ULKUS DEKUBITUS
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 4
2019-2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……….………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………………..
A. LATAR BELAKANG……………………………………………………........
B. RUMUSAN MASALAH……………………………………………………...
C. TUJUAN………………………………………………………………............
A. LANDASAN TEORI………………………………………………………….
1. Definisi…………………………………………………………………….
2. Etiologi…………………………………………………………………….
3. Patofisiologi ………………………………………....................................
4. Manifestasi Klinis …………………………………………………………
5. Komplikasi ……………………………………………………………….
6. Pemeriksaan penunjang……………………………………………………
7. Penatalaksanaan……………………………………………………………
8. Pencegahan………………………………………………………………...
9. Faktor risiko
10. Tanda dan gejala…………………………………………………………...
B. KONSEP KEPERAWATAN……………………………………………….....
1. Pengkajian…………………………………………………………………
2. Diagnosa Keperawatan…………………………………………………….
3. Intervensi Keperawatan……………………………………………………
4. Pathway……………………………………………………………………
1. Pengkajian……………………………………………………………………..
2. Diagnosa Keperawatan………………………………………………………...
3. Intervensi………………………………………………………………………
4. Implementasi………………………………………………………………......
5. Evaluasi………………………………………………………………………..
BAB IV PENUTUP……………………………………................................................
A. Kesimpulan…………………………………………………………………….
B. Saran……………………………………………………………………….......
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatNya kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN ULKUS DEKUBITUS” dengan baik dan tepat waktu. Adapun pembuatan
makalah ini dilakukan sebagai pemenuhan nilai tugas dari Mata Kuliah KEPERAWATAN
MEDIKAL BEDAH. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan untuk memberikan
manfaat yang berguna bagi ilmu pengetahuan.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat dan membantu
dalam pembuatan makalah sehingga semua dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. Selain
itu, kami juga mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun terhadap kekurangan
dalam makalah agar selanjutnya kami dapat memberikan karya yang lebih baik dan sempurna.
Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pengetahuan para pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu aspek penting dalam pelayanan rumah sakit adalah perawatan pasien secara
holistic yang meliputi bilogis, psikologis, sosiologi, dan spiritual. Termasuk di dalamnya
perawatan bagi pasien tirah baring lama yang mengalami gangguan mobilitas seperti pasien
stroke, fraktur tulang belakang atau penyakit degenerative. Immobilisasi sebagai salah satu
tindakan perawatan trauma dan penyakit kronik, meskipun memberikan banyak manfaat, jika
terjadi terlalu lama akan menyebabkan beberapa komplikasi, seperti atrofi otot, hipotensi
ortostatik, kontraktur dan lain-lain. Salah satu komplikasi yang terbanyak adalah ulkus decubitus
atau pressure ulcer. (JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015.)
Ulkus dekubitus adalah komorbid serius pada pasien geriatri. Insidensinya cukup tinggi yaitu 11 % pada
pasien lansia. Populasi dengan usia 7-75 tahun memliki resiko dua kali lipat untuk dapat menderita ulkus
dekubitus dibandingkan dengan pasien usia 55-69 tahun. Indisensi tertinggi adalah pada usia 80-84 tahun.
Beberapa studi telah membuktikan bawah 95 % kasus ulkus dekubitus dapat dicegah. Tindakan
pencegahan terbukti lebih efektif dan efisien dibandingkan terapi. Tindakn pencegahan meliputi
mobilisasi, perawatan kulit, pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi, penggunaan alat bantu untuk bergerak,
pendidikan kesehatan dan kondisi sosial lingkungan sekitar pasien. Sedangkan tindakan untuk terapi
meliputi pemberian perawatan luka topikal, obat sistemik dan operasi yang dilakukan sedini mungkin .
(Mahmuda, I. 2019).
.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan ulkus dekubitus?
2. Bagaimana etiologi ulkus dekubitus?
3. Bagaiman pathofisiologi ulkus dekubitus?
4. Tinjauan kasus pada pasien dekubitus?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian Ulkus Dekubitus.
2. Untuk mengetahui etiologi ulkus dekubitus.
3. Untuk mengetahui pathofisiologi ulkus decubitus
4. Untuk mengetahui tinjauan kasus pada pasien penderita decubitus
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. LANDASAN TEORI
1. DEFINISI
Dekubitus adalah kerusakan jaringan yang terlokalisir yang disebabkan karena adanya
kompresi jaringan yang lunak diatas tulang yang menonjol (bony prominence) dan
adanya tekanan dari luar dalam jangka waktu yang lama. Kompresi jaringan akan menyebabkan
gangguan suplai darah pada daerah yang tertekan. Apabila berlangsung lama, hal ini akan
menyebabkan insufisiensi aliran darah, anoksia atau iskemia jaringan dan akhirnya dapat
menyebabkan kematian sel (Suriadi, 2004).
Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal akibat dari tekanan
dari luar yang berhubungan dengan penonjolan tulang dan tidak sembuh dengan urutan dan
waktu yang biasa, gangguan ini terjadi pada individu yang berada diatas tempat tidur, seringkali
pada inkontinensia, malnutrisi, ataupun individu, yang mengalami kesulitan makan diri sendiri,
serta mengalami gangguan tingkat kesadaran (Potter & Perry, 2005).
2. ETIOLOGI
1. Faktor Intrinsic : Penuaan (regenarasi sel lemah), sejumlah penyakit yang
menimbulkan seperti DM, status gizi, underweight atau kebalikannya overweight,
anemia, Hipoalbuminemia, penyakit-penyakit neurologic dan penyakit-penyakit yang
merusak pembuluh darah, keadaan hidrasi cairan tubuh.
2. Factor Ekstrinsik : Kebersihan tempat tidur, alat-alat tenun yang kusut dan kotor, atau
peralatan medic yang menyebabkan penderita terfiksasi pada suatu sikap tertentu,
duduk yang buruk, posisi yang tidak tepat, perubahan posisi yang kurang.(Panduan
Penyusunan Asuhan Profesional, Jilid 1)
3. PATOFISIOLOGI
Empat factor yang mempengaruhi pada potogenesis timbulnya ulkus decubitus
adalah, tekanan, daya renggang, gesekan, dan kelembaban.
a. Tekanan
Tekanan darah pada kapiler berkisar antara 16 mmHg – 33 mmHg. Kulit akan
tetap utuh karena sirkulasi darah terjaga, bila tekanan padanya masih berkisar pada
batas-batas tersebut. Tetapi sebagai contoh bila seorang penderita immobil terpancang
pada tempat tidurnya secara pasif dan berbaring di atas kasur busa biasa maka
tekanan daerah sacrum akan mencapai 60-70 mmHg, daerah tumit mencapai 30-45
mmHg. Tekanan ini akan menimbulkan daerah iskemik dan bila berlanjut terjadi
nekrosis jaringan kulit. Substansia H yang mirip histamin dilepaskan oleh sel-sel
iskemik, terjadi akumulasi metabolik seperti kalium, adenosine dipospat (ADP),
hydrogen dan asam laktat, yang diduga sebagai faktor penyebab dilatasi pembuluh
darah. Trauma akibat tekanan umumnya dimulai pada jaringan yang lebih dalam dan
menyebar ke permukaan kulit.
b. Daya Renggang (shear)
Faktor terengangnya kulit misalnya akibat gerakan meluncur ke bawah pada
penderita dengan posisi setengah duduk atau setengah berbaring. Faktor terlipatnya
kulit akibat gesekan badan yang sangat kurus dengan alas tempat tidur, sehingga
seakanakan kulit tertinggal dari area tubuh lainnya.Pada dasarnya, sulit untuk
menciptakan suatu tekanan tanpa disertai dengan adanya faktor shearing baik disertai
kompresi maupun tanpa kompresi.
c. Gesekan (Friction)
Pada pasien imobilisasi dengan posisi setengah duduk dan kecendrungan
tubuh meluncur ke bawah, apalagi keadaan tubuh basah.1Gesekan yang terjadi antara
kulit dan permukaan lain dapat menyebabkan hilangnya lapisan startum korneum
namun masih dalam batas normal. Bila gesekan terjadi secara terus-menerus dan
berulang maka akan menyebabkan pelepasan lapisan stratum korneum lebih banyak
sehingga akan menimbulkan cedera pada kulit
d. Kelembaban
Ini merupakan faktor ekstrinsik yang penting.Salah satu contoh kelembaban
ekstrinsik dapat berasal dari keringat, urin, feses yang dapat menyebabkan terjadinya
maserasi pada permukaan kulit. Kulit yang sudah maserasi akan membentuk lepuh
dan rentan terhadap kerusakan struktur kulit. Kelembaban yang berlebihan pada
permukaan kulit juga akan melemahkan penghalang kulit dan membuatnya lebih
rentan terhadap tekanan, shearing dan gesekan. Hal inilah yang menjadi faktor utama
untuk terjadinya ulserasi.(Joudy Gessal).
