Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN


HARGA DIRI RENDAH

Disusun oleh kelompok 5 :

1. Nabtu fulan hidwalafifa


2. Nining atmawati
3. Nurul azmi

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES HAMZAR

TAHUN 2022
KATAPENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai
macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa
keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak,
sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh
manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta teman-teman
sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moril maupun materil, sehingga makalah
ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.Sangat disadari bahwa dengan
kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki penulis, walaupun telah dikerahkan segala
kemampuan untuk lebih teliti, tetapi masih dirasakan banyak kekurangan, oleh karena itu
dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran yang membangun agar Makalah
ini bermanfaat bagi yang membutuhkan. Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah
ini ialah, mudah-mudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi,
teman-teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau
mengambil hikmah dari makalah yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
HARGA DIRI RENDAH sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.

Mamben, 29 Maret 2022


 

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Konsep diri adalah semua ide,pikiran,perasaan ,kepercayaan dan pendirian


yang di ketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri adalah
cara individu memandang dirinya secara utuh baik fisik,emosi,intelektual,social dan
spiritual (Suliswati,2005).

Konsep diri adalah semua ide ,pikiran,perasaan,kepercayaan pendirian yang di


ketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain. Termasuk persepsi individu
akan sifat dan kemampuannya,interaksi dengan orang lain atau lingkungannya ,nilai-
nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek,tujuan serta keinginannya.

Konsep diri adalah semua ide,pikiran,kepercayaan dan pendirian yang di


ketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam hubungan dengan
orang lain,termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuan,interaksi dengan
orang lain dan lingkungan ,nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek
tujuan serta keinginan (Suliswati,2009).

1. Teori Perkembangan Konsep Diri

Konsep diri belum ada saat bayi di lahirkan,tetapi berkembang secara


bertahap.saat bayi dapat membedakan dirinya dari orang lain,mempunyai nama
sendiri,yang mana kaki,tangan,mata dan sebagainya serta kemampuan berbahasa akan
memperlancar proses tumbuh-kembang anak.

Konsep diri merupakan hasil dari aktivitas pengeksplorasian dan


pengalamannya dengan tubuhnya sendiri.Konsep diri di pelajari melalui pengalaman
pribadi setiap individu ,hubungan dengan orang lain dan interaksi dengan dunia di
luar dirinya. Konsep diri berkembang terus mulai dari bayi hingga usia tua.
Pengalaman dalam keluarga merupakan dasar pembentukan konsep diri karena
keluarga dapat memberikan perasaan mampu dan tidak mampu,perasaan di terima
atau di tolak dan dalam keluarga individu mempunyai kesempatan untuk
mengidentifikasi dan meniru perilaku orang lain yang diinginkannya serta merupakan
pendorong yang kuat agar individu mencapai tujuan yang sesuai atau pengharapan
yang pantas. Dengan demikian jelas bahwa kebudayaan dan sosialisasi mempengaruhi
konsep diri dan perkembangan kepribadiaan seseorang.

Seseorang dengan konsep diri yang positif dapat mengeksplorasi dunianya secara
terbuka dan jujur karena latar belakang dan penerimaanya sukses,konsep diri yang
positif berasal dari pengalaman yang positif mengarah pada kemampuan pemahaman.

Karakter individu dengan konsep diri yang posotif:

1.Mampu membina hubungan pribadi mempunyai teman dan gampang bersahabat

2.Mampu berfikir dan membuat keputusan

3.Dapat beradaptasi dan menguasai lingkungan

Konsep diri yang negative dapat di lihat dari hubungan individu dan social
yang mal adaptif.

Setiap individu dalam kehidupannya tidak terlepas dari berbagai steresor,den


gangguan stressor akan menyebabkan ketidakseimbangan dalam diri sendiri. Dalam
usaha mengatasi ketidakseimbangan tersebut individu menggunakan koping yang
bersifat membangun (konstruktif) ataupun koping yang bersifat merusak (destruktif).
Koping yang konstruktif akan menghasilkan respon yang adaptif yaitu aktualisasi diri
dan konsep diri yang positif.

Aktualisasi diri merupakan respon yang adaptif yang tertinggi karena individu
dapat mengekspresikan kemampuan yang dimilikinya .Konsepdiri yang positif adalah
individu dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahannya secara jujur dan
dalam menilai suatu masalah individu berfikir secara positif dan realistic .Apabila
individu menggunakan koping yang destruktif dia akan mengalami
kecemasan,sehingga menimbulkan rasa bermusuhan yang di lanjutkan dengan
individu menilai dirinya rendah,tidak berguna,tidak berdaya,tidak berarti takut dan
mengakibatkan perasaan bersalah. Rasa bersalah ini akan berlangsung terus yang
dapat menimbulkan respon yang mal adaptif berupa kekacauan identitas,harga diri
yang rendah dan depersonalisasi.

