Anda di halaman 1dari 75

DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN.………………………………………….. i
KATA PENGANTAR………………………………………………… ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………… x
DAFTAR TABEL……………………………………………………... xiv
DAFTAR GAMBAR………………………………………………….. xv
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang Penelitian…………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………. 11
1.3 Tujuan Penelitian.……………………………………….. 11
1.4 Manfaat Penelitian…...……………………………………… 12

BAB II KAJIAN TEORI..……………………..………….…………… 14


2.1 Deskripsi Teoritik...................................................................... 14
2.1.1 Teori Stakeholder…………….………………………... 14
2.1.2 Teori Legitimasi (Legitimacy Theory) ………………... 15
2.1.3 Nilai Perusahaan.............................................................. 17
2.1.3.1 Pengertian Nilai Perusahaan..................................... 17
2.1.3.2 Jenis Pengukuran Nilai Perusahaan.......................... 22
2.1.3.1 Indikator Nilai Perusahaan....................................... 23
2.1.4 Kinerja Keuangan............................................................ 24
2.1.4.1 Pengertian Kinerja Keuangan..................................... 24
2.1.4.2 Jenis Pengukuran Kinerja Keuangan.......................... 27
2.1.4.1 Indikator Kinerja Keuangan..................................... 33
2.1.5 Kinerja Lingkungan......................................................... 33
2.1.5.1 Pengertian Kinerja Lingkungan................................... 33
2.1.5.2 Indikator Kinerja Lingkungan.................................. 36
2.2 Penelitian Relevan..................................................................... 37
2.3 Kerangka Pemikiran................................................................... 42

x
Halaman

2.3.1 Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Nilai


Perusahaan……………………………………..….…... 42
2.3.2 Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Kinerja
Keuangan….…….…………………………………... 44
2.2.3 Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai
Perusahaan.................................................................... 45
2.2.3 Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Nilai Perusahaan
Dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening.... 47
2.4 Hipotesis Penelitian.................................................................... 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………….. 48


3.1 Rancangan dan Objek Penelitian………….……………...….. 48
3.2 Metode Penelitian……………….…………………………... 48
3.3 Populasi dan Sampel ……………………………………….. 49
3.3.1 Populasi……………………………………….……… 49
3.3.2 Sampel ……………………………………………… 49
3.4 Teknik Pengumpulan Data ………………………………… 51
3.4.1 Variabel Nilai Perusahaan (Y) ……………………… 52
3.4.2 Variabel Kinerja Lingkungan (X1) ………………… 53
3.4.3 Variabel Kinerja Keuangan (Z) ……………………… 54
3.5 Operasional Variabel ………..……………………………… 54
3.6 Teknik Analisis Data ……………………………………… 55
3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif………………………… 55
3.6.2 Uji Asumsi Klasik………………………………….… 56
3.6.2.1 Uji Normalitas Data…………………………….… 56
3.6.2.2 Uji Multikolonieritas……………………….….….. 56
3.6.2.3 Uji Heterokedastisitas………………………….… 57
3.6.2.4 Uji Autokorelasi……………………………….… 58
3.6.3 Anaisis Regresi Berganda…………………………… 59

xi
3.6.3.1 Koefisien Determinasi…………………..…….… 59
3.6.4 Pengujian Hipotesis……………………………….… 60
3.6.4.1 Pengujian Secara Parsial (Uji t) ….……………… 60
3.6.4.2 Pengujian Secara Simultan (Uji F)……….……… 61
3.6.4.3 Pengujian Variabel Intervening …………….…… 61
3.7 Hipotesis Statistik ………………….……………………… 64

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….

xii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kriteria Peringkat PROPER...................................................... 37


Tabel 2.2 Hasil Penelitian Terdahulu ........................................................ 29
Tabel 3.1 Kriteria Pengambilan Sampel Purposive Sampling .................. 50
Tabel 3.2 Daftar Sampel Perusahaan Sektor Industri Dasar dan Kimia ... 50
Tabel 3.3 Penilaian Peringkat Proper ........................................................ 53
Tabel 3.4 Indikator Operasional Variabel ................................................ 54

xiii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1.1 Nilai Tobin’s Q Pada Perusahaan Manufaktur
Sektor Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016-2020....................... 3
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian………………………….. 49

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Perkembangan bisnis saat ini di Indonesia telah berkembang sangat pesat.

