Anda di halaman 1dari 15

MATH DAN MATHEW

(Teng Teng Teng)

Bunyi lonceng di salah satu SMA terkenal di Jakarta, SMA Harapan Bangsa yang terletak di
Jakarta Selatan.

Pagi itu semua anak SMA di Harapan Bangsa sibuk berlari ke arah lapangan karena seperti
biasa itu adalah hari yang paling menyebalkan untuk anak SMA yaitu hari Senin, upacara.
Semua anak berlari menuju ke barisan kelas masing-masing sambil mengenakan topi dan
peralatan upacara lainnya,

*ada cogannn* (cogan : cowok ganteng) teriak salah satu siswi kelas X

Hampir sebagian siswi dibaris belakang ikut menoleh ke arah teriakkan tersebut dan ternyata
itu adalah Mathew anak pemilik sekolah SMA Harapan Bangsa yang baru masuk ke sekolah
sekitar 2 bulan yang lalu dan masih banyak siswi-siswi yang belum pernah melihatnya
sehingga ketika melihatnya masih bereaksi heboh seperti salah satu siswi tadi.

Mathew Arkananta adalah anak dari pemilik SMA Harapan Bangsa yang besar di Amerika
Serikat baru pindah kembali ke Indonesia karena neneknya yang sedang sakit itu merindukan
dia, sehingga setelah mendengar kabar neneknya yang sakit parah, Mathew kembali ke
Indonesia dan masuk di sekolah yang merupakan milik keluarganya sendiri. Mathew sendiri
baru memiliki 1 teman dari awal pindah sampai sekarang, yang merupakan teman sebangku
nya sendiri namanya Frendy.

Frendy merupakan anak dari pemilik hotel ternama di Jakarta Selatan. Dia berteman dengan
Mathew karena dia juga merupakan anak yang susah bersosialisasi. Mathew mulai
berkenalan dengan Frendy ketika wali kelas X IPS 1 menyuruh Mathew untuk duduk di salah
satu meja yang kursi nya masih kosong dan Mathew langsung mengarahkan tangannya untuk
berjabat tangan berkenalan dengan Frendy.

*sisi lain di pagar belakang sekolah*

“Aduh, telat lagi padahal minggu lalu udah janji ke bu Frida minggu ini tidak akan telat lagi
tapi malah sekarang udah jam 07.10, telat 10 menit” ucap gadis yang berseragam SMA
Harapan Bangsa ini sambil melihat ke arah jam tangannya.

Belva Rubyjane nama yang tertera di seragam tersebut, panggil saja dia Belva, tapi untuk
orang-orang yang sudah dekat dengan dia akan memanggil dia Jane, dia juga salah satu siswi
di SMA Harapan Bangsa kelas X IPS 2 yang selalu saja telat, banyak sekali rintangan Jane
sebelum pergi ke sekolah, minggu lalu dia harus mendorong motor ayahnya karena mogok
dijalan, dan minggu ini dia telat karena salah naik angkutan umum.
“BELVA!!!” teriak guru yang memakai kacamata, itu adalah bu Frida wali kelas dari X IPS
1 yang merupakan guru BK sekaligus guru matematika di SMA Harapan Bangsa.

“yah ketahuan” batin jane.

“Kamu ikut ibu ke ruangan BK sekarang” ucap Bu Frida

*sampai di ruang BK*

“Belva, baru minggu lalu kamu janji ke ibu tidak akan telat hari ini, tapi sudah diingkari
janjinya bagaimana kamu ini, sebagai hukumannya ibu akan memberi kamu tugas, setiap hari
senin kamu akan mendapatkan kelas tambahan matematika sama ibu di kelas X IPS 1, jadi
setiap ibu mengajar di ruang kelas ips 1 kamu harus ikut selama 1 bulan” ucap bu Frida

“Tapi pelajaran saya yang lain gimana bu?” tanya jane dengan riang

“Akan ibu atur dengan guru yang lain, ini sebagai hukuman agar kamu mendapat kelas
matematika lebih banyak, sekarang kamu ikut ibu ke kelas IPS 1” ucap bu Frida.

“BU FRIDA DATANG” teriak Jono anak kelas X IPS 1. Semua murid X IPS 1 langsung
duduk rapi di tempat masing-masing

“Pagi semua, keluarkan buku paket kalian dan buka halaman 26 kita akan masuk ke materi
baru. Kamu Belva duduk di belakang Mathew” ucap bu Frida

“Mathew yang mana ya bu?” tanya Jane sambil melirik ke arah kelas X IPS 1

*Mathew mengangkat tangannya* Jane langsung mengangguk dan berjalan ke arah


Mathew.

“Hai frendy” ucap Jane sambil tersenyum manis ke arahnya. Frendy hanya menolehkan
kepalanya sambil memutar malas kedua bola matanya.

Frendy merupakan teman sekelas Jane ketika mereka SMP. Dari SMP Frendy selalu sendiri
tidak bersosialisasi dengan siapapun, dan Jane menyukai sikapnya yang ketus itu, Jane hanya
suka menantang dirinya sendiri dan Jane juga menyukai Frendy dari kelas 8, dia selalu
menyatakan perasaannya kepada Frendy setiap Frendy ulang tahun, dan hasilnya selalu di
tolak mentah-mentah oleh Frendy. Tapi tidak pernah meredakan rasanya untuk Frendy.