2. Rentang Respon Konsep Diri


Adaftif maladaftif

Aktualisasi konsep diri harga diri kekacauan depersonalisasi

diri positif rendah identitas

Keterangan:

-Respon adaptif adalah respon yang di hadapi klien bila klien menghadapi dapat
menyelesaikan secara baik antara lain:

a. Aktualisasi diri
Kesadaran akan diri berdasarkan konservasi mandiri termasuk persepsi masa lalu
akan diri dan perasaannya
b. Konsep diri positif
Menunjukkan individu akan sukses dalam menghadapi masalah

Respon mal adaptif adalah respon individu dalam menghadapi masalah di mana
individu tidak mampu meremehkan masalah tersebut. Respon mal-adaptif gangguan
konsep diri adalah

a. Harga diri rendah


Transisi antara respon konsep diri positif dan mal-adaptif

b. Kekacauan identitas
Identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak memberikan kehidupan dalam
mencapai tujuan
c. Depoersonalisasi (tidak mengenal diri)
Tidak mengenal diri yaitu mempunyai keperibadian yang kurang sehat,tidak
mampu berhubungan dengan orang lain secara intim. Tidak ada rasa percaya diri
atau tidak dapat membina hubungan dengan orang lain.
3. komponen Konsep Diri

a.Citra tubuh (Body Image)

Citra tubuh adalah sikap, persepsi,keyakinan dan pengetahuan individu secara


sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya yaitu ukuran,bentuk,struktur
fungsi,keterbatasan,makna dan objek yang kontak secara terus menerus baik masalalu
maupun sekarang.

Citra diri atau gambaran diri adalah sikap individu mempersepsikan tubuhnya,
baik secara sadar maupun tidak sadar,meliputi,ukuran,fungsi,penampilan dan potensi
tubuh berikut bagian-bagiannya.(Sunaryo,2004).

b.Ideal Diri (Self-Ideal)

ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana seharusnya bertingkah


laku berdasarkan standar pribadi. Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang
diingikan/disukainya atau sejumlah aspirasi,tujuan nilai yang ingin diraih. Ideal diri
akan mewujudkan cita-cita atau pengharapan diri berdasarkan normal-normal social
di masyarakat tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian diri (Suliswati,2009)

ideal diri adalah persepsi individu tentang prilakunya,disesuaikan dengan


standar pribadi yang terkait dengan cita-cita,harapan, dan keinginan,tipe orang yang
diidam-idamkan,dan nilai yang di capai (Sunaryo,2004)

Hal-hal yang terkait dengan ideal diri (Sunaryo,2004)

1. Perkembangan awal terjadi pada masa anak-kanak.


2. Terbentuknya masa remaja melalui proses identifikasi terhadap orang tua,guru,dan
teman
3. Dipengaruhi oleh orang-orang yang di pandang dalam memberi tuntutan dan harapan
4. Mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan norma keluarga dan social

Faktor-faktor yang mempengaruhi ideal diri (Sunaryo,2004)

1. Menetapkan ideal diri sebatas kemampuan


2. Faktor culture di bandingkan dengan standar orang lain
3. Hasrat melebihi orang lain
4. Hasrat memenuhi kebutuhan realistic
5. Hasrat menghindari kegagalan
6. Adanya perasaan cemas dan rendah diri.
c. Harga Diri (Self-Eksteem)

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang di capai dengan
menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya.Harga
diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain yaitu di cintai,dihormati,dan di hargai.
Individu akan merasa harga dirinya tinggi bila sering mengalami
keberhasilan,sebaliknya individu akan merasa harga dirinya rendah apabila sering
mengalami kegagalan,tidak di cintai atau di terima lingkungan (Suliswati,2009).

Harga diri adalah penilaian individu terhadap hasil yang di capai,dengan cara
menganalisis seberapa jauh prilaku individu tersebut sesuai dengan ideal diri. Harga
diri dapat di peroleh melalui orang lain dan diri sendiri. (Sunaryo,2004).

Aspek utama harga diri adalah di cintai,disayangi,dikasihi orang lain dan


mendapat penghargaan orang lain.

d.Peran (Self-Role)

peran diri adalah pola prilaku,sikap,nilai,aspirasi yang di harapkan individu


sesuai posisinya di masyarakat.(Sunaryo,2004).

Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku,nilai dan tujuan yang di


harapkan oleh masyarakat di hubungkan dengan fungsi individu di dalam kelompok
sosialnya (Suliswati,2009)

Performa peran adalah serangkaian pola sikap perilaku yang di harapkan oleh
lingkungan social berhubungan dengan fungsi individu berbagai kelompok
social.Peran yang ditetapkan adalah peran yang di jalani dan seseorang tidak
mempunyai pilihan.Peran yang di ambil adalah peran yang terpilih atau di pilih oleh
individu (Stuart,Gail W.,2006).

