Anda di halaman 1dari 56

MAKALAH

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHA KEPERAWATAN DAN EVIDENCE


BASE PRACTICE (EBP)
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah KMB
Dosen Pembimbing : Ibu Yeni Yulianti,M.Kep

Disusun Oleh:

1. Azzahra Deyana Putri C1AA20011


2. Eka Cahya Ilahi C1AA20027
3. Ratu Meiza H C1AA20087
4. Muhamad Rivaldi N.F C1AA20059
5. M. Sahrul Suhendi C1AA20053

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur pemakalah panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah asuhan
keperawatan pada pasien dengan gastritis. Adapun maksud dari penyusunan makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas keperawatan medical bedah di Stikes Sukabumi.
Disusunnya makalah ini tidak lepas dari peran dan bantuan beberapa pihak dan
sumber. Karena itu, pemakalah mengucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-
tingginya kepada dosen pembimbing Ibu Yeni Yulianti,M.Kep yang telah membantu
dan membimbing kami dalam mengerjakan makalah ini.
Kiranya amal baik serta budi luhur secara ikhlas yang telah diberikan kepada
kami dari beliau di atas yang dapat maupun belum dapat kami sebutkan,
mendapatkan imbalan yang semestinya dari Allah SWT. Pemakalah menyadari
bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
pemakalah sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
sempurnanya makalah ini. Pemakalah berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat
bagi pemakalah khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Sukabumi,05 Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gatritis merupakan inflamasi dari lapisan mukosa dan submukosa gaster atau lambung,
keluhan lainnya adalah mual, muntah, kembung, rasa penuh atau terbakar di perut bagian atas
(Andri dkk, 2011). Gastritis adalah suatu peradangan atau pendarahan pada mukosa lambung
yang disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi, dan ketidakteraturan dalam pola makan, misalnya
telat makan, makan terlalu banyak, suka mengonsumsi makanan yang berbumbu merangsang,
asam, dan pedas (Suparyanto, 2012). Penderita gastritis penyakit ini sangat menganggu
aktifitas sehari-hari. Pasien akan mengalami keluhan mual, muntah, kembung, rasa penuh
atau terbakar di perut bagian atas. Berdasarkan penelitian WHO (2012) menyatakan bahwa
prevalensi gastritis di Negara Indonesia dengan jumlah 40,8%. Penyakit gastritis di Indonesia
menurut Profil Kesehatan tahun 2011 merupakan kedalam 10 penyakit rawat inap di rumah
sakit sejumlah 30.154 pasien (4,9%).

Dampak penyakit gastritis dapat mengganggu status gizi seseorang. Status gizi dapat
berupa kurang, baik, atau normal maupun lebih. Kekurangan salah satu zat gizi dapat
menyebabkan timbulnya penyakit defisiensi. Kekurangan dalam batas marginal dapat
menimbulkan gangguan yang sifatnya lebih ringan atau menurunnya kemampuan fungsional
dalam tubuh. Kekurangan vitamin B1 dapat menyebabkan badan mudah lelah, serta turunnya
sisten imun dalam tubuh terhadap infeksi sehingga tubuh mudah terserang suatu penyakit

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis membuat laporan pendahuluan, asuhan
keperawatan dan EBP pada pasien Gastritis. Untuk itu penulis merumuskan masalah sebagai
berikut “ Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
percernaan dengan penyakit Gastritis”

1.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tentang konsep penyakit Gastritis, Laporan pendahuluan, Asuhan


Keperawatan berdasarkan hasil penelitian EBP (Evindence Base Practice) pada pasien
Gastritis.
2. Tujuan Khusus

 Untuk mengetahui konsep dasar penyakit Apendisitas yang terdiri dari : Pengkajian,
Etiologi, Manifestasi Klinis, Patofisiologi, penatalaksanaan medis, Komplikasi,
Pathway, Pemeriksaan penunjang.
 Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Apendisitis yang terdiri dari : Pengkajian,
Diagnosa, dan Intervensi
 Untuk mengetahui Ebp pada pasien Anemia.

1.4 Manfaat Studi Kasus

Manfaat makalah ini yaitu untuk menambah pengetahuan semua orang bagi penulis
maupun yang membaca tentang Konsep dasar penyakit Gastritis Asuhan Keperawatan
Keperawatan Gastritis dan EBP pada pasien Gastritis
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Konsep Dasar Penyakit


A. Definisi

Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga
Hal 492). Gastritis adalah segala radang mukosa lambung (Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi
Revisihal749) Gastritis merupakan keadaan peradangan atau pendarahan pada mukosa
lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difusi atau local (Patofisiologi Sylvia A Price hal
422). Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung. Secara
histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut.
Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai di klinik penyakit
dalam (Hirlan dalam Sudoyo,2006).

Gastritis (penyakit maag) adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya asam lambung
yang berlebih atau meningkatnya asam lambung sehingga mengakibatkan imflamasi atau
peradangan dari mukosa lambung seperti teriris atau nyeri pada ulu hati. Gejala yang terjadi
yaitu perut terasa perih dan mulas. Ada dua jenis penyakit gastritis yaitu:

 Gastritis Akut Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung
yang akut. Gatritis Akut paling sering diakibatkan oleh kesalahan diit, mis. makan
terlalu banyak, terlalu cepat, makan makanan yang terlalu banyak bumbu atau
makanan yang terinfeksi. Penyebab lain termasuk alcohol, aspirin, refluks empedu
atau terapi radiasi.
 Gastritis Kronis Gastritis kronik adalah Suatu peradangan bagian permukaan
mukosa lambung yang menahun yang disebabkan oleh ulkus lambung jinak
maupun ganas atau bakteri Helicobacter pylori. Bakteri ini berkoloni pada tempat
dengan asam lambung yang pekat.

Gastritis adalah penyakit yang dapat kambuh sewaktu-waktu, dan biasanya gastritis
kambuh karena beberapa faktor sebagai berikut, yakni: Konsumsi alkohol secara berlebihan
karena dapat mengikis dan mengiritasi mukosa lambung sehingga dinding lambung lebih
rentan terhadap asam lambung bahkan dalam keadaan normal. Penggunaan kokain juga
merusak lambung dan dapat menyebabkan perdarahan. Merokok, dan mengkonsumsi kafein
berlebihan juga bisa menjadi penyebab kambuhnya gastritis. Kurangnya olah raga, stress
psikologis dan pola makan yang tidak teratur.

B. Etiologi

Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut

1) Gastritis Akut

Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut seperti:

 Obat-obatan seperti obat anti inflamasi nonsteroid, silfonamide merupakan


obat yang bersifat mengiritasi mukosa lambung.
 Minuman beralkohol
 Infeksi bakteri seperti H. pylori, H. heilmanii, streptococci
 Infeksi virus oleh sitomegalovirus Infeksi jamur seperti candidiasis,
histoplosmosis, phycomycosis
 Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, trauma, pembedahan.
 Makanan dan minuman yang bersifat iritan. Makanan berbumbu dan minuman
dengan kandungan kafein dan alkohol merupakan salah satu penyebab iritasi
mukosa lambung.

2) Gastritis Kronik

Penyebab pasti dari gastritis kronik belum diketahui, tapi ada dua predisposisi penting yang
bisa meningkatkan kejadian gastritis kronik, yaitu infeksi dan non-infeksi (Wehbi, 2008).

 Gastritis infeksi Beberapa agen infeksi bisa masuk ke mukosa lambung dan
memberikan manifestasi peradangan kronik. Beberapa agen yang
diidentifikasi meliputi hal-hal berikut.
a) H. Pylori. Beberapa peneliti menyebutkan bakteri itu merupakan penyebab
utama dari gastritis kronik (Anderson, 2007).
b) Helicobacter heilmanii, Mycobacteriosis, dan Syphilis (Quentin, 2006)
c) Infeksi parasit (Wehbi, 2008).
d) Infeksi virus (Wehbi, 2008).
 Gastritis non-infeksi
a) Gastropai akbiat kimia, dihubungkan dengan kondisi refluks garam empedu
kronis dan kontak dengan OAINS atau aspirin (Mukherjee,2009)
b) Gastropati uremik, terjadi pada gagal ginjal kronik yang menyebabkan
ureum terlalu banyak beredar pada mukosa lambung (Wehbi, 2008).

C. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis bervariasi mulai dari keluhan ringan hingga muncul perdarahan
saluran cerna bagian atas bahkan pada beberapa pasien tidak menimbulkan gejala yang
khas. Manifestasi gastritis akut dan kronik hampir sama, seperti anoreksia, rasa penuh,
nyeri epigastrum, mual dan muntah, sendawa, hematemesis (Suratun dan Lusianah,
2010). Tanda dan gejala gastritis adalah :
 Gastritis Akut
1) Nyeri epigastrum, hal ini terjadi karena adanya peradangan pada mukosa lambung.
2) Mual, kembung, muntah, merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Hal
ini dikarenakan adanya regenerasi mukosa lambung yang mengakibatkan mual hingga
muntah.
3) Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematesis dan melena, kemudian
disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan.
 Gastritis Kronis.
Pada pasien gastritis kronis umumnya tidak mempunyai keluhan. Hanya sebagian
kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nause dan pada pemeriksaan fisik tidak
ditemukan kelainan.
D. Patofisiologi

Menurut Dermawan & Rahayuningsih (2010) patofisiologi gastritis adalah mukosa


barier lambung pada umumnya melindungi lambung dari pencernaan terhadap lambung
itu sendiri, prostaglandin memberikan perlindungan ini ketika mukosa barrier rusak maka
timbul peradangan pada mukosa lambung (gastritis). Setelah barier ini rusak terjadilah
perlukaan mukosa yang dibentuk dan diperburuk oleh histamine dan stimulasi saraf
cholinergic. Kemudian HCL dapat berdifusi balik ke dalam mucus dan menyebabkan luka
pada pembuluh yang kecil, dan mengakibatkan terjadinya bengkak, perdarahan, dan erosi
pada lambung. Alkohol, aspirin refluks isi duodenal diketahui sebagai penghambat difusi
barier.
Perlahan-lahan patologi yang terjadi pada gastritis termasuk kengesti vaskuler, edema,
peradangan sel supervisial. Manifestasi patologi awal dari gastritis adalah penebalan.
Kemerahan pada membran mukosa dengan adanya tonjolan. Sejalan dengan perkembangan
penyakit dinding dan saluran lambung menipis dan mengecil, atropi gastrik progresif karena
perlukaan mukosa kronik menyebabkan fungsi sel utama pariental memburuk.

Ketika fungsi sel sekresi asam memburuk, sumber-sumber faktor intrinsiknya hilang.
Vitamin B12 tidak dapat terbentuk lebih lama, dan penumpukan vitamin B12 dalam batas
menipis secara merata yang mengakibatkan anemia yang berat. Degenerasi mungkin
ditemukan pada sel utama dan pariental sekresi asam lambung menurun secara berangsur,
baik dalam jumlah maupun konsentrasi asamnya sampai tinggal mucus dan air. Resiko
terjadinya kanker gastrik yang berkembang dikatakan meningkat setelah 10 tahun gastritis
kronik. Perdarahan mungkin terjadi setelah satu episode gastritis akut atau dengan luka yang
disebabkan oleh gastritis.

Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga terjadi iritasi
mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi penyembuhan yang tidak sempurna
akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel pariental dan sel chief. Karena
sel pariental dan sel chief hilang maka produksi HCL. Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan
menurun dan dinding lambung juga menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa
sembuh dan juga bisa terjadi perdarahan serta formasi ulser.

E. Komplikasi

Komplikasi penyakit gastritis menurut Muttaqin & Sari (2011) antara lain :

 Pendarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan medis.


 Ulkus peptikum, jika prosesnya hebat.
 Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah berat.
 Anemia pernisiosa, keganasan lambung.

F. Pemeriksaan Penunjang

 Endoskopi, khususnya gastroduodenoskopi. Hasil pemeriksaan akan ditemukan


gambaran mukosa sembab, merah, mudah berdarah atau terdapat perdarahan
spontan, erosi mukosa yang bervariasi.
 Histopatologi. Pada pemeriksaan histoptologi kerusakan mukosa karena erosi
tidak pernah melewati mukosa muskularis. Ciri khas gastritis erosif ialah sembuh
sempurna dan terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Oleh karena itu
pemeriksaan endoskopi , sebaiknya dilakukan seawal mungkin.
 Radiologi dengan kontras ganda, meskipun kadang dilakukan tapi tidak maksimal
 Laboraturium Pemeriksaan laboratorium tidak terlalu spesifik untuk penderita
gastritis, tetapi dapat dilakukan untuk melihat adanya anemia bila terjadi
perdarahan. Batas serum gastrin biasanya menurun atau normal. Serum vitamin B
12 dapat dikaji untuk melihat kekurangan vitamin B 12. (Asmadi,2008)

G. Penatalaksanaan
1. Pengobatan pada gastritis menurut Dermawan (2010) meliputi :
 Antikoagulan : Bila ada perdarahan pada lambung.
 Antasida : Pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan intravena
untuk mempertahankan keseimbagan cairan sampai gejala-gejala mereda, untuk
gastritis yang tidak parah diobati dengan antasida dan istirahat.
 Histonin : Ranitidin dapat diberikan untuk menghambat pembentukan asam
lambung dan kemudian menurunkan iritasi lambung.
 Sulcralfate : Diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan cara
menyeliputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan pepsin yang
menyebabkan iritasi.
 Pembedahan : Untuk mengangkat gangrene dan perforasi.
 Gastrojejunuskopi/ reseksi lambung : Mengatasi obstruksi pilorus.
 Penatalaksanaan pada gastritis secara medis menurut Smeltzer (2001) meliputi :

Gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari alkohol


dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet
mengandung gizi dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral.
Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang
dilakukan untuk hemoragik saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh
mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan
penetralisasian agen penyebab.

 Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum (missal : alumunium


hidroksida) untuk menetralisasi alkali, digunakan jus lemon encer atau cuka
encer.
 Bila korosi luas atau berat, emetic, dan lafase dihindari karena bahaya
perforasi.

Terapi pendukung mencakup intubasim analgesik dan sedatif, antasida, serta


cairan intravena. Endoskopi fiberopti mungkin diperlukan. Pembedahan darurat mungkin
diperlukan untuk mengangkat gangrene atau jaringan perforasi. Gastrojejunostomi atau
reseksi lambung mungkin diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilrus. Gastritis kronis
diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat, mengurangi stress dan
memulai farmakoterapi. H.Pylory data diatasi dengan antibiotic (seperti tetrasiklin atau
amoxiline) dan gram bismu (pepto bismo). Pasien dengan gastritis A biasanya mengalami
malabsorbsi vitamin B12 yang disebabkan oleh adanya antibodi terhadap faktor intrinsik.

a. Penatalaksanaan secara keperawatan menurut Dermawan (2010) meliputi :


 Tirah baring.
 Mengurangi stress.
 Diet Air

Teh, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian diberikan peroral pada interval yang sering.
Makanan yang sudah dihaluskan seperti pudding, agaragar dan sup, biasanya dapat
ditoleransi setelah 12-24 jam dan kemudian makanan-makanan berikutnya ditambahkan
secara bertahap. Pasien dengan gastritis superficial yang kronis biasanya berespon terhadap
diet sehingga harus menghindari makanan yang berbumbu banyak atau berminyak.

1.2 Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

 Nama :
 Usia :
 Jenis kelamin :
 Jenis pekerjaan :
 Alamat :
 Suku/bangsa :
 Agama :
 Tingkat pendidikan : bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/minim mendapatkan
pengetahuan tentang gastritis, maka akan menganggap remeh penyakit ini, bahkan
hanya menganggap gastritis sebagai sakit perut biasa dan akan memakan makanan
yang dapat menimbulkan serta memperparah penyakit ini.

 Riwayat sakit dan kesehatan


a) Keluhan utama : Nyeri di ulu hati dan perut sebelah kanan bawah.
b) Riwayat penyakit saat ini : Meliputi perjalan penyakitnya, awal dari gejala yang
dirasakan klien, keluhan timbul dirasakan secara mendadak atau bertahap, faktor
pencetus, upaya untuk mengatasi masalah tersebut.
c) Riwayat penyakit dahulu : Meliputi penyakit yang berhubungan dengan penyakit
sekarang, riwayat dirumah sakit, dan riwayat pemakaian obat

B. Fokus Pengkajian

1. Aktivitas / Istirahat

 Gejala : kelemahan, kelelahan


 Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)
2. Sirkulasi
 Gejala : kelemahan, berkeringat
 Tanda : - hipotensi (termasuk postural)
- takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia)
- nadi perifer lemah - pengisian kapiler lambat / perlahan (vasokonstriksi)
- warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)
- kelemahan kulit / membran mukosa, berkeringat (menunjukkan status syok,
nyeri akut, respons psikologik

3. Integritas ego

 Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja), perasaan tak
berdaya.
 Tanda : tanda ansietas, misalnya gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit,
gemetar, suara gemetar.

