DISUSUN OLEH :
NAMA : SUTIKNO
NIM : 11409719072
TINGKAT : III (TIGA)
SEMESTER : V (LIMA)
Sutikno
11409719072
Mengetahui
Pembimbing lahan Pembimbing lahan
b. Klarifikasi
Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin,atau keduanya. Klasifikasi DM secara umum terdiri atas DM tipe 1
atau Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) dan DM tipe 2 atau Non
Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM). DM tipe 2 terjadi karena sel β
pankreas menghasilkan insulin dalam jumlah sedikit atau mengalami
resistensi insulin. Jumlah penderita DM tipe 1 sebanyak 5-10% dan DM tipe 2
sebanyak 90-95% dari penderita DM di seluruh dunia (ADA, 2020).
Klasifikasi DM menurut Perkeni, 2011 adalah:
1. DM tipe 1 = destruksi sel beta pancreas umumnya terjadi defisiensi
insulin absolut sehingga mutlak membutuhkan terapi insulin. Biasanya
disebabkan karena penyakit autoimun atau idiopatik.
2. DM tipe 1 = bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relative sampai dominan efek sekresi insulin disertai
resistensi insulin.
3. DM tipe lain
a. Defek genetic fungsi sel beta
b. Defek genetic kerja insulin
c. Penyakit eksokrin pancreas
d. Endokrinopati
e. Karena obat / zat kimia / iatrogenic
f. Infeksi
g. Sebab imunologi yang jarang
h.Sindrom genetic lain yang berkaitan dengan DM
c. Anatomi dan fisiologi
Pankreas manusia secara anatomi letaknya menempel pada duodenum
dan terdapat kurang lebih 200.000 – 1.800.000 pulau Langerhans. Dalam
pulau langerhans jumlah sel beta normal pada manusia antara 60% - 80%
dari populasi sel Pulau Langerhans. Pankreas berwarna putih keabuan
hingga kemerahan. Organ ini merupakan kele njar majemuk yang terdiri atas
jaringan eksokrin dan jaringan endokrin. Jaringan eksokrin menghasilkan
enzim-enzim pankreas seperti amylase, peptidase dan lipase, sedangkan
jaringan endokrin menghasilkan hormon-hormon seperti insulin, glukagon
dan somatostatin (Dolensek, Rupnik & Stozer, 2015).
Pulau Langerhans mempunyai 4 macam sel yaitu (Dolensek, Rupnik &
Stozer, 2015) : Sel Alfa,sekresi glukagon ,sel Betas ekresi insulinSel
Delta,sekresi somatostatin ,Sel Pankreatik Hubungan yang erat antar sel-sel
yang ada pada pulau Langerhans menyebabkan pengaturan secara langsung
sekresi hormon dari jenis hormon yang lain. Terdapat hubungan umpan balik
negatif langsung antara konsentrasi gula darah dan kecepatan sekresi sel
alfa, tetapi hubungan tersebut berlawanan arah dengan efek gula darah pada
sel beta. Kadar gula darah akan dipertahankan pada nilai normal oleh peran
antagonis hormon insulin dan glukagon, akan tetapi hormon somatostatin
menghambat sekresi keduanya (Dolensek, Rupnik & Stozer, 2015).
Insulin (bahasa latin insula, “pulau”, karena diproduksi di pulau-pulau
Langerhans di pankreas) adalah sebuah hormon yang terdiri dari 2 rantai
polipeptida yang mengatur metabolisme karbohidrat (glukosa glikogen).
Dua rantai dihubungkan oleh ikatan disulfida pada posisi 7 dan 20 di rantai A
dan posisi 7 dan 19 di rantai B. Peningkatan kadar glukosa darah dalam
tubuh akan menimbulkan respons tubuh berupa peningkatan sekresi insulin.
Bila sejumlah besar insulin disekresikan oleh pankreas, kecepatan
pengangkutan glukosa ke sebagian besar sel akan meningkat sampai 10 kali
lipat atau lebih dibandingkan dengan kecepatan tanpa adanya sekresi insulin.
Sebaliknya jumlah glukosa yang dapat berdifusi ke sebagian besar sel tubuh
tanpa adanya insulin, terlalu sedikit untuk menyediakan sejumlah glukosa
yang dibutuhkan untuk metabolisme energi pada keadaan normal, dengan
pengecualian di sel hati dan sel otak.
d. Etiologi
Etiologi diabetes mellitus tipe 2 melibatkan faktor lingkungan, gaya hidup
sedentari, dan faktor genetik.
Penyebab gangguan pada sel tubuh tersebut belum diketahui secara pasti.
Namun, diduga gen menjadi salah satu faktor pemicunya. Risiko seseorang
mengalami penyakit ini juga meningkat ketika berusia 45 tahun atau lebih,
dan memiliki anggota keluarga yang juga penderita diabetes.
Selain gen, diabetes tipe 2 juga diduga dapat dipicu oleh kondisi dan pola
hidup pasien. Beberapa kondisi yang diduga berisiko menimbulkan diabetes
tipe 2 adalah:
1. Prediabetes.
2. Gangguan jantung dan pembuluh darah.
3. Hipertensi.
4. Tingkat kolesterol baik (HDL) yang
5. Trigliserida tinggi.
6. Obesitas.
7. Diabetes gestational, yaitu diabetes yang terjadi selama kehamilan.
8. PCOS.
9. Agantosis nigrikans.
Selain kondisi-kondisi di atas, gaya hidup juga memengaruhi risiko terjadinya
diabetes tipe 2. Beberapa gaya hidup yang dapat meningkatkan risiko
seseorang mengalami penyakit ini adalah:
1. Kurang berolahraga.
2. Merokok.
3. Sering stress.
4. Kurang istirahat.
Mekanisme yang dapat menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada Diabetes Melitus tipe II masih belum diketahui.
Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat pula faktor-faktor resiko
tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Melitus
tipe II. Faktor-faktor lain adalah:
1. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas65
tahun).
2. Obesitas.
3. Riwayat keluarga.
4. Ras (Smeltzer, S.C & Bare, B. G, 2015).
e. Tanda dan gejala
1. Kelaparan
Rasa lapar yang berlebihan, merupakan tanda diabetes lainnya. Ketika
kadar gula darah merosot, tubuh mengira belum diberi makan dan lebih
menginginkan glukosa yang dibutuhkan sel.
2. Kulit jadi bermasalah
Kulit gatal, mungkin akibat kulit kering seringkali bisa menjadi tanda
peringatan diabetes, seperti juga kondisi kulit lainnya, misalnya kulit jadi
gelap di sekitar daerah leher atau ketiak.
3. Penyembuhan lambat
Infeksi, luka, dan memar yang tidak sembuh dengan cepat merupakan
tanda diabetes lainnya. Hal ini biasanya terjadi karena pembuluh darah
mengalami kerusakan akibat glukosa dalam jumlah berlebihan yang
mengelilingi pembuluh darah dan arteri. Diabetes mengurangi efisiensi sel
progenitor endotel atau EPC, yang melakukan perjalanan ke lokasi
cedera dan membantu pembuluh darah sembuhkan luka.
4. Infeksi jamur
"Diabetes dianggap sebagai keadaan imunosupresi," demikian Dr.
Collazo-Clavell menjelaskan. Hal itu berarti meningkatkan kerentanan
terhadap berbagai infeksi, meskipun yang paling umum adalah candida
dan infeksi jamur lainnya. Jamur dan bakteri tumbuh subur di lingkungan
yang kaya akan gula.
5. Iritasi genital
Kandungan glukosa yang tinggi dalam urin membuat daerah genital jadi
seperti sariawan dan akibatnya menyebabkan pembengkakan dan gatal.
6. Keletihan dan mudah tersinggung
"Ketika orang memiliki kadar gula darah tinggi, tergantung berapa lama
sudah merasakannya, mereka kerap merasa tak enak badan," kata Dr.
Collazo-Clavell. Bangun untuk pergi ke kamar mandi beberapa kali di
malam hari membuat orang lelah. Akibatnya, bila lelah orang cenderung
mudah tersinggung.
7. Pandangan yang kabur
Penglihatan kabur atau atau sesekali melihat kilatan cahaya merupakan
akibat langsung kadar gula darah tinggi. Membiarkan gula darah Anda
tidak terkendali dalam waktu lama bisa menyebabkan kerusakan
permanen, bahkan mungkin kebutaan. Pembuluh darah di retina menjadi
lemah setelah bertahun-tahun mengalami hiperglikemia dan mikro-
aneurisma, yang melepaskan protein berlemak yang disebut eksudat.
8. Kesemutan atau mati rasa
Kesemutan dan mati rasa di tangan dan kaki, bersamaan dengan rasa
sakit yang membakar atau bengkak, adalah tanda bahwa saraf sedang
dirusak oleh diabetes. Masih seperti penglihatan, jika kadar gula darah
dibiarkan merajalela terlalu lama, kerusakan saraf bisa menjadi
permanen. Pada diabetes, gula darah yang tinggi bertindak bagaikan
racun. Diabetes sering disebut ‘Silent Killer’ jika gejalanya terabaikan dan
ditemukan sudah terjadi komplikasi. Jika Anda memiliki gejala ini, segera
tes gula darah atau berkonsultasi ke petugas kesehatan.
f. Patopisiologi
Proses penyakit Pada Diabetes Melitus tipe II terdapat dua masalah yang
berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus
padapermukan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam
sel. Resistensi insulin pada Diabetes Melitus tipe II disertai dengan
penurunan reaksi intra sel yang mengakibatkan tidak efektifnya insulin untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi
insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah harus terdapat
peningkatan jumlah insulin yang disekresi. Namun pada penderita toleransi
glukosa terganggu, keadaan ini akibat sekresi insulin berlebihan, dan
kadar glukosa akan di pertahankan dalam tingkat normal atau sedikit
meningkat. Namun demikian bila sel-sel beta tidak mampu megimbangi
peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat
dan mengakibatkan Diabetes Melitus tipe II.
Dalam patofisiologi DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang berperan
yaitu : 1. Resistensi insulin 2. Disfungsi sel B pancreas
Patofisiologi diabetes mellitus tipe 2 terjadi sebagai akibat kombinasi
beberapa aspek yang berlangsung lama, dapat bertahun-tahun secara
subklinis. Aspek-aspek tersebut adalah penurunan sekresi insulin, resistensi
insulin, dan ominous octet. (Smeltzer, S.C & Bare, B. G, 2015).
g. Pathway
penurunan
Glucagon
DIABETES Pemakaian glukosa
meningkat
MELITUS dalam sel
Risiko Batas
Glukoneoge- Ketidakstabilan kadar melebihi
glukosadarah hiperglikemia ambang ginjal
nesis
Dita Wahyu Hestiana Jurnal of Health Education DM type 2 JHE 2 (2) (2017)
Di akses tanggal 22 desember 2021
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jhealthedu/
Restyana Noor Fatimah Diabetes Melitus Tipe,2 J MAJORITY V4 5 Februari
2015
Di akses tanggal 22 desember 2021
juke.kedokteran.unila.ac.id › article › download
https://www.academia.edu/31109201/
LAPORAN_PENDAHULUAN_KASUS_KLIEN_DIABETES_MELITUS_TIPE_II