Hal-hal penting yang terkait dengan peran (Sunaryo,2004) :

1) Peran dibutuhkan individu sebagai aktualisasi diri


2) Peran yang memenuhi kebutuhan dan sesuai ideal diri, menghasilkan harga diri yang
tinggi atau sebaliknya
3) Posisi individu di masyarakat dapat menjadi stressor terhadap peran
4) Stress peran timbul karena struktur social yang menimbulkan kesukaraan atau
tuntutan posisi yang tidak mungkin dilaksanakan
5) Stress peran, terdiri dari : konflik peran, peran yang tidak jelas, peran yang tidak
sesuai, dan peran yang terlalu banyak

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri individu terhadap peran


(Suliswati, 2009):

1) Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran


2) Tanggapan yang konsisten dari orang-orang yang berarti terhadap perannya
3) Kecocokan dan keseimbangan antar peran yang diembalnya
4) Keselarasan norma budaya dan harapan individu terhadap perilaku
5) Pemisahan situasi yang akan menciptakan penampilan peran yang tidak sesuai

Menurut Stuart dan Sunden (dikutip oleh Salbiah, 2003) penyesuaian individu
terhadap perannya dipengaruhi oleh beberapa faktor , yaitu :

1) Kejelasan perilaku yang sesuai dengan perannya serta pengetahuan yang spesifik
tentang peran yang diharapkan
2) Kejelasan budaya dan harapannya terhadap perilaku perannya
3) Konsistensi respon orang yang berarti atau dekat dengan perannya
4) Pemisahan situasi yang dapat menciptakan ketidak selarasan

Sepanjang kehidupan individu sering menghadapi perubahan-perubahan peran, baik


yang sifatnya menetap atau sementara yang sifatnya dapat karena situasional. Hal ini,
biasanya disebut dengan transisi peran. Transisi peran tersebut dapat dikategorikan menjadi
beberapa bagian, seperti :

1) Transisi perkembangan
Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pola identitas. Setiap
perkembangan harus dilalui individu dengan menjelaskan tugas perkembangan yang
berbeda-beda. Hal ini dapat merupakan stresor bagi konsep diri
2) Transisi situasi
Transisi situasi terjadi sepanjang daur kehidupan, bertambah atau berkurang orang
yang berarti melalui kelahiran atau kematian, misalnya status sendiri menjadi berdua
atau menjadi orang tua. Perubahan status menyebabkan perubahan yang dapat
menimbulkan ketegangan peran yaitu konflik peran, peran tidak jelas atau peran
berlebihan.
3) Transisi sehat sakit
Stresor pada tubuh dapat menyebabkan gangguan gambaran diri dan berakibat
perubahan konsep diri. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen
konsep diri yaitu gambaran diri, identitas diri, peran dan harga diri. Masalah konsep
diri dapat dicetuskan oleh faktor psikologis, sosiologi atau fisiologi, namun yang
penting adalah persepsi klien terhadap ancaman.

e. Identitas diri

Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat diperoleh individu dari
observasi dan penilaian terhadap dirinya, menyadari individu bahwa dirinya berbeda dengan
orang lain (Suliswati,2009).

Identitas diri adalah kesadaran akan diri pribadi yang bersumber dari pengamatan dan
penilaian, sebagai sintesis semua aspek konsep diri dan menjadi satu kesatuan yang utuh
(Sunaryo,2004)

Identitas pribadi adalah prinsip pengorganisasian kepribadian yang bertanggung jawab


terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikan individu. Prinsip tersebut sama
artinya dengan otonomi dan mencangkup persepsi seksualitas seseorang. Pembentukan
identitas dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan, tetapi
merupakan tugas utama pada masa remaja (Stuart, Gail W, 2007)

Identitas diri merupakan sintesis dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan
yang utuh, tidak dipengaruhi oleh pencapaian tujuan atribut/ jabatan dan peran. Seseorang
yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda dengan
orang lain, dan tidak ada duanya. Kemandirian timbul dari perasaan berharga (respek pada
diri sendiri), kemampuan dan penguasaan diri (Suliswati, 2009)

Hal-hal penting yang terkait dengan identitas diri, yaitu :

1) Berkembang sejak masa kanak-kanak, bersamaan dengan berkembangnya konsep diri


2) Individu yang memiliki perasaan identitas diri kuat akan memandang dirinya tidak
sama dengan orang lain,unik, dan tidak ada duanya
3) Identitas jenis kelamin berkembang secara bertahap sejak bayi
4) Identitas jenis kelamin dimulai dengan konsep laki-laki dan perempuan serta
dipengaruhi oleh pandangan maupun perlakuan masyarakat
5) Kemandirian timbul dari perasaan berharga, menghargai diri sendiri, kemampuan, dan
penguasaan diri
6) Individu yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya

Ciri identitas diri (Sunaryo 2004) :

1) Memahami diri sendiri sebagai organisme yang utuh, berbeda dan terpisah dari
orang lain
2) Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat
3) Mengakui jenis kelamin sendiri
4) Menyadari hubungan masa lalu, sekarang, dan masa yang akan dating
5) Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keserasiaan dan
keselarasaan
6) Mempunyai tujuan hidup yang bernilai dan dapat direalisasikan

Ciri-ciri individu dengan identitas diri positif (Suliswati, 2009) :