4. MANIFESTASI KLINIS
1. Tanda cidera awal adalah kemarahan yang tidak menghilang apabila ditekan ibu jari
2. Pada cidera yang lebih berat dijumpai ulkus dikulit
3. Dapat timbul rasa nyeri dan tanda-tanda sistematik peradangan, termasuk demam dan
peningkatan hitung sel darah putih
4. Dapat terjadi infeksi sebagai akibat dari kelemahan dan perawatan di rumah sakit
yang berkepanjangan bahkan pada ulkus kecil. .(Panduan Penyusunan Asuhan
Profesional, Jilid 1)
Penilaian dikubitus berdasarkan skor Norton :
Item Skor
Kondisi fisik umum
Baik 4
Lumayan 3
Buruk 2
Sangat buruk 1
Kesadaran
Komposmentis 4
Apatis 3
Konfus/soporis 2
Stupor/koma 1
Aktivitas
Ambulan 4
Ambulan dengan bantuan 3
Hanya bisa duduk 2
Tiduran 1
Mobilitas
Bergerak bebas 4
Sedikit terbatas 3
Sangat terbatas 2
Tak bisa bergetar 1
Inkontinensia
Tidak 4
Kadang-kadang 3
Sering inkontinensia urine 2
Sering inkontinensia alvi dan urine 1
Skor total
Ket : Risiko decubitus jika skor total <14
5. KOMPLIKASI
Ulkus dekubitus bisa menimbulkan komplikasi berikut ini, yang bahkan mampu
mengancam nyawa.
a. Selulitis
Selulitis adalah infeksi dari kulit dan jaringan ikat lunak. Kondisi ini dapat
menyebabkan daerah yang terinfeksi terasa hangat, kemerahan dan bengkak. Orang
dengan saraf yang rusak seringkali tidak merasakan sakit pada area yang
mengalami selulitis.
b. Infeksi tulang dan sendi
Infeksi dari luka akibat tekanan dapat masuk sampai ke dalam sendi dan tulang.
Infeksi sendi (septic arthritis) dapat merusak tulang rawan dan jaringan. Infeksi
tulang (osteomielitis) dapat mengurangi fungsi sendi dan anggota badan.
c. Kanker
Luka yang tidak sembuh dalam jangka panjang (Marjolin’s ulcer) dapat berkembang
menjadi squamous cell carcinoma.
d. Sepsis
Walaupun jarang, ulkus pada kulit dapat menyebabkan sepsis. .(Panduan Penyusunan
Asuhan Profesional, Jilid 1)
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Kultur : Pertumbuhan mikroorganisme tiruan atau sel-sel jaringan
2. Albumin serum : protein utama dalam plasma dan cairan serosa
lain. (Panduan Penyusunan Asuhan Profesional, Jilid 1)
7. PENATALAKSANAAN
1. Observasi keadaan kulit
Pemeriksaan dengan cara inspeksi visual dan taktil pada kulit. Observasi dilakukan
untuk menentukan karakteristik kulit normal pasien dan setiap area yang potensial
atau actual mengalami kerusakan. Bagian yang diberikan perhatian khusus yaitu pada
daerah dibawah gips, traksi, balutan, tongkat penopang, penyangga leher, atau
peralatan orthopedia lain. Tanda peringatan dini yang menunjukkan kerusakan
jaringan akibat tekanan darah lecet atau bintil-bintil pada area yang menanggung
beban berat tubuh dan mungkin disertai hyperemia. Permukaan tubuh yang paling
terbebani berat badan ataupun tekanan merupakan area beresiko tinggi terjadi
decubitus. Observasi ini harus terus dilakukan agar luka decubitus yang sudah ada
tidak semakin parah
2. Mobilisasi
Pasien harus mempunyai rentang gerak yang adekuat untuk bergerak secara mandiri
kebantuk posisi yang lebih terlindung. Kemandirian mobilisasi pasien sering
mengubah posisinya dan melakukan tindakan dapat menghilangkan tekanan yang
dialaminya. Dengan begitu, luka decubitus tidak bertambah luas.
3. Status Nutrisi
Untuk mempercepat penyembuhan luka decubitus, maka pemberian nutrisi harus
adekuat
4. Nyeri
Manajemen nyeri dalam perawatan pasien luka dekubitis
5. Infeksi
Dapat diberikan antipiretik dan antibiotic spectrum luas untuk mengatasi infeksinya.
Bila dapat kultur, maka antibiotic diberikan sesuai hasil kultur. .(Panduan
Penyusunan Asuhan Profesional, Jilid 1)
8. PENCEGAHAN
Ulkus dekubitus disebabkan oleh tekanan pada kulit dalam jangka waktu yang lama.
