Anda di halaman 1dari 23

KMB II

Anfis, Kimia dan Biokimia Endokrin.

Oleh:

I Putu Gede Sanjaya (203213213)

Ni Putu Regita Yunika Arnidya (203213216)

Ni Putu Anggi Diah Prabasari (203213223)

I Made Dwi Aditya Putra Suarjaya (203213226)

I Kadek Nanda Wahyu (203213228)

Anak Agung Gede Radiskha Fernanda (203213231)

I Wayan Dedy Gunawan (203213233)

A-14A KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIRA MEDIKA BALI

2022
KONSEP SISTEM ENDOKRIN
1. Pengertian Sistem Endokrin
Kelenjar endokrin merupakan sekelompok susunan sel yang mempunyai susunan
mikroskopis sangat sederhana. Kelompok ini terdiri dari deretan sel-sel, lempengan atau
gumpalan sel disokong oleh jaringan ikat halus yang banyak mengandung pembuluh
kapiler.Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan
fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis
tubuh.Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan
karakteristik tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang
mempunyai asal dari saraf (neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi
dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf.Kelenjar endokrin tidak
memiliki saluran, hasil sekresi dihantarkan tidak melaui saluran, tapi dari selsel endokrin
langsung masuk ke pmbuluh darah. Selanjutnya hormon tersebut dibawa ke sel-sel target
(responsive cells) tempat terjadinya efek hormon. Sedangkan ekresi kelenjar eksokrin keluar
dari tubuh kita melalui saluran khusus, seperti uretra dan saluran kelenjar ludah.

Sistem endokrin hampir selalu bekerja sama dengan sistem saraf, namun cara kerjanya
dalam mengendalikan aktivitas tubuh berbeda dari sistem saraf. Ada dua perbedaaan cara
kerja antara kedua sistem tersebut. Kedua perbedaan tersebut adalah sebagai berikut.

a. Dibandingkan dengan sistem saraf, sistem endokrin lebih nanyak bekerja melalui
transmisi kimia.
b. Sistem endokrin memperhatikan waktu respons lebih lambat daripada sistem saraf.
Pada sistem saraf, potensial aksi akan bekerja sempurna hanya dalam waktu 1-5
milidetik, tetapi kerja endokrin melalui hormon baru akan sempurna dalam waktu
yang sangat bervariasi, berkisar antara beberapa menit hingga beberapa jam. Hormon
adrenalin bekerja hanya dalam waktu singkat, namun hormon pertumbuhan bekerja
dalam waktu yang sangat lama.

Di bawah kendali sistem endokrin (menggunakan hormon pertumbuhan), proses


pertumbuhan memerlukan waktu hingga puluhan tahun untuk mencapai tingkat pertumbuhan
yang sempurna.Dasar dari sistem endokrin adalah hormon dan kelenjar (glandula), sebagai
senyawa kimia perantara, hormon akan memberikan informasi dan instruksi dari sel satu ke
sel lainnya.Banyak hormon yang berbeda-beda masuk ke aliran darah, tetapi masing-masing
tipe hormon tersebut bekerja dan memberikan pengaruhnya hanya untuk sel tertentu.

2. Kelenjar Endokrin dan Hormon yang dihasilkan

(Gambar kelenjar-kelenjar endokrin dalam tubuh manusia)

Dalam tubuh manusia ada tujuh kelenjar endokrin yang penting, yaitu hipofisis, tiroid, paratiroid,
kelenjar adrenalin (anak ginjal), pankreas, ovarium, dan testis.

a. Kelenjar hipofisis/pituitary
Kelenjar Hipofisis (pituitary) disebut juga master of gland atau kelenjar pengendali
karena menghasilkan bermacam-macam hormon yang mengatur kegiatan kelenjar
lainnya. Kelenjar ini berbentuk bulat dan berukuran kecil, dengan diameter 1,3 cm.
Terletak di dasar otak besar, kelenjar satu ini ialah yang terbesar dan dapat memengaruhi
aktivitas kelenjar lainnya. Fungsi kelenjar hipofisis adalah sebagai berikut :
1. Memengaruhi pertumbuhan tulang panjang.
2. Memengaruhi aktivitas kelenjar tiroid, adrenal, dan sekresisusu.
3. Mempercepat pertumbuhan.
4. Mengatur keseimbangan air.
Hipofisis dibagi menjadi hipofisis bagian anterior, bagian tengah (pars intermedia), dan bagian
posterior.

(Gambar : Hipofisis bagian anterior dan posterior)


Hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis lobus anterior dapat dilihat pada gambar dibawah

Lobus anterior, menghasilkan hormon :

 Tiroksin (TSH), merangsang kelenjar tiroid untuk memproduksi tiroksin.