4. Eliminasi

 Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan


gastroenteritis (GE) atau masalah yang berhubungan dengan GE, misalnya luka peptik
atau gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster. Perubahan pola defekasi /
karakteristik feses.

 Tanda : - nyeri tekan abdomen, distensi

- bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah


perdarahan. - karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau
kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau busuk (steatorea), konstipasi dapat
terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida).

5. Makanan / Cairan

 Gejala : - anoreksia, mual, muntah


- masalah menelan : cegukan - nyeri ulu hati, sendawa bau asam,
 Tanda : muntah dengan warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan
darah, membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk
(perdarahan kronis

C. Diagnosa Keperawatan

 Nyeri (akut) b/d inflamasi mukosa lambung.

 Intoleransi aktifitas b/d kelemahan fisik

D. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Intervensi Rasional
1. Nyeri(akut) 1. Puasakan pasien di 6 1. Mengurangi inflamasi pada
berhubungan dengan jam pertama mulkosa lambung.
inflamasi mulkosa 2. Memberikan kompres 2. Dilatasi gaster dapat terjadi
lambung. hangat bila pemberian makanan setelah
Tujuan: 3. Atur posisi yang nyaman puasa terlalu cepat.
Setelah dilakukan bagi klien 3. Posisi yang tepat dan dirasa
tindakan 4. Ajarkan teknik reklasasi. nyaman oleh klien dapat
keperawatan selama 5. Pemberian obat sesuai mengurangi resiko klien
1 x 24 jam advice terhadap nyeri.
- Nyeri klien 4. Dapat membuat klien jadi
berkurang atau
lebih baik dan melupakan nyeri.
hilang.
- Skala nyeri 0.

2. Intoleransi aktifitas 1. Observasi sejauh mana 1. Mengetahui aktivitas yang


b/d kelemahan fisik klien dapat melakukan dapat dilakukan klien
Tujuan : Klien aktivitas 2. Menigkatkan istirahat klien.
dapat beraktivitas 2. Edukasi keluarga 3.Membantu bila perlu,harga
Kriteria hasil : suasana nyaman diri ditingkatkan bila klien
- - Klien dapat 3. Berikan bantuan dalam melakukan sesuatu sendiri
beraktivitas tanpa aktivitas. 4. Klien tahu pentingnya
bantuan. 4. Jelaskan pentingnya beraktivitas.
- Skala aktivitas 0-1 beraktivitasbagi klien. 5. Tirah baring dapat
5. Tingkatkan tirah meningkatkan stamina tubuh

baring pasien sehinggga pasien dapat


beraktivitas kembali.

D. Implementasi
Tindakan yang dilakukan oleh penulis dalam melakukan keperawatan yang sesuai
dengan masalah yang muncul dan rencana keperawatan sesuai dengan standar prosedur
operasianal perawat untuk memenuhi kebutuhan manusia.

E. Evaluasi

Hasil akhir dari tindakan keperawatan yang diperoleh dari subjektif dan obyektif yang
dapat ditarik kesimpulan untuk tindakan yang akan dilakukan untuk memberikan tindakan
keperawatan selanjutnya oleh pasien untuk memenuhi kebutuhan manusia.
1.2 EBP Pada pasien Gastritis
1) Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi mulkosa lambung

Intervensi : Memberikan teknik relaksasi

a) Summary jurnal

No Topik Penelitian Tahu Metode Populasi & Hasil kesimpulan


n sampel
1. Pengaruh Teknik Relaksasi Cynthia 2019 Metode Sampel Berdasarkan hasil Hasil penelitian tentang
Nafas Dalam Terhadap Puspariny, eksperimen semu menggunakan penelitian peneliti Pengaruh Teknik
Intensitas Nyeri Pasien Gastritis Diny (Quasi tehnik purposive menyimpulkan Relaksasi Nafas Dalam
di Puskesmas Antar Brak Fellyana, Eksperiment) sampling bahwa adanya terhadap Intensitas
Kecamatan Limau Kabupaten Desi Marini menggunakan dengan jumlah pengaruh yang nyeri pada Pasien
Tanggamus pendekatan One- sampel signifikan teknik gastritis di Puskesmas
Group pre- penelitian 30 relaksasi nafas Antar Brak. Rata-rata
posttest design. orang. dalam terhadap skala nyeri pasien yaitu
intensitas nyeri 4,80 dengan skala nyeri
pada pasien minimum 4 mmHg,
gastritis. Teknik dan maksimum 7 dengan
relaksasi nafas nilai standar deviasi
dalam dapat 0,847. Rata-rata skala
digunakan pada nyeri pasien yaitu 2,03
saat pasien merasa dengan skala nyeri
nyeri baik ringan minimum 1 mmHg,
maupun yang tidak dan maksimum 7 dengan
tertahan dengan nilai standar deviasi
tujuan mengurangi 0,669. Terdapat
intensitas nyeri. Pengaruh Teknik
Relaksasi Nafas Dalam
terhadap Intensitas nyeri
pada Pasien gastritis di
Puskesmas Antar
Brak Tahun 2019
dengan nilai p-value
=0,000.
2. PENGALAMAN PENDERITA Novia Hawati 2020 Dalam proses Sampel Berdasarkan Berdasarkan hasil
GASTRITIS KRONIS DALAM penelitian penulis penelitian ini hasil penelitian penelitian yang telah
MELAKUKAN TEKNIK menggunakan Mempergunakan dan dilakukan di Rumah
RELAKSASI NAFAS DALAM metode 3 orang sampel pembahasan diatas Sakit Islam Siti
UNTUK pendekatan yaitu: 2 orang peneliti berasumsi Khadijah Palembang,
MEMBANTUMENURUNKAN yang berkaitan Sebagai bahwa Teknik dapat disimpulkan
SKALA NYERI dengan judul partisipan, dan 1 relaksasi nafas bahwa: Pengalaman
PADA PENDERITA yaitu wawancara, sebagai dalam efektif responden
GASTRITIS KRONIS DI yaitu penulis dalam membantu selama melakukan terapi
RUMAH melakukan informan kunci. menurunkan relaksasi nafas dalam
SAKIT ISLAM SITI serangkaian tanya skala nyeri pada Tn. M dan Tn. K
KHADIJAH jawab secara penderita mengaku nyeri lambung
PALEMBANG TAHUN 2019 langsung dengan gastritis. Dengan yang dirasakan
penderita gastritis melakukan berangasur-angsur
kronis mengenai relaksasi nafas berkurang.Tn.M dan
pengalaman dalam dapat Tn.K melakukan terapi
penderita membuat pasien relaksasi nafas dalam
gastritiskronis menjadi rileks, setiap kali nyeri
dalam melakukan tenang, nyaman lambungnya kambuh.
Teknik relaksasi serta mengurangi Dari penjelasan kedua
nafas dalam rasa nyeri. Suasana informan diketahui
untuk membantu yang rileks dapat bahwa Teknik relaksasi
menurunkan skala meningkatkan dilakukan pada posisi
nyeri pada hormon endorphin duduk dan berbaring
penderita yang berfungsi dalam suasana yang
gastritis. untuk mengurangi tenang. Kedua informan
rasa nyeri. menarik
nafas dalam dan
menghembuskannya
secara perlahan melalui
mulut.