Kondisi ini dapat dicegah dengan mengubah posisi tubuh secara berkala untuk mengurangi
tekanan secara terus-menerus pada area tubuh tertentu.
Penderita penyakit yang berisiko mengalami ulkus dekubitus juga perlu mendapatkan
asupan nutrisi dan cairan yang cukup, tidak merokok, serta mengelola stres dengan baik untuk
mencegah munculnya luka dekubitus atau bed sores. Penggunaan kasur antidekubitus dan
pengolesan losion pada kulit agar kulit tetap lembap juga dapat membantu mencegah ulkus
dekubitus. (Sumber: Suriadi, 2004)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan turgor kulit
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleran aktivitas
d. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan proses penyakit (luka decubitus)
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Noc Nic
Keperwatan
Kerusakan integritas Integritas jaringan : Kulit Perawatan luka tekan
kulit b/d gangguan & Membran Mukosa Jaga agar luka tetap
turgor kulit Suhu Kulit (2) lembab untuk
Integritas kulit (1) membantu proses
Lesi pada kulit (1) penyembuhan
Pengelupasan kulit Berikan saleb jika
(1) dibutuhkan
Wajah pucat (3) Monitor tanda dan
Nekrosis (2) gejala infeksi di area
luka
Posisi Tubuh : Berinisiatif
Sendiri Perawatan Luka
Bergerak pada posisi Monitor karakteristik
duduk ke posisi luka, termasuk
berbaring (1) drainase, warna,
Berpindah dari satu ukuran, dan bau
sisi ke sisi yang lain Ukur luas luka yang
sambil berbaring (1) sesuai
Bergerak dari depan Berikan perawatan
ke belakang sambil ulkus pada kulit, yang
berbaring (1) diperlukan
Bergerak dari Perkuat balutan (luka),
belakang ke depan sesuai kebutuhan
sambil bergerak (3) Pengecekan kulit
Periksa kulit dan
selaput lendir terkait
dengan adanya
kemerahan,
kehangatan ekstrim,
edema atau drainase
Amati warna,
kehangatan, bengkak,
pulpasi, tekstur,
edema, dan ulserasi
pada ekstremitas
Monitor warna dan
suhu kulit
Monitor kulit untuk
adanya ruam dan lecet
Monitor kulit untuk
adanya kekeringan
yang berlebihan dan
kelembaban.
Nyeri akut b/d agen Kontrol Nyeri Pemberian analgesic
cedera biologis Mengenali kapan Tentukan lokasi,
nyeri terjadi (3) karakteristik, kualitas
Menggunakan dan keparahan nyeri
tindakan sebelum mengobati
pengurangan (nyeri) pasien
tanpa analgesic (3) Cek adanya riwayat
Melaporkan nyeri alergi obat
yang terkontrol (3) Tentukan analgesic
sebelumnya, rute
Tingkat nyeri pemberian, dan dosis
Panjangnya episode untuk mencapai hasil
nyeri (4) pengurangan nyeri
Tidak bisa yang optimal
beristirahat (3) Berikan kebutuhan
Ekspresi nyeri wajah kenyamanan dan
(3) aktifitas lain yang
dapat membantu
Tingkat kecemasan relaksasi untuk
Tidak dapat memfasilitasi
beristirahat (3) penurunan nyeri
Manajemen Nyeri
Perasaan gelisah (3)
Lakukan pengkajian
Wajah tegang (3) nyeri komprehensif
Serangan panic (3) yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset
atau durasi, prekuensi,
kualitas, intensitas
atau beratnya nyeri
dan factor penyetus
Pastikan perawatan
analgesic bagi pasien
dilakukan dengan
pemantauan yang ketat
Tentukan kebutuhan
prekuensi untuk
melakukan pengkajian
ketidaknyamanan
pasien dan
mengimplementasikan
rencana monitor
Bantuan pasien untuk
pemberian analgesik
Instruksikan pasien
dan keluarga untuk
memonitor intensitas,
kualitas dan durasi
nyeri
Konsultasikan dengan
pasien, anggota
keluarga dan dokter
untuk menyesuaikan
interval penghentian,
laju dasar dan dosis
yang dibutuhkan
sesuai dengan respon
pasien
Intruksikan pasien dan
anggota keluarga
terkait reaksi dan efek
samping dari agen
pengurang rasa nyeri
Hambatan mobilitas Pergerakan Perawatan Tirah Baring
fisik b/d intoleran Gerakan otot (3) Hindari menggunakan
aktifitas Cara bergerak (3) kain linen kasur yang
Berjalan (4) teksturnya kasar
Bergerak dengan Monitor kondisi kulit
mudah (2) (pasien)
Monitor komplikasi
Toleransi Terhadap dari tirah baring