“Ini anak baru ya di?” tanya jane di belakang mereka berharap Frendy menoleh dan
menjawabnya. Mathew kemudian menoleh ke belakang.

“Jangan ribut” ucapnya ketus.

Jane merasakan dinginnya ucapan Mathew seolah merasa terganggu dengan kehadiran dia
didalam kelas itu dan Jane mulai tahu kenapa dia bisa berteman dengan Frendy yang sangat
ketus juga sifatnya. Bu Frida menjelaskan di papan tulis dan menyuruh Jane untuk maju
kedepan mengerjakan tugas tersebut. Jane kebingungan karena dia sangat tidak bisa
mengerjakan matematika, dia hanya mengerjakan tugas matematika menyalin punya
sahabatnya Edel yang merupakan sepupu dari Frendy. Edel memiliki sifat yang bertolak
belakang dengan Frendy. Edel yang riang dan sangat ramah merupakan sahabat terdekat Jane,
mereka selalu bersama dari SMP, bahkan ketika ada acara dirumah Edel dia akan selalu
mengundang Jane supaya Jane bisa melihat Frendy secara dekat.

Jane maju dengan kebingungan dan mulai mengisi asal di papan tulis. Bu Frida menggeleng-
gelengkan kepalanya. “Mathew coba kamu maju dan bantu dia mengerjakan soal ini” ucap
bu Frida

Mathew maju dan mulai membantu jane mengerjakan soal ini sambil membisikkan “That’s
why when teacher is explain to us you need to keep your attention, kalau gak bisa itu
merhatiin bukannya sibuk sendiri, nyusahin orang aja” ucap ketus Mathew, karena Mathew
lama di Amerika dia masih sering berbicara campur antara Bahasa Indonesia dan Bahasa
Inggris. Jane pun mulai mengacuhkan Mathew. Mereka kembali ke tempat duduk dan Jane
mulai mencoret-coret buku matematikanya.

“Tugas hari ini silahkan kalian tentukan kelompok masing-masing isinya 4 orang kalian harus
membuat makalah matematika sesuai materi yang kita bahas hari ini, ibu beri waktu 2
minggu, dan untuk kamu Jane silahkan kamu bergabung di kelompok Mathew” ucap bu
Frida

Jane hanya mengangguk sambil bertanya kepada Mathew “Jadi harus ngapain”, Mathew
menulis di sebuah kertas yang berisi nama kelompoknya yaitu Mathew Arkananta, Frendy
Jonathan, Jono Agus Salim dan dia memberikan kertas tersebut kepada Jane supaya Jane bisa
menuliskan namanya sendiri, namun Jane langsung menyebutkan nama lengkapnya “Belva
Rubyjane” Mathew pun mulai menuliskan namanya.

“Rumah kamu dimana?” tanya jono kepada jane


“di Jalan Kemayoran, kenapa?” tanya jane
“Oh kalau gitu kita kerjanya dirumah Mathew aja biar gak terlalu jauh, rumah Mathew di
Komplek Permata yang dekat sini oke gak thew?” ucap Jono
“Gak mau dirumah frendy aja? tanya Jane
“Rumah Frendy jauh, saya takut gak diizinin orang tua saya kalau pergi terlalu jauh, kalau
dirumah Mathew pasti dibolehin” ucap Jono. Mathew mengangguk-anggukan kepalanya
“Yaudah mau kerjain hari apa, kalau bisa hari minggu jadi pulang gereja langsung kerumah
Mathew” ucap Jane
“Oke minggu aja jam 11” ucap Mathew
Teng teng teng (bunyi bel istirahat)
“Bye semua, sampai jumpa di hari minggu ya” ucap Jane sambil melambaikan tangannya
“Cute” ucap Mathew pelan, dan Frendy menoleh ke arah Mathew sambil kebingungan
Jane berjalan menuju kelasnya yang kebetulan berada di sebelah kelas Mathew, dia mulai
berpikir tentang Mathew yang sifatnya sama dengan Frendy, dia merasakan getaran aneh
dalam dirinya. “ganteng juga” batin Jane
“Janeeeeee” teriak Edel
“Dari mana aja, kok baru masuk jam segini? Kantin yuk lapar banget soalnya” ajak Edel
“Tadi dihukum bu Frida terus katanya setiap senin harus ikut belajar di kelasnya, senang sih
soalnya bisa duduk dibelakang Frendy, Ohiya ada anak baru loh dikelas nya namanya
Mathew ganteng banget dan dia kayaknya ngomong indonesianya lucu gitu logat bule” ucap
Jane
“Mathew? He is back??” tanya Edel
“Lo kenal?” tanya Jane
“Ya kenal lah itu teman kecil gue waktu masih kecil banget tapi yang dia kenal harusnya
cuman gue karena sebelum dia pindah ke Amerika itu dia sempat tetanggaan sama gue,
rumahnya dulu didekat rumah gue” cerita Edel kepada Jane
“Plot twist banget ya, dunia emang sesempit itu, sikap nya kayak Frendy banget dingin
banget tapi lebih ganteng dari pada Frendy, apa ini saatnya gue mencari pangeran baru?”
ucap Jane sambil tertawa
“Gasss” jawab Edel

