untuk
memastikan keadaannya baik-baik saja dan keadaan bundanya sehat. bundanya pun
cukup kaget dan menangis karena Anelia terpapar virus SARS-CoV-2 atau terpapar
COVID-19. Begitupun sebaliknya untuk Angela. karena Angela memiliki gejala berat, ia
harus dirawat di rumah sakit.
“Assalamu’alaikum, ibun. bun, nyuwun doane untuk kesehatan kula,” ucap Anelia.
“Wa’alaikumussalam, nduk. nyapo kowe, nduk?” tanya bundanya Anelia.
“kula terpapar COVID-19, bun,” jawab Anelia.
“Innalillahi, kok isa ta, nduk?” ujar bundanya Anelia sambil menangis.
“Mboten mangertos kula menawi kula terpapar COVID-19, bun,” ucap Anelia.
“Yowis, nduk. jaga kesehatanmu, ya. nek ada yang dibutuhkan telepon ibun lagi, ya,”
ujar bundanya Anelia.
Pada tanggal 26 April 2020, mereka kembali melakukan PCR Swab Test untuk
memastikan apakah ia masih positif terpapar COVID-19 atau sudah negatif terpapar
COVID-19. tanggal 29 April 2020 pukul 09.45, hasilnya pun keluar. hasil dari PCR Swab
Test yang telah mereka lakukan menunjukkan bahwa Anelia, Angela, Pak Ancheles,
dan Pak Andrian negatif terpapar COVID-19.
VII. Chapter 6 : Banyuwangi, Jawa Timur
Setelah mengetahui hasilnya negatif, mereka kembali melanjutkan perjalanan
mengelilingi beberapa daerah di Jawa Timur, dengan destinasi berikutnya adalah
Banyuwangi. Banyuwangi merupakan daerah yang terletak di ujung timur pulau
Jawa. selama dalam perjalanan menuju Banyuwangi, mereka disuguhi oleh
pemandangan nan cantik. selain itu juga, Anelia menyampaikan sebuah pantun agar
perjalanan menjadi lebih terhibur dan tidak boring.
Selama dalam perjalanan, mereka juga mengikuti dan mentaati protokol kesehatan
secara ketat, yakni menggunakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan, dan
menghindari kerumunan. perjalanan menuju Banyuwangi menempuh waktu kurang
lebih sekitar 06 jam 15 menit.
Selama menuju Banyuwangi, mereka menyempatkan untuk mampir santap siang di
Probolinggo. mereka tiba di Probolinggo pada pukul 11.00, sehingga mereka akan
santap siang sejenak disana.
“Adik-adik, kita udah nyampe nih di Probolinggo, kalian mau makan siang apa? nanti
kak Andrian bayarin,” kata kak Andrian.
“kalau aku sama Angela sih mau makan soto kraksaan sama nasi glepungan, kak,”
ujar Anelia.
“hmm, sepertinya lezat, yuk kita cari dimana lokasinya. kalian boleh searching di
google atau nggak di tripadvisor, ya,” ucap kak Andrian dan kak Ancheles.
“baik, kak,” kata Angela.
setelah menyantap soto kraksaan dan nasi glepungan di Probolinggo, mereka
kembali melanjutkan perjalanannya. mereka pun tiba di Banyuwangi pada pukul
16.00. di Banyuwangi, mereka akan mengunjungi Desa Wisata Osing.
Berhubung mereka tiba pada saat sore hari dan perut sudah mulai keroncongan,
lantas mereka pun mencari hidangan khas Banyuwangi untuk makan malamnya.
setelah mencari berbagai referensi informasi di internet, mereka pun memutuskan
untuk mencicipi nasi tempong. Setelah itu, mereka langsung mengunjungi sebuah
rumah makan di Banyuwangi yang menyediakan nasi tempong.
tiba di rumah makan, mereka pun langsung masuk ke dalam rumah makan dan
langsung memesan sepiring nasi tempong dengan ayam goreng sebagai lauk
tambahannya dan juga mereka memesan segelas teh manis hangat. Berhubung
cuacanya sedang hujan, mereka pun sangat menikmati nasi tempong dan segelas
teh manis hangat untuk menghangatkan tubuh mereka dikala dingin.