Banyak perusahaan yang saling bersaing untuk meningkatkan efisiensi operasional

dan mengembangkan usahanya untuk meningkatkan nilai perusahaan agar dapat

bersaing dengan perusahaan lain yang sejenis. Malam mengembangkan bisnisnya

perusahaan memiliki dua tujuan, yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka

panjang. Tujuan jangka panjang perusahaan adalah untuk memaksimalkan nilai

perusahaan (Lingga dan Suaryana, 2017). Nilai perusahaan dapat dilihat dari harga

saham perusahaan tersebut. Semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi nilai

perusahaan, sehingga meningkatkan kemakmuran bagi pemegang saham. Semakin

tinggi harga saham suatu perusahaan maka semakin tinggi pula nilai perusahaan

tersebut. Oleh karena itu, perusahaan harus merencanakan dengan baik dalam

mengalokasikan sumber dayanya untuk mendukung kegiatan yang akan dilakukan

guna mencapai tujuan perusahaan

Harga pasar saham bertindak sebagai tolak ukur kinerja manajemen

perusahaan. Jika nilai suatu perusahaan dapat diproksikan dengan harga saham, maka

memaksimumkan nilai perusahaan sama dengan memaksimumkan harga pasar

saham. Harga saham pada perusahaan manufaktur berfluktuasi setiap tahunnya.

Ketidakstabilan harga saham sangat menyulitkan investor dalam melakukan investasi.

1
Investor tidak sembarangan dalam melakukan investasi atas dana yang dimilikinya,

terlebih dahulu mereka harus mempertimbangkan berbagai informasi.

Menurut Bringham dan Houston (2018) nilai perusahaan adalah berbagai

kebijakan yang diambil oleh manajemen dalam upaya untuk meningkatkan nilai

melalui peningkatan kemakmuran pemilik dan para pemegang saham yang tercermin

pada harga saham. Salah satu alternatif yang digunakan dalam menilai nilai

perusahaan adalah dengan Tobin’s Q. Tobin’s Q juga memasukkan semua unsur

utang dan modal saham perusahaan, tidak hanya harga saham dan ekuitas perusahaan

saja yang dimasukkan, namun seluruh aset perusahaan (Auliya, 2018). Dengan

memasukkan seluruh aset perusahaan berarti perusahaan tidak hanya terfokus pada

satu tipe investor saja, yaitu investor dalam bentuk saham namun juga untuk kreditur

karena sumber pembiayaan operasional perusahaan bukan hanya dari ekuitasnya saja

tetapi juga dari pinjaman yang diberikan oleh kreditur. Sehingga semakin besar nilai

Tobin’s Q menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang

baik. Rata–rata nilai perusahaan pada tahun 2016-2020 ditunjukkan pada Gambar 1.1

yang diukur melalui Tobin’s Q sebagai berikut:

2
Gambar 1.1 Nilai Tobin’s Q Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri
Dasar dan Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016-2020

Tobin's Q

3.97
2.81 2.76
1.42 1.34

2016 2017 2018 2019 2020

Gambar diatas menunjukkan bahwa rata-rata nilai perusahaan yang diukur

menggunakan proxy Tobin’s Q pada perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan

kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2015-2019 terjadi

mengalami fluktuatif. Pada tahun 2017 adanya penurunan menjadi 2.81 dan

mengalami penurunan ke tahun berikutnya pada 2018 menjadi 1.42 dan mengalami

penurunan kembali pada tahun 2019 menjadi 1.34. Jika dibandingkan dari tahun 2016

sampai dengan tahun 2019 adanya penurunan nilai tiap tahunnya. Pada tahun 2019

adanya kenaikan dari tahun 2018 menjadi 2.72. Kenaikan yang terjadi di tahun 2019

tidak sesignifikan pada tahun 2016. Fenomena tersebut menjadikan terjadinya

kesenjangan dimana nilai perusahaan menurun yang menunjukkan prospek

pertumbuhan perusahaan kurang baik.