*Sampai di kantin*
“Gue mau nasi ciklung aja, lo mau apa?” tanya Jane
“Samain aja gue pedas ya” jawab Edel sambil berjalan ke arah meja yang kosong.
Suasana dikantin SMA Harapan Bangsa ini seperti biasa selalu saja ramai dan jika telat
sedikit menuju kantin maka akan susah menemukan tempat duduk, Edel melihat kesekitar
dan menemukan meja kosong dan hanya ada 2 gelas teh es yang masih penuh terletak diatas
meja itu, Edel pun segera mendorong masuk gelas itu kearah tepi meja sehingga yang terlihat
hanyalah meja kosong. Jane berjalan kearah Edel sambil membawa 2 porsi nasi ciklung (nasi
ciklung : nasi dan lauk seperti kol, tempe, tahu, kacang panjang ditumis jadi 1 ditambah saos
tiram) nasi ciklung merupakan salah satu makanan khas anak SMA Harapan Bangsa karena
cuman di SMA Harapan Bangsa yang menyediakan nasi ciklung ini.
“Tumben banget kita dapat meja padahal udah telat banget ke sini” ucap Jane
“Iya gaktau nih emang lagi hoki aja kita” jawab Edel
“Del, ini bangku kami” ucap Frendy (Frendy tidak pernah ketus kepada Edel dia selalu
memberikan perhatian kepada Edel)
“tapi kalau mau gabung boleh juga” sambung Frendy
*Uhuk uhuk* Jane tersedak dan disaat yang bersamaan Mathew dan Frendy memberikan
mineral kepada Jane, Edel menatap heran keduanya, karena menurut Edel bagaimana bisa
seorang Frendy memberikan perhatian kepada wanita terutama Jane.
Jane mengambil minuman dari Frendy dan langsung mengucapkan terimakasih, Frendy
berjalan dan menuju ke samping Edel sedangkan Mathew duduk disebelah Jane.
“Mathew, masih ingat gue gak?” tanya Edel
Mathew menoleh ke arah Edel dan menatap bingung. “Sorry, am I know you?” tanya
Mathew
“Masa lupa sih padahal dulu kita sering main bareng di dekat pos satpam sama Kiara juga, lo
lupa sama Kiara, cewek yang lo suka banget dulu tapi sekarang gue gak tau kabarnya juga sih
soalnya sebulan setelah lo pindah, dia juga ikut pindah” tanya Edel
“She is my bestfriend until now, dia masih berhubungan sama gue, sekarang dia di UK, tapi
kemarin katanya mau ikut pindah kesini juga” ucap Mathew
“Ohya??reuni teman lama kah ini?” ucap Edel sambil tertawa
“Kok kalian bisa temenan sih” tanya Jane kepada Mathew dan Frendy. “soalnya kalian
pendiam banget apa gak aneh kalau ngomong ber2”
Mathew dan Frendy hanya saling tukar pandangan, dan mereka melanjutkan aktivitas yang
mereka lakukan yaitu makan. Jam istirahat sudah habis mereka ber4 berjalan bersama ke arah
kelas dan tiba-tiba ada satu laki-laki sepertinya anak kelas XII dilihat dari penampilannya
yang tidak rapi, celana yang sudah sedikit robek itu menunjukkan betapa nakal nya siswa ini.
Dia berjalan ke arah Jane dan menyodorkan HP nya ke arah Jane.
“Isi nomor lo” ucapnya.
“Ha?” Tanya Jane dengan penuh kebingungan karena baru kali ini ada laki-laki yang
meminta nomor nya.
“Udah waktunya masuk harus langsung ke kelas” Mathew menarik tangan Jane dan
langsung berjalan melewati Edel, Frendy, dan laki-laki yang baru saja meminta nomor Jane.
Edel dan Frendy pun saling bertukar tatapan heran satu sama lain karena pemandangan
yang baru saja mereka lihat.
“Jangan kasih nomor lo ke sembarang orang” ucap Mathew dengan tegas
“Lo lihat sendiri penampilan dia, nanti yang ada lo di apa-apain” sambung Mathew
“Tapi kan gue gak ngasih nomor gue kok sensi amat” tanya Jane
“Nevermind” ucap Mathew sambil berjalan meninggalkan Jane dan berjalan menuju ke
kelasnya.
“Jangan-jangan Mathew suka sama lo Jane, lihat dia seperhatian itu dari tatapannya aja dia
udah kelihatan cemburu” ucap Edel yang baru saja sampai di kelas
“Gak mungkin baru juga kenal sehari” jawab Jane
“Lo tertarik sama Jane?” tanya Frendy
“I don’t know, but she’s cute” jawab Mathew
“Dari sisi mana lo lihat dia cute” tanya Frendy memastikan kembali apa yang dia dengar itu
salah
“Dia ceria, dari tatapan matanya kelihatan banget aslinya pasti beda jauh sama yang dia
tunjukkin ke kita, I saw her weakness inside her eyes” jawab Mathew
Frendy pun tidak menjawab dan mulai berdebat dengan batinnya sendiri, dia merasa apa yang
dikatakan Mathew tidak benar karena dia sudah melihat Jane dari SMP dan Jane selalu sama
saja setiap harinya, Jane yang heboh dan tidak bisa diam itu, Jane yang jatuh cinta kepadanya
setiap hari dan Jane yang lebih khawatir dari pada orangtuanya ketika dia sedang sakit.
“Del, tadi lo bilang Kiara kan? Kiara itu gimana sih orangnya” tanya Jane
“Kenapa tiba-tiba tanya? Takut ada saingan? Gue juga udah lupa sih soalnya udah lama
banget terakhir ketemu juga sebelum masuk SD, tapi dia cantik banget mukanya kayak bule”
jawab Edel
Ntah kenapa Kiara sangat mengganggu pikiran Jane, walau dia belum pernah bertemu dengan
Kiara dia merasakan perasaan yang tidak enak dari dalam dirinya.