aktivitas (misalnya, kehilangan
Tekanan darah tonus otot, nyeri
sistolik ketika punggung, konstripasi,
beraktivitas (2) peningkatan stress,
Kecepatan berjalan depresi, kebingungan,
(2) perubahan siklus tidur,
Kemudahan dalam infeksi saluran kemih,
melakukan Aktivitas kesulitan dalam
Hidup Harian berkemih, pnemounia)
(Activities of Daily
Living/ADL) (1) Peningkatan Mekanika
Tubuh
Tingkat Ketidaknyamanan Kaji komitmen pasien
Nyeri (3) untuk belajar dan
Menderita (3) menggunakan postur
(tubuh) yang benar
Informasikan kepada
pasien tentang struktur
dan fungsi tulang
belakang dan postur
yang optimal untuk
bergerak dan
menggunakan tubuh
Monitor perbaikan
postur
(tubuh)/mekanika
tubuh pasien
Gangguan Citra Citra Tubuh Peningkatan Citra Tubuh
Tubuh b/d proses Gambaran internal Tentukan harapan citra
penyakit (luka diri (3) diri pasien didasarkan
decubitus) Kepuasan dengan pada tahap
penampilan tubuh (2) perkembangan
Penyesuaian terhadap Bantuan pasien
perubahan tampilan mendiskusikan
fisik (2) perubahan-perubahan
(bagian tubuh)
Status Kenyamanan : disebabkan adanya
Psikospiritual penyakit atau
Kesejahteraan pembedahan, dengan
psikologis (3) cara yang tepat
Konsep diri (3) Bantu pasien untuk
Gambaran normal mengidentifikasi
diri (3) tindakan-tindakan
yang akan
meningkatkan
penampilan
Penuaan
Gangguan
Mobilitas
Tekanan Eksternal
Aliran darah
menurun
Hipoksia
Iskemik Jaringan
Kematian Jaringan
Perubahan
Temperatur Kulit
Dekubitus
Nyeri akut
Hilangnya sebagian Kerusakan
lapisan kulit, terjadi Integritas Kulit
Tingkat kesakitan luka
tinggi
Keterbatasan Hambatan
gerak Mobilitas Fisik
Gangguan Citra
Tubuh
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
ULKUS DEKUBITUS
Kasus :
Pasien Ny “ M “ masuk RS pada tanggal 10 desember 2019 dengan keluhan nyeri pada
luka bagian bawah tulang ekor dan luas luka sekitar 10 cm panjang sekitar 5 cm dengan
kedalaman luka sekitar 2 cm dan tidak tampak adanya pus, luka mulai granulasi. Dengan di
dapatkan keadaan umum pasien lemah. Serta merasa nyeri dengan skala 3. setelah dilakukan
pengkajian dan pemeriksaan fisik didapatkan penyebab dari luka tersebut dikarenakan Ny “M”
tidak dapat menggerakkan ekstremitas atas dan bawah sehingga dia tidak bisa menggerakkan
badannya, kelumpuhan tersebut dialami sekitar 3 minggu sebelum masuk Rs, dan didapatkan
riwayat penyakit pasien yaitu menderita penyakit hipertensi, dan sering keram pada ekstremitas.
Dan selama di rumah keluarga tidak melakukan imobilasi fisik. Pasien dibawa ke rs setalah dia
mengeluh sakit pada area tulang ekor.
Dan tanda – tanda vital sebagai berikut :
TD : 180/100 mmHg
P : 26 X/i
N : 88 x/i
S : 37,2°C
Nyeri : Skala 3
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
a. Identitas Pasien
Nama : Ny “M”
Umur : 58 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Suku : Bugis
Alamat : Jl. Urip Sumoharjo
No. RM 025184
Diagnosa medis : Ulkus Dekubitus
Tanggal medic : 10 Desember 2019
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn “A”
Umur : 32 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Urip Sumoharjo
Hubungan dengan pasien : Anak Kandung pasien
2. KELUHAN UTAMA
Pasien merasa nyeri pada area tulang ekor
3. PENGKAJIAN NYERI
P : Pasien mengatakan luka pada bagian bawah tulang ekor dan luas luka sekitar
10 cm panjang sekitar 5 cm dengan kedalaman luka sekitar 2 cm dan tidak tampak
adanya pus, luka mulai granulasi
Q : Seperti tertusuk-tusuk
R : Pasien merasa nyeri pada bagian bawah tulang
ekor S : Skala Nyeri yang dirasakan pasien 3
T : Hilang timbul (2-3 menit)
4. RIWAYAT KESEHATAN
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke RS tanggal 10 Desember 2019
dengan keluhan luka pada bagian bawah tulang ekor dan luas luka sekitar 10 cm
panjang sekitar 5 cm dengan kedalaman luka sekitar 2 cm dan tidak tampak adanya
pus, luka mulai granulasi.