Beberapa saat kemudian, hidangan yang telah mereka pesan pun telah habis.
Selanjutnya, mereka akan menginap di rumah warga setempat di Desa Wisata
Osing yang telah dipesan sebelumnya. di Desa Wisata Osing, mereka akan
mempelajari tentang budaya masyarakat suku Osing.
Pukul 17.00, mereka pun telah tiba di Desa Wisata Osing dan mereka akan menuju
rumah Pak Agus yang telah dipesan sebelumnya untuk menginap. pada saat
mereka akan menuju rumah Pak Agus, kedatangan mereka pun sangat disambut
oleh warga Desa Wisata Osing.
Keesokan harinya (27 April 2020) pada pukul 05.00 WIB, mereka diberikan
kesempatan untuk melihat sunrise secara langsung dari bukit yang berada di desa
tersebut. matahari pun mulai terbit dari ufuk timur pada pukul 05.40 WIB. setelah
melihat sunrise, mereka pun turun dari bukit untuk kembali ke Desa Wisata Osing.
Nah, pada saat dalam perjalanan dan ketika berada di hutan belantara, Anelia
merasa aneh dengan hutan tersebut.
“dik Anelia, kenapa kamu? kok kamu terlihat seperti melamun? atau apakah kamu
sedang melihat sesuatu?” tanya Kak Ancheles.
“iya, Nel. kenapa kamu?” sahut Angela.
“N..ndak kenapa-kenapa, kok,” jawab Anelia sambil seperti ketakutan.
“serius kamu?” tanya Angela.
“entar deh, aku ceritain pas udah sampai di rumah Pak Agus,” ucap Anelia.
“hmm, oke,” kata Angela.
Setibanya di rumah Pak Agus, Pak Agus pun menyambut kedatangan mereka
dengan menyajikan segelas teh manis hangat. Lalu, Pak Agus pun juga merasa
aneh dengan gelagat Anelia yang tak seperti biasanya, sehingga Pak Agus pun
bertanya kepada Anelia.
“Halo, selamat datang, ini bapak bawain kalian segelas teh manis hangat, ya,” kata
Pak Agus.
“Hai, pak. terima kasih banyak, pak,” ujar mereka berempat.
“Adik Anelia, ada apa denganmu? kok kamu pagi ini terlihat seperti itu (melamun)?”
tanya Pak Agus.
“Nggak kenapa-kenapa, pak,” jawab Anelia.
“Bapak kok merasa kamu seperti ingin menyembunyikan cerita. coba, kamu
ceritakan saja kepada kami,” sahut Pak Agus.
“Iya dong, nel. jangan takut, kami nggak bakal ganggu kamu, kok,” ucap Angela.
“Jadi gini, tadi kan pas lewatin hutan, nah aku ngelihat ada sesuatu yang lagi duduk
di batang pohon,” kata Anelia.
“Sudah, sekarang kamu ucapkan istighfar, ya, Anelia,” ujar Kak Andrian.
Setelah itu, Anelia pun mengucap istighfar agar pikirannya kembali ke jalan yang
benar. hati Anelia pun kembali menjadi suci dan pikirannya pun mulai tenang.
Lantas, Anelia pun kembali untuk melakukan aktivitas seperti biasanya.
Selepas itu, Anelia, Angela, Pak Ancheles, dan Pak Andrian pun menyantap sarapan
yang telah disediakan oleh keluarga Pak Agus, yakni nasi tempong lengkap dengan
empal goreng sebagai lauk tambahan. menurut Anelia dan Angela, nasi tempong
merupakan hidangan yang sangat lezat dan sangat enak.
Setelah menyantap nasi tempong, Anelia, Angela, Pak Ancheles, dan Pak Andrian
akan diajak oleh Pak Agus untuk berkeliling di Desa Wisata Osing dan juga akan
diajak untuk mempelajari kebudayaan masyarakat setempat. berhubung mereka
datangnya bersamaan dengan para wisatawan lainnya, mereka pun diajak untuk
menuju aula desa untuk menyaksikan pertunjukkan tarian yang sangat apik.
