Matahari baru saja terbangun dari malamnya yang panjang ketika sosok wanita yang
tegar sedang berjalan menuju bilik kamar buah hatinya seraya mengetuk pintu. “Tok,tok,tok”
Terdengar suara ketukan pintu dari arah luar kamar.
“Nak, ayo bangun! Saatnya bersiap-siap pergi kesekolah, nanti telat lho..” ucap sang ibu.
“Iya bu” ucap seorang gadis yang baru saja terbangun dari tidur pulasnya.
Gadis itu bernama Leni. Dia terlahir dari keluarga yang miskin. Dia adalah sosok perempuan
yang sabar dan selalu berbakti kepada orang tuanya. Disekolah, dia adalah salah satu siswi
yang paling aktif disegala kegiatan. Bahkan, dia selalu memperoleh juara kelas setiap
tahunnya. Mimpinya adalah ingin menjadi lulusan di Universitas di Turki . Leni berjanji akan
mewujudkan mimpi tersebut.
Setelah ibunya memanggil, Leni bergegas bangun dari tempat tidurnya. Sebelum
berangkat, Leni tak lupa menghampiri ibunya untuk berpamitan.
Leni berangkat ke sekolah dengan membawa sepeda butut milik almarhum ayahnya.
Dengan kesederhanaannya, dia tidak pernah merasa malu dengan apa yang dimilikinya.
Meski orang tuanya miskin, tetapi dia tetap berpegang teguh dengan pendiriannya. Dia hanya
ingin membuktikan bahwa suatu saat nanti dirinya bisa sukses walau terlahir dari seorang
keluarga yang miskin.
Sesampainya di sekolah, Leni bertemu dengan sahabat karibnya, namanya Fika. Dia
adalah seorang yang kaya raya. Tetapi hal tersebut tidak membuatnya menjadi sombong
dalam memilih teman. Dia satu-satunya sahabat yang selalu mengerti keadaan Leni. Kedua
sahabat ini sangatlah kompak dan sama-sama aktif dalam kegiatan sekolah khususnya dalam
hal diskusi pelajaran dikelas. Leni dan Fika berjalan menuju kelas. Ketika sampai di depan
pintu, tiba-tiba salah satu teman sekelasnya menabrak bahu Leni. Dia adalah Adinda. Adinda
adalah sosok perempuan yang mempunyai paras yang cantik dan juga modis, beda dengan
Leni yang hanya berpenampilan sederhana pada umumnya. Dia berasal dari keluarga yang
kaya raya. Dia ingin sekali menghancurkan persahabatan Leni dengan Fika.. Dia tidak suka
melihat mereka yang selalu kompak didalam kelas. Dan ingin menjatuhkan Leni yang terus-
menerus di puji oleh gurunya.
“Heh cewek miskin! Kalau jalan liat-liat dong!” ucap Adinda ketus
“Emang lo nggak malu punya sahabat miskin kaya dia?” ucap Adinda
“Emang kenapa? Meskipun dia miskin toh dia tahu cara menghargai orang lain. Cepat minta
maaf!” Ucap Fika dengan raut wajah yang sangat kesal dan geram dengan perlakuan Adinda
terhadap Leni.
“ Fik, melawan bukan jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah, jika kita melawannya kan
gak ada bedanya sifat kita sama dia”. Ucap Leni sambil tersenyum
“Cukup sekian pelajaran hari ini. Jangan lupa untuk kerjakan tugasnya.” Ucap seorang laki-
laki paruh baya yang berada di depan kelas.
“ke kantin yuk Len. Lapar nih” ucap Fika sambil memegang perutnya
Ketika dua sahabat tersebut pergi, ada seseorang yang dengan sengaja memasukkan
sesuatu kedalam tas Leni. Setelah melakukan hal tersebut, orang tersebut segera
meninggalkan kelas dengan senyum yang tidak bisa diartikan.
-
Ketika pelajaran sedang berlangsung, tiba-tiba guru BK masuk kedalam kelas Leni. Guru BK
itu pun berbisik kepada guru yang sedang mengajar, lalu guru tersebut hanya menjawab
dengan sebuah anggukan.
“Letakkan tas kalian diatas meja sekarang!” ucap guru BK tersebut tegas
Murid-murid yang bingung sekaligus terkejut akan kejadian ini hanya menuruti perintah
sang guru.
“aku juga gak tau. Udah turutin aja kata pak Bejo.” Ujar leni
Kemudian, Pak Bejo selaku guru BK memeriksa tas murid-murid satu persatu. Ketika
sampai di tas Leni, pak Bejo terbelalak kaget.
“Apa ini Leni?!” tanya Pak bejo membentak seraya mengeluarkan sebungkus rokok beserta
koreknya
“tidak pak. Saya gak tau itu rokok dan korek siapa. Saya gak merokok pak.” Kata leni
menjelaskan
Leni hanya tertegun dan merasa heran. Kemudian dia hanya bisa pasrah dan segera
menuju keruang BK. Leni berkali - kali menjelaskan bahwasanya dia tidak tau mengapa bisa
ada korek dan rokok ditasnya. Tapi, tetap saja Pak Bejo tidak percaya dan membentak Leni
sampai-sampai Leni menangis tersengut-sengut. Selang berapa lama, terdengar seseorang
mengetuk pintu dari luar. Dipersilahkannya masuk, dan yang datang adalah Fika. Fika datang
keruang BK menceritakan tentang kejadian yang sebenarnya. Dia menceritakan bahwa
sebelum kejadian dia melihat Adinda lah yang memasukkan korek dan rokok ke dalam tas
Leni. Adinda sebelumnya mengetahui akan diadakannya pemeriksaan oleh guru BK. Dia
melakukan hal itu untuk mencoreng nama baik Leni. Mendengar penjelasan dari Fika, guru
BK segera memanggil Adinda.
