DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
Mengetahui
Kepala Ruang Merpati
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat karunia – Nya lah penyusun dapat menyelesaikan makalah seminar
keperawatan jiwa yang berjudul “ Asuhan Keperawatan pada Tn. Z dengan
Masalah Utama Resiko Perilaku Kekerasan”.
Penulis dan penyajian makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas
praktek Keperawatan Jiwa serta memberikan konstribusi positif bagi
pengembangan ilmu keperawatan khusus Keperawatan Jiwa.
Proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan
serta bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Untuk itu dalam kesempatan ini, penyusun menyampaikan ucapan terimakasih
kepada :
1. Direktur Utama Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang
beserta Staf
2. Para Dosen dan Pembimbing Klinik Keperawatan Jiwa STIKES RS
BAPTIS Kota Kediri dan RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang
3. Kepala Ruang Merpati Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang beserta
Seluruh Perawat Ruang Merpati
4. Rekan – Rekan Mahasiswa Kelompok 4
Penyusun menyadari bahwa laporan kasus Asuhan Keperawatan Jiwa ini
tidak luput dari kesalahan atau kekurangan baik dari segi bahasa maupun isi.
Untuk itu penyusun sangat mengharapkan adanya masukan dan kritikan dari
berbagai pihak demi kesempurnaan laporan kasus Asuhan Keperawatan Jiwa ini.
Penyusun
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR......................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................1
1.3 Tujuan Penulis................................................................................2
1.4 Manfaat Penulis..............................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Perilaku Kekerasan..................................................3
2.1.1 Definisi..................................................................................3
2.1.2 Etiologi..................................................................................4
2.1.3 Mekanisme Koping...............................................................5
2.1.4 Manifestasi Klinis ................................................................6
2.1.5 Penatalaksanaan ...................................................................7
2.1.6 Pohon Masalah......................................................................12
2.1.7 Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan............................12
2.1.8 TAK Strategi Pelaksanaan Perilaku Kekerasan....................26
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Konsep Asuhan Keperawatan.........................................................34
3.1.1 Pengkajian.............................................................................34
I. Identitas Klien...............................................................34
II. Alasan Masuk...............................................................34
III. Riwayat Penyakit Sekarang..........................................35
IV. Riwayat Penyakit Dahulu.............................................35
V. Pengkajian Psikososial..................................................37
VI. Pemeriksaan Fisik.........................................................39
VII. Status Mental................................................................39
VIII. Kebutuhan Persiapan Pulang........................................45
IX. Mekanisme Koping.......................................................47
X. Masalah Psikososial dan Lingkungan...........................47
XI. Aspek Pengetahuan.......................................................48
XII. Aspek Medis.................................................................49
XIII. Analisa Data..................................................................50
4
XIV. Daftar Diagnosa Keperawatan......................................51
XV. Pohon Masalah..............................................................51
XVI. Prioritas Masalah..........................................................52
3.1.2 Rencana Tindakan Keperawatan...................................53
3.1.3 Implementasi dan Evaluasi............................................62
BAB IV PENUTUP
1.1 Kesimpulan..............................................................................73
1.2 Saran........................................................................................74
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................75
5
BAB 1
PENDAHULUAN
6
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan?
8. Bagaimana TAK Perilaku Kekerasan?
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
RENTANG RESPON KEMARAHAN
2.1.2 Etiologi
Menurut Direja (2011,132), ada beberapa faktor penyebab perilaku
kekerasan seperti :
1. Faktor predisposisi
Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor
predisposisi, artinya mungkin terjadi atau mungkin tidak terjadi
perilaku kekerasan jika faktor berikut di alami oleh individu :
a) Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang
kemudian menyenagkan atau perasaan ditolak, dihina, dianiaya,
atau sanksi penganiayaan.
b) Perilaku reinforcement
Yang diterima saat melakukan kekerasan, dirumah atau di luar,
rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi,
perilaku kekerasan.
c) Teori psikoanalitik
Menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya ego dan membuat konsep,
diri yang rendah. Agresi dapat meningkatkan citra diri serta,
memberikan arti dalam hidupnya.
9
2. Faktor presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik
injuri fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Faktor pencetus sebagai
berikut:
a. Klien : kelemahan fisik, keputusan, ketidakberdayaan,
kehidupan yang penuh agresif dan masa lalu yang tidak
menyenangkan.
b. Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang
berarti, konflik, merasa terancam baik internal maupun
eksternal.
2.1.3 Mekanisme Koping
Menurut stuart dan laraia (2011), mekanisme koping yang dipakai pada
klien marahuntuk melindungi diri antara lain:
1. Sublimasi, yaitu menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya
dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan
penyalurannyasecara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah
melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas
adonan kue, meninju tembok,dan sebagainya, tujuannya adalah untuk
mengurangi ketegangan akibat rasamarah.
2. Proyeksi, yaitu menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau
keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang
menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan
kerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba
merayu, mencumbunya.
3. Represi, yaitu mencegah pikiran yang menyakitkan atau
membahayakan masuk kealam sadar. Misalnya seseorang anak yang
sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi
menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa
membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh
Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat
melupankannya.
4. Reaksi formasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan,dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang
berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya
seorang yang tertarik padateman suaminya, akan memperlakukan
orang tersebut dengan kasar.
10
5. Displacement, yaitu melepaskan perasaan yang tertekan biasanya
bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pad
a mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya anak berusia 4
tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya
karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang
perangan dengan temennya.
11
d) Kurang percaya diri
e) Humor
6. Akibat
a. Resiko menciderai diri sendiri
b. Resiko menciderai orang lain
c. Resiko menciderai lingkungan
2.1.5 Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a. Obat anti psikosis:Penotizin
b. Obat anti depresi:Amitripilin
c. Obat anti ansietas:Diasepam,Bromozepam,Clobozam
d. Obat anti insomnia:Phneobarbital
2. Non-Farmakologi :
a. Terapi Keluarga : Berfokus pada keluarga dimana keluarga
membantu mengatasi masalah klien dengan memberikan
perhatian
b. Terapi Kelompok : Berfokus pada dukungan dan
perkembangan,keterampilan sosial, atau aktivitas lain dengan
berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan keadaan klien
karena masalah sebagian orang merupakan perasaan dan tingkah
laku pada orang lain.
c. Terapi Musik : Dengan musik klien terhibur,rileks dan bermain
untuk mengembalikan kesadaran diri
Penatalaksanaan pada klien dengan perilaku kekerasan meliputi
penatalaksanaan keperawatan dan penatalaksanaan medis.
1. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan dapat dilakukan melalui proses
pendekatan keperawatan dan terapi modalitas.
a. Pendekatan proses keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan yang dilakukan berdasarkan proses
keperawatan, yaitu meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa
keperawatan, rencana tindakan keperawatan serta evaluasi.
b. Terapi Modalitas
Terapi kesehatan jiwa telah dipengaruhi oleh perubahan terkini
dalam perawatan kesehatan dan reimbursement, seperti pada semua
area kedokteran, keperawatan, dan disiplin ilmu keshatan terkait.
12
Bagian ini secara singkat menjelaskan modalitas terapi yang saat
ini digunakan baik pada lingkungan, rawat inap, maupun rawat
jalan (Videbeck, 2013, hlm. 69).
1) Terapi lingkungan
Begitu pentingnya bagi perawat untuk mempertimbangkan
lingkungan bagi semua klien ketika mencoba mengurangi atau
menghilangkan agresif. Aktivitas atau kelompok yang
direncanakan seperti permainan kartu, menonton dan
mendiskusikan sebuah film, atau diskusi informal memberikan
klien kesempatan untuk membicarakan peristiwa atau isu
ketika klien tenang. Aktivitas juga melibatkan klien dalam
proses terapeutik dan meminimalkan kebosanan.
Penjadwalan interaksi satu-satu dengan klien menunjukkan
perhatian perawat yang tulus terhadap klien dan kesiapan
untuk mendengarkan masalah, pikiran, serta perasaan klien.
Mengetahui apa yang diharapkan dapat meningkatkan rasa
aman klien (Videbeck, 2013, hlm. 259).
2) Terapi Kelompok
Pada terapi kelompok, klien berpartisipasi dalam sesi bersama
kelompok individu. Para anggota kelompok bertujuan sama
dan diharapkan memberi kontribusi kepada kelompok untuk
membantu yang lain dan juga mendapat bantuan dari yang lain.
Peraturan kelompok ditetapkan dan harus dipatuhi oleh semua
anggota kelompok. Dengan menjadi anggota kelompok klien
dapat, mempelajari cara baru memandang masalah atau cara
koping atau menyelesaikan masalah dan juga membantunya
mempelajari keterampilan interpersonal yang penting
(Videbeck, 2013, hlm. 70).
3) Terapi keluarga
Terapi keluarga adalah bentuk terapi kelompok yang
mengikutsertakan klien dan anggota keluarganya. Tujuannya
ialah memahami bagaimana dinamika keluarga memengaruhi
psikopatologi klien, memobilisasi kekuatan dan sumber
fungsional keluarga, merestrukturisasi gaya perilaku keluarga
yang maladaptif, dan menguatkan perilaku penyelesaian
masalah keluarga (Steinglass, 2011 dalam Videbeck, 2013,
hlm. 71).
13
4) Terapi individual
Psikoterapi individu adalah metode yang menimbulkan
perubahan pada individu dengan cara mengkaji perasaan,
sikap, cara pikir, dan perilakunya. Terapi ini memiliki
hubungan personal antara ahli terapi dan klien. Tujuan dari
terapi individu yaitu, memahami diri dan perilaku mereka
sendiri, membuat hubungan personal, memperbaiki hubungan
interpersonal, atau berusaha lepas dari sakit hati atau
ketidakbahagiaan. Hubungan antara klien dan ahli terapi
terbina melalui tahap yang sama dengan tahap hubungan
perawat-klien: introduksi, kerja, dan terminasi. Upaya
pengendalian biaya yang ditetapkan oleh organisasi
pemeliharaan kesehatan dan lembaga asuransi lain mendorong
upaya mempercepat klien ke fase kerja sehingga memperoleh
manfaat maksimal yang mungkin dari terapi (Videbeck, 2014,
hlm. 69).
2. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis dapat dibagi menjadi dua metode, yaitu metode
psikofarmakologi dan metode psikososial.
a. Metode Biologik
Berikut adalah beberapa metode biologik untuk penatalaksanaan
medis klien dengan perilaku kekerasan yaitu:
1) Psikofarmakologi
Penggunaan obat-obatan untuk gangguan jiwa berkembang
dari penemuan neurobiologi. Obat-obatan tersebut
memengaruhi sistem saraf pusat (SSP) secara langsung dan
selanjutnya memengaruhi perilaku, persepsi, pemikiran, dan
emosi. (Videbeck, 2012, hlm. 22).
Menurut Stuart dan Laraia (2013, hlm. 643), beberapa kategori
obat yang digunakan untuk mengatasi perilaku kekerasan
adalah sebagai berikut.
(a) Antianxiety dan Sedative Hipnotics
Obat-obatan ini dapat mengendalikan agitasi yang akut.
Benzodiazepines seperti Lorazepam dan Clonazepam,
sering digunakan didalam kedaruratan psikiatrik untuk
menenangkan perlawanan klien. Tapi obat ini
direkomendasikan untuk dalam waktu lama karena dapat
14
menyebabkan kebingungan dan ketergantungan, juga
bisa memperburuk gejala depresi.
Selanjutnya pada beberapa klien yang mengalami
disinhibiting effect dari Benzodiazepines dapat
mengakibatkan peningkatan perilaku agresif. Buspirone
obat Antianxiety, efektif dalam mengendalikan perilaku
kekerasan yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi.
Ini ditunjukkan dengan menurunnya perilaku agresif dan
agitasi klien dengan cedera kepala, demensia dan
’developmental disability’.
(b) Antidepressant
Penggunaan obat ini mampu mengontrol impulsif dan
perilaku agresif klien yang berkaitan dengan perubahan
mood. Amitriptyline dan Trazodone, efektif untuk
menghilangkan agresivitas yang berhubungan dengan
cedera kepala dan gangguan mental organik.
(c) Mood Stabilizers
Penelitian menunjukkan bahwa pemberian lithium efektif
untuk agresif karena manik. Pada beberapa kasus,
pemberiannya menurunkan perilaku agresif yang
disebabkan oleh gangguan lain seperti retardasi mental,
cedera kepala, Skizofrenia, gangguan kepribadian. Pada
klien dengan epilepsi lobus temporal, bisa meningkatkan
perilaku agresif. Pemberian Carbamazepines dapat
mengendalikan perilaku agresif pada klien dengan
kelainan EEG (electroencephalogram)
(d) Antipsychotic
Obat-obatan ini biasanya dipergunakan untuk perawatan
perilaku agresif. Bila agitasi terjadi karena delusi,
halusinasi atau perilaku psikotik lainnya, maka
pemberian obat ini dapat membantu, namun diberikan
hanya untuk 1-2 minggu sebelum efeknya dirasakan.
(e) Medikasi lainnya
Banyak kasus menunjukkan bahwa pemberian
Naltrexone (anatagonis opiat), dapat menurunkan
perilaku mencedrai diri. Betablockers seperti Propanolol
15
dapat menurunkan perilaku kekerasan pada anak dan
pada klien dengan gangguan mental organik.
2) Pemeriksaan diagnostik
Meskipun pemeriksaan diagnostik merupakan
pemeriksaan penunjang, tetapi peranannya penting dalam
menjelaskan dan mengkuantifikasi disfungsi neurobiologis,
memilih pengobatan, dan memonitor respon klinis (Maramis,
2014, hlm. 205).
Menurut Doenges (2011, hlm. 253), pemeriksaan
diagnostik dilakukan untuk penyakit fisik yang dapat
menyebabkan gejala reversibel seperti kondisi
defisiensi/toksik, penyakit neurologis, gangguan
metabolik/endokrin. Serangkaian tes diagnostik yang dapat
dilakukan pada Skizofrenia Paranoid adalah sebagai berikut:
a. Computed Tomograph (CT) Scan
Hasil yang ditemukan pada pasien dengan Skizofrenia
berupa abnormalitas otak seperti atrofi lobus temporal,
pembesaran ventrikel dengan rasio ventrikel-otak
meningkat yang dapat dihubungkan dengan derajat gejala
yang dapat dilihat.
b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI dapat memberi gambaran otak tiga dimensi, dapat
memperlihatkan gambaran yang lebih kecil dari lobus
frontal rata-rata, atrofi lobus temporal (terutama
hipokampus, girus parahipokampus, dan girus temporal
superior).
c. Positron Emission Tomography (PET)
Alat ini dapat mengukur aktivitas metabolik dari area
spesifik otak dan dapat menyatakan aktivitas metabolik
yang rendah dari lobus frontal, terutama pada area
prefrontal dari korteks serebral.
d. Regional Cerebral Blood Flow (RCBF)
Alat yang dapat memetakan aliran darah dan menyatakan
intensitas aktivitas pada daerah otak yang bervariasi
e. Brain Electrical Activity Mapping (BEAM)
Alat yang dapat menunjukkan respon gelombang otak
terhadap ransangan yang bervariasi disertai dengan adanya
16
respons yang terhambat dan menurun, kadang-kadang di
lobus frontal dan sistem limbik.
f. Addiction Severity Index (ASI)
ASI dapat menentukan masalah ketergantungan
(ketergantungan zat), yang mungkin dapat dikaitkan
dengan penyakit mental, dan mengindikasikan area
pengobatan yang diperlukan.
g. Electroensephalogram (EEG)
Dari pemeriksaan didapatkan hasil yang mungkin
abnormal, menunjukkan ada atau luasnya kerusakan
organik pada otak.
b. Metode psikososial
Psikoterapi ialah suatu cara pengobatan terhadap masalah
emosional seseorang pasien yang dilakukan oleh seseorang yang
terlatih dalam hubungan profesional secara sukarela, dengan
maksud hendak menghilangkan, mengubah atau menghambat
gejala-gejala yang ada, mengoreksi perilaku yang terganggu dan
mengembangkan pertumbuhan kepribadian secara positif
(Maramis, 2014, hlm. 478).
Menurut Hawari (20012, hlm. 111), Terapi psikososial
dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasi dengan
lingkungan sosial sekitarnya dan mampu merawat diri, mampu
mandiri, tidak tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi
beban bagi keluarga dan masyarakat. Terapi psikoreligious juga
dapat menjadi alternatif bagi penderita gangguan jiwa seperti
kegiatan ibadah
17
2.1.6 Pohon Masalah
Ketidakefisien
penatalaksanaan
Perilaku kekerasan
program Defisit perawatan diri:
Masalah utama
terapeutik mandi & berhias
18
beradaptasi dengan lingkungannya. Biasanya gejala sisa timbul
merupakan akibat trauma yang dialami pasien berupa
penganiayaan fisik, kekerasan di dalam keluarga atau lingkungan,
tindakan kriminal yang pernah disaksikan, dialami ataupun
melakukan kekerasan tersebut.
d. Pemeriksaan Fisik
Biasanya saat melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
didapatkan hasil tekanan darah meningkat, nadi cepat, pernafasan
akan cepat ketika pasien marah, mata merah, mata melotot,
pandangan mata tajam, otot tegang, suara tinggi, nada yang
mengancam, kasar dan kata-kata kotor, tangan menggepal, rahang
mengatup serta postur tubuh yang kaku.
e. Psiokososial
1. Genogram
Biasanya menggambarkan tentang garis keturunan keluarga
pasien, apakah anggota keluarga ada yang mengalami
gangguan jiwa seperti yang dialami oleh pasien.
2. Konsep diri
a. Citra tubuh
Biasanya tidak ada keluhan mengenai persepsi pasien
terhadap tubuhnya, seperti bagian tubuh yang tidak
disukai.
b. Identitas diri
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan merupakan
anggota dari masyarakat dan keluarga. Tetapi karena
pasien mengalami gangguan jiwa dengan perilaku
kekerasan maka interaksi antara pasien dengan keluarga
maupun masyarakat tidak efektif sehingga pasien tidak
merasa puas akan status ataupun posisi pasien sebagai
anggota keluarga dan masyarakat.
c. Peran diri
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan kurang dapat
melakukan peran dan tugasnya dengan baik sebagai
anggota keluarga dalam masyarakat.
d. Ideal diri
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan ingin
diperlakukan dengan baik oleh keluarga ataupun
19
masyarakat sehingga pasien dapat melakukan perannya
sebagai anggota keluarga atau anggota masyarakat dengan
baik.
e. Harga Diri
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan memiliki
hubungan yang kurang baik dengan orang lain sehingga
pasien merasa dikucilkan di lingkungan sekitarnya.
f. Hubungan social
Biasanya pasien dekat dengan kedua orang tuanya terutama
dengan ibunya. Karena pasien sering marah-marah, bicara kasar,
melempar atau memukul orang lain, sehingga pasien tidak pernah
berkunjung ke rumah tetangga dan pasien tidak pernah mengikuti
kegiatan yang ada di lingkungan masyarakat
g. Spiritual
1. Nilai keyakinan
Biasanya pasien meyakini agama yang dianutnya dengan
melakukan ibadah sesuai dengan keyakinannya.