 Adenokortikotropin (ACTH), merangsang korteks adrenal untuk memproduksi
kortikosteroid.
 Focille Stimulating Hormone (FSH), memacu perkembangan tubulus seminiferus dan
spermatogenesis.
 Luteinizing Hormone (LH), menstimulasi estrogen.
 Interstitial Cell Stimulating Hormone (ICSH), menstimulasi testis dalam menghasilkan
testosteron.
 Prolaktin (TH), menstimulasi sekresi air susu.

Hormon yang dihasilkan Fungsi dan gangguannya


Hormon Somatotropin (STH), Hormon merangsang sintesis protein dan metabolisme lemak,
pertumbuhan (Growth Hormone / GH) serta merangsang pertumbuhan tulang (terutama
tulang pipa) dan otot. kekurangan hormon ini pada
anak-anak-anak menyebabkan pertumbuhannya
terhambat /kerdil (kretinisme), jika kelebihan akan
menyebabkan pertumbuhan raksasa (gigantisme).
Jika kelebihan terjadi pada saat dewasa, akan
menyebabkan pertumbuhan tidak seimbang pada
tulang jari tangan, kaki, rahang, ataupun tulang
hidung yang disebut akromegali.
Hormon tirotropin atau Thyroid Mengontrol pertumbuhan dan perkembangan
Stimulating Hormone (TSH) kelenjar gondok atau tiroid serta merangsang sekresi
tiroksin.
Adrenocorticotropic hormone Mengontrol pertumbuhan dan perkembangan
(ACTH) aktivitas kulit ginjal dan merangsang kelenjar
adrenal untuk mensekresikan glukokortikoid
(hormon yang
dihasilkan untuk metabolisme karbohidrat).
Prolaktin (PRL) atau Lactogenic Membantu kelahiran dan memelihara sekresi susu
hormone (LTH) oleh kelenjar susu.
Hormon gonadotropin pada wanita :  Merangsang pematangan folikel dalam
1. Follicle Stimulating Hormone ovarium dan menghasilkan estrogen.
(FSH).  Mempengaruhi pematangan folikel dalam
2. Luteinizing Hormone (LH) ovarium dan menghasilkan progestron.
Hormone gonadotropin pada pria :  Merangsang terjadinya spermatogenesis
1. FSH. (proses pematangan sperma).
2. Interstitial Cell Stimulating  Merangsang sel-sel interstitial testis untuk
Hormone (ICSH) memproduksi testosteron dan androgen.

Lobus intermedia, menghasilkan hormon :

 Somatotrof (STH), merangsang tumbuhnya tulang.


 Melanosit Stimulating Hormone (MSH), mengatur penyuburan pigmen dalam perubahan
warna kulit.

No Hormon Fungsi
1. MSH (Melanosit Stimulating Hormon) Mempengaruhi warna kulit individu. dengan
cara menyebarkan butir melanin, apabila
hormon ini banyak dihasilkan maka
menyebabkan kulit menjadi hitam.

Lobus posterior, menghasilkan hormon :

 Oksitosin, merangsang kontraksi otot di uterus.


 Antidiuretik Hormone (ADH), mencegah pembentukan urin dalam jumlah banyak.
Hormon Fungsi
Oksitosin Menstimulasi kontraksi otot polos pada rahim wanita
selama proses melahirkan.
Hormon ADH Menurunkan volume urine dan meningkatkan
tekanan darah dengan cara menyempitkan
pembuluh darah.

b. Kelenjar gondok/tiroid
Terletak di leher depah bagian jakun/buah adam. Fungsi kelenjar gondok adalah sebagai
berikut :
a. Memengaruhi proses metabolisme.
b. Memengaruhi produksi panas.
c. Oksidasi sel tubuh.
d. Pertumbuhan fisik dan perkembangan mental.
e. Mengubah glikogen menjadi glukosa.

Kelenjar tiroid menghasilkan tiga hormon, yaitu :

 Tiroksin, untuk membantu dalam proses metabolisme, pertumbuhan fisik, perkembangan


mental, dan kematangan seks.
 Triidotironin, untuk mengatur distribusi air dan garam dalam tubuh.
 Kalsitonin, untuk menjaga keseimbangan kalsium dalam darah.
c. Kelenjar anak gondok/paratiroid
Terletak di bagian dorsal kelenjar tiroid. Menghasilkan hormone parathormon
yang berfungsi mengatur kadar kalsium dalam darah. Hiposekresi menyebabkan
kretinisme, mixoedem. Hipersekresi menyebabkan basedow dan batu ginjal.

d. Kelenjar adrenal
Terletak di atas bagian ginjal. Kelenjar ini berbentuk bola, atau topi yang
menempel pada bagian atas ginjal. Pada setiapginjal terdapat satu kelenjar suprarenalis
dan dibagi atas dua bagian, yaitu bagian luar(korteks) dan bagian tengah (medula).