Kinerja lingkungan dapat menjadi salah satu faktor dalam meningkatkan nilai

perusahaan melalui kontribusinya terhadap lingkungan sekitar. Kinerja lingkungan

merupakan kinerja perusahaan untuk menciptakan lingkungan yang baik atau ketika

perusahaan mengeluarkan biaya terkait dengan aspek lingkungan secara otomatis

3
akan membangun citra yang baik bagi stakeholder dan calon investor sehingga akan

direspon positif oleh pasar dan sebagai wujud tanggung jawab dan kepedulian

terhadap lingkungan (Tiarasandy et al. 2018). Jika perusahaan tidak memperhatikan

lingkungan dalam jangka panjang, hal itu akan mempengaruhi pertumbuhan nilai

perusahaan yang menjadikan nilai perusahaan bertumbuh secara lambat bahkan tidak

ada pertumbuhan.

Di Indonesia penilaian kinerja lingkungan perusahaan diatur dalam peraturan

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2014 Nomor 3 memutuskan tentang

program penilaian peringkat kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup

yang disebut Proper. Dari penilaian Proper ini, perusahaan akan memperoleh citra

atau reputasi sesuai bagaimana pengelolaan lingkungannya. Citra tersebut dinilai

dalam bentuk peringkat warna emas, hijau, biru, merah dan hitam. Selain itu, Proper

juga memiliki tujuan untuk mendorong perusahaan dalam menerapkan sistem yang

baik dalam pengelolaan lingkungan

Salah satu bentuk tanggung jawab sosial dalam bentuk lingkungan hidup yang

dilakukan perusahaan berpartisipasi dalam menjaga keamanan, kesehatan dan

lingkungan sekitar. Sebagai perwujudan komitmen tersebut Perseroan telah memiliki

studi 2 (dua) AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) untuk Plate Mill 1

dan Plate Mill 2 Perseroan telah membangun instalasi pengolah limbah domestik,

tempat pengelolaan sementara limbah padat dan instalasi penyaring minyak (oil trap).

Perseroan juga melaksanakan penghijauan sebagai upaya Perseroan untuk mengatasi

dampak langsung kegiatan operasional Perseroan. Sehubungan dengan ekspansi

4
pembangunan Plate Mill ke-2, Perseroan juga memiliki AMDAL ke-2 dan telah

mendapatkan persetujuan dari instansi terkait. Tambahan AMDAL tersebut terdiri

dari 3 jenis AMDAL, yaitu AMDAL Lalu Lintas, AMDAL Drainase dan AMDAL

Lingkungan yang tidak ada pada AMDAL pertama. Pengujian kualitas udara emisi,

kualitas udara ambience, dan kualitas udara di sekitar lingkungan kerja Perseroan

juga dilaksanakan secara berkala oleh UPT K3 Dinas Tenaga Kerja Provinsi Jawa

Timur. Selain itu, Perseroan juga secara rutin melakukan pengujian limbah padat,

limbah cair dan air sumur pantau, yang dilakukan oleh Balai Besar Teknik Kesehatan

Lingkungan Kementerian Kesehatan RI.

Ketergantungan aktifitas perusahaan terhadap teknologi, bahan kimia dan

listrik secara pasti menambahkan dampak negatif terhadap lingkungan. Berbagai

aktifitas ekonomi terutama organisasi bisnis yang tidak terkontrol dan tidak

berorientasikan pada kepentingan lingkungan hidup, dipastikan berpeluang besar

untuk merusak lingkungan hidup. Oleh karena itu, persoalan tentang lingkungan

hidup menjadi perhatian utama masyarakat dan pemerintah. Adanya dampak negatif

dari aktifitas perusahaan yang berpotensi merusak lingkungan serta respon dari

berbagai pihak, organisasi bisnis pun dituntut untuk menanggapi isu lingkungan.

Permasalahan lingkungan semakin menarik untuk diteliti seiring dengan

perkembangan teknologi dan ekonomi global.