*Hari Minggu*
“Yang mana ya rumahnya, aduh ini panas banget lagi” ucap Jane sambil mengusap dahinya
karena sudah hampir 30 menit dia berjalan mengelilingi komplek perumahan rumah Mathew
namun belum menemukan rumahnya dan dia tidak bisa menghubungi Mathew karena dia
tidak mempunyai kontak Mathew ditambah perumahan orang kaya yang sangat jarang
orang lewati membuat nya kebingungan, akhirnya dia memutuskan untuk berteduh didekat
pohon rumah yang paling besar itu.
“Andai rumahku sebesar ini, kira-kira kalau mau ke kamar harus pakai motor kali ya
roomtour, atau mungkin gak usah yang sebesar ini deh yang kayak itu aja udah cukup” batin
Jane
“Belva kamu udah lama disitu tunggu? Kenapa gak langsung tekan belnya aja” tanya Jono
yang baru saja tiba dengan motornya itu
“Gaktau yang mana rumahnya” jawab Jane
“Itu rumahnya” tunjuk Jono ke arah rumah besar yang berada dibelakang Jane itu
“Waw” gumam Jane
Mereka berdua masuk kedalam setelah dibukakan pintu oleh satpam Mathew.
“Kok sepi? Gak ada orangtua lo atau saudara lo disini? Tanya Jane kepada Mathew
“Gak ada” jawab Mathew dengan singkat.
Tatapan mata Mathew ketika mendengar pertanyaan yang diberikan oleh Jane langsung
berubah, Jane yang menyadari hal itu pun hanya bisa terdiam menatapinya.
“Frendy mana ya? Kita mulai kerjain dulu kali ya sambil nungguin dia biar gak terlalu malam
pulangnya” tanya Jono
“Kerjainnya dikamar gue aja biar lebih gampang ngetiknya” jawab Mathew
Mereka berjalan menuju kamar Mathew menaiki tangga yang sangat tinggi itu, mata Jane
menyusuri seluruh penjuru rumah Mathew dia merasa kagum sekaligus merasakan suasana
rumah yang begitu dingin, dia langsung merasa bersyukur dengan keadaan rumahnya yang
selalu hangat meskipun tidak terlalu besar itu, setiap dia pulang kerumah dia selalu mendapat
omelan dari ibunya tetapi dia tidak pernah merasa bosan mendengar omelan ibunya.
“Kalian mau minum apa atau mau makan apa” tanya Mathew
“Seadanya aja” jawab Jane
Mathew berjalan keluar kamar dan menuju ke arah tangga sambil berteriak kepada
pembantunya untuk membawakan cemilan dan minuman, tidak lama dari itu Frendy datang
dan langsung naik ke kamar bersama dengan Mathew.
“Kita bagi tugas aja” ucap Frendy
“Gue harus kerjain apa” tanya Jane
“Lo bagian yang ini dan ini, Jono lo yang ini dan ini, Math lo yang ini ya, gue yang ini”
jawab Frendy membagikan tugas kepada kelompoknya itu.
“Gue gak ngerti tugasnya” jawab Jane
Mereka menoleh kompak, dan langsung memberi tatapan yang kejam kepada Jane
“Lo sini kerja sama gue sekalian gue ajarin” jawab Mathew
Jane mengangguk dan berjalan menuju Mathew, Mathew menjelaskan kepada Jane dengan
sungguh-sungguh, jujur saja Jane langsung mengerti yang diucapkan Mathew.
“Oh segampang ini? Kemana aja gue selama ini matematika gampang banget ternyata” seru
Jane tanpa dia sadari ada yang tersenyum tipis mendengar perkataan dia barusan.
Mathew kemudian tersenyum lebar dan langsung mengelus kepala Jane, Jane langsung
membatin “Manis banget” Jane merasa deg-deg an ketika Mathew mengusap kepala nya, dia
merasakan getaran yang belum pernah dia rasakan sebelumnya, tetapi pada saat yang
bersamaan dia berharap Frendy melihat hal itu, namun ternyata Frendy tidak melihatnya.
(Frendy POV)
“Oh segampang ini? Kemana aja gue selama ini matematika gampang banget ternyata” ucap
Jane dengan penuh semangat. Frendy yang baru saja mendengar hal itu tanpa dia sadari
bibirnya tertarik tipis membentuk sebuah senyuman kecil dari dia, dia menoleh ke arah Jane
namun yang dia lihat hanyalah Mathew yang sedang mengusap kepalanya, dia pun segera
memalingkan wajahnya kearah tugas kembali, dia merasakan sakit pada hatinya ntah kenapa
dia mulai emosi sedikit, dia tidak menyadari bahwa dia sedang cemburu. Kemudian
pembantu Mathew pun datang membawa cemilan macaroon dan jus jeruk. Jane yang melihat
macaroon itu pun langsung segera menghampirinya.
“Macaroon” gumam Jane dengan pelan. Jane sangat menyukai macaroon. Mungkin dia bisa
menghabiskan seluruh hidupnya hanya dengan makan macaroon.
“She’s weird but totally cute” ucap Mathew dalam hati, dia menyadari bahwa dia tertarik
kepada Jane tapi ntah kenapa dia merasa bahwa Frendy juga tertarik kepada Jane yang
membuat dia tidak berani berjalan maju mendekati Jane
“Bisa kerja dulu gak sih baru makan, lo tuh ya disini semua nya itu mau cepat pulang” ucap
Frendy dengan ketus.
Jane terkejut dengan apa yang disampaikan Frendy, padahal dia hanya ingin mengambil
beberapa macaroon lalu membawa macaroon tersebut ke tempat dia mengerjakan tugas, lebih
tepatnya dia hanya ingin mengerjakan tugas sambil menyemil macaroon, namun ketika
Frendy mengucapkan itu hatinya sangat sakit karena menurutnya itu hanyalah hal sepele,
karena Jono juga langsung menghampiri minuman dan mengambilnya, apa yang salah jika
dia mau mengambil beberapa macaroon, kenapa Frendy sangat ketus kepadanya. Jane yang