1) Mengenal diri sebagai organisme yang utuh terpisah dari orang lain
2) Mengakui jenis kelamin sendiri
3) Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan
4) Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat
5) Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan yang akan dating
6) Mempunyai tujuan yang bernilai yang dapat dicapai/direalisasikan
4. Keperibadian Yang Sehat
Ciri- ciri individu yang mempunyai keperibadian sehat (Suliswati, 2009) :
a. Citra tubuh positif dan akurat
Kesadaran akan diri bersadar atas observasi mandiri dan perhatian yang sesuai
akan kesehatan diri termasuk persepsi saat ini dan yang lalu akan diris endiri
dan perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi tubuh
b. Ideal diri realistis
Individu yang mempunyai ideal diri realistis akan mempunyai tujuan hidup
yang dapat dicapai
c. Harga diri tinggi
Individu yang mempunyai harga diri tinggi akan memandang dirinya sebagai
seseorang yang berarti dan bermanfaat
d. Penampilan peran memuaskan
Individu dengan penampilan peran memuaskan akan dapat berhubungan
dengan orang lain secara intim dan mendapat kepuasaan. Ia dapat
mempercayai dan terbuka pada orang lain dan membina hubungan
interdependen
e. Identitas jelas
Individu merasakan keunikan dirinya yang memberi arah kehidupan dalam
mencapai tujuan

5. Gangguan Konsep Diri


Konsep diri merupakan bagian dari masalah kebutuhan psikososial yang tidak
didapat sejak lahir, akan tetapi dapat dipelajari sebagai hasil dari hasil pengalaman
seseorang terhadap dirinya. Konsep diri ini berkembang secara bertahap sesuai
dengan tahap perkembangan psikososial seseorang. Secara umum, konsep diri adalah
semua tanda, keyakinaan, dan pendiriaan yang merupakan suatu pengetahuan
individu tentang dirinya yang dapat mempengaruhi hubungannya dengan orang lain,
termasuk karakter, kemampuan, nilai, ide, dan tujuan (A. Azis Alimul H, 2006)

a. Faktor predisposisi
1) Faktor – faktor predisposisi gangguan citra tubuh (Suliswati, 2009) :
a) Kehilangan/kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi)
b) Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh (akibat
pertumbuhan dan perkembangan atau penyakit)
c) Proses patologik penyakit ddan damfaknya terhadap struktur
maupun fungsi tubuh
d) Prosedur pengobatan (radiasi, kemoterapi, trasplantasi
2) Faktor predisposisi gangguan harga diri (Suliswati, 2009) :
a) Penolakan dari orang lain
b) Kurang penghargaan
c) Pola asuh yang salah : terlalu dilarang, terlalu dikontrol, terlalu
dituruti, terlalu dituntut dan tidak konsisten
d) Persaingan antar-saudara
e) Kesalahan dan kegagalan yang berulang
f) Tidak mampu memcapai standar yang ditentukan.

3) Faktor Predisposisi gangguan peran (Susilawati, 2009)

a) Transisi peran yang sering yerjadi pada proses perkembangan, perubahan situasi dan
keadaan sehat sakit.
b) Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua tantangan yang bertentangan
secara terus menerus yang belum terpenuhi.
c) Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya tentang harapan peran yang
spesifikdan bingung tentang tingkah laku peran yang sesuai.
d) Peran yang terlalu banyak

4) Faktor predisposisi gangguan identitas diri ( Susilawati, 2009)

a) Ketidakpercayaan orang tua pada anak.

b). Tekanan dari teman sebaya.

c). Perubahan struktur sosial.


b. Faktor presipitasi (stresor pencetus)

1). Trauma

Masalah spesifiksehubungan dengan konsep diri adalah sesuatu yang membuat individu
sulit menyesuaikan diri tidak dapat menerima khususnya trauma emosi seperti penganiayaan
fisik, seksual dan fsikologispada masa anak-anak atau merasa terancam kehiduoannya atau
menyaksikan kejadian beruoa tindakan kejahatan ( Susilawati, 2009) .

2). Ketegangan peran

Ketegangan peran adalah perasaan frustasiketika individu merasa tidak adekuat


melakukan epran atau peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak merasa cocok
dalam melakukan perannya. Ketegangan peran ini sering dijumpai saat terjadi komplik peran,
keraguan peran dan terlalu banyak peran. Konflik peran terjadi saat individu menghadapi dua
harapan yang bertentangan dan tidak dapat dipenuhi ( Susilawati, 2009).

3). Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan
individu mengalaminya sebagai frustasi( Stuart, Gail W, 2007).

Ada tiga jenis transisi peran :

a) Transisi peran perkembangan


Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas. Setiap tahap
perkembangan harus dilalui individu dengan menyelesaikan tugas perkembangan
yang berbeda-beda, hal ini dapat merupakan stresor bagi konsep diri (Susilawati,
2009).
b) Transisi peran situasi
Terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau
kematian.
c) Transisi peran sehat-sakit
Terjafi akibat pergeseran diri keadaan sehat ke keadaan sakit.
Transisi ini dapat dicetuskan oleh ( Stuart, Gail, 2007).
(1) Kehilangan bagian tubuh.
(2) Perubahan ukuran, bentuk, penampilan, atau fungsi tubuh.
(3) Perubahan fisik yang beehubungan dengan tumbuh kembang normal.
(4) Prosedur medis dan keperawatan.
c. Perubahan perilaku

Perubahan perilaku pada klien gangguan konsep diri, Susilawati, 2009:

1) Perubahan perilaku pada gangguan citra tubuh :


a) Menolak menyentuh atau melihat bagian tibuh tertentu.
b) Menolak bercermin ; menolak usaha rehabilitasi.
c) Tidak mau mendiakusikan keterbatasan atau cacat tubuh.
d) Usaha pengobatan mandiri yang tidak tepat.
e) Menyangkal cacat tubuh.
2) Perubahan perilaku yang berhubungan dengan harga diri Rendah :
a) Mengkritik diri sendiri ; Merasa bersalah dan khawatir
b) Merasa tidak mampu ; Menunda keputusan
c) Gangguan berhubungan ; Menarik diri dari realita
d) Merusak diri ; Membesar-besarkan diri sebagai orang penting
e) Perasaan negatif terhadap tubuh ; Ketegangan peran
f) Pesimis menghadapi tubuh
g) Keluhan fisik ; Penyalahgunaan zat
3) Perubahan perilaku yang berhubungan dengan kerancuan identitas :
a) Tidak melakukan kode normal
b) Kepribadian yang bertentangan
c) Hubungan interpesonal yang eksploitatif
d) Perasaan hampa ; Perasaan mengambang tentang diri
e) Kekacauan identitas seksual
f) Kecemasan yang tinggi ; Ideal diri tidak realistis
g) Tidak mampu berempati terhadap orang lain
4) Perubahan perilaku yang berhubungan dengan depersonalisasi :
a) Afektif :
(1) Kehilangan identiras diri.
(2) Merasa asing dengan diri sendiri.
(3) Perasaan tidak nyata.
(4) Merasa sangat terisolasi.
(5) Tidak ada perasaan berkesinambungan.
(6) Tidak mampu mencari kesenangan.
b) Persepsi :
(1) Halusinasi pendengaran/penglihatan.
(2) Kekacauan udentitas seksual.
(3) Gangguan citra tubuh.
(4) Sulit membedakan diri dengan orang lain.
(5) Menjalin kehidupan seperti dalam mimpi.
c) Kognitif :
(1) Bingung
(2) Disorientasi waktu
(3) Gangguan berfikir
(4) Gangguan daya ingat
(5) Gangguan penilaian
d) Perilaku :
(1) Pasif
(2) Komunikasi tidak sesuai
(3) Kurang spontanitas
(4) Kurang pengendalian diri
(5) Kurang mampu membuat keputusan
(6) Menarik diri dari hubungan sosial.

6. Sumber Koping

Semua orang, tanpa memperlihatkan gangguan perilakunya, mempunyai kelebihan personal


yang meliputi (Stuart, Gail W, 2006) :

a. Aktivitas olahraga dan aktivitas diluarrumah.


b. Hobi dan kerajinan tangan.
c. Seni yang ekpresif.
d. Kesehatan perawatan diri.
e. Pendidikan atau pelatiahan.
f. Pekerjaan, vokasi, atau posisi.
g. Bakat tertentu, Imajinasi dan kreativitas.
h. Kecerdasan.
i. Hubunganinterpersonal.
7. Mekanisme Koping

Dalam kehidupan sehari-harinya individu dapat mengalami perubahan hubungan dengan


orang lain dalam harapannya terhadap diri sendiri dengan cara negatif. Munculnya
ketegangan dalam kehiduoan mengakibatkan perilaku pemecahan masalah (mekanisme
koping) yang bertujuan untuk meredakan ketegangan tersebut (Susilawati, 2009).

Mekanisme kopingtermasuk pertahanan koping jangka pendek atau jangka panjang serta
penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi
persepsi diri yang menyakitkan (Stuart, Gail W, 2006).

a. Koping jangka pendek


Karakteristik koping jangka pendek (Susilawati, 2009) :
1) Aktivitas yang dapat memberikan kesempatan lari sementara dari krisis.
Misalnya menonton televisi, kerja keras, olahraga berat.
2) Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara. Misalnya,
ikut kegiatan sosial politik, agama.
3) Aktivitas yang memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap konser
diri. Misalnya, aktivitas yang berkompetisi yaitu pencapaian akademik atau
olahraga.
4) Aktivitas yang mewakili jarak pendek untuk membuat masalah identitas
menjadi kurang berarti dalam kehidupan. Misalnya penyalahgunaan zat.
b. Koping Jangka Panjang
Koping jangka oanjang dikategorikan dalam penutupan identitas dan identitas negatif
(Susilawati, dkk, 2009).
1) Penutupan identitas
Adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang penting bagi
individu tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi dan potensi individu.
2) Identitas negatif
Asumsi identitas yang tidak wajar daoat diterima oleh nilai-nilai dan harapan
masyarakat.
c. Mekanisme Pertahanan Ego
Mekanisme pertahankan ego yang sering dipakai (Susilawati, 2009) :
1) Fantasi, kemampuan menggunakan tanggapan-tanggapan yang sudah ada
(dimiliki) untuk menciptakan tanggapan baru.
2) Disosiasi, respon yang tidak sesuai dengan stimulus.
3) Isolasi, menghindari diri dari interaksi dengan lingkungan luar.
4) Projeksi, kelemahan dan kekurangan pada diri sendiri dilontarkan oada orang
lain.
5) Displacement, mengeluarkan perasaan tertekan pada orang yang kurang
mengancam dan kurang menimbulkan reaksi emosi.

