Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN KASUS DIABETES MILLITUS TYPE II


DI DESA BUNIPAH KECAMATAN ALUH-ALUH

DISUSUN OLEH :

NAMA : SUTIKNO
NIM : 11409719072
TINGKAT : III (TIGA)
SEMESTER : V (LIMA)

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM VI/TANJUNGPURA


TAHUN AJARAN 2021
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Sutikno
NIM : 11409719072
Desa binaan : Bunipah

Saya yang bertanda tangan di bawah ini telah menyelesaikan laporan


pendahuluan dengan kasus Diabetes mellitus type II di Desa Bunipah
Kecamatan Aluh-aluh Kabupaten Banjar.

Bunipah ,22 Desember 2021

Sutikno
11409719072

Mengetahui
Pembimbing lahan Pembimbing lahan

Wahyu asnurianti S.Kep.Ns.,M.M


NIP :
LAPORAN PENDAHULUAN

I.KONSEF DASAR TEORI

a. Pengertian diabetes melitus


Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan kategori yang ditandai
oleh kenaikan keadaan glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer,
S.C& Bare, B. G, 2015).
Diabetes Melitus merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam
satu jawaban yang jelas dan singkat tapi secara umum dapat dikatakan
problema anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor
dimana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi
insulin. Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolic
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau keduanya .
Diabetes tipe 2 adalah kondisi di mana kadar gula dalam darah melebihi nilai
normal. Tingginya kadar gula darah disebabkan tubuh tidak menggunakan
hormon insulin secara normal. Hormon insulin itu sendiri adalah hormon yang
membantu gula (glukosa) masuk ke dalam sel tubuh untuk diubah menjadi
energi.Diabetes tipe 2, atau yang juga disebut diabetes melitus tidak
tergantung insulin, adalah penyakit jangka panjang yang terjadi ketika tubuh
tidak secara efektif menggunakan insulin. Pengidap diabetes tipe 2 memiliki
kadar glukosa (gula) darah di atas normal akibat tubuh tidak efektif
menggunakan insulin atau kekurangan insulin yang relatif dibandingkan
kadar glukosa darah.
Diabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi
insulin, namun karena sel sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu
merespon insulin secara normal.Keadaan ini lazim disebut sebagai
“resistensi insulin”.1,8 Resistensi insulinbanyak terjadi akibat dari obesitas
dan kurang nya aktivitas fisik serta penuaan.Pada penderita diabetes melitus
tipe 2 dapat juga terjadi produksi glukosa hepatik yang berlebihan namun
tidak terjadi pengrusakan sel-sel B langerhans secara autoimun seperti
diabetes melitus tipe 2. Defisiensi fungsi insulin pada penderita diabetes
melitus tipe 2 hanya bersifat relatif dan tidak absolut.