3. Pengaruh Teknik Relaksasi Marita 2021 Karya tulis ilmiah Metode Hasil dari Berdasarkan penelitian
Otot Progresif Untuk Purwaningsih, ini menggunakan penelitian quasy penelitian tersebut diatas dapat
Mengurangi Nyeri Pada Nuniek rancangan eksperimen pre menyebutkan disimpulkan bahwa
Pasien Gastritis Nizmah Literature review. dan post test bahwa artikel 1 penelitian memiliki
Fajriyah, design dan sebelum persamaan hasil yaitu
Firman deskriptif dalam dilakukan teknik teknik relaksasi otot
Faradisi penelitiannya relaksasi otot progresif dapat
sampel yang progresif rata rata menurunkan nyeri pada
digunakan nyeri adalah pasien
dalam 7,1dan setelah gastritis.Perbedaannya
penelitian dilakukan teknik adalah pada skala
tersebut adalah relaksasi otot nyeri masing masing
pasien gastritis progresif menjadi pasien pada masing
yang 6,5 dengan masing penelitian. Pada
mengalami nyeri P.value 0,004. penelitian pertama 12
ikriteria inklusi Sedangkan pada responden tingkat nyeri
pada penelitian artikel 2 sebelum pada pasien gastritis
ini yaitu pada dilakukan teknik sebelum pemberian
pasien gastritis relaksasi otot teknik relakasi progresif
yang progresif rata rata adalah 12 pasien (25%)
mengalami nyeri adalah 4,06 dan yang yang
nyeri, dan setelah nyerinya berkurang
sedangkan dilakukan teknik sebanyak 9 pasien
kriteria eklusi relaksasi otot (75%). Penelitian
dari penelitian progresif menjadi kedua yaitu sebagian
ini adalah 1,86 dengan besar pasien tidak
pasien gastritis P.value 0,000. mengalami nyeri
yang tidak Hasil rata rata sebanyak 5 orang
mengalami nyeri dari kedua (27,8%) dengan skala 1,
nyeri. artikel sebelum nyeri ringan 13 orang
dilakukan teknik (72,2%) dengan skala
relaksasi otot nyeri 2 dan 3, tidak
progresif adalah ada yang mengalami
5,27 dan setelah nyeri berat. Penelitian
dilakukan teknik ketiga yaitu setelah
relaksasi otot dilakukan tindakan
progresif rata rata teknik relaksasi otot
nyeri menjadi 3,71 progresif pada pasien
demgan P.value di Ruang Flamboyan 8
menunjukan RSUD Dr. Moewardi
<0,05. Hal ini Surakarta di dapatkan
menunjukan ada adanya perubahan
pengaruh yang tingkat nyeri dariskala
signifikan terhadap 6 menjadi 2.
penurunan nyeri Kekurangan dari
sebelum dan ketiga jurnal
sesudah diberikan mengenai teknik
teknik relaksasi relaksasi otot
otot progresif pada progresif untuk
pasien gastritis. mengurangi nyeri pada
pasien gastritis adalah
tidak dicantumkan SOP
(Standar Operasional
Prosedur).
b) Literatur riview

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Cynthia Puspariny, Diny Fellyana, Desi
Marini (2019) dengan judul “Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap
Intensitas Nyeri Pasien Gastritis di Puskesmas Antar Brak Kecamatan Limau Kabupaten
Tanggamus” Hasil penelitian tentang Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap
Intensitas nyeri pada Pasien gastritis di Puskesmas Antar Brak. Rata-rata skala nyeri
pasien yaitu 4,80 dengan skala nyeri minimum 4 mmHg, dan maksimum 7 dengan
nilai standar deviasi 0,847. Rata-rata skala nyeri pasien yaitu 2,03 dengan skala nyeri
minimum 1 mmHg, dan maksimum 7 dengan nilai standar deviasi 0,669. Terdapat
Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Intensitas nyeri pada Pasien gastritis di
Puskesmas Antar Brak Tahun 2019 dengan nilai p-value =0,000. Berdasarkan hasil
penelitian peneliti menyimpulkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan teknik
relaksasi nafas dalam terhadap intensitas nyeri pada pasien gastritis. Teknik relaksasi
nafas dalam dapat digunakan pada saat pasien merasa nyeri baik ringan maupun yang
tidak tertahan dengan tujuan mengurangi intensitas nyeri.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Novia Hawati (2020) dengan judul
“Pengalaman Penderita Gastritis Kronis Dalam Melakukan Teknik Relaksasi Nafas
Dalam Untuk Membanu Menurunkan Skala Nyeri Pada Penderita Gastritis Kronis di
Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang Tahun 2019”. Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang, dapat disimpulkan
bahwa: Pengalaman responden selama melakukan terapi relaksasi nafas dalam Tn. M dan
Tn. K mengaku nyeri lambung yang dirasakan berangasur-angsur berkurang.Tn.M dan
Tn.K melakukan terapi relaksasi nafas dalam setiap kali nyeri lambungnya kambuh.
Dari penjelasan kedua informan diketahui bahwa Teknik relaksasi dilakukan pada posisi
duduk dan berbaring dalam suasana yang tenang. Kedua informan menarik nafas dalam
dan menghembuskannya secara perlahan melalui mulut. Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan diatas peneliti berasumsi bahwa teknik relaksasi nafas dalam efektif dalam
membantu menurunkan skala nyeri pada penderita gastritis. Dengan melakukan relaksasi
nafas dalam dapat membuat pasien menjadi rileks, tenang, nyaman serta mengurangi rasa
nyeri. Suasana yang rileks dapat meningkatkan hormon endorphin yang berfungsi untuk
mengurangi rasa nyeri.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Marita Purwaningsih, Nuniek Nizmah
Fajriyah, Firman Faradisi (2021) dengan judul “Pengaruh Teknik Relaksasi Otot
Progresif Untuk Mengurangi Nyeri Pada Pasien Gastritis”. Berdasarkan penelitian
diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian memiliki persamaan hasil yaitu teknik
relaksasi otot progresif dapat menurunkan nyeri pada pasien gastritis. Perbedaannya
adalah pada skala nyeri masing masing pasien pada masing masing penelitian. Pada
penelitian pertama 12 responden tingkat nyeri pada pasien gastritis sebelum pemberian
teknik relakasi progresif adalah 12 pasien (25%) dan yang yang nyerinya berkurang
sebanyak 9 pasien (75%). Penelitian kedua yaitu sebagian besar pasien tidak mengalami
nyeri sebanyak 5 orang (27,8%) dengan skala 1, nyeri ringan 13 orang (72,2%) dengan
skala nyeri 2 dan 3, tidak ada yang mengalami nyeri berat. Penelitian ketiga yaitu setelah
dilakukan tindakan teknik relaksasi otot progresif pada pasien di Ruang Flamboyan 8
RSUD Dr. Moewardi Surakarta di dapatkan adanya perubahan tingkat nyeri dariskala 6
menjadi 2. Kekurangan dari ketiga jurnal mengenai teknik relaksasi otot
progresif untuk mengurangi nyeri pada pasien gastritis adalah tidak dicantumkan SOP
(Standar Operasional Prosedur).
2) Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi mulkosa lambung