Korteks, menghasilkan hormon :

 Korteks mineral, untuk menyerap natrium darah dan mengatur reabsorpsi air di ginjal.
 Glukokortikoid, untuk mengubah protein menjadi glikogen, mengubah glikogen menjadi
glukosa, dan menaikkan kadar glukosa pada darah.
 Androgen, untuk membentuk sifat kelamin sekunder laki-laki.

Medula, menghasilkan hormon :

 Adrenalin, untuk mengubah glikogen dalam otot menjadi glukosa dalam darah.

e. Kelenjar timus (kacangan)


Terletak di daerah dada, kelenjar ini menghasilkan satu hormon: Thymosin, untuk
membantu sistem kekebalan tubuh.

f. Kelenjar pancreas
Terletak di dekat ventrikulus atau lambung, kelenjar ini menghasilkan dua
hormon, yaitu :
 Insulin, untuk mengubah glukosa menjadi glikogen pada hati. Karenanya, kadar gula
darah akan turun.
 Glukogen, untuk mengubah glikogen menjadi glukosa. Karenanya, kadar gula darah akan
naik.
g. Kelenjar kelamin/gonad
Terletak di daerah perut (wanita) atau buah zakar dalam skrotum (laki-laki),
kelenjar ini juga menghasilkan hormon berbeda bagi wanita dan laki-laki.
Pada wanita, kelenjar gonad menghasilkan dua hormon :
 Estrogen, untuk menentukan ciri pertumbuhan kelamin sekunder.
 Progesteron, untuk menebalkan dan memperbaiki dinding uterus.
Pada laki-laki, menghasilkan satu hormon :
 Testosteron, untuk menentukan ciri pertumbuhan kelamin sekunder.
3. Proses Glikogenesis, Glikogenolisis, Glukogeneolisis, Glikolisis
a. Glikogenesis
 Pengertian
Glikogenesis merupakan tahap pertama metabolisme karbohidrat.
Glikogenesis adalah pemecahan glukosa (glikolisis) menjadi asam piruvat.
Selanjutnya piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA. Asetil KoA masuk ke dalam
rangkaian siklus asam sitrat untuk dikatabolisir menjadi energi. Proses ini akan
terjadi jika kita membutuhkan anergi untuk beraktivitas, misalnya berfikir,
mencerna makanan, bekerja dan sebagainya. Jika glukosa melampaui kebutuhan
energy, maka kelebihan glukosa akan disimpan dalam bentuk glikogen. Proses
anabolisme ini dinamakan glikogenesis. Glikogen merupakan bentuk simpanan
karbohidrat yang utama di dalam tubuh dan analog dengan amilum pada
tumbuhan. Unsur ini terutama terdapat didalam hati (sampai 6%), otot jarang
melampaui jumlah 1%. Akan tetapi karena massa otot jauh lebih besar daripada
hati, maka besarnya simpanan glikogen di otot bisa mencapai tiga sampai empat
kali lebih banyak.
 Tujuan Glikogenesis
Proses glikogenesis terjadi jika kita membutuhkan energi, misalnya untuk
berpikir, mencerna makanan, bekerja dan sebagainya. Jika jumlah glukosa
melampaui kebutuhan, maka dirangkai menjadi glikogen untuk menambah
simpanan glikogen dalam tubuh sebagai cadangan makanan jangka pendek
melalui proses glikogenesis.
Jika kadar glukosa darah meningkat (hiperglikemia) glukosa akan di ubah dan di
simpan sebagai sebagai glikogen atau lemak, glikogenesis (produksi glikogen)
terjadi terutama dalam sel otot dan hati. Glikogenesis akan menurunkan kadar
glukosa darah dan proses ini di stimulasi oleh insulin yang disekresi dari
pangkreas.
 Proses Pemecahan Glikogen (Glikogenesis)
Rangkaian proses terjadinya glikogenesis digambarkan sebagai berikut :
1) Glukosa mengalami fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat (reaksi yang
lazim terjadi juga pada lintasan glikolisis). Di otot reaksi ini dikatalisir
oleh heksokinase sedangkan di hati oleh glukokinase.
ATP + D-glukosa → D-glukosa 6- fosfat + ADP
2) Glukosa 6-fosfat diubah menjadi glukosa 1-fosfat dalam reaksi dengan
bantuan katalisator enzim fosfoglukomutase. Enzim itu sendiri akan
mengalami fosforilasi dan gugus fosfo akan mengambil bagian di dalam
reaksi reversible yang intermediatnya adalah glukosa 1,6-bifosfat
( glukosa 1,6- bisfosfat b ertindak sebagai koenzim).
Glukosa 6-fosfat → Glukosa 1- fosfat
Enz-P + Glukosa 1-fosfat→ Enz + Glukosa 1,6-bifosfat →Enz-P +
Glukosa 6-fosfat
3) Selanjutnya glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin trifosfat (UTP) untuk
membentuk uridin difosfat glukosa (UDPGlc). Reaksi ini dikatalisir oleh
enzim. Hidrolisis pirofosfat inorganic berikutnya oleh enzim pirofosfatase
inorganik akan menarik reaksi kea rah kanan persamaan reaksi.
4) Atom C1 pada glukosa yang diaktifkan oleh UDPGlc membentuk ikatan
glikosidik dengan atom C4 pada residu glukosa terminal glikogen,
sehingga membebaskan uridin difosfat. Reaksi ini dikatalisir oleh enzim
glikogen sintase. Molekul glikogen yang sudah ada sebelumnya (disebut
glikogen primer) harus ada untuk memulai reaksi ini. Glikogen primer
selanjutnya dapat terbentuk pada primer protein yang dikenal sebagai
glikogenin.
UDPGlc + (C6)n UDP + (C6)n+1
Glikogen Glikogen
Residu glukosa yang lebih lanjut melekat pada posisi 1-4 untuk
membentuk rantai pendek yang diaktifkan oleh glikogen sintase. Pada otot
rangka glikogenin tetap melekat pada pusat molekul glikogen, sedangkan
di hati terdapat jumlah molekul glikogen yang melebihi jumlah molekul
glikogenin.
5) Setelah rantai dari glikogen primer diperpanjang dengan penambahan
glukosa tersebut hingga mencapai minimal 11 residu glukosa, maka enzim
pembentuk cabang memindahkan bagian dari rantai 1-4 (panjang minimal
6 residu glukosa) pada rantai yang berdekatan untuk membentuk
rangkaian 1-6 sehingga membuat titik cabang pada molekul tersebut.
Cabang-cabang ini akan tumbuh dengan penambahan lebih lanjut 1-
glukosil dan pembentukan cabang selanjutnya. Setelah jumlah residu
terminal yang non reduktif bertambah, jumlah total tapak reaktif dalam
molekul akan meningkat sehingga akan mempercepat glikogenesis
maupun glikogenolisis.