Mereka pun sangat enjoy dengan penampilan yang telah disajikan. lalu, mereka
diajak untuk mengelilingi Desa Wisata Osing dengan tujuan pertama adalah mereka
akan mengunjungi tempat pembuatan batik gajah oling yang merupakan salah satu
batik yang sangat terkenal dan berasal dari Banyuwangi.
“adik-adik, Kak Ancheles, dan Kak Andrian, kali ini, saya akan mengajak anda
semua untuk mempelajari bagaimana cara membuat batik gajah oling. kali ini, saya
akan dibantu oleh rekan saya, Ibu Andin untuk memandu anda. mohon izin
mengundurkan diri, dikarenakan saya telah memiliki janji oleh orang lain,” ucap Pak
Agus.
“Baik, pak,” jawab secara bersamaan.
“halo, teman-teman semua. perkenalkan, nama saya Andin, anda bisa memanggil
saya Kak Andin. kali ini, saya akan memandu anda tentang pembuatan batik gajah
oling, ya,” kata Kak Andin.
“hai, kak. salam kenal kembali,” kata mereka berlima.
“kali ini, kakak akan memandu sekaligus membantu kalian untuk membuat batik
gajah oling, ya,” kata Kak Andin.
“baik, kak,” kata Angela dan Anelia.
Kak Andin pun memandu mereka tentang bagaimana sih proses pembuatan batik
gajah oling. mereka pun diajarkan tentang pembuatan batik gajah oling, mereka
berada disana selama 2 jam. jika sudah jadi, mereka dapat membeli batik yang
sudah mereka buat untuk dijadikan sebagai cenderamata khas Banyuwangi.
“Ayo, adik-adik dan kakak-kakak, mari kita mulai dengan berdoa terlebih dahulu, ya.
silakan berdoa menurut kepercayaan masing-masing, berdoa dimulai,” ucap Kak
Andin.
Setelah berdoa, mereka pun memulai untuk membuat batik gajah oling. batik gajah
oling merupakan jenis batik tulis dengan motif yang identik dengan Banyuwangi. Kak
Andin pun memulai untuk menjelaskan langkah-langkah yang akan dilakukan.
“Langkah pertama ialah kita harus membuat motifnya terlebih dahulu, ya. motif yang
digunakan adalah motif gajah oling. mari perhatikan kakak terlebih dahulu, ya.
setelah itu, kalian dapat mengikutinya. jika ada yang masih belum paham, nanti
silakan raise hand, ya, nanti akan saya bantu,” kata Kak Andin.
1 jam 15 menit kemudian, batik yang telah mereka buat pun telah jadi dan sudah
mongering.
“Wah, batik yang sudah kita buat sudah jadi, nih,” kata Anelia.
“Menurut aku sih ini batiknya keren banget, kalau menurut kamu gimana?” ujar
Anelia.
“Iya, bagus sekali, ya. jadi ingin membeli batik ini, nih,” sahut Angela dan Kak
Ancheles.
“Boleh, kok, dik. nanti jika mau beli, silakan langsung bayar saja ke kasir, ya,” kata
Kak Andin.
“Baik, kak,” jawab Anelia dan Angela serta Kak Ancheles.
Setelah mereka puas, mereka pun kembali ke rumah Pak Agus untuk menyantap
makan siang yang telah disediakan oleh keluarga Pak Agus. mereka akan
menyantap rujak soto. oh iya, rujak soto merupakan hidangan khas Banyuwangi
yang memadukan antara rujak sayur dengan soto daging ataupun soto babat.
bumbu kacang dari rujak sayur yang dipadukan dengan soto daging itu membuat
cita rasa rujak soto menjadi enak.
Setelah mereka menyantap rujak soto, mereka berpamitan kepada Pak Agus dan
keluarganya untuk melanjutkan perjalanan mereka menuju Jember. pada saat
mereka akan berpamitan, Pak Agus memberikan cenderamata, yakni kerajinan tas
tapas yang dibuat oleh warga Desa Wisata Osing sebagai bentuk terima kasih
karena telah mengunjungi sekaligus bermalam di Desa Wisata Osing dan rumah Pak
Agus.