Intervensi : Memberikan kompres hangat

a) Summary jurnal

No Topik Penelitian Tahun Metode Populasi & Hasil Kesimpulan


sampel
1. Intervensi Kompres Hangat Nida Siti Padilah, 2022 Penelitian Ny. V pasien Berdasarkan Hasil implementasi
Untuk Menurunkan Suhanda, Yuda kualitatif Wanita di hasil penelitian evidence based
Intensitas Nyeri Pada Nugraha, Ade dengan Ruangan yang dilakukan nursing berupa
Pasien Gastritis : Sebuah Fitriani pendekatan Dahlia RSUD menggunakan kompres hangat
Studi kasus studi kasus Kota Banjar implementasi memberikan
deskriptif, evidence based pengaruh positif
yang mana nursing dengan terhadap penurunan
disusun pemilihan terapi intensitas nyeri pada
berdasarkan farmakologi pasien gastritis.
laporan asuhan berupa kompres Implementasi dari
keperawatan hangat kompres hangat pada
melalui berpengaruh pasien gastritis yang
pendekatan positif terhadap dilakukan selama tiga
proses penurunan hari ini menunjukan
keperawatan, intensitas nyeri hasil yang sesuai
yaitu pada pasien dengan harapan.
pengkajian gastritis dengan
pengumpulan diagnose nyeri
data yang akut ini.
dilakukan Kompres hangat
peneliti dapat menguragi
bersumber dari spasme pada
pasien, jaringan fibrosa,
keluarga dan membuat otot
lembar status tubuh menjadi
pasien. rileks,
memperlancar
pasokan darah
dan memberi
rasa nyaman
pada paien.
Kompres hangat
juga berguna
mengurangi
stres atau
ketegangan jiwa
yang merupakan
salah satu cara
untuk mencegah
dan menurunkan
rasa nyeri. Hasil
penelitian ini
bisa dijadikan
referensi dalam
menangani klien
dengan masalah
nyeri akut pada
proses
keperawatan.
2. Pengaruh Kompres Hangat Darsini, Indah 2019 Penelitian ini Populasi Berdasarkan Berdasarkan
Terhadap Penurunan Skala Praptini menggunakan penelitian ini hasil penelitian hasil
Nyeri Pada Pasien Dengan rancangan adalah 30 pemberian penelitian
Kolik Abdomen penelitian pra pasien dewasa kompres hangat dapat
-eksperimental yang terhadap pasien disim
(one-group pra mengalami dengan kolik pulkan sebagai
-post test kolik abdomen abdomen berikut
design). di ruang rawat di ruang rawat :
inap Rumah inap RS Lawang 1.
sakit Lawang Medika yang Sebagian besar
Medika. dilakukan (86,7%) responden
Teknik sebelum adanya sebelum
sampling yang perlakuan diberikan perlakuan
digunakan diketahui bahwa kompres hangat
dalam dari 30 pasien berada
penelitian ini yang mengalami dalam skala nyeri
adalah nyeri kolik sedang
Accidental abdomen 2.
sampling sebagian besar Setelah diberikan
. responden perlakuan kompres
mengalami nyeri hangat
kolik abdomen selama 15
yaitu pada skala -
4-6 (nyeri 20 menit sebagian
sedang) yaitu besar (40%)
sebnayak 26 responden berada
responden dalam skala (nyeri r
(86,7%), sisanya ingan).
skala 1-3 (nyeri 3.
ringan) sebanyak Pemberian kompres
4 responden hangat bermanfaat
(13,3%).
Sesudah adanya atau
perlakuan berpengaruh
diketahui bahwa secara
dari 30 signifikan
responden dalam
sebagian besar mengurangi atau
responden mengatasi nyeri
mengalami pada pasien
penurunan kolik abdomen
nyeri kolik di buktikan
abdomen dengan nilai
yaitu tidak 0,00<,  < 0,05
nyeri (skala 0) yang artinya H1
sebanyak 5 diterima
responden
(16,7%), skala
ringan (1-3)
sebanyak 24
responden
(80%), yang
tetap pada
skala awal
seperti sebelum
dikompres
hangat
sebanyak 1
responden yaitu
pada (skala 6)
nyeri sedang
(3,3%).

3. Penerapan Kompres Isti Khomariyah, 2021 Desain Subjek yang Berdasarkan Penerapan pemberian
Hangat Terhadap Nyeri Sapti Ayubbana, penelitian digunakan grafik 1 kompres hangat dapat
Pada Pasien Gastritis Nury Luthfiyatil karya tulis dalam studi menunjukkan menurunkan nyeri
Fitri ilmiah ini kasus yang bahwa sebelum pada pasien gastritis.
menggunakan diambil yaitu dilakukan
desain studi dengan pasien penerapan
kasus. Penyakit kompres hangat
Gastritis yang skala nyeri 6
terdiri dari 1 (nyeri sedang),
pasien yang dan sesudah
mengalami dilakukan
masalah penerapan
keperawatan kompres hangat
nyeri skala nyeri
menjadi 3 (nyeri
ringan).
b) Literatur riview

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Nida Siti Padilah, Suhanda, Yuda Nugraha,
Ade Fitriani (2022) yang berjudul “Intervensi Kompres Hangat Untuk Menurunkan
Intensitas Nyeri Pada Pasien Gastritis : Sebuah Studi kasus”. Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan menggunakan implementasi evidence based nursing dengan pemilihan
terapi farmakologi berupa kompres hangat berpengaruh positif terhadap penurunan
intensitas nyeri pada pasien gastritis dengan diagnose nyeri akut ini. Kompres hangat
dapat menguragi spasme pada jaringan fibrosa, membuat otot tubuh menjadi rileks,
memperlancar pasokan darah dan memberi rasa nyaman pada paien. Kompres hangat juga
berguna mengurangi stres atau ketegangan jiwa yang merupakan salah satu cara
untuk mencegah dan menurunkan rasa nyeri. Hasil penelitian ini bisa dijadikan referensi
dalam menangani klien dengan masalah nyeri akut pada proses keperawatan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Darsini, Indah Praptini (2019) yang
berjudul “Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Pasien
Dengan Kolik Abdomen”. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan Sebagian besar
(86,7%) responden sebelum diberikan perlakuan kompres hangat berada dalam skala
nyeri sedang. Setelah diberikan perlakuan kompres hangat selama 15 -20 menit sebagian
besar (40%) responden berada dalam skala (nyeri ringan). Pemberian kompres hangat
bermanfaatatau berpengaruh secara signifikan dalam mengurangi atau mengatasi nyeri
pada pasien kolik abdomen di buktikan dengan nilai 0,00< ,  < 0,05 yang artinya H1
diterima.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Isti Khomariyah, Sapti Ayubbana, Nury
Luthfiyatil Fitri (2021) yang berjudul “Penerapan Kompres Hangat Terhadap Nyeri Pada
Pasien Gastritis”. Berdasarkan hasil penelitian diatas Penerapan pemberian kompres
hangat dapat menurunkan nyeri pada pasien gastritis. Berdasarkan grafik 1 menunjukkan
bahwa sebelum dilakukan penerapan kompres hangat skala nyeri 6 (nyeri sedang), dan
sesudah dilakukan penerapan kompres hangat skala nyeri menjadi 3 (nyeri ringan).
3) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik

Intervensi : Edukasi keluarga untuk memberikan suasana nyaman.

a) Summary jurnal

No Topik Peneliti Tahun Metode Populasi & Hasil Kesimpulan


sampel
1. Penerapan Muhammad 2021 Desain penelitian Ny. W pasien Hasil penelitian yang Setelah diberikan tindakan
Asuhan Purqan Nur ini adalah studi penderita didapatkan adalah nyeri keperawatan selama 3 hari,
Keperawatan kasus dengan gastritis kronis berhubungan dengan gangguan rasa nyaman nyeri
Keluarga Pada menggunakan ketidakmampuan keluarga berhubungan dengan
Pasien Gastritis proses dalam mengenal masalah ketidakmampuan keluarga
Dalam keperawatan penyakit gastritis. Setelah dalam mengenal masalah
Pemenuhan yang terdiri dari diberikan tindakan berangsur baik. Hal tersebut
Kebutuhan Rasa pengkajian, keperawatan selama tiga hari, terlihat dari hari pertama
Nyaman diagnosa, nyeri yang dirasakan pasien pengkajian didapatkan skala
intervensi, hari pertama adalah skala nyeri yang dirasakan Ny.W
implementasi dan nyeri sedang (4) dan adalah skala nyeri sedang
evaluasi yang mengalami penurunan pada (4) dan mengalami
berfokus pada hari ketiga dengan skala nyeri penurunan pada hari ketiga
pemenuhan ringan (2). Keluarga juga menjadi skala nyeri ringan
kebutuhan rasa sudah mampu mengenl (2). Selain itu, pemahaman
nyaman. masalah penyakit gastritis keluarga Tn.Y tentang
setelah diberikan pendidikan penyakit gastritis sudah
kesehatan berupa penyuluhan teratasi, dibuktikan dengan
tentang penyakit gastritis. keluarga Tn.Y mengatakan
sudah mengerti tentang
penyakit gastritis dan akan
menghindari faktor-faktor
yang bisa memicu
timbulnya penyakit gastritis
yang diderita Ny.W.
2. Pendidikan Agung 2016 metode case Keluarga Tn. Hasil dari penelitian ini Prioritas yang muncul dari
Kesehatan Riyanto, study yaitu J khususnya adalah setelah dilakukan 3 Tn. J nyeri berhubungan
Dengan Metode Supratman metode yang pada Tn. J. kali kunjungan rumah dengan ketidakmampuan
Ceramah Untuk menggambarkan pemberian pendidikan keluarga dalam mengenal
Meningkatkan situasi tertentu kesehatan nyeri berkurang masalah kesehatan tentang
Pengetahuan yang ada pada dari skala 4 menjadi skala 3 gastritis dan mampu
Keluaga Dengan saat ini dan tujuan khususnya adalah menyusun intervensi pada
Gastritis berdasarkan setelah dilakukan 3 kali masalah tersebut di sini
masalah yang ada kunjungan rumah diharapkan penulis memfokuskan pada
keluarga mampu mengenal masalah ketidakmampuan
masalah kesehatan tentang keluarga dalam mengenal
penyakit gastritis. masalah kesehatan yang
bertujuan agar keluaga
mengerti tentang pengertian
gastritis, tanda dan gejala
serta faktor penyebab.
Diharapkan keluarga
mampu merawat anggota
keluarga yang menderita
penyakit gastritis dan
menerapkan pola hidup
sehat terutama dalam
pemenuhan nutrisi, diet,
pola makan yang teratur dan
hindari faktor penyebab
pada penderita gastritis.
3. Hubungan Siska Dwi 2012 Jenis penelitian sampel Hasil dari Diketahui Berdasarkan
Dukungan Handayani, yang digunakan menggubakan hasil penelitian
bahwa secara umum,
Keluarga Dengan Cecep Eli deskriptif purposive pada bulan
Kekambuhan Kosasih, sampling hampir sebagian April-Mei
korelasional
Pasien Gastritis Ayu dengan dengan keluarga (47%) tidak 2012 dapat
di Puskesmas Prawesti pendekatan sampel disimpulkan
mendukung terhadap
Jatinangor Priambodo cross secsional minimal bahwa:
sebanyak 58 1. Hampir
orang upaya perawatan dan sebagian
responden
pengobatan
tidak
pasien gastritis, mendukung