Riwayat Penyakit dahulu : Pasien memiliki riwayat hipertensi, dan sering keram
pada ekstremitas
Riwayat Penyakit Keluarga : Dari keluarga pasien tidak ada penyakit keturunan
dan menular
5. POLA FUNGSI
Aktivitas/ istirahat
Sebelum sakit
Aktivitas seperti : mandi, berpakaian, eliminasai, mobilisasi ditempat tidur,
ambulansi, dan makan tidak ada gangguan, semua bisa dilakukan sendiri oleh pasien.
Saat sakit
Pasien merasa tidak mampu lagi melakukan aktifitas seperti biasa tanpa bantuan
orang lain.
Eliminasi
Sebelum sakit
BAB 1-2x sehari, bau : khas, konsistensi : Ampas. Warna: kuning kecoklatan, BAK : 4-5
sehari, warna agak kekuningan
Saat sakit
Pasien mengatakan BAB tidak lancar, pasien sudah 3 hari tidak BAB, BAK Lancar
Nutrisi dan Metabolik
Sebelum sakit
Pasien makan 3 kali sehari, minum air putih sebanyak 6 gelas sehari.
Saat sakit
Pasien mengatakan makan 2 kali sehari dan minum 4 gelas, nafsu makan sedikit
mengalami penurunan.
Pola istrirahat tidur
Sebelum sakit
Pasien mulai tidur jam 21.00 selama 8 jam, kualitas tidur nyenyak
Saat sakit
Pasien tidur selama 6 jam saat tidur pada waktu malam hari, tidur tidak nyenyak
Pola kognitif perceptual
Sebelum sakit
Status mental : Sadar, Bicara : Normal, Pendengaran : Normal, penglihatan Normal
Saat sakit
Status mental : Sadar, Bicara : Normal, Pendengaran : Normal, Penglihatan : Normal
Pola Konsep diri
Sebelum sakit
Harga diri, ideal diri, identitas diri, gambaran diri, dan peran diri tidak terganggu
Saat sakit
Harga diri, Ideal dir, dan identitas diri tidak terganggu sedangkan gambaran diri terganggu
karena pasien tidak mampu melakukan aktivitas seperti biasa.
6. PEMERIKSAAN FISIK
a) Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Composmentis (kesadaran normal)
b) Tanda-tanda vital :
TD : 180/100 mmHg
P : 26x/i
N : 88x/i
S : 37,2°C
c) Pemeriksaan Head To Toe
Kepala
Bentuk : mesochepal (kepala yang terbentur dibagian atas)
Rambut : pendek, warna hitam dan beruban.
Mata : penglihatan normal, kongjutiva tidak anemis, sklera tidak ikterus
Telinga : simetris, bersih, pendengaran baik
Hidung : tidak ada polip, bersih, fungsi penciuman baik
Mulut & gigi : trismus 2 cm, gigi bersih, mulut bersih,tidak ada caries.
Leher
Terdapat sedikit kekakuan pada leher.tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Dada
Bentuk : simetri, tidak ada retraksi dada
Paru : tidak ada bunyi ronckhi, wheezing
Jantung : irama teratur, bunyi jantung reguler S1>S2
Abdomen
Bentuk datar, tidak terjadi pembesaran dan tidak ada nyeri tekan
Punggung
Bentuk simetri, ada luka decubitus
Genetalia
Jenis kelamin perempuan, terpasang kateter
Kulit :
turgor lembab.
Ekstremitas
Atas : Terpasang infus ditangan kanan dan kedua tangan tidak dapat
digerakkan dengan baik
Bawah : Tidak terdapat edema dan tidak dapat digerakkan dengan baik.
7. GENOGRAM
X X X X
? ? ? ? ? ?