b. Klarifikasi
Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin,atau keduanya. Klasifikasi DM secara umum terdiri atas DM tipe 1
atau Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) dan DM tipe 2 atau Non
Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM). DM tipe 2 terjadi karena sel β
pankreas menghasilkan insulin dalam jumlah sedikit atau mengalami
resistensi insulin. Jumlah penderita DM tipe 1 sebanyak 5-10% dan DM tipe 2
sebanyak 90-95% dari penderita DM di seluruh dunia (ADA, 2020).
Klasifikasi DM menurut Perkeni, 2011 adalah:
1. DM tipe 1 = destruksi sel beta pancreas umumnya terjadi defisiensi
insulin absolut sehingga mutlak membutuhkan terapi insulin. Biasanya
disebabkan karena penyakit autoimun atau idiopatik.
2. DM tipe 1 = bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relative sampai dominan efek sekresi insulin disertai
resistensi insulin.
3. DM tipe lain
a. Defek genetic fungsi sel beta
b. Defek genetic kerja insulin
c. Penyakit eksokrin pancreas
d. Endokrinopati
e. Karena obat / zat kimia / iatrogenic
f. Infeksi
g. Sebab imunologi yang jarang
h.Sindrom genetic lain yang berkaitan dengan DM
c. Anatomi dan fisiologi
Pankreas manusia secara anatomi letaknya menempel pada duodenum
dan terdapat kurang lebih 200.000 – 1.800.000 pulau Langerhans. Dalam
pulau langerhans jumlah sel beta normal pada manusia antara 60% - 80%
dari populasi sel Pulau Langerhans. Pankreas berwarna putih keabuan
hingga kemerahan. Organ ini merupakan kele njar majemuk yang terdiri atas
jaringan eksokrin dan jaringan endokrin. Jaringan eksokrin menghasilkan
enzim-enzim pankreas seperti amylase, peptidase dan lipase, sedangkan
jaringan endokrin menghasilkan hormon-hormon seperti insulin, glukagon
dan somatostatin (Dolensek, Rupnik & Stozer, 2015).
Pulau Langerhans mempunyai 4 macam sel yaitu (Dolensek, Rupnik &
Stozer, 2015) : Sel Alfa,sekresi glukagon ,sel Betas ekresi insulinSel
Delta,sekresi somatostatin ,Sel Pankreatik Hubungan yang erat antar sel-sel
yang ada pada pulau Langerhans menyebabkan pengaturan secara langsung
sekresi hormon dari jenis hormon yang lain. Terdapat hubungan umpan balik
negatif langsung antara konsentrasi gula darah dan kecepatan sekresi sel
alfa, tetapi hubungan tersebut berlawanan arah dengan efek gula darah pada
sel beta. Kadar gula darah akan dipertahankan pada nilai normal oleh peran
antagonis hormon insulin dan glukagon, akan tetapi hormon somatostatin
menghambat sekresi keduanya (Dolensek, Rupnik & Stozer, 2015).
Insulin (bahasa latin insula, “pulau”, karena diproduksi di pulau-pulau
Langerhans di pankreas) adalah sebuah hormon yang terdiri dari 2 rantai
polipeptida yang mengatur metabolisme karbohidrat (glukosa  glikogen).
Dua rantai dihubungkan oleh ikatan disulfida pada posisi 7 dan 20 di rantai A
dan posisi 7 dan 19 di rantai B. Peningkatan kadar glukosa darah dalam
tubuh akan menimbulkan respons tubuh berupa peningkatan sekresi insulin.
Bila sejumlah besar insulin disekresikan oleh pankreas, kecepatan
pengangkutan glukosa ke sebagian besar sel akan meningkat sampai 10 kali
lipat atau lebih dibandingkan dengan kecepatan tanpa adanya sekresi insulin.
Sebaliknya jumlah glukosa yang dapat berdifusi ke sebagian besar sel tubuh
tanpa adanya insulin, terlalu sedikit untuk menyediakan sejumlah glukosa
yang dibutuhkan untuk metabolisme energi pada keadaan normal, dengan
pengecualian di sel hati dan sel otak.
d. Etiologi
Etiologi diabetes mellitus tipe 2 melibatkan faktor lingkungan, gaya hidup
sedentari, dan faktor genetik.
Penyebab gangguan pada sel tubuh tersebut belum diketahui secara pasti.
Namun, diduga gen menjadi salah satu faktor pemicunya. Risiko seseorang
mengalami penyakit ini juga meningkat ketika berusia 45 tahun atau lebih,
dan memiliki anggota keluarga yang juga penderita diabetes.
Selain gen, diabetes tipe 2 juga diduga dapat dipicu oleh kondisi dan pola
hidup pasien. Beberapa kondisi yang diduga berisiko menimbulkan diabetes
tipe 2 adalah:
1. Prediabetes.
2. Gangguan jantung dan pembuluh darah.
3. Hipertensi.
4. Tingkat kolesterol baik (HDL) yang
5. Trigliserida tinggi.
6. Obesitas.
7. Diabetes gestational, yaitu diabetes yang terjadi selama kehamilan.
8. PCOS.
9. Agantosis nigrikans.
Selain kondisi-kondisi di atas, gaya hidup juga memengaruhi risiko terjadinya
diabetes tipe 2. Beberapa gaya hidup yang dapat meningkatkan risiko
seseorang mengalami penyakit ini adalah:
1. Kurang berolahraga.
2. Merokok.