dengan terhadap pasien


gastritis.
dukungan yang
2. Sebagian besar
paling rendah pasien gastritis

terdapat pada sering


mengalami
dukungan
kekambuhan
instrumental gastritis.

(48%). 3. Terdapat
hubungan yang
Dapat signifikan
disimpulkan antara
dukungan
bahwa terdapat
keluarga
hubungan yang dengan
signifikan antara kekambuhan
pasien gastritis
dukungan
dengan derajat
keluarga dengan sedang dan
dukungan
kekambuhan
emosional
pasien gastritis mempunyai

di Puskesmas hubungan yang


paling erat
Jatinangor,
dengan
dengan nilai kekambuhan

C/Cmaks sebesar gastritis

0,450 atau

dalam derajat

hubungan yang

sedang.

Dukungan

emosional

mempunyai

hubungan yang

paling erat
dengan

kekambuhan

dimana p-value

= 0,000 dan

C/Cmaks =0,652

atau dalam

derajat

hubungan yang

tinggi, diikuti

dukungan

penghargaan (p-

value = 0,019

dan C/Cmaks

=0,416) dengan

derajat

hubungan yang
sedang.

Sementara itu,

kedua

subvariabel

lainnya tidak

memiliki

hubungan

dengan

kekambuhan

gastritis, yaitu

dukungan

penghargaan

(p-value =

0,481) dan

informasi (p-

value = 0,165).
b) Literatur riview

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Purqan Nur (2021) dengan
judul “Penerapan Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Pasien Gastritis Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman”. Hasil tindakan keperawatan selama 3 hari,
gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
mengenal masalah berangsur baik. Hal tersebut terlihat dari hari pertama pengkajian
didapatkan skala nyeri yang dirasakan Ny.W adalah skala nyeri sedang (4) dan
mengalami penurunan pada hari ketiga menjadi skala nyeri ringan (2). Selain itu,
pemahaman keluarga Tn.Y tentang penyakit gastritis sudah teratasi, dibuktikan dengan
keluarga Tn.Y mengatakan sudah mengerti tentang penyakit gastritis dan akan
menghindari faktor-faktor yang bisa memicu timbulnya penyakit gastritis yang diderita
Ny.W.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Agung Riyanto, Supratman (2016) dengan
judul “Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Ceramah Untuk Meningkatkan
Pengetahuan Keluaga Dengan Gastritis”. Hasil dari penelitian ini adalah setelah
dilakukan 3 kali kunjungan rumah pemberian pendidikan kesehatan nyeri berkurang dari
skala 4 menjadi skala 3 dan tujuan khususnya adalah setelah dilakukan 3 kali kunjungan
rumah diharapkan keluarga mampu mengenal masalah kesehatan tentang penyakit
gastritis. Kesimpulannya yaitu setelah dilakukan asuhan keperawatan keluarga khususnya
pada Tn. J dengan masalah gastritis di desa Jatiarum Mranggeng Puskesmas Polokarto
Sukoharjo selama 3 kali kunjungan maka penulis membuat kesimpulan yaitu penulis
mampu melakukan pengkajian pada Tn. J menggunakan metode case study, penulis
mampu merumuskan masalah atau diagnosa prioritas yang muncul dari Tn. J nyeri
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan
tentang gastritis dan mampu menyusun intervensi pada masalah tersebut di sini penulis
memfokuskan pada masalah ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah
kesehatan yang bertujuan agar keluaga mengerti tentang pengertian gastritis, tanda dan
gejala serta faktor penyebab. Penulis mampu melaksanakan asuhan keperawatan keluarga
khususnya pada Tn. J yaitu dengan penyuluhan kesehatan. Dari hasil evaluasi yang
penulis lakukan didapat data subyektif Tn. J mengatakan nyeri berkurang, nyeri seperti
ditusuk-tusuk, nyeri hilang timbul, skala nyeri 3, keluarga mengatakan mengetahui
perngertian gastritis, tanda dan gejala serta faktor penyebab. Obyektifnya tidak ada nyeri
tekan, keluarga mampu menjelaskan kembali tentang penyakit gastritis, sehingga masalah
nyeri dan pengetahuan keluarga teratasi. Dan tindakan keperawatan yaitu anjurkan klien
untuk relaksasi nafas dalam, anjurkan istrahat saat nyeri muncul dan anjurkan klien
makan tepat waktu. Diharapkan keluarga mampu merawat anggota keluarga yang
menderita penyakit gastritis dan menerapkan pola hidup sehat terutama dalam pemenuhan
nutrisi, diet, pola makan yang teratur dan hindari faktor penyebab pada penderita gastritis.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Siska Dwi Handayani, Cecep Eli
Kosasih, Ayu Prawesti Priambodo (2012) dengan judul “Hubungan Dukungan
Keluarga Dengan Kekambuhan Pasien Gastritis di Puskesmas Jatinangor”.
Berdasarkan hasil penelitian pada bulan April-Mei 2012 dapat disimpulkan :
Hampir sebagian responden tidak mendukung terhadap pasien gastritis, Sebagian
besar pasien gastritis sering mengalami kekambuhan gastritis, Terdapat hubungan
yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kekambuhan pasien gastritis
dengan derajat sedang dan dukungan emosional mempunyai hubungan yang paling
erat dengan kekambuhan gastritis
4) Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi mulkosa lambung

Intervensi : Pola Makan

a) Summary jurnal

No Topik Penelitian Tahun Metode Populasi & sampel Hasil Kesimpulan


1. Hubungan Pola Yudha Fika 2020 Penelitian ini Teknik sampling Berdasarkan hasil Hasil analisis
Makan Dengan Diliyana, menggunakan yang digunakan penelitian kejadian menunjukkan bahwa pada
Kejadian Yeni Utami jenis penelitian dalam penelitian ini gastritis pada remaja kelompok kasus gastritis
Gastritis Pada analitik yang adalah porposive di wilayah kerja terdapat 64,7 % responden
Remaja di bersifat sampling. Populasi Puskesmas Balowerti dengan pola makan tidak
Wilayah Kerja menjelaskan dalam penelitian ini Kota Kediri pada sehat dan pada kelompok
Puskesmas hubungan antar adalah rerata jumlah kelompok kasus kontrol non gastritis
Balowerti Kota variabel melalui kunjungan pasien proporsi terbesar terdapat 52,4% responden
Kediri hipotesa dengan remaja dalam satu sebanyak 22 dengan pola makan tidak
menggunakan bulan yang berobat responden (64,7%) sehat. Sedangkan hasil uji
desain ke Puskesmas dengan memiliki statistik Chi Square
pendekatan case Balowerti sebanyak pola makan tidak didapatkan hasil ρ value
control 153 remaja dengan sehat dan 12 sebesar 0,048 dengan taraf
rincian 101 pasien responden (35,2%) signifikansi 0,05. Adapun
non gastritis dan 52 dengan pola makan kriteria pengujian adalah
pasien dengan sehat. Sedangkan hipotesis nol (H0) ditolak
gastritis. Setelah pada kelompok jika ρ < 0,05. Karena ρ
dilakukan kontrol 23 responden value dalam uji statistik
penghitungan, (46,0%) memiliki lebih besar daripada 0,05
didapatkan sample pola makan tidak maka H0 ditolak yang
kasus sebanyak 34 sehat dan 27 berarti bahwa ada
responden dan responden (54,0%) hubungan yang signifikan
sample kontrol dengan pola makan antara pola makan dengan
sebanyak 50 sehat. kejadian gastritis pada
responden. remaja. Hasil odd ratio
(or) menunjukkan orang
yang memiliki pola makan
tidak sehat resiko untuk
terkena gastritis serendah-
rendahnya 0.154 dan
setinggi-tingginya 0.995
daripada orang yang
memiliki pola makan
sehat. Kesimpulan
penelitan ini adalah pola
makan yang tidak sehat
memicu terjadinya
penyakit gastritis.
Diharapkan adanya
pendidikan kesehatan bagi
penderita gastritis di
Wilayah Kerja Puskesmas
Kota Kediri.
2. Hubungan Pola Hamidatus 2018 Jenis penelitian Populasi dalam Dari hasil penelitian ini Berdasarkan hasil penelitian,
Makan Dengan Dariz Saadah yang digunakan penelitian ini adalah didapatkan bahwa analisa dan pembahasan
Kekambuhan adalah semua mahasiswa hasil tabel chi square pada tiap – tiap variabel