Kasus pencemaran lingkungan terjadi di Pemerintah Provinsi Lampung yang

melakukan penutupan sementara operasional tambang emas milik PT Karya Bukit

Utama (PT KBU) di Desa Babakan Loa, Kecamatan Kedondong, Kabupaten

5
Pesawaran. Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD)

Lampung mengatakan penutupan sementara dilakukan lantaran PT KBU sampai saat

ini belum melengkapi segala persyaratan izin tambang, baik persyaratan teknis

maupun administrasi. Termasuk kewajiban dokumen Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan (Amdal) dan izin lingkungan sebagaimana termasuk dalam perizinan di

Provinsi Lampung. Awalnya penutupan ini karena adanya laporan warga bahwa

perusahaan pertambangan di Desa Babakan Loa, Kecamatan Kedondong, Kabupaten

Pesawaran yakni PT KBU. Perusahaan tersebut melakukan aktivitas penambangan

emas dengan mengabaikan lingkungan sekitar yang menyebabkan pencemaran

lingkungan di sekitar pemukiman warga, karena air yang mengalir di permukiman

warga sudah tercemar limbah dampak penambangan emas tersebut (Fitter, 2019).

Dari kasus tersebut investor akan menganalisis kinerja keuangan perusahaan

dalam pengambilan keputusan investasi. Saat melakukan analisis kinerja keuangan

akan dibandingkan periode saat ini dengan periode sebelumnya. Jika dari hasil

analisis menunjukkan kinerja keuangan perusahaan baik maka akan menarik para

investor dalam menanamkan modalnya. Oleh karena itu, kinerja keuangan juga

merupakan hal penting bagi perusahaan untuk mendapatkan asupan modal.

Tingginya peringkat kerja lingkungan yang dicapai perusahaan dapat menjadi

salah satu faktor yang mampu meningkatkan nilai perusahaan tersebut. Semakin baik

bentuk pertanggungjawaban suatu perusahaan terhadap kepedulian akan kelestarian

lingkungan hidup maka image perusahaan akan meningkat. Hal tersebut terjadi

karena perusahaan telah mampu memenuhi kontrak sosial dan legitimasi terhadap

6
masyarakat, sehingga keberadaannya dapat direspon secara positif oleh masyarakat.

Investor akan lebih berminat dan tertarik kepada perusahaan yang memiliki image

baik di masyarakat.

Selain itu, perusahaan juga harus mempunyai kinerja keuangan yang baik

dalam proses bisnisnya untuk memiliki nilai perusahaan yang tinggi. Menurut

Bukhori dan Sopian, (2017) dalam Nurjilan (2019) Kinerja keuangan perusahaan

merupakan sebuah keberhasilan yang telah diraih perusahaan dalam suatu periode

yang menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut. Kinerja keuangan juga

dapat diartikan suatu prospek atau masa depan, perkembangan dan pertumbuhan

perusahaan Kinerja keuangan menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan perusahaan

dari sisi finansial. Bagaimana manajemen perusahaan, dengan mengetahui kinerja

keuangan maka manajemen dapat mengevaluasi maupun membuat kebijakan dalam

memperbaiki dan meningkatkan kinerja keuangan (Damanik dan Yadnyana, 2017).

Namun kini kebijakan perusahaan dalam meningkatkan kinerja keuangan tidak

sebanding dengan resiko yang diakibatkan oleh aktivitas perusahaan. Salah satunya

adalah resiko lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas perusahaan, demi

meningkatkan kinerja keuangan.

Kinerja keuangan dapat digambarkan dengan laba ini juga sebagai indikator

pengukuran keberhasilan perusahaan dari segi finansial. Adanya indikator

pengukuran tersebut perusahaan dapat melakukan review dan evaluasi, sehingga

perusahaan dapat melihat prospek perusahaannya di periode selanjutnya dan juga

sebagai upaya mempertahankan keberlanjutan perusahaan. Namun kini dampak

7
kebijakan perusahaan tidak sebanding dalam meningkatkan kinerja keuangan suatu

perusahaan. Salah satunya ialah dampak lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas

perusahaan, demi meningkatkan kinerja keuangan semata.

Laporan keuangan menjadi akhir proses dari akuntansi dengan tujuan untuk

memberikan informasi keuangan yang dapat menjelaskan kondisi perusahaan dalam

satu periode tertentu. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan merupakan

cerminan kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan merupakan

salah satu faktor yang dilihat oleh calon investor untuk menentukan besarnya

investasi saham. Bagi sebuah perusahaan menjaga dan meningkatkan kinerja

keuangan adalah salah satu keharusan agar saham tersebut tetap eksis dan diminati

oleh investor. Sehingga jika kinerja keuangan meningkat akan meningkatkan pula

nilai perusahaan dilihat dari banyaknya investor yang tertarik menanamkan sahamnya

di perusahaan tersebut (Santoso, 2017).