X 58
32 30 29
Keterangan :
Laki-laki Meninggal X
Garis Keturunan
8. ANALISIS DATA
Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS : Dekubitus Kerusakan Integritas
Pasien mengatakan kulit
mengalami nyeri pada Hilangnya sebagian
lukanya lapisan kuli,t terjadi luka
DO :
- Tampak ada luka di Kerusakan Integritas kulit
tulang ekor
- Ada luka dekubitus
DS: Dekubitus Nyeri aku
Pasien mengatakan nyeri
pada bagian tulang ekor Hilangnya sebagian
DO : lapisan kulit, terjadi luka
Pasien tampak meringis
kesakitan Nyeri aku
TD : 180/100 mmHg
P : 26 x/i
N : 88 x/i
S : 37,2°C
Nyeri : Skala 3
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan turgor kulit
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleran aktivitas
d. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit (tidak nyaman
terhadap luka dekubitus).
C. INTERVENSI
Diagnosa Noc Nic
Keperwatan
Kerusakan integritas Integritas jaringan : Kulit Perawatan luka tekan
kulit b/d gangguan & Membran Mukosa Jaga agar luka tetap
turgor kulit Suhu Kulit (2) lembab untuk
Integritas kulit (1) membantu proses
Lesi pada kulit (1) penyembuhan
Pengelupasan kulit Berikan saleb jika
(1) dibutuhkan
Wajah pucat (3) Monitor tanda dan
Nekrosis (2) gejala infeksi di area
luka
Posisi Tubuh : Berinisiatif
Sendiri Perawatan Luka
Bergerak pada posisi Monitor karakteristik
duduk ke posisi luka, termasuk
berbaring (1) drainase, warna,
Berpindah dari satu ukuran, dan bau
sisi ke sisi yang lain Ukur luas luka yang
sambil berbaring (1) sesuai
Bergerak dari depan Berikan perawatan
ke belakang sambil ulkus pada kulit, yang
berbaring (1) diperlukan
Bergerak dari Perkuat balutan (luka),
belakang ke depan sesuai kebutuhan
sambil bergerak (3)
Pengecekan kulit
Periksa kulit dan
selaput lendir terkait
dengan adanya
kemerahan,
kehangatan ekstrim,
edema atau drainase
Amati warna,
kehangatan, bengkak,
pulpasi, tekstur,
edema, dan ulserasi
pada ekstremitas
Monitor warna dan
suhu kulit
Monitor kulit untuk
adanya ruam dan lecet
Monitor kulit untuk
adanya kekeringan
yang berlebihan dan
kelembaban
Nyeri akut b/d agen Kontrol Nyeri Pemberian analgesic
cedera biologis Mengenali kapan Tentukan lokasi,
nyeri terjadi (3) karakteristik, kualitas
Menggunakan dan keparahan nyeri
tindakan sebelum mengobati
pengurangan (nyeri) pasien
tanpa analgesic (3) Cek adanya riwayat
Melaporkan nyeri alergi obat
yang terkontrol (3) Tentukan analgesic
sebelumnya, rute
Tingkat nyeri pemberian, dan dosis
Panjangnya episode untuk mencapai hasil
nyeri (4) pengurangan nyeri
Tidak bisa yang optimal
beristirahat (3) Berikan kebutuhan
Ekspresi nyeri wajah kenyamanan dan
(3) aktifitas lain yang
Tingkat kecemasan dapat membantu
Tidak dapat relaksasi untuk
beristirahat (3) memfasilitasi
Perasaan gelisah (3) penurunan nyeri
Wajah tegang (3) Manajemen Nyeri
Serangan panic (3) Lakukan pengkajian
nyeri komprehensif
yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset
atau durasi, prekuensi,
kualitas, intensitas
atau beratnya nyeri
dan factor penyetus
Pastikan perawatan
analgesic bagi pasien
dilakukan dengan
pemantauan yang ketat
Tentukan kebutuhan
prekuensi untuk
melakukan pengkajian
ketidaknyamanan
pasien dan
mengimplementasikan
rencana monitor
Perawatan Luka
Memonitor
karakteristik luka,
termasuk drainase,
warna, ukuran, dan
bau
Mengukur luas luka
yang sesuai
Memberikan
perawatan ulkus pada
kulit, yang diperlukan
Memperkuat balutan
(luka), sesuai
kebutuhan
Pengecekan kulit
Memeriksa kulit dan
selaput lendir terkait
dengan adanya
kemerahan,
kehangatan ekstrim,
edema atau drainase
Mengamati warna,
kehangatan, bengkak,
pulpasi, tekstur,
edema, dan ulserasi
pada ekstremitas
Memonitor warna dan
suhu kulit
Memonitor kulit untuk
adanya ruam dan lecet