Tahap-tahap perangkaian glukosa demi glukosa digambarkan pada bagan berikut :

b. Glikogenolisis
 Pengertian
Jika glukosa dari diet tidak dapat mencukupi kebutuhan, maka glikogen
harus dipecah untuk mendapatkan glukosa sebagai sumber energi. Proses ini
dinamakan glikogenolisis. Glikogenolisis seakan-akan kebalikan dari
glikogenesis, akan tetapi sebenarnya tidak demikian. Untuk memutuskan ikatan
glukosa satu demi satu daei glikogen diperlukan enzim fosforilase. Enzim ini
spesifik untuk proses fosforolisis rangkaian 1-4 glikogen untuk menghasilkan
glukosa 1-fosfat.
Dalam glikogenolisis, glikogen yang tersimpan dalam hati dan otot,
pertama dikonversi menjadi glukosa-1-fosfat dan kemudian menjadi glukosa-6-
fosfat. Dua hormon yang mengendalikan glikogenolisis adalah peptida, glukagon
dari pankreas dan epinefrin dari kelenjar adrenal. Glukagon dilepaskan dari
pankreas dalam menanggapi glukosa darah rendah dan epinefrin dilepaskan
sebagai respons terhadap ancaman atau stres. Kedua hormon ini bertindak atas
enzim glikogen fosforilase untuk merangsang untuk memulai glikogenolisis dan
menghambat sintetase glikogen (glikogenesis berhenti).
Glikogen adalah struktur polimer bercabang yang mengandung glukosa
sebagai monomer dasar. Pertama molekul glukosa individu dihidrolisa dari rantai,
diikuti dengan penambahan gugus fosfat pada C-1. Pada langkah selanjutnya
fosfat tersebut akan dipindahkan ke posisi C-6 untuk memberikan glukosa 6-
fosfat, suatu senyawa persimpangan jalan. Glukosa-6-fosfat adalah langkah
pertama dari jalur glikolisis glikogen jika adalah sumber karbohidrat dan energi
yang lebih lanjut diperlukan. Jika energi tidak segera diperlukan, glukosa-6-fosfat
diubah menjadi glukosa untuk distribusi di berbagai darah ke sel-sel seperti sel-sel
otak.
Glikogenolisis berlangsung dengan jalur yang berlainan. Dengan adanya
enzim fosforilase, fosfat anorganik melepaskan sisa glukose non mereduksi ujung
dalam satu persatu untuk menghasilkan D-glukose fosfat 1-fosfat. Proses
glikogenolisis merupakan proses pemecahan glikogen yang berlangsung lewat
jalan yang berbeda, tergantung pada proses yang mempengaruhinya. Molekul
glikogen menjadi lebih kecil atau lebih besar,tetapi jarang apabila ada molekul
tersebut dipecah secara sempurna. Meskipun pada hewan, glikogen tidak pernah
kosong sama sekali. Inti glikogen tetap ada untuk bertindak sebagai aseptor bagi
glikogen baru yang akan disintesis bila diperoleh cukup persediaan karbohidrat.
Sekitar 85% D-glukose 1-fosfat, sedang 15% dalam bentuk glukose bebas. Proses
pada saat makan, hati dapat menarik simpanan glikogennya untuk memulihkan
glukosa di dalam darah (glikogenolisis) atau dengan bekerja bersama ginjal,
mengkonversi metabolit non karbohidrat seperti laktat, gliserol dan asam amino
menjadi glukosa.