“Pak Agus dan Bu Fatmi, kami izin berpamit untuk melanjutkan perjalanan kami,
mohon doanya agar kami diberikan keselamatan dan kesehatan selama dalam
perjalanan,” kata Kak Ancheles.
“baik, nak. hati-hati di jalan, ya,” kata Bu Fatmi.
“oh, iya, nak, bapak bawakan ini (oleh-oleh), ya, untuk keluargamu di rumah dan
bapak juga titip salam untuk keluargamu,” ucap Pak Agus.
“terima kasih banyak, pak,” kata mereka berlima.
Akhirnya, mereka berlima bersiap-siap untuk berangkat dari Desa Wisata Osing
untuk menuju Jember. perjalanan dari Desa Wisata Osing menuju Jember
menempuh waktu sekitar 3 jam 05 menit. mereka memulai perjalanan pada pukul
15.30 WIB.
Mereka pun menyempatkan waktu sejenak untuk melihat sunset di pantai. namun, di
perjalanan, mereka sempat tersasar di sebuah hutan yang tak berpenghuni untuk
menuju Pantai Watu Dodol. selama di dalam mobil sembari menunggu ponselnya
mendapatkan sinyal yang bagus, mereka pun sempat terbingung-bingung mengapa
mereka bisa tersasar hingga ke hutan.
“lho, he, kenapa kita bisa tersesat hingga hutan?” tanya Angela.
“mana aku tahu,” sahut Anelia.
“tadi, sinyal data seluler di ponsel kakak lumayan lelet, dik. jadinya, tadi kakak ngikut
mobil yang adalkm di depan mobil kita,” ujar Kak Andrian.
“lha, terus mobil yang di depan kita tadi kemana, kak?” tanya Angela.
“tadi sih masih lurus terus. tapi, kakak juga kehilangan jejak mobil itu,” ujar Kak
Andrian.
“Ya sudah, bagaimana kalau kita putar balik saja untuk melanjutkan perjalanan kita
ke Jember?” tanya Anelia.
“tetapi, ini ponsel kakak tidak mendapatkan sinyal. terus untuk maps-nya
menggunakan ponsel siapa?” ujar Kak Andrian.
“pakai ponselku saja, yan,” kata Kak Ancheles.
Berhubung matahari mulai tenggelam, mereka pun memutuskan untuk memutar
balik menuju Jember. selama perjalanan, Anelia merasa ia harus untuk pergi ke
kamar kecil untuk buang air, namun kondisi jalan mulai macet. sehingga, Anelia pun
harus bersabar untuk menuju SPBU atau masjid terdekat.
“Kak, ini kita kapan sampainya, ya? kalau masih lama, apakah boleh aku mampir
sebentar ke masjid atau ke SPBU terdekat untuk buang air di toilet?” tanya Anelia.
“masih lama, dik. iya, boleh. tapi, kamu harus menahan sebentar, ya, dikarenakan
kondisi jalanan saat ini sedang macet, dik,” jawab Kak Ancheles dan Kak Andrian.
“kira-kira, berapa lama lagi ya untuk menuju masjid atau SPBU terdekat?” tanya
Anelia.
“menurut peta daring sih, 500 meter lagi terdapat masjid yang searah dengan arah
kita. ya, kurang lebih 10 menit, dik,” kata Kak Ancheles.
Akhirnya, mereka pun telah sampai di sebuah masjid dengan berbagai perjuangan
yang sangat menguras sedikit emosi. langsung saja Anelia menuju toilet yang
terdapat di sebelah ruang wudhu. sembari menunggu Anelia selesai, Angela, Kak
Ancheles, Kak Andrian akan melakukan sholat isya di masjid tersebut. 10 menit
kemudian dan setelah melakukan ibadah, mereka pun melanjutkan perjalanannya.
Akhirnya, mereka telah tiba di Jember pada pukul 21.30. selama di Jember, mereka
akan menginap di rumah saudaranya Angela, selain itu juga, mereka akan
berencana untuk mengunjungi beberapa tempat wisata di Jember. namun, agenda
mengunjungi beberapa tempat wisata pun batal karena suatu urusan. berhubung
mereka sudah mulai lapar, mereka pun memutuskan untuk mencari makanan.