merasa sakit hati pun tidak kuat menahan air matanya dia langsung kembali ketempat
duduknya dan menunduk. Jane menangis pelan, dia sangat lemah dan tidak terbiasa dicelah
seperti itu terutama yang bicara adalah orang yang dia sukai selama 2 tahun.
“Kamu nangis bel?” tanya Jono
Frendy dan Mathew langsung menoleh kearah Jane, Frendy merasa tidak enak karena dirinya
Jane menangis, dia merasa dia sudah kelewatan padahal itu hanya hal kecil tetapi dia tidak
bisa berkata apapun. Mathew yang menoleh kearah Jane langsung memberikan Jane tissue
dan memberikan sepiring macaroon itu kepada Jane.
“Ini buat lo semuanya, jangan dengarin kata dia” ucap Mathew
Jane mulai mendongakkan kepalanya kearah Mathew, pipi dan hidungnya yang memerah itu
membuat Mathew tersenyum dia merasa Jane sangat lucu dan merasa harus melindungi Jane
dari segala hal yang bisa membuat dia bersedih. Di sisi lain Frendy melihat mereka dari
tempat duduknya, dia ingin sekali meminta maaf namun tetap saja rasa gengsi yang ada
didalam dirinya mencegah dia untuk melakukan hal itu.
“Makasih” ucap Jane pelan kepada Mathew
Jane mulai mengambil macaroon dan perlahan mulai tersenyum riang kembali, Jane merasa
dia sangat aman berada didekat Mathew dia merasa Mathew merupakan sosok yang hangat
buat dia, dia ingin terus berada didekat Mathew. Tidak terasa tugas mereka sudah selesai
mereka memutuskan untuk makan malam bersama dirumah Mathew, pembantu nya
membawakan 4 piring pasta ke meja makan, mereka mulai makan dan tidak lama kemudian
ada suara mobil yang masuk ke area perkarangan didepan rumah Mathew.
*suara pintu terbuka*
“Kalian lagi kerja kelompok?” tanya seorang pria paruh baya yang memakai kemeja dan jas
nya ya itu adalah ayah Mathew lebih tepatnya dia adalah pemilik SMA Harapan Bangsa.
“Udah selesai” jawab Mathew singkat suasana rumahnya menjadi dingin, Mathew yang
tadinya sering beberapa kali tersenyum tiba-tiba sekarang sudah tidak ada senyum sedikit
pun yang muncul dari bibirnya.
Suasana yang tiba-tiba berubah itu sungguh mencekam, setelah selesai makan Jane dengan
cepat berpamitan untuk pulang dan mulai membuka ponsel untuk memesan ojek online.
“Pulangnya sama gue aja, gue sekalian mau kearah rumah lo beli barang” ucap Mathew
“Gak usah, gak mau repotin” tolak Jane
“Gak repotin itu sekalian” jawab Mathew dan Jane pun mengangguk senang karena dia
dapat menghemat uang ojek online.
“Gue boleh tanya sesuatu gak?” tanya Jane didalam mobil Mathew
“Apa?” jawab Mathew
“Lo gak akrab sama bokap lo? Soalnya tadi dingin banget suasananya” tanya Jane dengan
hati-hati
“Iya, karena terlalu lama diluar kali, gak tau kenapa tapi dari kecil sampai sekarang gue
cuman bisa berinteraksi dengan bebas sama sahabat gue Kiara, yang lain termasuk bokap
nyokap juga ya terbatas juga interaksinya” jelas Mathew
“Lo gak kangen sama kiara?” tanya Jane namun dia tau ada sedikit kecemburuan ketika
mendengar Mathew bercerita bahwa dia hanya bisa berinteraksi secara bebas dengan Kiara
bisa dipastikan bahwa dia sangat dekat dengan Kiara
“Kangen, dia bentar lagi balik sini ikutan pindah juga, disana kami beneran saling
berkegantungan, kami tinggal berdekatan, jadi setiap hari nya selalu habisin waktu barengan.
Dia sifatnya sama kayak lo ceria dan gampang nangis, tapi gue selalu menjaga dia seperti
adik gue sendiri” jawab Mathew dan dia mulai menyadari bahwa selain dengan Kiara dia
bisa berbicara banyak hanya kepada Jane
“Berarti sosok Kiara ini sangat penting dong di hidup lo, kenapa gak ajakin pacaran aja”
jawab Jane dengan sedikit kesal
“Seperti yang gue jelasin tadi, dia itu cuma sebatas adik aja dimata gue, lo cemburu?” tanya
Mathew sambil melihat Jane yang sudah terdiam dari pertanyaannya barusan
“Gak kok kepedean lo ngapain juga cemburu yang gue suka itu Frendy bukan lo” jawab Jane
tegas
“Kalau besok udah suka sama gue gimana?” goda Mathew
“Ih apaansih” jawab Jane dengan kesal, Mathew pun tertawa puas melihat Jane merajuk
kepadanya.
“Lo mau masuk dulu gak?” tawar Jane ketika mobil Mathew baru saja tiba didepan rumah
Jane yang minimalis itu sangat berbeda jauh dengan rumah Mathew. Mathew menggeleng
“Lain kali aja ketemu mertuanya, hari ini cukup sampai depan dulu” jawab Mathew
Pipi Jane memerah dia terkejut dengan perkataan Mathew barusan yang hampir membuat dia
pingsan di tempat. Bagaimana bisa dia dengan mudah berkata seperti itu apalagi dia sangat
berbeda dari Mathew yang pertama dia kenal, yang dia tau Mathew yang dikenal sangatlah
dingin, tetapi malam ini Mathew sangat berbeda.
“Apaan si, gue masuk dulu makasih tumpangannya hati-hati dijalan” jawab Jane kemudian
langsung masuk meninggalkan Mathew
*kringkringkring* dering telepon berbunyi saat Mathew sedang berjalan menjauh dari
rumah Jane
“Lo udah dimana” tanya Mathew kepada orang yang dia telepon.
“Oke gue berangkat sekarang” sambungnya.