3. Sering stress.
4. Kurang istirahat.
Mekanisme yang dapat menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada Diabetes Melitus tipe II masih belum diketahui.
Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat pula faktor-faktor resiko
tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Melitus
tipe II. Faktor-faktor lain adalah:
1. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas65
tahun).
2. Obesitas.
3. Riwayat keluarga.
4. Ras (Smeltzer, S.C & Bare, B. G, 2015).
e. Tanda dan gejala
1. Kelaparan
Rasa lapar yang berlebihan, merupakan tanda diabetes lainnya. Ketika
kadar gula darah merosot, tubuh mengira belum diberi makan dan lebih
menginginkan glukosa yang dibutuhkan sel.
2. Kulit jadi bermasalah
Kulit gatal, mungkin akibat kulit kering seringkali bisa menjadi tanda
peringatan diabetes, seperti juga kondisi kulit lainnya, misalnya kulit jadi
gelap di sekitar daerah leher atau ketiak.
3. Penyembuhan lambat
Infeksi, luka, dan memar yang tidak sembuh dengan cepat merupakan
tanda diabetes lainnya. Hal ini biasanya terjadi karena pembuluh darah
mengalami kerusakan akibat glukosa dalam jumlah berlebihan yang
mengelilingi pembuluh darah dan arteri. Diabetes mengurangi efisiensi sel
progenitor endotel atau EPC, yang melakukan perjalanan ke lokasi
cedera dan membantu pembuluh darah sembuhkan luka.
4. Infeksi jamur
"Diabetes dianggap sebagai keadaan imunosupresi," demikian Dr.
Collazo-Clavell menjelaskan. Hal itu berarti meningkatkan kerentanan
terhadap berbagai infeksi, meskipun yang paling umum adalah candida
dan infeksi jamur lainnya. Jamur dan bakteri tumbuh subur di lingkungan
yang kaya akan gula.
5. Iritasi genital
Kandungan glukosa yang tinggi dalam urin membuat daerah genital jadi
seperti sariawan dan akibatnya menyebabkan pembengkakan dan gatal.
6. Keletihan dan mudah tersinggung
"Ketika orang memiliki kadar gula darah tinggi, tergantung berapa lama
sudah merasakannya, mereka kerap merasa tak enak badan," kata Dr.
Collazo-Clavell. Bangun untuk pergi ke kamar mandi beberapa kali di
malam hari membuat orang lelah. Akibatnya, bila lelah orang cenderung
mudah tersinggung.
7. Pandangan yang kabur
Penglihatan kabur atau atau sesekali melihat kilatan cahaya merupakan
akibat langsung kadar gula darah tinggi. Membiarkan gula darah Anda
tidak terkendali dalam waktu lama bisa menyebabkan kerusakan
permanen, bahkan mungkin kebutaan. Pembuluh darah di retina menjadi
lemah setelah bertahun-tahun mengalami hiperglikemia dan mikro-
aneurisma, yang melepaskan protein berlemak yang disebut eksudat.
8. Kesemutan atau mati rasa
Kesemutan dan mati rasa di tangan dan kaki, bersamaan dengan rasa
sakit yang membakar atau bengkak, adalah tanda bahwa saraf sedang
dirusak oleh diabetes. Masih seperti penglihatan, jika kadar gula darah
dibiarkan merajalela terlalu lama, kerusakan saraf bisa menjadi
permanen. Pada diabetes, gula darah yang tinggi bertindak bagaikan
racun. Diabetes sering disebut ‘Silent Killer’ jika gejalanya terabaikan dan
ditemukan sudah terjadi komplikasi. Jika Anda memiliki gejala ini, segera
tes gula darah atau berkonsultasi ke petugas kesehatan.
f. Patopisiologi
Proses penyakit Pada Diabetes Melitus tipe II terdapat dua masalah yang
berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus
padapermukan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam
sel. Resistensi insulin pada Diabetes Melitus tipe II disertai dengan
penurunan reaksi intra sel yang mengakibatkan tidak efektifnya insulin untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi
insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah harus terdapat
peningkatan jumlah insulin yang disekresi. Namun pada penderita toleransi
glukosa terganggu, keadaan ini akibat sekresi insulin berlebihan, dan
kadar glukosa akan di pertahankan dalam tingkat normal atau sedikit
meningkat. Namun demikian bila sel-sel beta tidak mampu megimbangi
peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat
dan mengakibatkan Diabetes Melitus tipe II.
Dalam patofisiologi DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang berperan
yaitu : 1. Resistensi insulin 2. Disfungsi sel B pancreas
Patofisiologi diabetes mellitus tipe 2 terjadi sebagai akibat kombinasi
beberapa aspek yang berlangsung lama, dapat bertahun-tahun secara
subklinis. Aspek-aspek tersebut adalah penurunan sekresi insulin, resistensi
insulin, dan ominous octet. (Smeltzer, S.C & Bare, B. G, 2015).
g. Pathway