Kinerja keuangan sering diproksikan atau diukur melalui rasio-rasio

keuangan. Menurut Tauke et al., (2017) pengukuran dengan rasio-rasio keuangan

tersebut dapat membuat para stakeholder akan mengetahui kinerja perusahaan

sehingga dapat mencerminkan nilai perusahaan tersebut. Semakin tinggi kinerja

keuangan maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Pada penelitian ini kinerja

keuangan diukur melalui salah satu rasio probabilitas. Rasio profitabilitas merupakan

rasio untuk mengukur bagaimana kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan

atau laba dari setiap kegiatan produktivitas serta penjualan perusahaan. Rasio ini juga

dapat menilai tingkat efektivitas manajemen perusahaan. Hal tersebut dapat

8
ditunjukan dari laba yang diperoleh atas hasil penjualan dan pendapatan investasi.

Jenis rasio yang dipilih yaitu Return On Equity (ROE).

Dalam Kinerja Keuangan yang dihitung melalui ROE adalah rasio laba bersih

setelah pajak terhadap modal sendiri digunakan untuk mengukur tingkat hasil

pengembalian dari investasi para pemegang saham. Bagi perusahaan pada umumnya

masalah rentabilitas adalah lebih penting daripada masalah laba, karena laba yang

besar saja belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah bekerja dengan

efisien. Semakin tinggi rasio ROE menandakan kinerja perusahaan semakin baik atau

efisien, nilai equity perusahaan akan meningkat dengan peningkatan rasio ROE

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih yang dikaitkan dengan

pembayaran dividen semakin meningkat dan akan terjadi kecenderungan naiknya

harga saham.

Hal tersebut dibuktian dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Wardani &

Lailatus (2020) bahwa kinerja keuangan berpengaruh terhadap nilai perusahaan,

menunjukkan bahwa kinerja keuangan yang tinggi mencerminkan nilai perusahaan

yang dapat memberikan sinyal positif yang dapat mempengaruhi imvestor serta pihak

lain untuk menanamkan modalnya. Begitupun menurut Priska et.,al (2019) yang

menyatakan hasil dari analisis penelitiannya dapat disimpulkan bahwa kinerja

keuangan yang diukur dengan Return On Equity (ROE) berpengaruh positif pada

nilai perusahaan. Namun hasil yang berbeda penelitian dilakukan oleh Dea dan Agus

(2019) menunjukan bahwa kinerja keuangan berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap nilai perusahaan, dikarenakan menurunnya tingkat investor yang

9
mengakibatkan laba yang diperoleh perusahaan menurun sehingga berdampak kepada

turunnya saham perusahaan dan menurunnya nilai perusahaan.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Dini dan Lailatus (2020)

menemukan bahwa kinerja lingkungan berpengaruh signifikan terhadap kinerja

keuangan, kinerja lingkungan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan,

kinerja keuangan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, dan kinerja

lingkungan tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dengan kinerja

keuangan sebagai variabel intervening. Sedangkan pada penelitian Saputra dan

Mahyuni (2018) dalam Nurjilan (2019) menemukan bahwa Kinerja Lingkungan

berpengaruh pada Kinerja Keuangan, Kinerja Lingkungan berpengaruh pada Nilai

Perusahaan, Kinerja Keuangan berpengaruh pada Nilai Perusahaan dan Kinerja

Lingkungan secara tidak langsung mempengaruhi Nilai Perusahaan dengan Kinerja

Keuangan sebagai Variabel Intervening.

Sedangkan dalam penelitian Rafianto (2015) menyatakan bahwa kinerja

lingkungan tidak berpengaruh pada kinerja keuangan diakibatkan perusahaan

melakukan upaya pengelolaan lingkungan hanya sesuai dengan yang diatur oleh

undang-undang. Menurut Isna (2017) menunjukkan bahwa kinerja lingkungan tidak

berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini disebabkan dikarenakan

tidak semua investor melihat kinerja lingkungan sebagai kriteria dalam berinvestasi.