Gastritis korelasional akper pemkab ngawi test dapat diperoleh Hubungan pola makan

Mahasiswa dengan desain yang pernah nilai ρ = 0.3 hasil ini di Dengan Kekambuhan

Akper Pemkab cross sectional. menderita gastritis bandingkan dengan  Gastritis Mahasiswa Akper

Ngawi dalam kurun waktu ± = 0,05, maka H1 Pemkab Ngawi, pada bulan
1tahun berjumlah 49 diterima berarti tidak Oktober - November 2017,
orang. Sampel dalam ada hubungan antara dapat disimpulkan bahwa :
penelitian ini adalah Pola Makan Dengn Pola makan Mahasiswa
mahasiswa yang Kekambuhan Gastritis Akper Pemkab Ngawi
pernah menderita Mahasiswa Akper didapat 25 (56,8%) pola
penyakit gastritis Pemkab Ngawi. Karena makan tidak sehat dan 19
dalam kurun waktu ± 1 kekambuhan gastritis (43,2%) pola makan sehat,
tahun yang memenuhi tidak hanya di kekambuhan Mahasiwa
kriteria inklusi dan pengaruhi dengan pola Akper Pemkab Ngawi
dihitung dengan makan yang sehat. ada didapatkan 27 (61,4%)
rumus n sehingga beberapa faktor yang kambuh dan 17 (38,6) tidak
didapatkan sampel mempengaruhi, antara kambuh, hubungan Pola
sebanyak 44 orang lain olahraga, Makan Dengan Kekambuhan
Pada penelitian ini makanan, dan stress. Gastritis Mahasiswa Akper
dalam menentukan (M Putra ,2000). Pemkab Ngawi yaitu Tidak
sampel menggunakan Ada Hubungan dengan hasil
”Simple Random ρ = 0,300, melihat hasil
sampling”. penelitian bahwa sebagaiana
besar responden
mempunyai pola makan
yang tidak sehat, untuk itu di
harapkan hal ini dapat
mengatur pola makan yang
lebih baik.
3. Hubungan Pola Widiya 2018 Jenis penelitian Populasi penelitian Hasil univariat Simpulan penelitian ini
Makan dan Tussakinah, yang ini adalah ini adalah semua didapatkan adalah terdapat hubungan
Tingkat Stres Masrul, Ida deskriptif analitik pasien dengan prevalensi kambuh bermakna antara pola
Terhadap Rahmah dengan kejadian gastritis di (55,6%), sampel makan dan tingkat stres
Kekambuhan Burhan pendekatan Puskesmas Tarok dengan pola makan dengan kekambuhan
Gastritis di cross-sectional Kota Payakumbuh kurang baik (20%) gastritis pada masyarakat
Wilayah Kerja study. tahun 2017 dengan dan sampel dengan wilayah kerja Puskesmas
Puskesmas Tarok jumlah sampel tingkat stres berat Tarok kota Payakumbuh
Kota Payakumuh sebanyak 90 (26,7%). Hasil tahun 2017.
Tahun 2017 responden yang analisis bivariat Terdapat hubungan yang
diambil dengan menunjukkan ada signifikan antara pola
menggunakan teknik hubungan antara makan dengan
systematic random pola makan dengan kekambuhan gastritis.
sampling kekambuhan gastritis Terdapat hubungan yang
(p=0,000) dan juga signifikan antara tingkat
ada hubungan antara stres dengan kekambuhan
tingkat stres dengan gastritis.
kekambuhan gastritis
(p=0,000).
b) Literatur riview

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Yudha Fika Diliyana, Yeni Utami (2020)
dengan judul “Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Gastritis Pada Remaja di
Wilayah Kerja Puskesmas Balowerti Kota Kediri”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
yaitu 25 (56,8%) mempunyai kebiasaan pola makan yang tidak sehat dan 19 (43,2%)
melakukan kebiasaan pola makan yang sehat. Sedangkan dari 44 mahasiwa yang pernah
mempunyai penyakit Gastritis yang 27 (61,4%) kambuh dan 17 (38,6%) tidak kambuh.
Dengan menggunakan uji korelasi Chi Square didapatkan ρ = 0.300 dan tingkat kesalahan
ᾱ = 0,05, dapat disimpulkan ρ hitung > ᾱ berarti tidak ada hubungan pola makan dengan
kekambuhan gastritis pada mahasiswa. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
mahasiswa perlu meningkatkan pola makannya agar tidak terjadi kekambuhan gastritis di
kemudian hari.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Hamidatus Dariz Saadah (2016) dengan
judul “Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Ceramah Untuk Meningkatkan
Pengetahuan Keluaga Dengan Gastritis”. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa hasil
tabel chi square test dapat diperoleh nilai ρ = 0.3 hasil ini di bandingkan dengan  = 0,05,
maka H1 diterima berarti tidak ada hubungan antara Pola Makan Dengn Kekambuhan
Gastritis Mahasiswa Akper Pemkab Ngawi. Karena kekambuhan gastritis tidak hanya di
pengaruhi dengan pola makan yang sehat. ada beberapa faktor yang mempengaruhi,
antara lain olahraga, makanan, dan stress. (M Putra ,2000) Hasil penelitian menunjukkan
bahwa yaitu 25(56,8%) mempunyaikebiasaan pola makan yang tidak sehat dan 19
(43,2%) melakukan kebiasaan pola makan yang sehat. Sedangkan dari 44mahasiwa yang
pernah mempunyai penyakit Gastritisyang 27 (61,4%) kambuh dan 17 (38,6%) tidak
kambuh. Dengan menggunakan uji korelasi Chi Square didapatkan ρ= 0.300 dan tingkat
kesalahan ᾱ= 0,05, dapat disimpulkan ρ hitung > ᾱberarti tidak ada hubungan pola makan
dengan kekambuhan gastritis pada mahasiswa. Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa mahasiswa perlu meningkatkan pola makannya agar tidak terjadi
kekambuhan gastritis di kemudian hari.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Widiya Tussakinah, Masrul, Ida Rahmah
Burhan (2018) dengan judul “Hubungan Pola Makan dan Tingkat Stres Terhadap
Kekambuhan Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Tarok Kota Payakumuh Tahun
2017”. Hasil univariat didapatkan prevalensi kambuh (55,6%), sampel dengan pola
makan kurang baik (20%) dan sampel dengan tingkat stres berat (26,7%). Hasil analisis
bivariat menunjukkan ada hubungan antara pola makan dengan kekambuhan gastritis
(p=0,000) dan juga ada hubungan antara tingkat stres dengan kekambuhan gastritis
(p=0,000). Simpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan bermakna antara pola makan
dan tingkat stres dengan kekambuhan gastritis pada masyarakat wilayah kerja Puskesmas
Tarok kota Payakumbuh tahun 2017. Terdapat hubungan yang signifikan antara pola
makan dengan kekambuhan gastritis. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat
stres dengan kekambuhan gastritis.
5) Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi mulkosa lambung