-Factor genetic Kerusakan sel


 beta pankreas Ketidakseimbangan
-infeksi virus  produksi insulin
-Pengrusakan
imunologik Defisiensi
Insulin

penurunan
Glucagon
DIABETES  Pemakaian glukosa
meningkat
MELITUS dalam sel
Risiko Batas
Glukoneoge- Ketidakstabilan kadar melebihi
glukosadarah hiperglikemia ambang ginjal
nesis

Sel kekurangan Diuresis osmotik


bahan Polyuria
untuk
metabolisme Kehilangan
Merangsang elektrolit
hipotalamus  Neuropati Anabolisme dalam sel
sensori  protein
 perifer menurun
Pusat lapar dan
Dehidrasi
haus Klien tidak Kerusakan
merasakan pada antibodi
Polydipsia dan sakit
 polypagia Kekurangan
 Nekrosis luka Kekebalan volume
tubuh
Ketidakseimbang cairan
menurun
an nutrisi kurang
dari kebutuhan Gangrene Keterbatasan
Risiko
kognitif
infeksi
interpretasi
tepat tidak
Kerusakan
integritas
 jaringan Kurang
pengetahuan
h. Prognosis
Prognosis diabetes mellitus tipe 2 ditentukan oleh modifikasi gaya hidup
pasien, kontrol gula darah yang baik, dan follow up secara teratur. Komplikasi
diabetes dapat berupa komplikasi akut seperti ketoasidosis diabetik dan
komplikasi kronis, seperti neuropati dan nefropati diabetik. Penyebab utama
kematian pada diabetes mellitus tipe 2 adalah akibat kejadian kardiovaskular.
Sejumlah komplikasi yang dapat muncul akibat diabetes tipe 1 dan 2 adalah:
1. Penyakit jantung
2. Stroke
3. Gagal ginjal kronis
4. Neuropati diabetik
5. Gangguan penglihatan
6. Katarak
7. Depresi
8. Demensia
9. Gangguan pendengaran
10. Luka dan infeksi pada kaki yang sulit sembuh (ulkus dekubitos)
11. Kerusakan kulit akibat infeksi bakteri dan jamur, termasuk bakteri
pemakan daging.
i. Data penunjang
Untuk penegakan diagnosis DM tipe II yaitu dengan pemeriksaan glukosa
darah dan pemeriksaan glukosa peroral (TTGO). Sedangkan untuk
membedakan DM tipe II dan DM tipe I dengan pemeriksaan C-peptide.
Glukosa darah: gula darah puasa>130 ml/dl,tes toleransi glukosa > 200 mg/dl,
2 jam setelah pemberian glukosa.
b. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
c. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
d. Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I
e. Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau
peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.
f. Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3
g. Trombosit darah:Ht meningkat (dehidrasi),leukositosis dan
hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
h. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal
i. Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai
tinggi (Tipe II)
j. Urine: gula dan aseton positif
k. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan
infeksi luka.
j. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Kerangka utama penatalaksanaan Diabetes Melitus yaitu edukasi,
perencanaan makan, latihan jasmani, dan obat hipoglikemik.
1) Obat berkhasiat hipoglikemik
a) Sulfonilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulsai pelepasan insulin yang
tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin, meningkatkan sekresi
insulin sebagai aklibat rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya
diberikan pada pasien dengan berat badan normal dan masih bisa
dipakai
pada pasien yang beratnya sedikit lebih.
b) Biguanid
Obat ini menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai
dibawah normal. Preparat yang ada dan aman adalah metformin.Obat
ini dianjurkan untuk pasien gemuk (indeks masa tubuh/ IMT > 30)
sebagai obat tunggal.
c) Inhibitor α glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α
glukosidase didalam saluran cerna, sehingga menurunkan penyerapan
glukosa dan menurunkan hiperglikemia pasca prandial.
d) Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO
2) Cangkok pancreas
e) Pendekatan terbaru untuk cangkok adalah segmental dari donor
hidup saudara kembar identik
2. Penatalaksanaan non medis
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi
komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe
diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
4. Terapi (jika diperlukan)
5. Pendidikan
II.KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin Diabetes
Mellitus dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi :
biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat
kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.
Hal yang perlu dikaji pada klien degan Diabetes Mellitus :
1. Aktivitas dan istirahat :
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan
tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.
2. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada
ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan
bola mata cekung.
3. Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
4. Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
5. Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,
disorientasi, letargi, koma dan bingung.
6. Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.
7. Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
8. Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
9. Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan
terjadi impoten pada pria.
B. Diagnose keperawatan
a. Risoko infeksi berhubungan dengan Kerusakan pada antibodi
b. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor meka
nik perubahan sirkulasi,imobilitas dan penurunan sensabilitas
(neuropati sensori )
c. Kurang pengetahuan berhubngan dengan keterbatasan kognitif
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