Dengan memperhatikan adanya perbedaan hasil penelitian tentang Kinerja

Lingkungan, Kinerja Keuangan, terhadap Nilai Perusahaan, maka dibuat penelitian

berjudul “Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan

10
Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris Pada

Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2020)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan permasalahan yang hendak

diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh antara Kinerja Lingkungan terhadap Nilai

Perusahaan?

2. Apakah terdapat pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Kinerja Keuangan?

3. Apakah terdapat pengaruh antara Kinerja Keuangan terhadap Nilai

Perusahaan?

4. Apakah terdapat pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Nilai Perusahaan

dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap

Nilai Perusahaan.

2. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap

Kinerja Keuangan.

11
3. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh Kinerja Keuangan terhadap

Nilai Perusahaan.

4. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap

Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan gambaran dan pemahaman

yang lebih mendalam mengenai pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan

mengikuti program penilaian peringkat kinerja perusahaan (Proper) pada

tahun 2015-2019.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa

kalangan sebagai berikut:

a. Bagi kalangan akademisi, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat

sebagai bahan informasi untuk penelitian dan penulisan selanjutnya di

bidang yang relevan.

12
b. Bagi kalangan masyarakat luas, hasil penelitian ini diharapkan

bermanfaat sebagai edukasi dan informasi untuk mengetahui hal-hal

yang berkaitan dengan kinerja lingkungan perusahaan yang nantinya

akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

c. Bagi dunia perusahaan, hasil penelitian ini merupakan salah satu

sumbang pikir bagi manajemen perusahaan manufaktur adalah

mengelola kinerja lingkungan untuk memaksimalkan nilai perusahaan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan mengikuti program

penilaian peringkat kinerja perusahaan (Proper) pada tahun 2016-2020.

13
BAB II
KAJIAN TEORITIK

2.1 Deskripsi Teoritik

2.1.1 Teori Stakeholder

Teori stakeholder pada awalnya diperkenalkan oleh Stanford Research

Institute (SRI) yang merujuk kepada “those groups without support the

organization would cease to exist” (Freeman, 1983). Pada intinya dalam

penelitian tersebut mengacu pada keberadaan suatu organisasi (dalam hal ini

adalah perusahaan) yang sangat dipengaruhi oleh dukungan kelompok-kelompok

yang memiliki hubungan dengan organisasi tersebut. Dalam penelitiannya yang

lain berpendapat bahwa teori stakeholder memperluas tanggung jawab organisasi

kepada seluruh pemangku kepentingan tidak hanya kepada investor atau pemilik

perusahaan.

Teori stakeholder adalah teori yang menyatakan bahwa suatu perusahaan

bukanlah entitas yang hanya beroperasi pada kepentingan sendiri, akan tetapi

dapat bermanfaat untuk seluruh stakeholder-nya yaitu: pemegang saham, kreditor,

konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis, dan pihak lainnya (Mareta

dan Fitriyah, 2017). Pada intinya segala aktifitas operasi perusahaan harus

berorientasi pada tindakan memaksimalisasi laba untuk mencapai kepentingan

pemegang saham. Akan tetapi jika berorientasi lebih luas lagi, tidak hanya sebatas

untuk pencapaian laba untuk pemegang saham. Semua yang terlibat dalam

keberlangsungan perusahaan harus mejadi prioritas. Artinya, perusahaan yang

menjaga kinerja semua aspek dengan baik seperti kinerja keuangan, lingkungan,

15
16

sosial, ekonomi, karyawan, dan lainnya akan menjadi penilaian yang baik juga

dari investor.

Fatchan dan Trisnawati (2016) mengungkapkan bahwa dalam teori

stakeholder perusahaan yang melaporkan informasi mengenai kinerja ekonomi,

lingkungan, sosial, dan intelektual mereka secara sukarela. Namun, sifat sukarela

ini akan menjadi suatu keharusan yang dilakukan perusahaan untuk memenuhi

ekspektasi sesungguhnya yang diharapkan stakeholder. Upaya tersebut dilakukan

untuk menjaga hubungan yang baik dengan stakeholder, terutama para

stakeholder yang berhubungan langsung dengan sumber daya yang digunakan

dalam aktifitas operasionalnya, misalnya seperti tenaga kerja, konsumen, dan

pemilik saham.