B. KONSEP HARGA DIRI RENDAH

1. Pengertian

Harga diri rendah dapat terjadi secara (Keliatan, 1998) :

a. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harusdioperasi, kecelakaan,


dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu
terjadi (korban perkosaan, dituduh Korupsi Kolusi Nepotisme, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena :
1) Privaci yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,
pemasangan kateter, Pemeriksaan perineal).
2) Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi yang tidak tercapai karena
dirawat/sakit/penyakit.
3) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.
b. Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum
sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara berpikir yang negatif. Kejadian sakit dan
dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.

2. Faktor predisposisi

Faktor predisposisigangguan harga diri ( Suliswati, 2005) :


a. Penolakan dari orang lain
b. Kurang penghargaan
c. Pola asuh yang salah : terlalu dilarang , terlalu dikontrol, terlalu dituruti, terlalu
dituntut dan tidak konsisten.
d. Persaingan antar saudara
e. Kesalahan dan kegagalan yang berulang
3. Faktor Presipitasi (stresor pencetus)

a. Trauma
Masalah spesifik klien dengan HDR adalah situasi yang membuat individu
sulit menyesuaikan diri atau tidak dapat menerima khususnya trauma emosi seperti
penganiayaan fisik, seksual, dan psikologis pada masa anak-anak atau merasa
terancam kehidupannya atau menyaksikan kejadian berupa tindakan kejahatan.
b. Ketegangan peran
Ketegangan peran adalah perasaan frustasi ketika individu merasa tidak adequat
melakukan peran atau melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya.
Ketegangan peran ini sering dijumpai saat terjadi konflik peran, keraguan peran
dan terlalu banyak peran. Konflik peran terjadi saat individu menghadapi dua harapan
yang bertentangan dan tidak dapat dipenuhi (Suliswati, 2005).
Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan
individu mengalaminya sebagai frustasi (Stuart, 2006).

4. Tanda dan Gejala


Ciri-ciri yang memiliki Harga Diri Tinggi, Dariuszky (2004) :
a. Mempunyai harapan yang positif dan realitis atas usahannya maupun hasil dari
usahanya.
b. Bersedia mempertanggungjawabkan kegagalan maupun kesalahannya.
c. Memandang dirinya sama dan sederajat dengan orang lain.
d. Cenderung melakukan aktivitas-aktivitas yang bertujuan untuk memperbaiki atau
menyempurnakan dirinya.
e. Tidak kuatir akan keselamatan hidupnya, berani mengambil resiko.
f. Mempunyai bukti atau alasan yang kuat untuk menghargai dirinya sendiri atas
keberhasilan yang telah diraihnya.
g. Relative puas dan bahagia dengan hidupnya dan kemampuannya cukup bagus
dalam hal penyesuaian diri.
Ciri-ciri yang memiliki HDR menurut Dariuszky (2004) adalah :
a. Sulit menemukan hal-hal positif dalam tindakan yang mereka lakukan.
b. Cemas mengenai hidupnya dan kurang berani mengambil resiko.
c. Kurang menghargai keberhasilan yang mereka raih.
d. Terlalu peduli akan tanggung jawab atas kegagalan yang merekaperbuat dan
mencari alasan untuk membuktikan bahwa mereka salah.
e. Merasa rendah diri ketika berhadapan dengan orang lain.
f. Tidak termotivasi untuk memperbaiki dan menyempurnakan diri.
g. Merasa kurang puas dan tidak bahagia dengan hidupnya, dan tidak mampu
menyesuaikan diri.
h. Pikiran cenderung mudah terserang perasaan putus asa,depresi dan niat bunuh diri.

Stuart dan Sudeen (1993) : Keliat (1994), mengemukakan 10 cara individu


mengekspreskan secara lansung HDR yaitu :
a. Mengejek dan mengkritik pandangan negative tentang dirinya. Sering mengatakan
dirinya "bodoh" , "tidak tahu apa-apa" dan sikap negatif terhadap dirinya.
b. Merendahkan/mengurangi martabat diri.
c. Menghindari, mengabaikan atau menolak kemampuan yang nyata dimiliki dan
merasa tidak mampu melakukan apapun.
d. Rasa bersalah dan khawatir
e. Klien menolak diri dan menghukum diri sendiri, iritabel dan pesimis terhadap
kehidupan.
f. Keluhan tidak punya tenaga, cepat lelah, gejala psikosomatis, tekanan darah tinggi
dan penyalahgunaan zat.
g. Menunda keputusan
h. Sangat ragu-ragu dalam mengambil keputusan, rasa aman terancam dan ketegangan
peran
i. Masalah dalam berhubungan dengan orang lain.
j. Menarik diri dan isolasi sosial karena perasaan tidak berharga,kadang menjadi
kejam dan mengeksploitasi orang lain.
k. Menarik diri dari realitas
l. Kecemasan karena penolakan mencapai tingkat perat atau panic, klien mengalami
gangguan asosiasi, halusinasi, curiga dan cemburu.
m. HDR mendorong klien untuk mengakhiri kehidupan karena merasa tidak berguna
dan tidak ada harapan untuk hidup.
n. Merusak diri dan orang lain
o. Kebencian dan penolakan pada diri dapat dilampiaskan ke orang lain
p. Kecemasan dan takut
q. Kekhawatiran menghadapi masa depan yang tidak jelas karena merasa tidak
mampu menjalani kehidupan.