C. Intervensi beserta rasional


Diagnose keperawatan Tujuan NOC Intervensi nic
NOC : NIC :
1. Risoko infeksi  Knowledge : Infection  Pertahankan
berhubungan control teknik aseptif
dengan  Risk control  Batasi
Kerusakan pada  Setelah dilakukan pengunjung bila
antibodi Faktor-faktor tindakan keperawatan perlu
risiko : selama…… pasien  Cuci tangan
- Prosedur Infasif tidak mengalami infeksi setiap sebelum
- Kerusakan dengan kriteria hasil: dan sesudah
jaringan dan  Klien bebas dari tindakan
peningkatan tanda dan gejala keperawatan
paparan infeksi  Gunakan baju,
lingkungan  Menunjukkan sarung tangan
- Malnutrisi kemampuan untuk sebagai alat
- Peningkatan mencegah timbulnya pelindung
paparan infeksi  Ganti letak IV
lingkungan  Jumlah leukosit perifer dan
patogen
- Imonusupresi dalam batas normal dressing sesuai
- Tidak adekuat dengan petunjuk
pertahanan umum
sekunder  Gunakan kateter
(penurunan Hb, intermiten untuk
Leukopenia, menurunkan
penekanan infeksi kandung
respon inflamasi) kencing
- Penyakit kronik  Tingkatkan intake
- Imunosupresi nutrisi
- Malnutrisi  Berikan terapi
Pertahan primer tidak antibiotik
adekuat (kerusakan  Monitor tanda
kulit, trauma jaringan, dan gejala infeksi
gangguan peristaltik) sistemik dan lokal
 Pertahankan
teknik isolasi k/p
 Inspeksi kulit
dan
membran
mukosa
terhadap
kemerahan,
panas, drainase
 Monitor adanya
luka
 Dorong masukan
cairan
 Dorong istirahat
 Ajarkan pasien
dan keluarga
tanda dan gejala
infeksi
 Kaji suhu badan
pada pasien
neutropenia
setiap 4 jam
2. Kerusakan NOC NIC
integritas jaringan          Tissue integrity : skin Pressure ulcer
berhubungan dengan and mucous prevention wound
faktor mekanik Tissue integrity : skin and care
perubahan mucous  Anjurkan pasien
sirkulasi,imobilitas dan· Wound healing : primary and untuk
penurunan secondary intention menggunakan
sensabilitas (neuropati
Kriteria Hasil : pakaian yang
sensori )  Perfusi jaringan normal Ionggar
 Tidak ada tanda-tanda  Jaga kulit agar
infeksi tetap bersih dan
 Ketebalan dan tekstur kering
jaringan normal  Mobilisasi pasien
 Menunjukkan (ubah posisi
pemahaman dalam pasien) setiap
proses perbaikan kulit dua jam sekalI
dan mencegah   Monitor kulit
terjadinya cidera akan adanya
berulang kemerahan
 · Menujukkan terjadinya  Oleskan lotion
proses penyembuhan atau minyak/baby
luka oil pada daerah
yang tertekan
 Monitor aktivitas
dan mobilisasi
pasien
 Monitor status
nutrisi pasien
 Memandikan
pasien dengan
sabun dan air
hangat
 Observasi luka :
lokasi, dimensi,
kedalaman luka,
jaringan nekrotik,
tanda-tanda
infeksi lokal,
formasi traktus
 Ajarkan keluarga
tentang luka dan
perawatan luka
 Kolaborasi ahli
gizi pemberian
diet
 TKTP( tinggi
kalori tinggi
protein)
         