Intervensi : pemberian obat

a) Summary jurnal

No Topik Penelitian Tahun Metode Populasi & Hasil Kesimpulan


sampel
1. Gambaran Chitra 2021 Penelitian 1085 lembar Dari hasil penelitian Berdasarkan keseluruhan
Pemberian Obat Astari, Al dilakukan resep gastritis diketahui bahwa pasien
Pada Paien Syahril dengan yang diperoleh Berdasarkan jenis gastritis yang berobat
Gastritis di Samsi, Nur metode dari apotek kelamin penderita diPuskesmas
Puskesmas Qhabilah deskriptif Puskesmas gastritis yang Sendana selama bulan
Sendana Kota Anastasya observasional. Sendana. terbanyak adalah laki- Januari-Desembar
Palopo laki yaitu 670 pasien 2014 cukup besar yaitu
dengan presentase berjumlah 1085
61,75%. Berdasarkan Resep/Pasien. Golongan
usia penderita obat gastritis yang
gastritis yang terbanyak digunakan di Puskesmas
usia 17-39 tahun yaitu Sendana yaitu
55,99%. Berdasarkan antasida, Antagonis
status pengobatan adalah Reseptor H2,
askes yaitu Penghambat Pompa Proton
51,14%. Berdasarkan Dari ketiga golongan obat
Golongan dan jenis yang
obat yang paling paling banyak digunakan
banyak digunakan yaitu antasida
antasida sebesar 58,81%. sebanyak 58,81% dan
Dari ketiga golongan golongan obat
obat, golongan antasida kombinasi yang paling
paling banyak banyak
digunakan yaitu digunakan yaitu antasida
sebanyak 638 dan antagonis
pasien dengan presentase sebesar 33,52%.
58,81%.

2. Evaluasi Dini 2021 Penelitian ini Jumlah sampel Dari hasil penelitian Berdasarkan kerasionalan
Penggunaan Obat Mayasari, menggunakan yang bahwa obat Gastritis
Gastritis Pada Delfi Metode digunakan pasien terbanyak pada pasien Gstritis dengan
Pasien Rawat Mutiara, deskriptif dalam menggunakan obat meliputi 4 aspek yaitu tepat
Inap di RS Debi Dinha Metode riset penelitian ini gastritis indikasi,
Grandmed Lubuk Octora ini dapat 64 rekam yaitu tepat obat, tepat pasien,
Pakam dibagi medis pasien Antasida dan tepat
menjadi yang sebanyak 30 dosis. Dari hasil
terdiagnosis orang (46,9%). Diikuti
dua yaitu gastritis. pasien penelitian yang
Longitudinal paling didapatkan nilai presentase
(sepanjang terendah menggunakan untuk tepat
waktu) dan obat Gastritis indikasi sebesar 96,9%
Cross adalah Ranitidine , tepat obat
Sectional 16 orang (25%). sebesar
(waktu 96,9%
tertentu). , tepat pasien 100%,
dan tepat dosis sebesar 100%

3. Efektifitas Biaya Nur 2019 metode Seluruh Hasil penelitian Berdasarkan dari penelitian
cross-sectiona
Penggunaan Aminatus pasien menunjukkan yang telah dilakukan dapat
Omeprazole dan Sholihah dengan rata-rata total biaya disimpulkan bahwa terapi
Ranitidin Pada diagnosa terapi omeprazole Rp. omeprazole lebih cost-
Gastritis gastritis 544.802,59 dan ranitidin effective
yang Rp.557.563,12, dengan nilai ACER sebesar
diterapi dengan probabilitas Rp. 9.234,06/1% kesembuhan
dengan sebesar 0,696 > 0,05, daripadaterapi ranitidin Rp.
omeprazole yang berarti tidak ada 10.932,61/1% kesembuhan
atau ranitidin beda signifikan. Terapi pada pasien rawat inap
dan dirawat omeprazole lebih efektif gastritis.
inap di RSUD. dari pada ranitidin dengan
Karanganyar nilai persentase
pada tahun efektivitas berturut-turut
2016. Total sebesar 59,38 % dan
populasi 51,41 %. Nilai ACER
adalah 143 terapi omeprazole Rp.
pasien. 9.234,06/1% kesembuhan
Sampel pada lebih rendah daripada
penelitian ini ranitidin
diambil Rp.10.932,61/1%
berdasarkan kesembuhan, sehigga
teknik omeprazole lebih
purposive cost effective
sampling dibandingkan dengan
ranitidin
b) Literatur riview

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Chitra Astari, Al Syahril Samsi, Nur
Qhabilah Anastasya (2021) yang berjudul “Gambaran Pemberian Obat Pada Paien
Gastritis di Puskesmas Sendana Kota Palopo”. Dari hasil penelitian diketahui bahwa
Berdasarkan jenis kelamin penderita gastritis yang terbanyak adalah laki-laki yaitu 670
pasien dengan presentase 61,75%. Berdasarkan usia penderita gastritis yang terbanyak
usia 17-39 tahun yaitu 55,99%. Berdasarkan status pengobatan adalah askes yaitu
51,14%. Berdasarkan Golongan dan jenis obat yang paling banyak digunakan yaitu
antasida sebesar 58,81%. Dari ketiga golongan obat, golongan antasida paling banyak
digunakan yaitu sebanyak 638 pasien dengan presentase 58,81%.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Dini Mayasari, Delfi Mutiara, Debi Dinha
Octora (2021) yang berjudul “Evaluasi Penggunaan Obat Gastritis Pada Pasien Rawat
Inap di RS Grandmed Lubuk Pakam”. Dari hasil penelitian bahwa pasien terbanyak
menggunakan obat gastritis yaitu Antasida sebanyak 30 orang (46,9%). Diikuti pasien
paling terendah menggunakan obat Gastritis adalah Ranitidine16 orang (25%).
Berdasarkan kerasionalan obat Gastritis pada pasien Gstritis dengan meliputi 4 aspek
yaitu tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien, dan tepat dosis. Dari hasil
penelitian yang didapatkan nilai presentase untuk tepat indikasi sebesar 96,9%, tepat
obat sebesar96,9%, tepat pasien 100%, dan tepat dosis sebesar 100%.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Nur Aminatus Sholihah (2019) yang
berjudul “Efektifitas Biaya Penggunaan Omeprazole dan Ranitidin Pada Gastritis”. Hasil
penelitian menunjukkan rata-rata total biaya terapi omeprazole Rp. 544.802,59 dan
ranitidine Rp.557.563,12, dengan probabilitas sebesar 0,696 > 0,05, yang berarti tidak ada
beda signifikan. Terapi omeprazole lebih efektif dari pada ranitidin dengan nilai
persentase efektivitas berturut-turut sebesar 59,38 % dan 51,41 %. Nilai ACER terapi
omeprazole Rp. 9.234,06/1% kesembuhan lebih rendah daripada ranitidin
Rp.10.932,61/1% kesembuhan, sehigga omeprazole lebih cost effectivedibandingkan
dengan ranitidine. Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa terapi omeprazole lebih cost-effective dengan nilai ACER sebesar Rp.
9.234,06/1% kesembuhan daripadaterapi ranitidin Rp. 10.932,61/1% kesembuhan pada
pasien rawat inap gastritis.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.pkr.ac.id/1302/1/08072020%20KOREKSI%20IRAWATI%20KTI
%20REVISI.pdf

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2129/1/KTI%20PAK%20DWI%20S.pdf

http://repo.stikesperintis.ac.id/176/1/58%20NELVAWATI.pdf

https://stikesmukla.ac.id/downloads/makalah/ASUHAN%20KEPERAWATAN%20PASIEN
%20dengan%20GASTRITIS.pdf

https://semnaskes.unipasby.ac.id/prosiding/index.php/semnaskes-2019/article/view/25/7

http://e-jurnal.stikesmitraadiguna.ac.id/index.php/jkp/article/view/63/55

https://jurnal.umpp.ac.id/index.php/prosiding/article/view/743/506

https://genius.inspira.or.id/index.php/indogenius/article/view/58/33

http://e-journal.lppmdianhusada.ac.id/index.php/jkk/article/view/102/95

http://jurnal.akperdharmawacana.ac.id/index.php/JWC/article/viewFile/183/94

https://journal3.uin-alauddin.ac.id/index.php/asjn/article/view/20199

http://eprints.ums.ac.id/44474/

http://jurnal.unpad.ac.id/ejournal/article/view/595/649

https://core.ac.uk/download/pdf/327216479.pdf

http://jurnal.akperngawi.ac.id/index.php/cakra/article/view/18

http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/805

https://stikeskjp-palopo.e-journal.id/JFK/article/view/129 \

https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JFM/article/view/577

http://ejournal.uhb.ac.id/index.php/VM/article/view/498

Anda mungkin juga menyukai