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas klien
Pada umumnya identitas yang dikaji pada klien dengan HDR adalah biodata
meliputi : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk RSJ dan nomor register. Sedangkan
penanggung jawab meliputi : nama, umur, hubungan keluarga dan alamat keluarga.
b. Alasan masuk rumah sakit
Merupakan penyebab klien dibawa kerumah sakit, pada umumnya alasan masuk
rumah sakit pada klien dengan masalah keperawatan utama HDR adalah klien
mengatakan dirinya tidak berguna, klien mengatakan malas melakukan apa-apa.
c. Predisposisi
Faktor predisposisi klien dengan masalah utama HDR umumnya adalah pernah
atau tidaknya mengalami gangguan jiwa, usaha pengobatan bagi klien yang telah
mengalami gangguan jiwa karena semakin sering masuk rumah sakit jiwa dan gagal
dalam pengobatan sebelumnya maka prognosa klien semakin jelek, trauma psikis
seperti penganiayaan, penolakan, kekerasan dalam keluarga dan keturunan yang
mengalami gangguan jiwa serta pengalaman yang tidak menyenangkan bagi klien
sebelum mengalami gangguan jiwa.
d. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi tanda vital, pada umumnya tekanan darah dan
frekuensi nadi klien semakin lama semakin menurun karena aktivitas fisik menurun,
penurunan relatif lambat, demikian juga berat badan menurun, karena asupan kurang
adequat, tinggi badan relatif tetap dan keluhan biasanya pusing, gangguan tidur
terutama dini hari dan perawatan diri sangat memerlukan bantuan.

e. Aspek psikososial

1) Genogram
Pada umumnya menggambarkan struktur keluarga
2) Konsep diri
Pada umumnya klien dengan masalah keperawatan utama HDR mengalami
gangguan seperti : tidak menerima bagian tubuhnya, merasa tidak berharga, hidup
tidak berguna, tidak mampu mempertahankan kontak mata, sering memalingkan
wajah, tidak mampu membentuk identitas diri, tidak mampu berperan sesuai dengan
umur atau profesinya.
3) Hubungan sosial
Pada umumnya klien dengan masalah keperawatan utama HDR mengalami gangguan
seperti merasa kehilangan orang yang berarti, tidak pernah melakukan kegiatan
kelompok atau masyarakat dan mengalami hambatan dalam pergaulan.
4) Status spiritual
Biasanya spiritual pada klien dengan masalah utama HDR tidak mengalami
gangguan dalam melaksanakan ibadah.
f. Status mental
1) Penampilan
Biasanya klien berpenampilan tidak rapi, rambut acak-acakan, kulit kotor, gigi
kuning, klien tidak mengetahui kapan dan dimana harus mandi, tetapi penggunaan
pakaian sesuai dengan keadaan.
2) Pembicaraan
Pada umumnya klien tidak mampu memulai pembicaraan, bila berbicara topik yang
dibicarakan tidak jelas atau kadang menolak diajak bicara.
3) Aktivitas motorik
Umumnya klien tampak lesu, tidak bergairah dalam beraktivitas.
4) Alam perasaan
Biasanya klien tampak putus asa dan dimanifestasikan dengan sering melamun.
5) Afek
Afek klien biasanya sesuai, yaitu ekpresi wajah dan perasaannya sesuai (Apropiate
afect).
6) Interaksi selama wawancara
Biasanya klien menunjukkan tidak mampu mempertahankan kontak mata, menunduk
dan kadang-kadang menolak untuk berbicara dengan orang lain.
7) Persepsi
Pada umumnya klien dengan masalah utama HDR tidak mengalami perubahan
persefsi sensori.
8) Isi pikir
Biasanya tidak mengalami gangguan isi pikir, baik waham maupun depersonalisasi
atau waham curiga.

9) Proses pikir
Biasanya terlambat sehingga klien kadang jarang mau bicara
10) Kesadaran
Biasangnya klien dengan masalah utama HDR tidak mengalami gangguan
kesadaran.

11) Memori Biasanya tidak mengalami gangguan memori, dimana klien mampu
mengingat hal-hal yang telah terjadi.

12) Konsentrasi dan berhitung Pada umumnya tidak mengalami gangguan dalam
konsentrasi dan berhitung.

13) Kemampuan penilaian Biasanya tidak mengalami gangguan dalam penilaian.

14) Daya tilik diri Klien biasanya mengingat penyakit yang dideritanya.
2. SIAGNOSA KEPERAWATAN

POHON MASALAH

EFFECT/AKIBAT : MENARIK DIRI

CORE PROBLEM : HDR

ETIOLOGI/PENYEBAB :BERDUKA/GANGGUAN CITRA TUBUH

a. Harga diri rendah (HDR)


b. Isolasi sosial : menarik diri
c. Gangguan citra tubuh

3. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN HDR

No Diagnosa Perencanaan intervensi


kep tujuan Kriteria evaluasi
(1) (2) (3) (4) (5)