*Upacara Bendera SMA Harapan Bangsa*


Kali ini Jane tidak telat dia baru saja tiba disekolah, keadaan sekolah masih sepi dia
bersemangat datang awal hari ini karena sehabis upacara dia akan langsung mengungsi ke
kelas IPS 1. Jane sendiri tidak tahu kenapa dia sangat bersemangat, ntah karena dia akan
sekelas dengan Frendy atau sekelas dengan Mathew.
“Hai Belva” sapa Jono ketika Jane baru saja masuk dikelasnya.
“Hai Jon” sapa balik Jane sambil berjalan menuju tempatnya. Pelajaran sudah mulai namun
Bu Frida masih belum masuk kedalam kelas. Tidak lama kemudian Bu Frida masuk kedalam
bersama dengan seorang gadis yang sangat cantik sekali, memakai baju seragam SMA
Harapan Bangsa.
“Perkenalkan nama saya Cherlista Kiara Jevanca, kalian bisa manggil saya Kiara” ucap gadis
yang bernama Kiara itu.
Jane menoleh kearah papan tulis dan betapa terkejut dan kagumnya dia melihat Perempuan
cantik itu, dia langsung merasakan panas dalam hatinya tetapi dia sangat penasaran
bagaimana sifat Perempuan ini.
“Kamu duduk didekat jendela ya” ucap bu Frida dan Kiara berjalan menuju kearah tempat
duduk yang tidak jauh dari mereka ber3
Bel istirahat berbunyi, Jane mau mengajak Mathew dan Frendy untuk ke kantin barengan
bersama dengan Edel juga namun ketika dia hendak mengajak, Kiara langsung menghampiri
Mathew dan memeluk lengan Mathew
“Im hungry bebe” ucap Kiara dengan manja.
Jane yang melihat adegan tersebut langsung berpikir dalam hati bagaimana bisa yang seperti
itu dianggap sebagai adik, bahkan jika seluruh warga sekolah melihat kejadian tersebut pun
akan menyimpulkan bahwa mereka mempunyai hubungan.
“Jane, lo mau ke kantin?” tanya Mathew. Kiara pun menoleh kearah Jane dengan tatapan
tidak suka karena yang dia tahu Mathew hanya mau bicara dengan dia.
“Kiara” dia mengulurkan tangan kearah Jane
“Jane” ucap Jane sambil menjabat tangan Kiara yang sangat halus itu
“Mau ke kantin bareng kami?” ajak Kiara dengan senyum
“Gue bareng teman gue, gue duluan ya” ucap Jane meninggalkan mereka
“Fren, ini Kiara” Mathew mengenalkan Kiara kepada Frendy
Frendy dan Kiara saling menatap kemudian mereka ber3 berjalan kearah kantin bersama.
*RUANG KELAS X IPS 2*
“Edel, kantin yuk gue lapar banget” ajak Jane
“Gas” terima Edel
Mereka berjalan menuju kantin dan ketika di kantin mereka sudah kehabisan tempat duduk,
mereka bingung mau duduk dimana sampai akhirnya Mathew melambaikan tangan kearah
mereka berdua dan mengajak mereka untuk duduk bersama 2 lainnya. Edel menarik tangan
Jane kearah Mathew.
“Kiara?” tanya Edel.
“Edel ya? Gue udah dengar dari Math ada teman sekomplek yang sekolah disini juga cuman
gue udah lupa muka lo karena udah lama banget, you look pretty” ucap Kiara
“HAHAHA bisa aja lo, lo tinggal dimana sekarang?” jawab Edel duduk disebelah Kiara,
sementara Jane berjalan kearah sebelah Frendy
“Rumah lama gue, emang dari dulu gak pernah dijual dan selalu ada yang urus disana, jadi
kapanpun gue balik rumahnya udah siap, berarti kita tetanggaan lagi dong ya” ucap Kiara
“Wah seru nih, nanti malam kerumah gue kia, kita maskeran” ajak Edel
“Boleh, lo mau join juga gak Jane?” tanya Kiara
“Gak dulu deh, nanti malam gue ada urusan keluarga” tolak Jane
“Bebe, mau coba punya bebe” ucap Kiara kepada Mathew
“Kalian pacaran?” tanya Edel
“Gak” “Iya” jawab mereka kompak, Frendy, Jane, dan Edel pun menatap heran
“Dia itu Cuma adik buat gue dari dulu, sekarang, dan sampai kapanpun” ucap Mathew tetapi
dia hanya memandang Jane
Kiara yang melihat Mathew menatap Jane pun dia mulai merasa cemburu.
“Ih bebe, kan udah dibilangin sampai kapanpun kita bakal sama-sama terus udah janji juga”
jawab Kiara
“Iya tapi gak sama-sama sebagai pasangan” jawab Mathew.
Suasana menjadi hening, atmosfer yang ada dikantin langsung berubah. Kiara menatap Jane
dengan penuh kemarahan, menurutnya bagaimana bisa Mathew jatuh cinta kepada gadis
seperti itu, Jane merasa terintimidasi dan langsung berpamitan menuju kelas. Mathew
mengikuti Jane dari belakang dan menyusulnya.
“Kok buru-buru amat” tanya Mathew
“Takut diterkam harimau kalau lama-lama disana” jawab Jane
“Hahahaha, Kiara gak gitu kok, dia bercanda aja itu” ucap Mathew
Jane hanya mendengus kecil karena dia merasa sedih melihat Mathew membela Kiara, dan
dia tahu bahwa Kiara pastinya memiliki perasaan kepada Math. Jane masuk ke kelas
mengambil sebuah kertas dan pulpen, dia mulai mencoret dan menulis.