2. Kegiatan ibadah
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan kurang (jarang)
melakukan ibadah sesuai dengan keyakinannya
h. Status mental
Penampilan ,biasanya pasien berpenampilan kurang rapi, rambut
acak-acakan, mulut dan gigi kotor, badan pasien bau.
i. Pembicaraan
Biasanya pasien berbicara cepat dengan rasa marah, nada tinggi,
dan berteriak (menggebu-gebu).
j. Aktivitas Motorik
Biasanya pasien terlihat gelisah, berjalan mondar-mandir dengan
tangan yang mengepal dan graham yang mengatup, mata yang
merah dan melotot.
k. Alam Perasaan
Biasanya pasien merasakan sedih, putus asa, gembira yang
berlebihan dengan penyebab marah yang tidak diketahui.
l. Afek
Biasanya pasien mengalami perubahan roman muka jika
diberikan stimulus yang menyenangkan dan biasanya pasien
20
mudah labil dengan emosi yang cepat berubah. Pasien juga akan
bereaksi bila ada stimulus emosi yang kuat.
m. Interaksi selama wawancara
Biasanya pasien memperlihatkan perilaku yang tidak kooperatif,
bermusuhan, serta mudah tersinggung, kontak mata yang tajam
serta pandangan yang melotot. Pasien juga akan berusaha
mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya.
n. Persepsi
Biasanya pasien mendengar, melihat, meraba, mengecap sesuatu
yang tidak nyata dengan waktu yang tidak diketahui dan tidak
nyata.
o. Proses atau Arus Pikir
Biasanya pasien berbicara dengan blocking yaitu pembicaraan
yang terhenti tiba-tiba dikarenakan emosi yang meningkat tanpa
gangguan eksternal kemudian dilanjutkan kembali.
p. Isi Pikir
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan memiliki phobia atau
ketakutan patologis atau tidak logis terhadap objek atau situasi
tertentu.
q. Tingkat Kesadaran
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan tingkat kesadarannya
yaitu stupor dengan gangguan motorik seperti kekakuan, gerakan
yang diulang-ulang, anggota tubuh pasien dalam sikap yang
canggung serta pasien terlihat kacau.
r. Memori
Biasanya klien dengan perilaku kekerasan memiliki memori yang
konfabulasi yaitu pembicaraan yang tidak sesuai dengan
kenyataan dengan memasukkan cerita yang tidak benar untuk
menutupi gangguan yang dialaminya.
s. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan tidak mampu
berkonsentrasi, pasien selalu meminta agar pernyataan
diulang/tidak dapat menjelaskan kembali pembicaraan. Biasanya
pasien pernah menduduki dunia pendidikan, tidak memiliki
masalah dalam berhitung (penambahan maupun pengurangan).
t. Kemampuan penilaian
Biasanya pasien memiliki kemampuan penilaian yang baik,
21
seperti jika disuruh untuk memilih mana yang baik antara makan
atau mandi terlebih dahulu, maka ia akan menjawab mandi
terlebih dahulu.
u. Daya tilik diri
Biasanya pasien menyadari bahwa ia berada dalam masa
pengobatan untuk mengendalikan emosinya yang labil.
v. Kebutuhan Persiapan Pulang
1. Makan
Biasanya pasien makan 3x sehari dengan porsi (daging, lauk
pauk, nasi, sayur, buah).
2. BAB/BAK
Biasanya pasien menggunakan toilet yang disediakan untuk
BAB/BAK dan membersihkannya kembali.
3. Mandi
Biasanya pasien mandi 2x sehari dan membersihkan rambut
1x2 hari. Ketika mandi pasien tidak lupa untuk menggosok
gigi.
4. Berpakaian
Biasanya pasien mengganti pakaiannya setiap selesai mandi
dengan menggunakan pakaian yang bersih.
5. Istirahat dan tidur
Biasanya pasien tidur siang lebih kurang 1 sampai 2 jam,
tidur malam lebih kurang 8 sampai 9 jam. Persiapan pasien
sebelum tidur cuci kaki, tangan dan gosok gigi.
6. Penggunaan obat
Biasanya pasien minum obat 3x sehari dengan obat oral.
Reaksi obat pasien dapat tenang dan tidur.
7. Pemeliharaan kesehatan
Biasanya pasien melanjutkan obat untuk terapinya dengan
dukungan keluarga dan petugas kesehatan serta orang
disekitarnya.
8. Kegiatan di dalam rumah
Biasanya klien melakukan kegiatan sehari-hari seperti
merapika kamar tidur, membersihkan rumah, mencuci
pakaian sendiri dan mengatur kebutuhan sehari-hari.
9. Kegiatan di luar rumah
Biasanya klien melakukan aktivitas diluar rumah secara
22
mandiri seperti menggunakan kendaraan pribadi atau
kendaraan umum jika ada kegiatan diluar rumah.
w. Mekanisme Koping
Biasanya data yang didapat melalui wawancara pada
pasien/keluarga, bagaimana cara pasien mengendalikan diri ketika
menghadapi masalah:
1. Koping Adaptif
1) Bicara dengan orang lain
2) Mampu menyelesaikan masalah
3) Teknik relaksasi
4) Aktifitas konstrutif
5) Olahraga, dll.
2. Koping Maladaptif
1) Minum alcohol
2) Reaksi lambat/berlebihan
3) Bekerja berlebihan
4) Menghindar
5) Mencederai diri
x. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan memiliki masalah
dengan psikososial dan lingkungannya, seperti pasien yang tidak
dapat berinteraksi dengan keluarga atau masyarakat karena
perilaku pasien yang membuat orang sekitarnya merasa
ketakutan.
y. Aspek Medik
Biasanya pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan
pengobatan yang tepat. Adapun dengan pengobatan dengan
neuroleptika yang mempunyai dosis efektif tinggi contohnya
Clorpromazine HCL yang berguna untuk mengendalikan
psikomotornya. Bila tidak ada dapat digunakan dosis efektif
rendah, contohnya Trifluoperasine estelasine, bila tidak ada juga
tidak maka dapat digunakan Transquilizer bukan obat anti
psikotik seperti neuroleptika, tetapi meskipun demikian keduanya
mempunyai efek anti tegang, anti cemas dan anti agitasi
z. Daftar Masalah Keperawatan
1. Resiko Perilaku Kekerasan
23
2. Resiko tinggi cidera
3. Defisit perawatan diri
4. Hambatan komunikasi
5. Gangguan proses piker
6. Hambatan interaksi social
7. Gangguan identitas diri
8. Distres spiritual
2. Diagnosa
a. Pohon Masalah Perilaku Kekerasan
b. Diagnosa Keperawatan
a) Perilaku Kekerasan
b) Resiko Bunuh Diri
c) Harga Diri Rendah
3. Diagnosa perilaku kekerasan
a. Tindakan keperawatan dengan pendekatan strategi pelaksanaan
(SP) pada pasien
1. Strategi pelaksanaan (SP) pertemuan 1 pada pasien
Mengidentifikasi perilaku kekerasan, dan melatih cara
mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 1 & 2.
a) Membina hubungan saling percaya.
b) menjelaskan dan melatih cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara fisik 1 & 2
c) tanyakan bagaimana perasaan klien setelah melakukan
kegiatan
24
d) masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik 1 &
2
2) Strategi pelaksanaan (SP) pertemuan 2 pada pasien
Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
minum obat (6 benar)
a) Evaluasi cara mengontrol perilaku kekerasan dengan
cara latihan fisik 1 & 2.
b) Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara minum obat (6 benar).
c) Tanyakan bagaimana perasaan klien setelah melakukan
kegiatan.
d) Masukkan pada jadwal kegiatan harian minum obat (6
benar)
3) Strategi pelaksanaan (SP) pertemuan 3 pada pasien
Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
verbal yaitu: mengungkapkan, cara meminta, dan menolak
dengan benar.
a) evaluasi cara mengontrol perilaku kekerasan dengan
cara latihan fisik 1 & 2 dan minum obat (6 benar)
b) Menjelaskan dan melatih cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara verbal: mengungkapkan,
meminta, dan menolak dengan benar.
c) Berikan pujian setelah melakukan
kegiatan.
d) Tanyakan bagaiaman perasaan klien setelah melakukan
kegiatan.
e) Masukkan pada jadwal kegiatan harian
mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal.
4) Strategi pelaksanaan (SP) pertemuan 4 pada pasien
Melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
spiritual (2 kegiatan)
a) Evaluasi cara mengontrol perilaku kekerasan dengan
cara latihan fisik 1 & 2, minum obat (6 benar), dan cara
verbal.
b) Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan cara
spiritual (latih 2 kegiatan)
c) Berikan pujian setelah klien melakukan kegiatan.
25
d) Tanya perasaan klien setelah melakukan kegiatan
e) Memasukkan pada jadwal kegiatan harian untuk latihan
mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual.
b. Tindakan Keperawatan dengan pendekatan strategi pelaksanaan
(SP) pada keluarga
1) Strategi pelaksanaan (SP) pertemuan 1 pada keluarga
a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat pasien
b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala beserta
proses terjadinya perilau kekerasan.
c) Menjelaskan cara merawat perilaku kekerasan.
d) Melatih salah satu cara merawat perilaku kekerasan
dengan cara latihan fisik 1 & 2.
e) Anjurkan keluarga membantu pasien sesuai jadwal dan
memberi pujian.
2) Strategi pelaksanaan (SP) pertemuan 2 pada keluarga
a) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi serta
merawat dan melatih pasien fisik 1 & 2.
b) Beri pujian pada keluarga.
c) Menjelaskan dan melatih keluarga cara memberikan
obat (6 benar).
d) Anjurkan keluarga membantu pasien dalam
memberikan obat (6 benar) sesuai jadwal.
3) Strategi pelaksanaan (SP) pertemuan 3 pada keluarga
a) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi serta
merawat, melatih pasien fisik 1 & 2, dan minum obat (6
benar).
b) Beri pujian atas upaya yang telah dilakukan keluarga.
c) Menjelaskan dan melatih keluarga cara membimbing
pasien perilaku kekerasan dengan cara verbal
(mengungkapkan, meminta, dan menolak dengan baik).
d) Anjurkan keluarga melatih pasien dengan cara verbal
sesuai jadwal.
4) Strategi pelaksanaan (SP) pertemuan ke 4 pada keluarga
a) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi serta
merawat, melatih pasien fisik 1 & 2, minum obat (6
benar), dan cara verbal.
26
b) Beri pujian atas upaya yang telah dilakukan keluarga.
c) Jelaskan follow up ke pelayanan kesehatan masyarakat,
tanda kambuh, dan rujuk pasien segera.
d) Anjurkan keluarga membantu pasien melakukan
kegiatan sesuai jadwal dan berikan pujian.