1 Harga diri TUM:


rendah Memiliki
konsep diri yang
positif.
1. Setelah 3x 1.1 membina hubungan
TUK:
interaksi saling percaya dengan
1. Klien
klien menggunakan prinsip
dapat
menunjukkan komunikasi teraupetik:
membina
ekspresi b. sapa klien dengan
hubunga
wajah ramah baik verbal
n saling
percaya bersahabat,m maupun non verbal.
dengan enunjukkan C. perkenalkan diri
perawat. rasa dengn sopan.
senang,ada d. tanyakan nama
kontak lengkap dan nama
mata,mau panggilan yang disukai
berjabat klien.
tangan,mau e. jelaskan tujuan
menyebutkan pertemuan.
nama,mau f. jujur dan menepati
menjawab janji.
salam,klien g. tunjukkan sifat
mau duduk empati dan menerima
berdampinga keadaan klien
n dengan apaadanya
perawat,mau h. beri perhatian dan
mengutaraka perhatikan kebutuhan
n masalah dasar manusia.
yang
dihadapi.
2. Klien 2.setelah 3x interaksi 2.1 diskusikan dengan klien
mampu klien dapat tentang:
mengide menyabutkan: a. aspek positif yang dimiliki
ntifikasi a. aspek positif dan klien,keluarga dan
aspek kemampuan yang lingkungan.
psitif klien miliki. b. kemampuan yang dimiliki
dan b. aspek positif klien.
kemamp keluarga. 2.2 bersama klien buat daftar
uan yang c. aspek positif tentang:
dimiliki lingkungan klien. a. aspek positif klien,keluarga
dan lingkungan
b. kemampuan yang dimiliki
klien
2.3 beri pujian yang
relistik,hindari pemberian
penilaian negatif.
3. Klien 3.setelah dilakukan 3.1 didkusi dengan klien
dapat 3x interraksi kemampuan yang dapat
menilai menyebutkan dilaksanakan.
kemamp kemampuan yang 3.2 diskusikan kemampuan
uan yang dapat dilaksanakan yang dapat dilanjutkan
dimiliki pelaksanaannya.
untuk
dilaksana
kan
4. Klien 4.1 rencanakan bersama
dapat klien aktivitas yang
merenca dapat dilakukan setiap
nakan hari sesuai
kegiatan kemampuan klien .
sesuai a. kegiatan mandiri
dengan b. kegiatan denan
kemamp bantuan.
uan yang 4.2 tingkatkan dengan
dimiliki. kondisi klien.
4.3 Berikan contoh cara
pelaksanaan kegiatan
yang dapat dilakukan
klien
5. Klien 5.1 anjurkan klien untuk
dapat melaksanakan kegiatan
melakuk yang telah
an direncanakankan.
kegiatan 5.2 Pantau kegiatan yang
sesuai dilakukan klien.
dengan 5.3 Beri pujian atas usaha
rencana yang telah dilakukan
yang klien
dibuat. 5.4 Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan kegiatan
setelah pulang.
6.1 beri pendidikan
6. Klien kesehatan pada
dapat keluarga tentang cara
memanfa merawat klien dengan
atkan harga diri rendah.
system 6.2 Bantu keluarga
penduku memberikan dukungan
ng yang selama klien dirawat .
ada 6.3 Bantu klien
menyiapkan
lingkungan rumah.
4. TINDAKAN KEPERAWATAN

Pasien Keluarga
SP l p SPI k
1. Mengidentifikasi kemampuan 1. Mendiskusikan masalah
dan aspek positif yang dimiliki dirasakan keluarga dalam
pasien pasien.
2. Membantu pasien menilai 2. Menjelaskan pengertian,tanda
kemampuan pasien yang masih dan gejala harga diri rendah
dapat digunakan. yang dialami pasien beserta
3. Membantu pasien memilih proses terjadinya.
kegiatan yang akan dilatih 3. Menjelaskan cara-cara merawat
sesuai kemampuan pasien. pasien harga diri rendah.
4. Melatih pasien sesuai
kemampuan yang dipilih
5. Memberikan pujian yang wajar SPII k

terhadap keberhasilan pasien. 1. Melatih keluarga mempratekkan

6. Menganjurkan pasien cara merawat pasien dengan

memasukkan dalam jadwal harga diri rendah.

kegiatan. 2. Melatih keluarga melakukan


cara merawat langsung kepada
SP II p pasien harga diri rendah.
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien SP III k

2. Melatih kemampuan kedua 1. Membantu keluarga membuat

3. Menganjurkan pasien jadwal aktivitas dirumah

memasukkan dalam jadwal termasuk minum obat(discharge

kegiatan harian. planning)


2. Menjelaskan follow up pasien
setelah pulang.
DAFTAR PUSTAKA

Chaplin,JP.1968.dictionary of psychology (kamus lengkap psikologi).M:355

Cortinash,KM and holeday worret,P.A.(1991). Psychyatric nursing care plain,st.


Louis;mosby year book.

Damayanti &iskandar (2012).asuhan keperawatan jiwa,PT.reflika Aditama,bandung

Eko prabowo.(2014).konsep & aplikasi asuhan keperawatan jiwa;Trans info media,jakarta

Kartini kartono(2011).patologi sosial 3 gangguan gangguan kejiwaan, PT.raja


grafindo ,jakarta

Purwaningsih & karlina.(2010). asuham keperawatan jiwa.yogyakarta:nuha medika

Anda mungkin juga menyukai