Math dan Mathew sama-sama memberikan dampak yang besar bagi kehidupan.
Math dan Mathew sama-sama bikin pusing
Math dan Mathew selalu muncul dipikiran
Math dan Mathew sesuatu yang Jane tidak suka tapi
Mathew orang yang Jane suka.

Jane melihat Edel masuk ke kelas, dengan segera dia menyimpan kertas itu didalam laci
mejanya. “Jane, gue mau nanya deh sama lo tapi jawab gue dengan jujur, Lo suka sama
Mathew?” tanya Edel “Sepertinya iya, rasa gue ke Mathew beda banget dengan rasa gue ke
Frendy. Sama Mathew seperti ada harapan” jawab Jane “Tapi menurut gue sebaiknya jangan,
gue gak mau lo akhirnya harus ribut sama Kiara” jawab Edel “Gak mungkin berantem hanya
karena cowokkan, lagi pula gue dan Math gak ada apa-apa kok” tegas Jane.
*Keesokan harinya*
Mathew dan Frendy berjalan kearah kelas Jane, mereka ingin meminjam buku IPS karena
mendadak ada tambahan dan mereka tidak membawa buku itu, Mereka masuk kedalam kelas
IPS 2 tetapi tidak melihat Jane dan Edel, mereka berjalan kearah tempat duduk Jane dan Edel.
Frendy mengambil buku Edel dari dalam tas, sedangkan Mathew mencari buku tersebut di
laci Jane yang berantakan itu, ia menemukan sebuah kertas yang telah ronyok. Dia pun
membuka kertas itu, dan membaca sesuatu kemudian dia tersenyum. Dan kemudian dia
menemukan buku yang dia cari. Mereka kembali kedalam kelas.
“Math, I wanna talk with you” ucap Kiara dengan serius sambil menarik tangan Mathew.
Mereka berdua sekarang berada di rooftop SMA Harapan Bangsa, tidak semua siswa atau
siswi di SMA Harapan Bangsa bisa naik ke rooftop, Kiara mendapat kunci dari ayah Mathew.
Kiara selalu menghubungi ayah Mathew mengenai perkembangan Mathew di UK.
“Math, aku jauh-jauh kesini sampai rela pindah kesini tapi kenapa hati kamu bukan untuk aku
lagi, do you love her?” tanya Kiara
“Kir, dari dulu sampai sekarang perasaan gue ke lo itu sama aja gue gak pernah sekalipun
punya perasaan sama lo.” Ujar Mathew
Tiba-tiba Kiara memeluk Mathew sambil menangis, Mathew yang sudah terbiasa akan hal ini
pun mengelus pundak Kiara. Mathew tidak sadar ada seorang gadis yang sedang melihat
pemandangan itu dan menahan tangisnya. Dia pun berbalik badan dan berlari tapi sayangnya
dia menginjak sebuah seng yang terletak di lantai, dan ketika berbunyi Mathew pun menoleh
kearah asalnya suara. Betapa terkejutnya dia melihat seorang gadis yang sedang membawa 2
gelas minuman tetapi matanya berkaca-kaca seakan ketika ditiup saja matanya akan langsung
mengeluarkan air mata yang sangat banyak, Mathew sangat marah kepada Kiara, kenapa
Kiara langsung memeluknya seperti itu.
“Lo apa-apaan sih” ujar Mathew sambil menepis pelukan Kiara
“Why math, just do the things you always do” jawab Kiara
“Iya lo emang selalu nangis tapi kali ini lo nangis dengan sengaja kan supaya Jane melihat
kita” jawab Mathew
“Gue gak mau ada yang milikin lo selain gue!” jawab Kiara
Mathew pergi meninggalkan Kiara, dia mengejar Jane. Tetapi dia tidak menemukan Jane, dia
berjalan kearah kelas Jane namun dia juga tidak berhasil menemukan Jane.
*Jane POV*
“Belva, kamu disuruh Mathew ke rooftop dia udah ada disana” ujar Jono
“Tumben diajak ke rooftop, bawain jus ah” batin Jane
Tidak disangka pemandangan yang dia lihat begitu sampai adalah Kiara yang bertatapan
dengan dia dan langsung memeluk Mathew sambil menangis, sedangkan Mathew dia
mengelus pundak Kiara, hati Jane sakit, dia tau dia sudah jatuh cinta kepada Mathew namun
dia tidak bisa berkata apa-apa dia berlari meninggalkan keduanya dan meninggalkan sekolah.
Sekarang Jane ada di halte dekat sekolahnya, dia bolos.
Dia hanya duduk sambil melihat jalan dan mulai menangis, ntah kenapa hatinya sakit. Dia
menaiki bis yang singgah di halte itu tanpa melihat kemana jalannya bis ini. Jane duduk
didalam bis sambil menangis, Jane ketiduran. Jane dibangunkan oleh supir bis. Dia sudah
sampai di pemberhentian terakhir yang jauh dari rumahnya. Memakai seragam sekolah dan
hanya membawa tas sekolah. “dek, bangun ini udah paling akhir, jadwal selanjutnya besok
pagi jam 7” ucap supir bis itu. Jane terkejut mendengar perkataan bapak itu dia turun dari bis
dan duduk di pinggiran halte itu. Dia menangis sejadi-jadinya, jujur saja dia takut dan juga
gelisah.