27
f) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan dua
kegiatan
3. Strategi pelaksanaan pertemuan 3 pada pasien : Latihan
kegiatan ketiga
a) Evaluasi tanda dan gejala harga diri rendah
Validasi kemampuan melakukan kegiatan pertama, dan
kedua yang telah dilatih dan berikan pujian
b) Evaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama dan
kedua
c) Bantu pasien melih kegitan ketiga yang akan dilatih
d) Latih kegiatan ketiga (alat dan cara)
e) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan tiga
kegiatan
4. Strategi pelaksanaan pertemuan 4 pada pasien : Latih
kegiatan keempat
a) Evaluasi tanda dan gejala harga diri rendah
b) Validasi kemampuan melakukan kegiatan ertama,
kedua dan ketiga yang telah dilatih dan berikan pujian
c) Evaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama, kedua
dan ketiga
d) Bantu pasien memilih kegiatan keempat yang akan
dilatih
e) Latih kegiatan keempat (alat dan cara)
f) Masukkan padajadwal kegiatan untuk latihan empat
kegiatan
28
yang dipilih pasien , bimbing memberikan bantuan
pada pasien
4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
memberikan
ii. Strategi pelaksanaan pertemuan 2 pada keluarga :
a. Latihan cara merawat dan membimbing melakukan
kegiatan kedua
Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi
gejala harga diri rendah
Validasi kemampuan keluarga dalam
membimbing pasien melaksanakan kegiatan
yang telah dilatih
Evaluasi manfaat yang dirasakan keluarga
dalam merawat, beri pujian, bersama keluarga
melatih pasien dalam melakukan kegiatan kedua
yang dipilih pasien
Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal
dan memberikan pujian
iii. Strategi pelaksanaan pertemuan 3 pada keluarga : Latihan
cara merawat dan membimbing melakukan kegiatan ketiga
a) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi
gejala harga diri rendah
b) Validasi kemampuan keluarga dalam
membimbing pasien melaksanakan kegiatan
yang telah dilatih
c) Evaluasi manfaat yangdirasakan keluarga dalam
merawat, beri pujian, bersama keluarga melatih
pasien dalam melakukan kegiatan ketiga yang
dipilih pasien
d) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
memberikan pujian
iv. Strategi pelaksanaan pertemuan 4 pada keluarga : Latihan
cara merawat dan membimbing melakukan kegiatan
keempat
a) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala
harga diri rendah.
b) Validasi kemampuan keluarga dalam membimbing
29
pasien melaksanakan kegiatan yang telah dilatih.
c) Evaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam
merawat, beri pujian, bersama keluarga melatih
pasien dalam melakukan kegiatan keempat yang
dipilih pasien.
d) Jelaskan follow up ke puskesmas, tanda kambuh dan
rujukan
e) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
memberikan pujian.
5. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahapan ketika perawat mengaplikasikan ke
dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien
mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Kemampuan yang harus
dimiliki oleh perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan
komunikasi yang efektif, kemampuan utnuk menciptakan saling
percaya dan saling membantu, kemampuan melakukan teknik,
psikomotor, kemampuan melakukan observasi sistemis, kemampuan
memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi dan
kemampuan evaluasi.
6. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkerlanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikir. (S) merupakan
respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Dapat dikur dengan menanyakan “ bagaimana persaan
ibuk setelah latihan fisik nafas dalam ?” , (O) merupakan respon
objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Dapat di ukur dengan mengobservasi prilaku klien
pada saat tindakan dilakukan atau menanyakan kembali apa yang
telah diajarkan atau memberi umpan balik sesuai dengan hasil
observasi. (A) merupakan analisis ulang atas data subjektif atau
objektif utnuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau
muncul masalah baru atau data kontra indikasi dengan maslah yang
ada. Dapat pula membandingkan hasil dan tujuan. (P) merupakan
perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respon
klien yang terdiri dari tindak lanjut klien dan tindak lanjut oleh
30
perawat.
Menurut Badan PPSDM (2013), evaluasi keberhasilan tindakan
keperawatan yang sudah dilakukan untuk pasien dan keluarga
perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:
a. Pasien mampu
1) Menyebutkan penyebab, tanda dan gejala perilaku
kekerasan, perilaku kekerasan yang dilakukan, dan
akibat dari perilaku kekerasan.
2) Mengontrol perilaku kekerasan sesuai jadwal:
a) Secara fisik: Tarik nafas dalam dan pukul
bantal/kasur.
b) Terapi psikofarmaka: minum obat (6 benar).
c) Secara verbal: mengungkapkan, meminta, dan
menolak dengan baik.
d) Secara spiritual
3) Mengidentifikasi manfaat latihan yang dilakukan dalam
mencegah perilaku kekerasan.
b. Keluarga mampu
a) Mengenal masalah yang dirasakan dalam merawat perilaku
kekerasan (pengertian, tanda dan gejala, dan proses
terjadinya perilaku kekerasan).
b) Mencegah terjadinya perilaku kekerasan.
c) Menunjukkan sikap yang mendukung dan menghargai
pasien.
d) Memotivasi pasien dalam melakukan cara mengontrol
perilaku kekerasa.
e) Menciptakan suasana keluarga dan
lingkungan yang mendukung pasien dalam mengontrol
perilaku kekerasan.
f) Mengevaluasi manfaat asuhan keperawatan dalam
mencegah perilaku kekerasan pasien.
g) Melakukan follow up ke pelayanan kesehatan masyarakat,
mengenal tanda kambuh, dan melakukan rujukan.
31
2.1.8 TAK STRATEGI PELAKSANAAN PERILAKU KEKERASAN
Pertemuan : Ke 1 (satu)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, klien mampu menjawab semua
pertanyaan yang diajukan.
2. Diagnosa Keperawatan
Perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus (TUK)
a. Pasien dapat mengidentifikasi PK
b. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda PK
c. Pasien dapat menyebutkan jenis PK yang pernah dilakukannya
d. Pasien dapat menyebutkan akibat dari PK yang dilakukannya.
e. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengendalikan
PKnya
4. Tindakan Keperawatan
SP 1 Klien :
Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab
marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang
dilakukan, akibat dan cara mengendalikan perilaku kekerasan
dengan cara fisik pertama ( latihan nafas dalam).
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Fase Orientasi :
“Assalamu’alaikum, selamat pagi mas, perkenalkan nama saya A,
saya biaya dipanggil A. Saya perawat yang dinas diruang
Merpati ini, saya dinas diruangan ini selama 2 minggu. Hari ini
saya dinas pagi dari jam 7 sampai jam 11 siang, jadi selama 2
minggu ini saya yang merawat mas.
Nama mas siapa? Dan senang nya dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan mas saat ini?”
“masih ada perasaan kesal atau marah?
“Baiklah sekarang kita akan berbincang-bincang tentang perasaan
marah yang mas rasakan,”
“Berapa lama mas mau kita berbincang-bincang ? bagaimana
kalau 10 menit“ “Dimana kita akan bincang-bincang?
“Bagaimana kalau dihalaman luar?”
32
2. Fase Kerja :
“apa yang menyebabkan mas marah?
Apakah sebelumnya mas pernah marah?
Terus penyebabnya apa?
Samakah dengan yang sekarang?
Pada saat penyebab marah itu ada, seperti rumah yang berantakan,
makanan yang tidak tersedia, air tak tersedia (misalnya ini
penyebab marah klien), apa yang mas rasakan?“
Apakah mas merasa kesal, kemudian dada mas berdebar-debar,
mata melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?” “apa
yang mas lakukan selanjutnya”
“Apakah dengan mas marah-marah, keadaan jadi lebih baik?
“Menurut mas adakah cara lain yang lebih baik selain marah-
marah?
“maukah mas belajar mengungkapkan marah dengan baik tanpa
menimbulkan kerugian?
”ada beberapa cara fisik untuk mengendalikan rasa marah, hari ini
kita belajar satu cara dulu,
“begini mas, kalau tanda- marah itu sudah mas rasakan ibu berdiri
lalu tarik nafas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan secara
perlahan-lahan dari mulut seperti mengeluarkan kemarahan, coba
lagi mas dan lakukan sebanyak 5 kali. Bagus sekali mas sudah
dapat melakukan nya.
“nah sebaiknya latihan ini mas lakukan secara rutin, sehingga bila
sewaktu-waktu rasa marah itu muncul mas sudah terbiasa
melakukannya”.
3. Fase Terminasi :
“Bagaimana perasaan mas setelah berbincang-bincang tentang
kemarahan mas? ”
“Coba mas sebutkan penyebab mas marah dan yang mas rasakan
dan apa yang mas lakukan serta akibatnya.
“Baik, sekarang latihan tandi kita masukkan ke jadual harian ya
mas
”berapa kali sehari mas mau latihan nafas dalam ?” Bagus..
“baik mas, bagaimana kalau besok kita latihan cara lain untuk
mencegah dan mengendalikan marah mas.
33
”Dimana kita akan latihan, bagaimana kalau tempatnya disini saja
ya mas?”
“Berapa lama kita akan lakukan, mas
Pertemuan : Ke 2 (dua)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, ada kontak mata saat berbicara.
2. Diagnosa Keperawatan
Perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
a. Melatih cara mencegah/mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
kedua
b. Mengevaluasi latihan nafas dalam
c. Melatih cara fisik ke 2: pukul kasur dan bantal
d. Menyusun jadwal kegiatan harian cara kedua
4. Tindakan Keperawatan
SP 2 klien :
Membantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara
fisik ke dua (evaluasi latihan nafas dalam, latihan mengendalikan perilaku
kekerasan dengan cara fisik ke dua : pukul kasur dan bantal), menyusun
jadwal kegiatan harian cara ke dua.
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Fase Orientasi
“Assalamu’alaikum mas A, masih ingat nama saya” bagus mas, ya saya
A”
“sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang saya datang lagi.
“Bagaimana perasaan mas saat ini, adakah hal yang menyebabkan mas
marah?”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengendalikan perasaan marah
dengan kegiatan fisik untuk cara yang kedua.”
“ mau berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit?”
“ Dimana kita bicara? Bagaimana kalau di samping ruang makan mas”
2. Fase Kerja
“Kalau ada yang menyebabkan mas marah dan muncul perasaan kesal,
selain nafas dalam mas dapat memukul kasur dan bantal.” “Sekarang mari
kita latihan memukul bantal dan kasur karena disini ada kasur dan bantal
34
yang ada diluar? Jadi kalau nanti mas kesal atau marah, mas langsung
kekamar dan lampiaskan marah mas tersebut dengan memukul bantal dan
kasur. Nah coba mas lakukan memukul bantal dan kasur, ya bagus sekali
mas melakukannya!” “Nah cara ini pun dapat dilakukan secara rutin jika
ada perasaan marah, kemudian jangan lupa merapikan tempat tidur Ya!”