Tujuan utama dari teori ini adalah untuk memudahkan manajer korporasi

memahami dan mengerti lingkungan stakeholder mereka dan juga membantu

melakukan pengelolaan dengan lebih efektif di antara hubungan-hubungan di

lingkungan perusahaan. Dan tujuan yang lebih luas lagi yaitu untuk membantu

manajer korporasi dalam meningkatkan nilai dari pengaruh aktifitas perusahaan

dan meminimalkan kerugian yang akan diterima stakeholder.

2.1.2 Teori Legitimasi (Legitimacy Theory)

Teori legitimasi sudah banyak digunakan sebagai landasan teori penelitian

untuk memberikan pengetahuan dan informasi mengenai perilaku perusahaan

terhadap lingkungan hidup dan masyarakat. Teori ini dijelaskan dalam Mousa dan

Hassan (2015) merupakan teori yang dapat membantu memberikan penjelasan dan

motivasi perusahaan untuk terlibat dalam melaporkan kinerjanya terhadap


17

perusahaan. Diungkapkan juga teori legitimasi ini digunakan untuk memberikan

landasan tentang bagaimana dan mengapa perusahaan harus memperhatikan

kinerja lingkungan dan fungsinya membuat laporan dari kinerja lingkungan.

Pengungkapan lingkungan yang dibuat perusahaan merupakan sebuah kewajiban

yang harus dilakukan untuk mematuhi aturan publik dan regulasi.

Mousa dan Hassan (2015) menyimpulkan di dalam penelitiannya bahwa

penelitian Patten (1992) telah menjelaskan teori legitimasi berfungsi untuk

mengevaluasi setiap aktifitas perusahaan yang berdampak pada pencemaran

lingkungan. Saat publik menyadari bahwa perusahaan beroperasi sesuai dengan

sistem nilai yang berkesinambungan dengan nilai masyarakat maka besar

kemungkingkan perusahaan akan sustainable.

Dari hal tersebut juga menjadi alasan perusahaan untuk ikut serta dalam

program yang telah dibuat Kementerian Lingkungan dan Kehutanan untuk

menjaga lingkungan dengan mengolah limbah buangan hasil pabrik. Dan bersedia

dinilai mengenai kelayakan limbah yang dibuang dengan tujuan membuktikan

setiap kegiatan perusahaan yang selalu berusaha bertanggung jawab atas

lingkungan agar dapat diterima masyarakat.

Teori legitimasi berkaitan dengan hubungan antara perusahaan dan

lingkungan masyarakat dimana perusahaan menjalankan usahanya atau terdapat

“kontrak sosial” yang artinya adalah suatu cara untuk menjelaskan seberapa besar

harapan bagi masyarakat tentang prosedur yang dijalankan perusahaan ketika

beroperasi. Harapan sosial masyarakat bukan bersifat tetap, namun dapat berubah-

ubah dengan berjalannya waktu. Hal tersebut yang menjadi alasan perusahaan
18

untuk selalu responsif terhadap lingkungan dimana pun mereka menjalankan

aktifitasnya (Anjasari dan Andriati, 2016).

Menurut Lingga dan Suaryana (2017) legitimasi merupakan suatu bentuk

pengakuan dari masyarakat terdahap perusahaan. Pengakuan tersebut didapatkan

karena perusahaan telah mampu menyelaraskan tujuan ekonominya dengan

lingkungan disekitar perusahaan yang berdampingan dengan masyarakat. Artinya

jika perusahaan ingin mendapatkan nilai perusahaan yang baik, maka perusahaan

harus mampu meningkatkan kinerja atau pengelolaan lingkungannya.

Perusahaan harus dapat mengadaptasikan diri dengan norma yang berlaku

di masyarakat, jika tidak ada eksistensinya akan terancam karena merugikan bagi

masyarakat. Tidak jarang juga terjadi perbedaan potensial antara perusahaan dan

nilai-nilai sosial masyarakat yang dapat mengancam legitimasi perusahaan yang

sering disebut legitimasi gap. Teori legitimasi ini sangat berhubungan erat dengan

teori stakeholder (Mousa dan Hassan, 2015).