Upaya untuk mempertahankan glukosa dalam konsentrasi yang memadai
didalam darah sangat penting bagi beberapa jaringan tertentu, glukosa merupakan
bahan bakar yang wajib tersedia, misalnya otak dan eritrosit. Proses dimulai
dengan molekul glukosa dan diakhiri dengan terbentuknya asamlaktat.
Serangkaian reaksi-reaksi dalam proses glikolisis tersebut dinamakan jalur
Embeden-Meyerhof.
Reaksi-reaksi yang berlangsung pada proses glikolisis dapat dibagi
dalam dua fase. Pada fase pertama glukosa diubah menjadi triosafosfat dengan
prosesfosforilasi. Fase kedua dimulai dari proses oksidasi triosafosfat hingga
terbentuk asam laktat. Perbedaan antara kedua fase ini terletak pada aspek energi
yang berkaitan dengan reaksi-reaksi dalam kedua fase tersebut. Terdapat tiga jalur
penting yang dapat dilalui piruvat setelah glikolisis. Pada organisme aerobik,
glikolisis menyusun hanya tahap pertama dari keseluruhan degradasi aerobik
glukosa menjadi CO2 dan H2O. Piruvat yang terbentuk kemudian dioksidasi
dengan melepaskan gugus karboksilnya sebagai CO2, untuk membentuk gugus
asetil pada asetil KoA. Lalu gugus asetil dioksidasi sempurna menjadi CO2 dan
H2O oleh siklus asam sitrat, dengan melibatkan molekul oksigen. Lintas inilah
yang dilalui piruvat pada hewan aerobik sel dan tumbuhan.
Glukosa dimetabolisasi menjadi piruvat dan laktat di dalam semua sel
mamaliamelalui lintasan glikolisis. Glukosa merupakan substrat yang unik karena
glikolisis bisa terjadi dalam keadaan tanpa oksigen (anaerob), ketika produk akhir
glukosa tersebut berupa laktat. Meskipun demikian, jaringan yang dapat
menggunakan oksigen (aerob) mampu memetabolisasi piruvat menjadi asetil
koenzim A, yang dapat memasuki siklus asam sitrat untuk menjalani proses
oksidasi sempurna menjadi CO2 dan H2O dengan melepasan energi bebas dalam
bentuk ATP, pada proses fosforilasi oksidatif.
 Tujuan
Proses glikogenolisis ini di lakukan untuk mendapatkan glikogen
kembali apabila glokogen yang tidak disimpan di dalam otot dan hati tidak cukup
inti memenuhi kebutuhan sehingga perlu adanya pemecahan glikogen yang
disimpan sebagai glikogen cadangan. Selain glukoneogenosis, untuk menjaga
keseimbangan kadar glukosa di dalam plasma darah untuk menghindari simtoma
hipoglisemia. Pada glikogenolisis, glikogen digradasi berturut-turut dengan 3
enzim, glikogen fosforilase, glukosidase, fosfoglukomutase, menjadi glukosa.
Hormon yang berperan pada lintasan ini adalah glukagon dan adrenalin.
 Proses Glikogenolisis
Tahap pertama penguraian glikogen adalah pembentukan glukosa 1-
fosfat. Berbeda dengan reaksi pembentukan glikogen, reaksi ini tidak melibatkan
UDP-glukosa, dan enzimnya adalah glikogen fosforilase. Selanjutnya glukosa 1-
fosfat diubah menjadi glukosa 6-fosfat oleh enzim yang sama seperti pada reaksi
kebalikannya (glikogenesis) yaitu fosfoglukomutase.