Setelah makan malam, mereka pun menuju rumah saudaranya Angela. perjalanan
menempuh waktu sekitar 15 menit. setibanya di rumah saudaranya Angela, mereka
pun beristirahat agar perjalanan keesokan hari menjadi lebih semangat. pada saat di
rumah saudaranya, Angela dipanggil oleh budenya untuk menuju kamar budenya.
“Angela, kamu ke kamar bude, ya. bude ingin berbicara denganmu sebentar saja,”
ujar Bude Amel.
“oh, nggih, bude,” jawab Angela.
Angela pun menuju kamar budenya. di kamar tersebut, Angela diberi beberapa
pertanyaan oleh budenya.
“Nela, kamu itu sudah izin ke bundamu belum atau sudah, ya?” tanya budenya.
“Izin apa ya bude?” tanya Angela.
“Izin berpergian kayak gini,” jawab sang bude.
“Belum, bude,” jawab Angela.
“Begini, bundamu tadi telepon bude bahwasannya kamu hari Senin diwajibkan untuk
datang ke sekolahmu,” ujar sang bude.
“hah, kenapa aku emangnya, bude?” ucap Angela sambil ketakutan.
“udah, nggak apa-apa. ikutin aja perintah bundamu, ya. sekarang kamu tidur di
kamar yang telah bude siapkan, ya,” jawab sang bude.
“baik, bude,” ucap Angela sambil ketakutan.
Sebelum tidur, Angela pun menyempatkan untuk berbicara dengan temannya
beserta dengan kakak-kakak yang ikut dengannya di ruang tamu.
“maaf semuanya, kali ini, aku ingin menyampaikan sebuah pesan yang
diberitahukan oleh budeku dari bundaku,” ucap Angela.
“apa tuh?” tanya Anelia.
“begini, besok apakah bisa kita kembali ke Madiun?” jawab Angela.
“kenapa emangnya?” tanya Kak Ancheles dan Anelia.
“katanya, besok lusa, aku dan Anelia diwajibkan untuk datang ke sekolah,”
“ooh, bisa, kok. berarti besok kita balik ke Madiun, ya,” jawab Kak Ancheles.
Akhirnya, setelah berbincang-bincang cukup lama, mereka pun pergi ke kamar
masing-masing yang telah disediakan untuk tidur. keesokan harinya pada pukul
04.30, mereka pun bangun dan langsung mengambil wudhu untuk melaksanakan
sholat shubuh berjamaah bersama dengan keluarga bude Amel. pada pukul 05.25,
Angela diajak oleh budenya untuk melihat sunrise di halaman luar.
10 menit kemudian, Angela membangunkan temannya dan juga Kak Ancheles
beserta Kak Andrian untuk bersegera mempersiapkan diri untuk kembali ke Madiun
dan agar perjalanan kali ini lancar tanpa kemacetan. setelah mempersiapkan diri,
mereka pun bergegas untuk pergi ke Madiun. namun, sebelum memulai perjalanan,
mereka berlima izin pamit terlebih dahulu kepada keluarga Bude Amel.
“Bude, kami pamit untuk pulang, ya,” kata Angela.
“iya, nela. Hati-hati di jalan, ya,” ujar Bude Amel.
Semenit kemudian,
“Dadah, hati-hati di jalan dan jaga kesehatan kalian, ya,” ucap Bude Amel dari luar
mobil.
Anelia dan Angela hanya bisa menjawab dengan isyarat tangan saja.
Perjalanan pun dimulai. berhubung mereka masih berada di Kota Jember, mereka
memutuskan untuk sarapan terlebih dahulu disana. mereka akan menyantap nasi
langgi. nasi langgi merupakan hidangan khas Jember, Jawa Timur yang memiliki cita
rasa yang khas dan rasanya enak.
Lanjut kembali ke cerita, setelah menikmati nasi langgi, mereka kembali melanjutkan
perjalanan menuju Madiun. perjalanan dari Jember menuju Madiun memakan waktu
sekitar 05 jam 10 menit perjalanan. selama dalam perjalanan, mereka disuguhkan
dengan pemandangan dan suasana pagi hari yang sangat indah.