3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan mas setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”
“Coba mas sebutkan ada berapa cara yang telah kita latih? Bagus!”
“Mari kita masukkan kedalam jadwal kegiatan sehari-hari mas. Pukul
berapa mas mau mempraktikkan memukul kasur/bantal?
Bagai mana kalau setiap bangun tidur? Baik jadi jam 5 pagi dan jam 3
sore, lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara
tadi ya mas.“ sekarang mas istirahat, besok lagi kita ketemu ya mas, kita
akan belajar mengendalikan marah dengan belajar bicara yang baik.
Sampai Jumpa!”
Pertemuan : Ke 3 (tiga)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien kooperatif, tenang, ada kontak mata saat berbicara, sesekali nada
bicara agak tinggi.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
a. Melatih cara mencegah/ mengontrol perilaku kekerasan secara
sosial/verbal
b. Mengevaluasi jadual harian untuk dua cara fisik
c. Melatih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan
baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
d. Menyusun jadwal latihan mengungkapkan secara verbal
4. Tindakan Keperawatan
SP3 klien :
Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara
sosial/verbal (evaluasi jadwal harian tentang dua cara fisik mengendalikan
perilaku kekerasan, latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal
(menolak dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan
dengan baik), susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal)
35
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN.
1. Fase Orientasi
“mas masih ingat nama saya” bagus Ibu ya saya A”, sesuai dengan janji
saya kemarin sekarang kita ketemu lagi”
“Bagaimana mas, sudah dilakukan tarik nafas dalam dan pukul kasur
bantal? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”
“Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya. “Bagus,
“Bagaiman kalau kita sekarang latihan cara bicara untuk mencegah
marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau ditempat
yang sama?”
“Berapa lama mau mau kita berbincang-bincang? Bagaiman kalau 10
menit?”
2. Fase Kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara mas baik untuk mencegah marah.
Kalau marah sudah disalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur
dan bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang
membuat kita marah. Ada tiga caranya mas: 1. Meminta dengan baik
tanpa marah dengan suara yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata
kasar. Kemarin mas mengatakan penyebab marahnya karena tidak dikasih
uang untuk beli rokok. Coba mas minta uang dengan baik:” bu, saya
mintak uang untuk beli rokok. Apakah ada?” Nanti biasakan dicoba disini
untuk meminta baju, minta obat dan lain-lain. Coba mas praktekkan .
Bagus mas. “Yang kedua : Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh
dan mas tidak ingin melakukannya, katakan: ‘maaf saya tidak
bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba mas praktekkan .
Bagus bu.” Yang ketiga Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada
perlakuan orang lain yang membuat kesal mas dapat mengatakan: ’Saya
jadi ingin marah karena perkataan mu itu’. Coba praktekkan. Bagus.”
3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan mas setelah bercakap-cakap tentang cara
mengontrol marah dengan bicara yang baik?’
“Coba mas sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari.”
“Bagus sekali, sekarang mari kita masukkan dalam jadwal. Berapa kali
sehari mas mau latihan bicara yang baik? bisa kita buat jadwalnya?”
36
“Coba masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari, misalnya meminta
obat, makanan dll. Bagus nanti dicoba ya mas!”
“Bagaimana kalau besok kita ketemu lagi?”
“ besok kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah
mas yaitu dengan cara ibadah, mas setuju? Mau dimana mas? Disini lagi?
Baik sampai nanti ya mas
Pertemuan : Ke 4 (empat)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, bicara jelas.
2. Diagnosa Keperawatan
Perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
Pasien dapat mencegah/ mengendalikan PKnya secara spiritual,
4. Tindakan Keperawatan
SP 4 klien :
Bantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara spiritual
(diskusikan hasil latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik
dan sosial/verbal, latihan beribadah dan berdoa, buat jadwal latihan
ibadah/ berdoa)
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Fase Orientasi
mas masih ingat nama saya” Betul mas “Bagaiman mas, latihan apa yang
sudah dilakukan? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara
teratur? Bagus sekali, bagaiman rasa marahnya?” “Bagaimana kalau
sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu dengan
ibadah?” “Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaiman kalau
ditempat biasa? “Berapa lama mas mau kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau 10 menit?”
2. Fase kerja
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa mas lakukan! Bagus, yang
mana yang mau di coba?” “Nah, kalau mas sedang marah coba langsung
duduk dan langsung tarik nafas dalam. Jika tidak reda juga marahnya
rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu
kemudian sholat”.“mas bisa melakukan sholat secara teratur untuk
37
meredakan kemarahan.” “Coba mas sebutkan sholat 5 waktu? Bagus, mau
coba yang mana? Coba sebutkan caranya?”
3. Fase terminasi
“Bagaimana perasaan mas setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang
ketiga ini?” “Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari?
Bagus”
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan mas. Mau
berapa kali mas sholat. Baik kita masukkan sholat …….dan ……(sesuai
kesepakatan pasien).”
“Coba mas sebutkan lagi cara ibadah yang dapat mas lakukan bila mas
sedang marah” “Setelah ini coba mas lakukan sholat sesuai jadwal yang
telah kita buat tadi”
“besok, kita bicarakan cara keempat mengontrol rasa marah, yaitu dengan
patuh minum obat!“ “Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan
obat yang benar untuk mengontrol rasa marah maa, setuju mas?
Pertemuan : Ke 5 (lima)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, kontak mata ada saat komunikasi.
2. Diagnosa Keperawatan
Perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus (TUK)
Pasien dapat mencegah/ mengendalikan PKnya dengan terapi
psikofarmaka
4. Tindakan Keperawatan
SP 5 klien :
Membantu klien latihan mengendalikan PK dengan obat ( bantu pasien
minum obat secara teratur dengan prinsip 5 benar ( benar pasien, benar
nama obat, benar cara minum obat, benar waktu dan benar dosis obat)
disertai penjelasan guna minum obat dan akibat berhenti minum obat,
susun jadwal minum obat secara teratur)
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Fase Orientasi
38
Pagi mas, masih ingat nama saya ya “sesuai dengan janji saya kemarin,
sekarang kita ketemu lagi” “Bagaimana mas, sudah dilakukan latihan
tarik nafas dalam, pukul kasur bantal, bicara yang baik serta sholat? Apa
yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Coba kita lihat
kegiatannya”.“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang
cara minum obat yang benar untuk mengontrol rasa marah?” “Dimana
enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau ditempat tadi?”
“Berapa lama mas mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15
menit?”
2. Fase Kerja (Perawat membawa obat pasien)
“mas sudah dapat obat dari dokter?” “Berapa macam obat yang mas
minum? warnanya apa saja? Bagus, jam berapa mas minum? Bagus”
“Obatnya ada 3 macam, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya
agar pikiran tenang, yang putih namanya THP agar rileks dan tidak
tegang, dan yang merah jambu ini namanya HLP rasa marah berkurang.
Semuanya ini harus saya minum 3x sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan
jam 7 malam” “Nanti sebelum minum obat ini mas lihat dulu label di
kotak obat apakah benar nama mas tertulis disitu, berapa dosis yang harus
diminum, jam berapa saja harus diminum, baca juga apakah nama
obatnya sudah benar? Disini minta obatnya pada suster kemudian cek lagi
apakah benar obatnya”.
“Jangan penah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan
dokter ya mas, karena dapat terjadi kekambuhan.” “Sekarang kita
masukkan waktu minum obat kedalam jadwal ya mas”.
3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan mas setelah kita bercakap-cakap tentang cara kita
minum obat yang benar?” “Coba mas sebutkan lagi jenis-jenis obat yang
mas minum! Bagaimana cara minum obat yang benar?” “Nah, sudah
berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari? Sekarang kita
tambahkan jadwal kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa
laksanakan semua dengan teratur ya”. “Baik, besok kita ketemu lagi untuk
melihat sejauh mana mas melaksanakan kegiatan dan sejauh mana dapat
mencegah rasa marah. Selamat siang mas, sampai jumpa.”
39
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. Z
Umur : 33 Tahun
Alamat : Madiun
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Status : Cerai
Pekerjaan : Petani
Jenis Kelamin : Laki – Laki
No CM : 112278
40
aktivitas tapi saya bingung kok saya melakukan ini, bingung gitu,
linglung mbak
2. Faktor penyebab/pendukung :
a. Riwayat Trauma
Usia Pelaku Korban Saksi
1 Aniayafisik Iya Iya Tidak Tidak
.
2 Aniayaseksual Tidak Tidak Tidak Tidak
.
3 Penolakan Tidak Tidak Tidak Tidak
.
4 Kekerasan dalam Tidak Tidak Tidak Tidak
. keluarga
5 Tindakan Kriminal Tidak Tidak Tidak Tidak
.