“Jane udah bisa dihubungi belum” tanya Mathew kepada Edel lewat telepon. “Belum nih, gue
udah coba tanya kerumahnya bokap nyokapnya juga bilang belum balik” ujar Edel.
“Gimana?” tanya Frendy yang saat ini berada di depan sekolah bersama dengan Mathew.
“Kita mencar aja ya carinya, soalnya ini gak akan ketemu kalau cuman disini aja carinya”
ucap Mathew. Mereka berdua menaiki mobil masing-masing untuk mencari Jane.
Mathew memukul setir mobilnya, dia merasa bersalah sekaligus khawatir kepada Jane, ntah
kenapa dia tiba-tiba mengarahkan mobilnya kearah halte pemberhentian terakhir. Dia
mengendarai mobilnya menyusuri halte yang luas itu. Mobil itu berhenti. Mathew berjalan
menyusuri halte itu, Langkahnya berhenti ketika dia melihat seorang gadis menekuk lututnya
sambil menangis, hatinya sakit sekali melihat pemandangan itu. Dia langsung menghubungi
Frendy dan memberitahunya agar pulang kerumah karena dia yang akan mengantar Jane
pulang. Mathew berjalan pelan menuju arah Jane dan dia menyodorkan tissue kearah Jane.
Jane menoleh kearah datangnya tissue itu dia melihat Mathew dan langsung memeluk
Mathew
“Gue takut banget” ucap Jane sambil menangis.
“Jangan takut, kan ada gue disini” ucap Mathew sambil membalas pelukan Jane
Mathew mengajak Jane untuk duduk disebuah kursi yang tidak jauh dari tempat mereka.
Mathew memulai pembicaraan dengan Jane.
“Jane, jadi yang tadi lo lihat itu semuanya gak benar, we were just friend” jelas Mathew
“Iya, gue juga gak tau kenapa sama diri gue sendiri, lo itu bukan siapa-siapa gue dan gue juga
bukan siapa-siapa lo, kita gak pernah pdkt atau apapun tapi kenapa gue rasanya sakit hati
banget lihat lo pelukan sama cewek yang notabene nya adalah teman dekat lo” jawab Jane
sambil terisak.
“Gue udah baca isi coret-coret lo tentang Math dan Mathew” ucap Mathew
“HA?” teriak Jane. “Jane, tau gak kamu sangat cantik ketika melihat macaroon, sangat cantik
ketika melihat soal math yang udah kamu pahamin, sangat cantik ketika senyum dan seakan
semua itu kamu lakukan semua sendiri, aku suka matamu, suka cara bicaramu, suka semua
tentangmu, Jane kamu mau jadi pacarku?” tanya Mathew
Jane tertegun mendengar pengakuan itu, Jane menggenggam tangan Mathew dan
mengangguk. Mereka saling berpelukan. Mathew mengantar Jane pulang kerumah dan
Mathew menjelaskan apa yang terjadi kepada Jane. “Om, Tante jangan marahin Jane marahin
saya aja, saya yang bikin pacar saya nangis” ucap Mathew. Ayah dan Ibu Jane pun terdiam
mendengar perkataan Mathew barusan. “Saya izin pacarin Jane ya om tante, saya akan jaga
Jane dengan baik” Orang tua Jane pun hanya tersenyum.
Jane dan Mathew menjadi pasangan yang paling romantis di SMA Harapan Bangsa, Kiara
kembali ke UK dan Frendy baru menyadari bahwa dia memiliki perasaan kepada Jane namun
semua sudah terlambat.
Jane merasa bahagia berkat matematika yang sangat dia benci dia bisa bertemu dengan
Mathew yang sangat dia suka.

Anda mungkin juga menyukai