Pukul 15.00, mereka telah tiba di Madiun. sebelum sampai di rumah, Anelia dan
Angela harus melakukan PCR swab test terlebih dahulu di RSUD di Kota Madiun
agar memastikan mereka tidak kembali terkena COVID-19. setelah melakukan PCR
swab test, mereka akan melakukan isolasi mandiri sembari menunggu hasil PCR
swab test keluar selama 3 hari.
VIII. Chapter 7 : Pemanggilan ke Sekolah
3 hari kemudian, hasil uji usap PCR mereka pun telah keluar dan menyatakan
bahwasannya mereka negatif COVID-19. Setelah mereka semua menjalankan
prosedur protokol kesehatan yang sangat ketat, mereka diperbolehkan untuk pergi
ke sekolah.
Ketika mereka telah tiba di sekolah, ia diarahkan untuk menuju ruang wakil kepala
sekolah bidang kesiswaan untuk ditanyai terkait ketidakhadirannya dan diminta
untuk bertanggung jawab atas perbuatan mereka.
2 jam kemudian, Anelia dan Angela telah keluar dari ruangan tersebut. mereka pun
membawa “oleh-oleh” yang berupa surat teguran pertama dari sekolah mereka atas
perbuatan bolos selama satu minggu lebih.
Profil Penulis
Perkenalkan, namaku Farras Zaky Kurniawan. saya lahir di Madiun, Jawa Timur. hobi
saya adalah gemar bermain alat musik, menggambar, fotografi, dan bermain bulu
tangkis. cita-cita saya adalah menjadi seorang dokter gigi. penulis menghabiskan masa
kecilnya di kota cantik nan indah, yaitu Madiun.
Pada tahun 2010, penulis pindah atau transmigrasi dari Madiun ke Bekasi. selama di
Bekasi, penulis pernah menempuh pendidikan di TKIT Prima Sakinah, SDIT Prima
Sakinah dan SD Al Muslim Tambun, lalu di SMP Al Muslim Tambun, dan saat ini penulis
menempuh pendidikan di SMA Al Muslim Tambun yakni lebih tepatnya saat ini penulis
duduk di kelas X IPA.
Setelah penulis lulus dari SMA Al Muslim, penulis insya Allah akan melanjutkan
pendidikan di Universitas Airlangga dengan jurusan kedokteran gigi dan orthodonsia.
Media sosial merupakan tempat terbaik bagi penulis untuk mengunggah hasil karya
penulis, baik berupa hasil editing video maupun hasil fotografi. penulis juga sangat aktif
di media sosial untuk berkomunikasi. jika anda ingin memberikan saran ataupun kritik,
silahkan hubungi kontak di bawah ini, ya :)
Instagram = @fklerrrr23
Alamat surel = farrassdalmuslim07@gmail.com
Sinopsis
Buku ini menceritakan tentang kenakalan Anelia dan Angela yang membuat geram para
guru di sekolahnya, sehingga Anelia dan Angela pun dikeluarkan dari sekolahnya. Anelia
merupakan seorang siswi SMA Negeri 20 Madiun. setiap harinya, Anelia selalu datang ke
sekolah tepat waktu, sehingga para gurunya mengenal bahwa Anelia merupakan siswi yang
sangat taat terhadap peraturan di sekolahnya.
Namun, pada suatu hari ada seorang temannya yang bernama Angela yang ingin mengajak
Anelia untuk bolos sekolah selama 20 hari tanpa memberikan keterangan apapun kepada guru-
guru di sekolahnya, sehingga para guru di sekolahnya pun sanga geram terhadapnya.

Pada saat perjalanan mengelilingi beberapa daerah di Jawa Timur dan ketika mereka
telah tiba di Kota Surabaya, mereka sangat panik. karena, mereka tidak mengetahui
tentang informasi bahwasannya di Surabaya sedang menjadi zona oranye penyebaran
COVID-19 di Jawa Timur.

Setelah mereka melakukan perjalanan mengelilingi beberapa daerah di Jawa Timur,


pada akhirnya mereka dikeluarkan dari sekolahnya. mau tahu kelanjutan ceritanya? yuk,
ikuti cerita ini sampai habis dan jangan sampai dilewati ya :)

Anda mungkin juga menyukai