Tahap reaksi berikutnya adalah pembentukan glukosa dari glukosa 6- fosfat. Berbeda
dengan reaksi kebalikannya dengan glukokinase, dalam reaksi ini enzim lain, glukosa 6-
fosfatase, melepaskan gugus fosfat sehigga terbentuk glukosa. Reaksi ini tidak menghasilkan
ATP dari ADP dan fosfat.
Glukosa yang terbentuk inilah nantinya akan digunakan oleh sel untuk respirasi sehingga
menghasilkan energi, yang energi itu terekam / tersimpan dalam bentuk ATP.

c. Glukogeneolisis
 Pengertian
Glukogeneolisis terjadi sumber energi dari karbohidrat tidak tersedia lagi.
Maka tubuh akan menggunakan lamak sebagai sumber energi. Jika lemak juga
tidak tersedia, barulah memecah protein menjadi energi yang sesungguhnya
protein berperan pokok sebagai pembangun tubuh.
Pada dasarnya glukoneogenesis adalah sintesis glukosa dari senyawa
bukan karbohidrat, misalnya asam laktat dan beberapa asam amino. Proses
glukoneogenesis berlangsung terutama dalam hati. Asam laktat yang terjadi pada
proses glikolisis dapat dibawa oleh darah ke hati. Di sini asam laktat diubah
menjadi glukosa kembali melalui serangkaian reaksi dalam suatu proses yaitu
glukoneogenesis (pembentukan gula baru).
 Tujuan
Menyediakan glukosa yang bersumber dari lemak maupun protein karena
ketidak tersediaan karbohidrat.
 Proses Glukogeneolisis
Glukoneogenesis yang dilakukan oleh hati atau ginjal, menyediakan suplai
glukosa yang tetap. Kebanyakan karbon yang digunakan untuk sintesis glukosa
akhirnya berasal dari katabolisme asam amino. Laktat yang dihasilkan dalam sel
darah merah dan otot dalam keadaan anaerobik juga dapat berperan sebagai
substrat untuk glukoneogenesis. Glukoneogenesis mempunyai banyak enzim yang
sama dengan glikolisis, tetapi demi alasan termodinamika dan pengaturan,
glukoneogenesis bukan kebalikan dari proses glikolisis karena ada tiga tahap
reaksi dalam glikolisis yang tidak reversibel, artinya diperlukan enzim lain untuk
reaksi kebalikannya.
Glukokinase
1. Glukosa + ATP Glukosa-6-fosfat + ADP fosfofruktokinase
2. Fruktosa-6-fosfat + ATP fruktosa-1,6-difosfat + ADP piruvatkinase
3. Fosfenol piruvat + ADP asam piruvat + ATP
Enzim glikolitik yang terdiri dari glukokinase, fosfofruktokinase, dan piruvat
kinase mengkatalisis reaksi yang ireversibel sehingga tidak dapat digunakan
untuk sintesis glukosa. Dengan adanya tiga tahap reaksi yang tidak reversibel
tersebut, maka proses glukoneogenesis berlangsung melalui tahap reaksi lain.
Reaksi tahap pertama glukoneogenesis merupakan suatu reaksi kompleks yang
melibatkan beberapa enzim dan organel sel (mitokondrion), yang diperlukan
untuk mengubah piruvat menjadi malat sebelum terbentuk fosfoenolpiruvat.
Tiga reaksi pengganti yang pertama mengubah piruvat menjadi
fosfoenolpiruvat (PEP), jadi membalik reaksi yang dikatalisis oleh piruvat kinase.
Perubahan ini dilakukan dalam 4 langkah. Pertama, piruvat mitokondria
mengalami dekarboksilasi membentuk oksaloasetat. Reaksi ini memerlukan ATP
(adenosin trifosfat) dan dikatalisis oleh piruvat karboksilase. Seperti banyak
enzim lainnya yang melakukan reaksi fiksasi CO2, pada reaksi ini memerlukan
biotin untuk aktivitasnya. Oksaloasetat direduksi menjadi malat oleh malat
dehidrogenase mitokondria. Pada reaksi ini, glukoneogenesis secara singkat
mengalami overlap (tumpang tindih) dengan siklus asam sitrat. Malat
meninggalkan mitokondria dan dalam sitoplasma dioksidasi membentuk kembali
oksaloasetat. Kemudian oksaloasetat sitoplasma mengalami dekarboksilasi
membentuk PEP pada reaksi yang tidak memerlukan GTP (guanosin trifosfat)
yang dikatalisis oleh PEP karboksikinase.
Reaksi pengganti kedua dan ketiga dikatalisis oleh fosfatase. Fruktosa- 1,6-
bisfosfatase mengubah fruktosa-1,6-bisfosfat menjadi fruktosa-6-fosfat, jadi
membalik reaksi yang dikatalisis oleh fosfofruktokinase. Glukosa-6-fosfatase
yang ditemukan pada permulaan metabolisme glikogen, mengkatalisis reaksi
terakhir glukoneogenesis dan mengubah glukosa-6-fosfat menjadi glukosa bebas.
Dengan penggantian reaksi-reaksi pada glikolisis yang secara termodinamika
ireversibel, glukoneogenesis secara termodinamika seluruhnya menguntungkan
dan diubah dari lintasan yang menghasilkan energi menjadi lintasan yang
memerlukan energi. Dua fosfat berenergi tinggi digunakan untuk mengubah
piruvat menjadi PEP. ATP tambahan digunakan untuk melakukan fosforilasi 3-