Jelaskan : Pasien pernah hampir melukai ibunya memakai sabit
dirumah saat ibunya mau memasak didapur
Diagnosa Keperawatan : Perilaku Kekerasan
41
Jelaskan :
Pasien mengatakan disini belum pernah coba bunuh diri kan
beraktivitas jadi teralihkan tapi dulu saya pernah ambil silet saya
dekatkan tangan, terus ambil jarum pengen menusuk mata orang lain
itu saya nggak sadar tapi dihentikan sama ibu jadi tidak jadi silet
tangan
Diagnosa Keperawatan : Resiko Bunuh Diri (RBD)
42
Hubungan keluarga :
Gejala :
Riwayat pengobatan :
Diagnosa keperawatan :
Keterangan :
= Perempuan = Klien = orang
terdekat
2. Konsep diri
a. Citra tubuh :
Pasien mengatakan bersyukur dan menerima kondisi tubuhnya yang
sekarang ini
43
b. Identitas
Pasien bernama Tn. Z , lahir di Madiun pada tanggal 11 April 1988,
berjenis kelamin laki – laki , pasien berusia 33 tahun, pendidikan
terakhir pasien SMA, pasien beragama muslim, pasien merupakan
anak ke dua dari tiga bersaudara.
c. Peran :
Pasien mengatakan merasa gagal menjadi seorang anak di
keluarganya dirumah, gagal juga buat ibu bangga, dirumah dulu habis
makan tidak ngapa – ngapain hanya tidur, rokok an gitu, duduk, ngopi
kadang jajan lagi
d. Ideal diri
Pasien mengatakan : harapan saya ya mbak cuma pengen sembuh, jadi
sukses, jadi kebanggan ibu, ibu senang, jadi orang baik, jadi orang
sukses, berguna, pasien gagal menjadi tentara setelah tidak lolos 2 – 3
kali menjalani test.
e. Harga diri
Pasien mengatakan : saya kalau pulang itu takut dianggap jelek terus
di olok olok tetangga sama orang orang, mereka pasti bilang yang
jelek ke saya karena masalalu saya yang jelek itu orang orang jadi
takut dengan saya
Diagnosa Keperawatan : Harga diri rendah
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti/terdekat
Pasien mengatakan kalau punya masalah saya cerita ke ibu ngak ke
siapa siapa nggak ada yang bisa diajak selain ibu disini diRSJ cuma
mbak yang praktek gitu kadang sama pasien lain
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat dan hubungan sosial
Pasien mengatakan dulu sudah pernah pulang tapi dirumah itu nggak
pernah keluar nggak pernah ngobrol sama tetangga, keluarga Cuma
kewarung beli jajan sama rokok
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien merasa tidak percaya diri karena di olok – olok oleh tetangga
sebab pasien tidak sama dengan kakak dan adiknya yang sudah sukses
dan bisa membanggakan orang tua.
Diagnosa Keperawatan : Isolasi sosial
44
4. Spiritual
a. Agama
Pasien mengatakan saya islam saya mulai sholat dan baca ayat ayat
pendek disini saya juga berusaha sholat supaya tenang biar hati damai
gitu mbak biar ngurangi marah – marah saya
45
Pasien berpenampilan sesuai dengan usianya yaitu 37 tahun, berpakaian
rapi dan tidak terbalik, kebersihan diri baik pasien selalu mandi dan rapi
Diagnosa Keperawatan :
2. Pembicaraan (frekuensi, volume, jumlah, karakter) :
Jelaskan :
Komunkasi baik, frekuensi cepat, volume keras, kadang suka ngelantur
saat diajak berkomunikasi, kadang keluar dari topik pembicaraan, pasien
senang jika ada yang mengajak berkomunikasi.
Diagnosa Keperawatan :
3. Aktifitas motorik/psikomotor
Kelambatan
o Hipokinesia, hipoaktifitas
o Katalepsi
o Sub stupor katatonik
o Fleksibilitas serea
Jelaskan : -
Peningkatan :
o Hiperkinesia, hiperaktifitas
o Stereotipi
o Gasuh gelisah karatonik
o Mannarism
o Katapleki
o Tik
o Ekhopraxia
o Commad automatism
o Grimace
o Otomatisma
o Negativesme
o Reaksikonversi
o Tremor
o Verbigerasi
o Berjalan kaku/rigid
o Kompulif : sebutkan......
Jelaskan :
46
Pasien mengatakan dia melakukan aktivitas contohnya cuci piring namun
tidak sadar mengapa dia bisa melakukan aktivitas tersebut
Diagnosa keperawatan :
4. Mood dan afek
a. Mood
o Depresi
o Ketakutan
o Euforia
o Khawatir
o Anhedonia
o Kesepian
o Lain-lain
Jelaskan :
Pasien mengatakan jika diberi rokok, uang dan kopi ia merasa senang dan
bahagia sekali sampai berfikir dunia milik sendiri, pasien sangat bahagia
sampai tidak menyadarinya
b. Afek
o Sesuai
o Tumpul/dangkal/datar
o Tidak sesuai
o Labil
Jelaskan
Pasien nampak sesuai dengan emosi, perasaan sesuai dengan gagasan
pikiran/pembicaraan yang menyertainya
Diagnosa keperawatan :
5. Interaksi selama wawancara
o Bermusuhan
o Tidak kooperatif
o Mudah tersinggung
o Kontak mata kurang
o Defensif
o Curiga
Jelaskan : saat berinteraksi dengan perawat pasien kooperatif, kontak mata
baik dan menjawab setiap pertanyaan yang diajukan
Diagnosa Keperawatan :
6. Persepsi sensorik
47
a. Halusinasi
Perdengaran
Penglihatan
o Perabaan
o Pengecapan
o Penciuman
b. Ilusi
o Ada
o Tidak ada
Jelaskan :
Pasien mengatakan pernah melihat sosok laki-laki dan perempuan
berwarna hitam saat pasien diruang makan jam 10.00 pagi sebanyak 1x
dan wujud tersebut membisikkan pasien untuk membunuh orang lain yang
ada diruangan tersebut
Diagnosa Keperawatan : gangguan persepsi sensori : Halusinasi
pendengaran
7. Proses pikir
a. Arus pikir
o Koheren
o Sirkumtansial
Tangensial
Blocking
o Longorhoe
o Clang association
o Afasia
o Inkoheren
o Asosia longgar
o Flight of idea
o Perseverasi
o Neologisme
o Main kata-kata
o Lain-lain
Jelaskan
Pasien berbicara bebelit-belit namun topik pembicaraan tercapai pasien
juga saat berbicara terhenti tiba-tiba beberapaa menit namun dapat
48
dilanjutkan, pasien sangat cepat dalam berbicara,pasien juga suka
mengulang-ulang menceritakan sebuah cerita
b. Isi pikiran
o Obsesif
o Ekstasi
o Fantasi
o Alienasi
o Pikiran bunuh diri
o Preokupasi
o Pikiran isolasional
o Ide yang terkait
o Pikiran rendah diri
o Pesimisme
o Pikiran magis
o Pikiran curiga
o Fobia, sebutkan
o Waham
Agama
Somatik/hipokondria
Kebesaran
Kejar/curiga
Nihlistik
Dosa
Sisip pikir
Sier piker
Kontrol pikir
o Lain-lain
Jelaskan
Pasien mengatakan senang apabila diberi rokok atau uang oleh seseorang,
pasien selalu mempunyai keinginan sukses dan membahagiakan ibunya,
pasien pernah mencoba untuk bunuh diri dengan cara menyilet tangannya
sendiri agar tidak menyusahkan keluarganya
c. Bentuk pikir
o Realistik
Non realistik
o Dereistik
49
o Otistik
Jelaskan
Pasien berfikir sesuai dengan realita/kenyataan yang ada pada saat ini
Diagnosa Keperawatan
8. Kesadaran
o Orientasi (waktu, tempat, orang)
Jelaskan
Pasien mampu mengingat waktu, tempat dan orang, pasien ingat
dengan tanggal, bulan dan tahun lahirnya dengan baik
o Meninggi
o Menurun
Kesadaran berubah
Hipsona
Confusion
Sedasi
Stupor
Jelaskan : kesadaran pasien nampak stabil, pasien selalu melakukan
aktivitas untuk mengisi waktu luangnya
Diagnosa Keperawatan
9. Memori
o Gangguan daya ingat jangka panjang (>1 bulan)
o Gangguan daya ingat jangka menengah (24 jam - < 1 bulan)
o Gangguan daya ingat jangka pendek (kurun waktu 10 detik sampai 15
menit)
Jelaskan
Daya ingat jangka panjang : pasien dapat mengngat masa kecilnya, pasien
juga hafal dengan nama-nama angota keluarganya
Daya ingat jangka menengah : pasien dapat mengingat tadi melakukan
aktivitas tertentu dalam beberapa hari
Daya ingat jangka pendek : pasien masih ingat aktivtas dalam 15 menit
kebelakang
Diagnosa keperawatan
10. Konsentrasi dan berhitung
a. Konsentasi
o Mudah beralih
o Tidak mampu berkonsentasi
50
Jelaskan : pasien mampu berkonsentrasi saat bercakap-cakap
b. Berhitung
Jelaskan
Pasien mampu berhitung secara berurutan dengan baik dan benar dari 1-10
Diagnosa keperawatan
11. Kemampuan penilaian
o Gangguan ringan
o Gangguan bermakna
Jelaskan : Pasien dapat menilai mana yang baik dan yang tidak, dibuktikan
dengan pasien megatakan marah – marah adalah hal yang tidak baik
Diagnosa Keperawatan
51
3) Makan
Jelaskan
Pasien mengatakan makan 3x sehari, terdiri dari nasi, lauk pauk,
sayuran, buah segar dan air minum
4) Toileting (BAK, BAB)
Jelaskan
Pasien mampu menggunakan toilet dan kamar mandi, pasien
paham dimana tempat untuk BAK dan BAB
Diagnosa Keperawatan
b. Nutrisi
Berapa frekuensi makan frekuensi kudapan sehari-hari
Pasien mengatakan makan 3x sehari pagi jam 06.00 siang jam 11.00
dan sore/malam jam 18.00 kudapan 2x sehari pagi, pagi menjelang
siang dan sore menjelang malam
Bagaimana nafsu makannya
Pasien menghabiskan makanan dan tidak ada sisa, nafsu makan baik
Bagaimana berat badannya
Berat badannya pasien baik
Diagnosa Keperawatan
c. Tidur
1) Istirahat dan tidur
Tidur siang, lama 12.00 s/d 15.00
Tidur malam, lama 17.30 s/d 22.00
Aktifitas sebelum/sesudah tidur : menyapu, berinteraksi dengan
pasien lain
Jelaskan
Saat malam hari pasien terkadang terbangun dari tidurnya dengan
alasan kekamar mandi untuk BAK lalu kembali tidur, jika tidak
bisa tidur pasien hanya duduk saja
2) Ganguuan tidur
o Insomnia
o Hipersomnia
o Parasomnia
o Lain-lain
Jelaskan : pasien tidak memiliki gangguan tidur. Pasien selalu
tidur dengan nyaman dan pernah terbangun dimalam hari hanya
untuk ke kamar mandi untuk BAK
52
Diagnosa Keperawatan
3. Kemampuan lain-lain
o Mengantisipasi kebutuhan hidup
Pasien mengatakan mampu memilih dan memakai pakaian dan
mampu memilih makanannya
o Membuat keputusan berdasarkan keinginannya
Yang mengambil keputusan atas masalah yang dialaminya adalah
ibunya
o Mengatur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaab kesehatannya
sendiri
Saat di RSJ pasien minum obat sesuai aturan yang disediakan oleh
petugas
Diagnosa keperawatan
53
Jelaskan :
Pasien merasa tetangganya mengucilkan dan mengolok – olok pasien
karena perilakunya dulu yang jelek
o Masalah dengan pendidikan, spesifiknya
Jelaskan :
Pasien mengatakan pendidikan terakhir SMA, pasien mengatakan selama
menempuh pendidikan tidak pernah bolos, tidak punya masalah bahkan
memiliki kemampuan dan prestasi yang baik, pasien mengatakan jika tidak
sakit seperti ini pasien akan kuliah.
o Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya
Jelaskan :
Pasien mengatakan dalam pekerjaannya tidak ada masalah, pasien bekerja
sebagai petani
o Masalah dengan perumahan, spesifiknya
Jelaskan :
Pasien mengatakan tidak memiliki masalah dalam keluarganya namun
dengan istrinya sudah pernah bercerai
o Masalah dengan ekonommi, spesifiknya
Jelaskan :
Pasien mengatakan bahwa ekonomianya dan keluarga kacau karena ibunya
terpaksa meminjam uang dan mengutang kepada orang lain hanya untuk
membahagiakan pasien untuk dibelikan rokok, kopi dan jajan lainnya
o Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya
Jelaskan :
Pasien mengatakan bahwa saat ini di Rsj Radjiman Wedio Diningrat,
sebelum itu pernah dibawa ke solo untuk melakukan pengobatan ECT dan
tahun ini adalah ke 3x nya pasien masuk Rsj Radjiman Wedioningrat
o Masalah lainnya, spesifiknya
Jelaskan :
Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial (menarik diri)
54
masalah (presipitasi), obat - obatan atau lainya. Apakah perlu diberikan
tamabahan pengetahuan yang berkaitan dengan spesifiknya masalah tsb
o Penyakit/gangguan jiwa
o Sistem pendukung
o Faktor spesifikasi
o Penatalaksanaan
o Lain – lain, jelaskan
Jelaskan : pasien sudah mengetahui tentang penyakitnya yaitu gangguan
jiwa / epilepsi
Diagnosa Keperawatan
55
XIII. Analisa Data
NO DATA DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. DS : pasien mengatakan pernah membakar kasur dan Perilaku kekerasan
mengamuk dengan membawa celurit diarahkan ke leher
ibunya
DO : pasien tampak memegang celurit dan didekatkan ke
leher ibunya.
56
4 DS : saya kalo pulang takut dianggap jelek terus di olok Harga diri rendah
– olok tetangga sama orang – orang mereka pasti bilang
jelek ke saya, pasien juga mengatakan gagal menjadi
tentara 2 -3 kali test
DO : pasien menundukkan kepala saat berinteraksi,
pasien berbicara dengan suara rendah dan lambat
5 DS : Pasien merasa dijelekkan dan di olok – olok oleh Isolasi Sosial
tetangga sebab pasien tidak sama dengan kakak dan (Menarik Diri)
adiknya yang sudah sukses dan bisa membanggakan
orang tua.
DO : Hubungan dengan pasien lain terbatas, pasien
cenderung menyendiri dan melamun
Dst DS : ........................................................................
.................................................................................
DO : .....................................................................
Perilaku
Core
Kekerasan
Problem
HDR Halusinasi
57
Respon Pasca Menarik Diri
Trauma
NIM.
58
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN : Perilaku kekerasan
59
5. Pasien mampu melakukan kegiatan
mengontrol perilaku
kekerasan yang
dialaminya dengan cara
(latihan nafas dalam)
TUK 3 : Klien dapat mengontrol perilaku 1. Evaluasi kegiatan (SP 1, SP 2)
Setelah bercakap-cakap kurang
kekerasan dengan cara (latihan nafas dalam) beri pujian positif
lebih 20 menit diharapkan
TUK 4 : Klien dapat mengontrol perilaku 2. Diskusikan bersama klien untuk
1. Mampu memperagakan
kekerasan dengan cara (pukul bantal/kasur) mempraktikkan cara pukul bantal
mengontrol perilaku
TUK 5 : Klien dapat mengontrol perilaku da kasur
kekerasan dengan cara
kekerasan dengan cara verbal yang baik 3. Beri contoh cara pukul
pukul bantal/kasur
bantal/kasur
2. Mampu meminta dengan
4. Mempraktikkan cara mengontrol
baik/menolak dengan
perilaku kekerasan dengan cara
baik tanpa nada
pukul bantal dan kasur bersama
marah/kata-kata kotor
5. Beripujian positif
60
KLIEN DENGAN : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
61
secara mandiri cara
menghardik
62
terhadap halusinasinya 3. Diskusikan TAK (senam) yang
akan dilakukan
4. Mengumpulkan semua pasien
untuk ikut serta
63
2021 TUK 1 : Klien dapat membina hubungan dapat membina hubungan terapeutik
(10.30) saling percaya degan perawat saling percaya dengan perawat 2. Identifikasi pandangan atau
TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi dan dengan criteria hasil penilaian pasien tentang diri
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki 1. Pasien mau mengutarakan sendiri, diskusi tanda dan gejala
masalah yang dihadapi harga diri rendah
2. Kemampuan yang dimiliki 3. Identifikasi kegiatan yang dapat
pasien dilakukan
3. Pasien mau memilih satu 4. Memilih 1 kegiatan untuk
kemampuan yang dapat diperagakan
dilkukan 5. Beri contoh kepada pasien /melatih
4. Pasien dapat melakukan / pasien
memperagakan 1 kegiatan 6. Beri pujian positif setelah
melakukan kegiatan
TUK 3 : Klien dapat menilai kemampuan
Setelah beberapa menit 1. Evaluasi kegiatan (Sp 1 dan Sp
yang dimiliki untuk dilaksanakan
berinteraksi klien dapat 2) beri pujian yang positif
TUK 4 : Klien dapat merencanakan
menyebutkan kemampuan yang 2. Diskusikan kemampuan klien
kegiatan sesuai dengan kemapuan yang
dapat dilakuakn dan membuat yang dapat dilakukan lebih dari
dimiliki
rencana kegiatan harian 1 kegiatan
3. Buat daftar kegiatan harian
64
4. Beri pujian setiap kali
melakukan kegiatan
65
FORMAT
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWTAN
(Dibuat setiap kali sebelum interaksi/pertemuan dngan klien)
Hari Selasa Tanggal 23 Febuari 2021
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Pasien tampak tenang saat diakjak bicara pasien mampu menjawab setiap
pertanyaan yang diajukan pasien mengatakan pernah mengamuk, marah-
marah, membanting barang seperti perabotan rumah dan pernah
menghanucrkan 1 buah tv dan hampir memukul ibunya
2. Diagnosa keperawatan
Perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus (TUK)
a. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
b. Pasien dapat mengidentifikasi tanda gejala perilaku kekerasan
c. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan
4. Tindakan keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dialami (penyebab, tanda
gejala, akibat)
c. Melatih dan mempraktekkan cara mengendalikan perilaku kekerasan
dengan cara (latihan nafas dalam)
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
a. FASE ORIENTASI
1. Salam terapeutik
Selamat pagi perkenalkan nama saya Kris Hernawati suka dipanggi
herna saya mahasiswa STIKES RS BAPTIS KEDIRI. Masnya namanya
siapa? suka dipanggil apa? asalnya dari mana? usianya berapa?
2. Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaanya hari ini?
3. Kontrak
Topik : Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang perilaku
kekerasan yang dialami
66
Waktu : 08.00
Tempat : Samping ruang makan
b. FASE KERJA
Baik kita mulai untuk bercakap-cakap mulai dari penyebab resiko kekerasan
yang dialami mas nya terus akibatnya nanti apa? tanda gejalanya juga.
Apakah masnya siap? Penyebabnya itu ada banyak mulai dari diri sendiri
dari luar dari keluarga gitu, terus akibatnya bisa melukai orang dan diri
sendiri, tanda gejalanya melotot terus tangan menggenggam. Kemudian cara
untuk mencegah perilaku kekerasan yaitu latihan nafas dalam caranya itu
seperti ini ambil nafas dari hidung secara perlahan-lahan kemudian
hembuskan dari mulut secara perlahan, bisa dilakukan saat waktu luang dan
bisa latihan sehari 3x pagi, siang dan sore. Baik mas kita coba lakukan
bersama. Baik sudah bagus mas sudah punya 1 cara untuk mencegah
perilaku kekerasan
c. FASE TERMINASI
1. Evauasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subyektif (klien)
Bagaimana perasaan mas setelah kita berbincang-bincang tentang
peyabab, tanda gejala dan akibat dari perilaku kekerasan dan
mempraktekkan latihan nafas dalam?
2. Evaluasi objektif (perawat)
Kalau masnya merasa ingin marah latihan tadi bisa dilakukan lagi coba
diperagakan lagi. Iya bagus sekali
3. Rencana tindak lanjut
Bagaimana kalau kita sepakat latihan lagi besok dan mas bisa latihan 3x
sehari yaitu jam 08.00, 12.00 dan 18.00
4. Kontrak yang akan datang
Topik : Cara kedua yaitu pukul bantal
Waktu : 08.00
Tempat : Samping ruang makan
67
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
68
FORMAT
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWTAN
(Dibuat setiap kali sebelum interaksi/pertemuan dngan klien)
Hari Rabu Tanggal 24 Febuari 2021
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, ada kontak mata saat berbicara.
2. Diagnosa keperawatan
Resiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus (TUK)
a. Melatih cara mencegah/mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
kedua
b. Mengevaluasi latihan nafas dalam
c. Melatih cara fisik ke 2: pukul kasur dan bantal
d. Menyusun jadwal kegiatan harian cara kedua
4. Tindakan keperawatan
SP 2 klien :
Membantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik
ke dua (evaluasi latihan nafas dalam, latihan mengendalikan perilaku
kekerasan dengan cara fisik ke dua : pukul kasur dan bantal), menyusun
jadwal kegiatan harian cara ke dua.
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
1. FASE ORIENTASI
a. Salam terapeutik
Selamat pagi mas, masih ingat nama saya” bagus mas, ya saya herna.
Sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang saya datang lagi.
b. Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan mas saat ini, adakah hal yang menyebabkan mas
marah. Baik, sekarang kita akan belajar cara mengendalikan perasaan
marah dengan kegiatan fisik untuk cara yang kedua.”
c. Kontrak
Topik : Mengontrol perilaku kekerasan dengan cara kedua :
pukul bantal/kasur
69
Waktu : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit?
Tempat : Dimana kita bicara? Bagaimana kalau di luar ruang ini
ya mas
2. FASE KERJA
Kalau ada yang menyebabkan mas marah dan muncul perasaan kesal, selain
nafas dalam ibu dapat memukul kasur dan bantal. ”Sekarang mari kita
latihan memukul bantal dan kasur disamping ruang makan karena disitu ada
bantal. Jadi kalau nanti ibu kesal atau marah, mas langsung kekamar dan
lampiaskan marah mas tersebut dengan memukul bantal dan kasur. Nah coba
mas lakukan memukul bantal dan kasur, ya bagus sekali mas melakukannya!
“Nah cara ini pun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah,
kemudian jangan lupa merapikan tempat tidur ya!
3. FASE TERMINASI
a. Evauasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subyektif (klien)
Bagaimana perasaan mas setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”
Coba mas sebutkan ada berapa cara yang telah kita latih? Bagus!”
b. Evaluasi objektif (perawat)
“Mari kita masukkan kedalam jadwal kegiatan sehari-hari mas. Pukul
berapa mas mau mempraktikkan memukul kasur/bantal? Bagaimana
kalau setiap bangun tidur? Baik jadi jam 5 pagi dan jam 3 sore, lalu kalau
ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya mas.“
c. Rencana tindak lanjut
Sekarang mas istirahat, besok kita ketemu ya mas, kita akan belajar
mengendalikan marah dengan belajar bicara yang baik.
d. Kontrak yang akan datang
Topik : Mengendalikan marah dengan belajar bicara yang baik
Waktu : 08.00
Tempat : Halaman belakang
70
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
P : Lanjut Sp 3
71
FORMAT
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWTAN
(Dibuat setiap kali sebelum interaksi/pertemuan dngan klien)
Hari Kamis Tanggal 25 Febuari 2021
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien kooperatif, tenang, ada kontak mata saat berbicara
2. Diagnosa keperawatan
Resiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus (TUK)
a. Melatih cara mencegah/ mengontrol perilaku kekerasan secara
sosial/verbal
b. Mengevaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik
c. Melatih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik,
meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
d. Menyusun jadwal latihan mengungkapkan secara verbal
4. Tindakan Keperawatan
SP3 klien :
Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara
sosial/verbal (evaluasi jadwal harian tentang dua cara fisik mengendalikan
perilaku kekerasan, latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal
(menolak dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan
dengan baik), susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal)
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
a. FASE ORIENTASI
1. Salam terapeutik
Selamat pagi mas, masih ingat nama saya? bagus mas, ya saya herna.
Sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang saya datang lagi.
2. Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan mas saat ini, adakah hal yang menyebabkan mas
marah. Baik, sekarang kita akan belajar cara mengendalikan perasaan
marah dengan kegiatan fisik untuk cara berbicara dengan verbal yang
baik.”
72
3. Kontrak
Topik : Mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal
Waktu : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit?
Tempat : Dimana kita bicara? Bagaimana kalau di luar ruang ini
ya mas
b. FASE KERJA
Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau
marah sudah disalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan
bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat
kita marah. Ada tiga caranya mas: 1. Meminta dengan baik tanpa marah
dengan suara yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin
mas mengatakan penyebab marahnya karena tidak dikasih uang sama ibu.
Coba mas minta uang dengan baik:” bu, apakah ibu punya uang saya mau
kewarung” Nanti biasakan dicoba disini untuk meminta baju, minta obat dan
lain-lain. Coba mas praktekkan. Bagus bu. “Yang kedua : Menolak dengan
baik, jika ada yang menyuruh dan mas tidak ingin melakukannya, katakan:
‘maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba mas
praktekkan. Bagus mas.” Yang ketiga mengungkapkan perasaan kesal, jika
ada perlakuan orang lain yang membuat kesal mas dapat mengatakan:’Saya
jadi ingin marah karena perkataan mu itu’. Coba praktekkan. Bagus.”
c. FASE TERMINASI
1. Evauasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subyektif (klien)
Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap tentang cara mengontrol
marah dengan bicara yang baik?’
2. Evaluasi objektif (perawat)
“Coba mas sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari.
”Bagus sekali, sekarang mari kita masukkan dalam jadwal. Berapa kali
sehari mas mau latihan bicara yang baik? bisa kita buat jadwalnya?”
Coba masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari, misalnya meminta
obat, makanan dll. Bagus nanti dicoba ya bu!”
3. Rencana tindak lanjut
Bagaimana kalau besok kita ketemu lagi? “besok kita akan
membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah mas yaitu dengan
73
cara ibadah, setuju? Mau dimana mas? Disini ruang khusus ibadah? Baik
sampai nanti ya mas
4. Kontrak yang akan datang
Topik : Mengendalikan marah dengan ibadah
Waktu : 08.00
Tempat : Ruang khusus ibadah
74
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
P : Lanjut Sp 4
75
FORMAT
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWTAN
(Dibuat setiap kali sebelum interaksi/pertemuan dngan klien)
Hari Jumat Tanggal 26 Febuari 2021
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien kooperatif, tenang, ada kontak mata saat berbicara
2. Diagnosa keperawatan
Resiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus (TUK)
Pasien dapat mencegah/mengendalikan PKnya secara spiritual
4. Tindakan Keperawatan
SP 4 klien :
Bantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara spiritual
(diskusikan hasil latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik dan
sosial/verbal, latihan beribadah dan berdoa, buat jadwal latihan ibadah/
berdoa)
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
a. FASE ORIENTASI
1. Salam terapeutik
Selamat pagi mas, masih ingat nama saya? bagus mas, ya saya herna.
Sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang saya datang lagi.
2. Evaluasi/validasi
Masih ingat nama saya” Betul mas. Bagaimana mas, latihan apa yang
sudah dilakukan? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara
teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya?” Bagaimana kalau
sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu dengan
ibadah?”
3. Kontrak
Topik : Mengontrol perilaku kekerasan secara ibadah
Waktu : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?
Tempat : Dimana kita latihan ibadah? Bagaimana kalau ruang
khusus ibadah
76
b. FASE KERJA
Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa mas lakukan! Bagus, yang mana
yang mau di coba?” Nah, kalau mas sedang marah coba langsung duduk dan
langsung tarik nafas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan
agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat”. “mas
bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.” “Coba
mas sebutkan sholat 5 waktu? Bagus, mau coba yang mana? Coba sebutkan
caranya?
c. FASE TERMINASI
1. Evauasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subyektif (klien)
Bagaiman perasaan mas setelah kita bercakap-cakap tentang cara untuk
mengontrol perilaku kekerasan dengan ibadah ini?” “Jadi sudah berapa
cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”’
Evaluasi objektif (perawat)
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan mas. Mau
berapa kali mas sholat. “Coba mas sebutkan lagi cara ibadah yang dapat
mas lakukan bila mas sedang marah” “Setelah ini coba mas lakukan
sholat sesuai jadwal yang telah kita buat tadi”
2. Rencana tindak lanjut
Besok kita ketemu lagi ya mas, kita bicarakan cara mengontrol rasa
marah, yaitu dengan patuh minum obat. “Besok kita akan membicarakan
cara penggunaan obat yang benar untuk mengontrol rasa marah mas,
setuju mas? Baik sampai nanti ya mas
3. Kontrak yang akan datang
Topik : Mengendalikan marah dengan minum obat
Waktu : 08.00
Tempat : Halaman belakang
77
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
P : Lanjut Sp 5
78
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah membandingkan teori dan pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien Tn.
Z dengan Resiko Perilaku Kekerasan diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat persamaan antara teori dasar perilaku kekerasan pada pasien baik
secara definisi, tanda dan gejala, faktor presdisposisi, sumber koping,
mekanisme koping
2. Membina hubungan saling percaya dengan klien perilaku kekerasan merupakan
tindakan utama yang harus dilakukan oleh perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan perilaku kekerasan
3. Melatih klien melakukan kegiatan tarik nafas dalam dan pukul bantal penting
dilakukan untuk mengatasi perilaku kekerasan.
4. Terapi aktivitas kelompok SP Perilaku Kekerasan: senam dapat membantu
memberikan kegiatan pada klien dengan gangguan perilaku kekerasan
Kesimpulan yang dapat kita ambil mengenai asuhan keperawatan pada pasien
dengan perilaku kekerasan ini yaitu pada teori asuhan keperawatan perilaku kekerasan
membahas pengetahuan tentang definisi, etiologi, mekanisme koping, manifestasi klinis,
dan penatalaksanaan tentang perilaku kekerasan. Masalah keperawatan yang biasanya
sering muncul selain perilaku kekerasan yaitu HDR, Isolasi Sosial, dan Resiko Bunuh
Diri. Rencana atau tindakan keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien dengan
perilaku kekerasan yaitu membina hubungan saling percaya dengan klien, melatih pasien
melakukan kegiatan tarik nafas dalam dan memukul bantal, selain itu ada terapi aktivitas
kelompok Sp Perilaku Kekerasan. Evaluasi yang dapat diambil dari rencana dan tindakan
yang sudah dilakukan diharapkan pasien mampu melakukan dengan baik dan dapat
mengontrol perilaku kekerasan yang dialaminya.
79
5.2 Saran
Dari kesimpulan diatas kami menyarankan sebagai berikut :
1. Dalam memberikan asuhan keperawatan perilaku kekerasan hendaknya
dilakukan hubungan saling percaya dilakukan secara bertahap dari perawat
kemudian perawat lain serta pada klien lainnya.
2. Kontrak yang dibuat bersama klien hendaknya dilakukan secara konsisten
3. Terapi aktivitas kelompok stimulus hendaknya dilakukan secara teratur
4. Memberikan reinforcement positif setiap melakukan kegiatan
80
DAFTAR PUSTAKA
81