Datanglah Adinda sambil menampakkan raut wajah yang ketakutan. Entah apa yang
membuatnya takut. Tanpa ia sadari hal yang dilakukannya itu sudah diketahui orang lain.
Dia hanya bisa pasrah dan mengakui kesalahannya.
“Adinda, apa benar kamu yang melakukan hal tersebut pada Leni?!” ucap Pak Bejo dengan
nada yang keras.
“Iya pak, maafkan Adinda, Adinda janji nggak akan melakukannya lagi” jawab Adinda
dengan wajah yang gemetar dan ketakutan.
“ Baik, omongan kamu saya pegang, dan jika kamu melakukannya lagi, saya tidak segan-
segan mengeluarkan kamu dari sekolah ini meskipun kelulusan siswa sudah dekat. Ujar Pak
Bejo.
Adinda hanya terdiam. Dia sangat takut pada ancaman itu. Tapi tetap saja dalam
hatinya dia merasa angkuh. Dia masih punya dendam terhadap Leni. Hal itu tidak
membuatnya jera dan ingin mencoba hal lain terhadap Leni. Dalam hatinya bergumam, dia
akan melakukan hal lain sekiranya tidak bedampak buruk padanya. Seminggu setelah
kejadian tersebut, sekolah mengadakan sebuah tes. Tes ini ditujukan bagi siswa yang ingin
mendapatkan beasiswa kuliah di Turki. Mendengar hal tersebut, Leni bersemangat untuk
mengikuti tes tersebut. Inilah impian yang dinanti-nantikannya. Dia tidak akan menya-
nyiakan kesempatan tesebut. Dia selalu rajin belajar untuk memperoleh hasil yang maksimal.
Hari berlalu begitu cepat, tibalah hari dimana tes tersebut diadakan. Siswa yang mengikuti
tes tersebut kurang lebih 200 siswa. Siswa yang mengikuti tes tersebut bukan siswa yang
biasa saja, tetapi mereka adalah siswa yang aktif dan terbilang unggul di kelasnya.
Banyaknya siswa yang ikut, tidak membuat Leni pesimis. Dia selalu percaya diri bahwa
dirinya bisa meraih impiannya tersebut. Sesampainya diruang tes, dia bertemu dengan
Adinda. Tatapan Adinda sangatlah bengis terhadap Leni. Dia tetap saja menyimpan dendam
pada Leni. Adinda mengikuti tes tersebut, hanya ingin mempermalukannya untuk yang kedua
kalinya. Dia bersekongkol dengan sebagian peserta lain untuk membuat Leni gagal
mengikuti tes tesebut.
-
Saat tes sedang berlangsung, salah satu siswa melemparkan kertas pada Leni. Leni
yang bingung pun mengambil kertas tersebut. Kejadian tersebut ternyata diamati oleh
pengawas ujian. Pengawas mengira Leni mencontek pada siswa lain. Pengawas pun
mengambil lembar jawaban Leni dan menginstruksikannya untuk keluar dari ruang tes. Leni
sudah menjelaskan yang sebenarnya kepada pengawas. Tetap saja pengawas tidak
menghiraukannya. Untung saja lembar kerja tersebut sudah banyak yang terisi meskipun
terdapat 2 atau 3 nomer yang masih belum dijawabnya. Leni keluar dari ruangan itu dan
dihampiri oleh sahabatnya. Dia menceritakan kepada sahabatnya atas kejadian itu. Fika tidak
percaya akan hal itu. Dia merasa bahwa Adindalah yang melakukan hal tersebut. Leni tidak
percaya dengan perkataan sahabatnya itu. Dia hanya berbaik sangka tanpa menuduh teman
disekitarnya.
Leni sedang menunggu di luar ruangan sambil menunggu hasil tes tersebut. Dia
percaya bahwa nilainya itu pasti memenuhi standart kriteria penilaian.“Kring... kring... kring”
bel berbunyi tanda tes selesai. Para siswa yang mengikuti tes pun keluar dari ruangan. Adinda
keluar dari ruangan dan menatap Leni yang sedang menunggu di luar dengan ekspresi
mengejek. Dia sangat yakin bahwa Leni tidak akan bisa mewujudkan mimpinya itu. Melihat
hal tersebut Leni tidak menghiraukannya. Adinda pergi ke kantin dengan sebagian peserta
yang lain. Dia bersantai ria dan merayakan kemenangannya. Mereka bercerita dan
mentertawakan kejadian itu. Tak disangka pengawas tadinya lewat di depan kantin dan
mendengar apa yang mereka bicarakan. Pengawas menghampiri mereka yang berada dikantin
dan memarahinya. Adinda sangat takut, dan teringat kejadian sebelumnya, bahwa dia akan
dikeluarkan dari sekolah jika melakukan untuk yang kedua kalinya.