Memonitor kulit untuk
adanya kekeringan
yang berlebihan dan
kelembaban
Nyeri akut b/d agen Pemberian analgesic S : Pasien mengatakan
cedera biologis Menententukan lokasi, masih nyeri pada bagian
karakteristik, kualitas tulang ekor
dan keparahan nyeri
sebelum mengobati O : Pasien masih tampak
pasien meringis
mengecek adanya
riwayat alergi obat A : Masalah belum teratasi
Menentukan analgesic
sebelumnya, rute P : Lanjutkan Intervensi
pemberian, dan dosis
untuk mencapai hasil
pengurangan nyeri
yang optimal
Memberikan
kebutuhan
kenyamanan dan
aktifitas lain yang
dapat membantu
relaksasi untuk
memfasilitasi
penurunan nyeri
Manajemen Nyeri
Melakukan pengkajian
nyeri komprehensif
yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset
atau durasi, prekuensi,
kualitas, intensitas atau
beratnya nyeri dan
factor penyetus
Memastikan perawatan
analgesic bagi pasien
dilakukan dengan
pemantauan yang ketat
Menententukan
kebutuhan prekuensi
untuk melakukan
pengkajian
ketidaknyamanan
pasien dan
mengimplementasikan
rencana monitor
Bantuan pasien untuk
pemberian analgesik
Menginstruksikan
pasien dan keluarga
untuk memonitor
intensitas, kualitas dan
durasi nyeri
Mengkonsultasikan
dengan pasien,
anggota keluarga dan
dokter untuk
menyesuaikan interval
penghentian, laju dasar
dan dosis yang
dibutuhkan sesuai
dengan respon pasien
Mengintruksikan
pasien dan anggota
keluarga terkait reaksi
dan efek samping dari
agen pengurang rasa
nyeri
Hambatan mobilitas Perawatan Tirah Baring S : Pasien mengatakan
fisik b/d intoleran Menghindari masih tidak bisa
aktifitas menggunakan kain mengerakkan badannya
linen kasur yang
teksturnya kasar O : Pasien belum bisa
Memonitor kondisi
beraktivitas
kulit (pasien)
Memonitor komplikasi
A : Masalah belum teratasi
dari tirah baring
(misalnya, kehilangan
tonus otot, nyeri P : Lanjutkan Intervensi
punggung, konstripasi,
peningkatan stress,
depresi, kebingungan,
perubahan siklus tidur,
infeksi saluran kemih,
kesulitan dalam
berkemih, pnemounia)
Peningkatan Mekanika
Tubuh
Mengkaji komitmen
pasien untuk belajar
dan menggunakan
postur (tubuh) yang
benar
Menginformasikan
kepada pasien tentang
struktur dan fungsi
tulang belakang dan
postur yang optimal
untuk bergerak dan
menggunakan tubuh
Memonitor perbaikan
postur
(tubuh)/mekanika
tubuh pasien
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ulkus decubitus, juga disebut luka pada tempat tidur adalah area kemerahan, luka,
atau ulku pada kulit diatas penonjolan tulang. Ulkus decubitus atau luka tekan terjadi akibat
tekanan yang sama pada suatu bagian tubuh yang mengganggu sirkulasi. Pertama jaringa
kulit memerah. Jika sel mati (nekrosis) akibat kurang nutrisi kulit rusak dan pembentukan
ulkus. Akibatnya luka baring menjadi lebih besar dan dalam.
B. Saran
Bagi perawat yang merawat pasien ulkus dekubitus, sebaiknya setelah pasien pulang
disarankan untuk melakukan beberapa hal yaitu :
a. Melakukan penatalaksanaan medis dan non medis.
b. Menekankan pentingnya kontrol ulang.
c. Jelaskan terapi yang diberikan, dosis dan efeknya.
d. Menjaga kebersihan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Suheri. Gambaran lama hari rawat dalam terjadinya luka dekubitus praktik
keperawatan professional. Edisi 3. Jakarta: Salemba Meika.
Djuanda Adhi, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi keenam.FKUI, 2010.
Sabandar, AO. Ulkus dekubitus. Jurnal Kedokteran Universitas Sebelas Maret. 2008.
Rustina. Pengaruh Penggunaan Kasur Anti Dekubitus Terhadap Derajad Jurnal Dekubitus pada
Pasien Tirah Baring.Surakarta; 2015.
Beeckman, D., Schoonhoven, L., Verhaeghe, Heyneman, A., Defloor, T. 2009. Prevention and
treatment of incontinence-associated dermatitis. Journal of Advanced Nursing; 65 (6) :
1141-1154