3.Ketidakseimbangan NOC:  Kaji adanya alergi
nutrisi kurang dari a. Nutritional status: makanan
kebutuhan tubuh Adequacy of  Kolaborasi dengan
Berhubungan nutrient ahli gizi untuk
dengan : b. Nutritional Status : menentukan
Ketidakmampuan food and Fluid Intake jumlah kalori dan
untuk memasukkan c. Weight nutrisi yang
atau mencerna Control Setelah dibutuhkan pasien
nutrisi oleh karena dilakukan  Yakinkan diet
faktor biologis, tindakan yang dimakan
psikologis atau keperawatan mengandung
ekonomi. selama….nutrisi kurang tinggi serat untuk
DS: teratasi dengan mencegah
- Nyeri abdomen indikator: konstipasi
- Muntah  Albumin serum  Ajarkan pasien
- Kejang perut  Pre albumin serum bagaimana
- Rasa penuh tiba-  Hematokrit membuat catatan
tiba setelah makan  Hemoglobin makanan harian.
DO:  Monitor adanya
 Total iron binding
- Diare penurunan BB dan
capacity
- Rontok rambut gula darah
 Jumlah limfosit
yang berlebih  Monitor lingkungan
- Kurang nafsu selama makan
makan  Jadwalkan
- Bising usus pengobatan dan
berlebih tindakan tidak
- Konjungtiva pucat selama jam
- Denyut nadi lemah makan
 Monitor turgor kulit
 Monitor
kekeringan,
rambut kusam,
total protein, Hb
dan kadar Ht
 Monitor mual dan
muntah
 Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
4.Kurang NOC: NIC :
Pengetahuan  Kowlwdge : disease
 Kaji tingkat
Berhubungan process
pengetahuan
dengan :  Kowledge : health pasien dan
keterbatasan Behavior Setelah keluarga
kognitif, interpretasi dilakukan tindakan  Jelaskan
terhadap informasi keperawatan selama patofisiologi dari
yang salah, …. pasien penyakit dan
kurangnya menunjukkan bagaimana hal
keinginan untuk pengetahuan tentang ini berhubungan
mencari informasi, proses penyakit dengan anatomi
tidak mengetahui dengan kriteria hasil: dan fisiologi,
sumber-sumber  Pasien dan dengan cara
informasi. keluarga yang tepat.
menyatakan  Gambarkan
pemahaman tanda dan
tentang gejala yang
penyakit, biasa muncul
kondisi, pada penyakit,
prognosis dan dengan cara
program yang tepat
pengobatan  Gambarkan
 Pasien dan proses penyakit,
keluarga dengan cara
mampu yang tepat
melaksanakan  Identifikasi
prosedur yang kemungkinan
dijelaskan penyebab,
secara benar dengan cara
 Pasien dan yang tepat
keluarga mampu  Sediakan
menjelaskan informasi pada
kembali apa pasien tentang
yang dijelaskan kondisi, dengan
perawat/tim cara yang tepat
kesehatan  Sediakan bagi
lainnya keluarga
informasi
tentang
kemajuan
pasien dengan
cara yang tepat
 Diskusikan
pilihan terapi
atau
penanganan
 Dukung pasien
untuk
mengeksplorasi
atau
mendapatkan
second opinion
dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
 Eksplorasi
kemungkinan
sumber atau
dukungan,
dengan cara
yang tepat
D. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan. Pada tahap ini
perawat membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria
hasil yang sudah ditetapkan serta menilai apakah masalah yang terjadi sudah
teratasiseluruhnya, hanya sebagian, atau bahkan belum teratasi semuanya.
Evaluasi adalah proses berkelanjutan yaitu proses yang digunakan untuk
mengukur dan memonitor kondisi klien untuk mengetahui :
(1). kesesuaian tindakan keperawatan,
(2) .perbaikan tindakan keperawatan,
(3) .kebutuhan klien saat ini,
(4) .perlunya dirujuk pada tempat kesehatan lain, dan
(5). apakah perlu menyusun ulang priorotas diagnose supaya kebutuhan
klienbisa terpenuhi. Selain digunakan untuk mengevaluasi tindakan
keperawatan yang sudah dilakukan, evaluasi juga digunakan untuk
memeriksa sumua proses keperawatan (Debora, 2017).
Daftar pustaka

Dita Wahyu Hestiana Jurnal of Health Education DM type 2 JHE 2 (2) (2017)
Di akses tanggal 22 desember 2021
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jhealthedu/
Restyana Noor Fatimah Diabetes Melitus Tipe,2 J MAJORITY V4 5 Februari
2015
Di akses tanggal 22 desember 2021
juke.kedokteran.unila.ac.id › article › download

Shella ramadani laporan pendahuluan diabetes militus type2 .12-07-2019

Di akses tanggal 22 desember 2021

https://www.academia.edu/31109201/
LAPORAN_PENDAHULUAN_KASUS_KLIEN_DIABETES_MELITUS_TIPE_II

Di akses tanggal 22 desember 2021

Anda mungkin juga menyukai