fosfogliserat menjadi 1,3-bisfosfogliserat. Diperlukan satu NADH pada
perubahan 1,3-bisfosfogliserat menjadi gliseraldehida-3-fosfat. Karena 2 molekul
piruvat digunakan pada sintesis satu glukosa, maka setiap molekul glukosa yang
disintesis dalam glukoneogenesis, sel memerlukan 6 ATP dan 2 NADH.
Glikolisis dan glukoneogenesis tidak dapat bekerja pada saat yang sama.
Oleh karena itu, ATP dan NADH yang diperlukan pada glukoneogenesis harus
berasal dari oksidasi bahan bakar lain, terutama asam lemak.
Walaupun lemak menyediakan sebagian besar energi untuk
glukoneogenesis, tetapi lemak hanya menyumbangkan sedikit fraksi atom karbon
yang digunakan sebagai substrat. Ini sebagai akibat struktur siklus asam sitrat.
Asam lemak yang paling banyak pada manusia yaitu asam lemak dengan jumlah
atom karbon genap didegradasi oleh enzim -oksidasi menjadi asetil-KoA. Asetil
KoA menyumbangkan fragmen 2-karbon ke siklus asam sitrat, tetapi pada
permulaan siklus 2 karbon hilang sebagai CO2. Jadi, metabolisme asetil KoA
tidak mengakibatkan peningkatan jumlah oksaloasetat yang tersedia untuk
glukoneogenesis. Bila oksaloasetat dihilangkan dari siklus dan tidak diganti,
kapasitas pembentukan ATP dari sel akan segera membahayakan. Siklus
asamsitrat tidak terganggu selama glukoneogenesis karena oksaloasetat dibentuk
dari piruvat melalui reaksi piruvat karboksilase.
Kebanyakan atom karbon yang digunakan pada sintesis glukosa
disediakan oleh katabolisme asam amino. Beberapa asam amino yang umum
ditemukan mengalami degradasi menjadi piruvat. Oleh karena itu masuk ke
proses glukoneogenesis melalui reaksi piruvat karboksilase. Asam amino lainnya
diubah menjadi zat antara 4 atau 5 karbon dari siklus asam sitrat sehingga dapat
membantu meningkatkan kandungan oksaloasetat dan malat mitokondria. Dari 20
asam amino yang sering ditemukan dalam protein, hanya leusin dan lisin yang
seluruhnya didegradasi menjadi asetil-KoA yang menyebabkan tidak dapat
menyediakan substrat untuk gluconeogenesis
 Pengaturan Glukoneogenesi
Hati dapat membuat glukosa melalui glukoneogenesis dan menggunakan
glukosa melalui glikolisis sehingga harus ada suatu sistem pengaturan yang
mencegah agar kedua lintasan ini bekerja serentak.Sistem pengaturan juga harus
menjamin bahwa aktivitas metabolik hati sesuai dengan status gizi tubuh yaitu
pembentukan glukosa selama puasa dan menggunakan glukosa saat glukosa
banyak. Aktivitas glukoneogenesis dan glikolisis diatur secara terkoordinasi
dengan cara perubahan jumlah relatif glukagon dan insulin dalam sirkulasi.
Bila kadar glukosa dan insulin darah turun, asam lemak dimobilisasi dari
cadangan jaringan adipose dan aktivitas -oksidasi dalam hati meningkat. Hal ini
mengakibatkan peningkatan konsentrasi asam lemak dan asetil-KoA dalam hati.
Karena asam amino secara serentak dimobilisasi dari otot, maka juga terjadi
peningkatan kadar asam amino terutama alanin. Asam amino hati diubah menjadi
piruvat dan substrat lain glukoneogenesis. Peningkatan kadar asam lemak, alanin,
dan asetil-KoA semuanya memegang peranan mengarahkan substrat masuk ke
glukoneogenesis dan mencegah penggunaannya oleh siklus asam sitrat. Asetil-
KoA secara alosterik mengaktifkan piruvat karboksilase dan menghambat piruvat
dehidrogenase. Oleh karena itu, menjamin bahwa piruvat akan diubah menjadi
oksaloasetat. Piruvat kinase dihambat oleh asam lemak dan alanin, jadi
menghambat pemecahan PEP yang baru terbentuk menjadi piruvat.
Pengaturan hormonal fosfofruktokinase dan fruktosa-1,6-bisfosfatase
diperantarai oleh senyawa yang baru ditemukan yaitu fruktosa 2,6-bisfosfat.
Pembentukan dan pemecahan senyawa pengatur ini dikatalisis oleh enzim-enzim
yang diatur oleh fosforilasi dan defosforilasi. Perubahan konsentrasi fruktosa-2,6-
bisfosfat sejajar dengan perubahan untuk glukosa dan insulin yaitu konsentrasinya
meningkat bila glukosa banyak dan berkurang bila glukosa langka. Fruktosa-2,6-
bisfosfat secara alosterik mengaktifkan fosfofruktokinase dan menghambat
fruktosa 1,6-bisfosfatase. Jadi, bila glukosa banyak maka glikolisis aktif dan
glukoneogenesis dihambat. Bila kadar glukosa turun, peningkaan glukagon
mengakibatkan penurunan konsentrasi fruktosa-2,6- bisfosfat dan penghambatan
yang sederajat pada glikolisis dan pengaktifan glukoneogenesis.
Proses Glukogeneolisis dapat digambarkan seperti dibawah

d. Glikolisis
 Pertama, glukosa diubah terlebih dahulu menjadi glukosa 6-fosfat dengan bantuan
enzim hexokinase. Pada tahap ini memerlukan ATP atau adenosin trifosfat yang
dapat melepaskan energi untuk diubah menjadi ADP.
 Kemudian, glukosa 6-fosfat diubah menjadi fruktosa 6-fosfat yang akan di katalis
enzim fosfohexosa isomerase.
 Tahap ketiga, fruktosa 6-fosfat diubah menjadi fruktosa 1,6-bifosfat, pada reaksi
ini akan dikatalisis oleh enzim fosfofruktokinase dan membutuhkan energi dalam
bentuk ATP.
 Selanjutnya 1,6-bifosfat yang mempunyai 6 atom C dipecah menjadi gliserildehid
3- fosfat yang memiliki 3 atom C serta dihidroksil aseton fosfat (3 atom C) yang
mana proses reaksi yang terjadi di katalisis oleh enzim aldolase.
 Pada satu molekul dihidroksil aseton fosfat yang terbentuk selanjutnya diubah
menjadi gliserildehid 3-fosfat dengan bantuan enzim triosa fosfat isomerase. Yang
mana enzim tersebut bekerja secara bolak-balik. Itu berarti bahwa bisa mengubah
gliserildehid 3-fosfat diubah menjadi dihidroksil aseton fosfat.
 Gliserildehid 3-fosfat selanjutnya diubah menjadi 1,3 bifosfogliserat dengan
bantuan enzim gliseraldehid 3-fosfat dehydrogenase. Dalam proses ini terbentuk
NADH.
 Lalu 1,3 bifosfogliserat diubah menjadi 3-fosfogliserat dengan bantuan enzim
fosfogliserat kinase. Energi yang dilepaskan dalam reaksi ini dalam bentuk ATP.
 Selanjutnya 3-fosfogliserat tersebut diubah menjadi 2-fosfogliserat dengan
bantuan enzim fosfogliserat mutase.
 2-fosfogliserat tersebut selanjutnya diubah menjadi fosfoenol piruvat dengan
bantuan enzim enolase.
 Fosfoenol piruvat yang dihasilkan selanjutnya diubah menjadi piruvat yang akan
dikatalisis enzim piruvat kinase. Dalam tahap yang ini juga dihasilkan ATP.
Daftar Pustaka
Ackley, B. J. & Ladwig, G. B. (2013). Nursing Diagnosis Handbook: An EvidenceBased Guide
to Planning Care, 10e. Mosby elsevier.
Barber B, Robertson D, (2012). Essential of Pharmacology for Nurses, 2nd edition, Belland Bain
Ltd, Glasgow
Campbell, dkk. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Campbell. (2012). Biologi Jilid 1 Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.


Suharsono dan Egi Nuryadin. (2018) Biologi Sel. Tasikmalaya: LPPM Universitas Siliwangi.
Suharsono dan Popo Mustofa K. (2017). Biologi Umum. Tasikmalaya: LPPM Universitas
Siliwangi.

Anda mungkin juga menyukai