2.1.3 Nilai Perusahaan

2.1.3.1 Pengertian Nilai Perusahaan

Salah satu tujuan utama perusahaan adalah dengan memaksimalkan nilai

perusahaan. Nilai perusahaan menjadi indikator penting bagi pemegang saham

dalam melakukan penilaian terhadap suatu perusahaan sebelum mengambil

keputusan untuk berinvestasi. Pemilik saham dapat menjadikan nilai perusahan

sebagai tolak ukur atas tingkat kemakmuran serta keberhasilan suatu entitas

bisnis. Tingginya nilai perusahaan mencerminkan kesuksesan perusahaan dalam

memakmuran principal. Hal tersebut dapat memotivasi investor untuk


19

meningkatkan investasi terhadap perusahaan yang memiliki nilai perusahaan

tinggi (Zabetha et al., 2018). Menurut Ardila (2017) nilai perusahaan merupakan

persepsi investor terhadap tingkat pencapaian perusahaan yang terkait dengan

harga saham dan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara

maksimum apabila harga saham meningkat.

Nurlela dan Islahuddin (2008) menyebutkan bahwa nilai perusahaan

merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli andai perusahaan

tersebut dijual. Semakin tinggi nilai perusahaan menggambarkan semakin

sejahtera pula pemiliknya. Nilai perusahaan dapat meningkat jika institusi mampu

menjadi alat monitoring yang efektif. Selain itu juga Wati dan Asandimitra (2017)

berpendapat bahwa meningkatkan nilai perusahaan berarti secara tidak langsung

memaksimalkan kekayaan pemegang saham dan otomatis memaksimalkan pula

harga saham perusahaan. Nilai perusahaan adalah berbagai kebijakan yang

diambil oleh manajemen dalam upaya untuk meningkatkan nilai melalui

peningkatan kemakmuran pemilik dan para pemegang saham yang tercermin pada

harga saham (Bringham dan Houston, 2018).

Perbedaan dari beberapa ahli tersebut mendefinisikan bahwa menurut

(Zabetha et al., 2018) nilai perusahaan menjadi indikator penting bagi pemegang

saham dalam melakukan penilaian terhadap suatu perusahaan sebelum mengambil

keputusan untuk berinvestasi. Menurut Ardila (2017) nilai perusahaan merupakan

persepsi investor terhadap tingkat pencapaian perusahaan yang terkait dengan

harga saham dan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara

maksimum apabila harga saham meningkat. Menurut Nurlela dan Islahuddin


20

(2008) menyebutkan semakin tinggi nilai perusahaan menggambarkan semakin

sejahtera pula pemiliknya. Nilai perusahaan dapat meningkat jika institusi mampu

menjadi alat monitoring yang efektif. Menurut Wati dan Asandimitra (2017)

berpendapat bahwa meningkatkan nilai perusahaan berarti secara tidak langsung

memaksimalkan kekayaan pemegang saham dan otomatis memaksimalkan pula

harga saham perusahaan. Menuut (Bringham dan Houston, 2018) Nilai

perusahaan adalah berbagai kebijakan yang diambil oleh manajemen dalam upaya

untuk meningkatkan nilai melalui peningkatan kemakmuran pemilik dan para

pemegang saham yang tercermin pada harga saham.

Dari perbedaan tersebut terdapat kesamaan dari para ahli yaitu semakin

nilai perusahaan menjadi penilaian utama oleh para investor untuk menanamkan

sahamnya maka akan meningkatnya harga saham dapat meningkatkan nilai

perusahaan yang dapat menggambarkan kemakmuran pemilik dan

memaksimalkan pemegang saham.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa

nilai perusahaan menggambarkan seberapa baik atau buruk manajemen mengelola

kekayaannya, hal ini bisa dilihat dari pengukuran kinerja keuangan yang

diperoleh. Suatu perusahaan akan berusaha untuk memaksimalkan nilai

perusahaannya. Peningkatan nilai perusahaan biasanya ditandai dengan naiknya

harga saham.

Menurut Bursa Efek Indonesia (BEI), dalam buku Panduan Go Public juga

menejelaskan setiap peningkatan kinerja operasional dan kinerja keuangan pada

umumnya akan berdampak terhadap harga saham di Bursa, sehingga akan


21

meningkatkan nilai perusahaan secara keseluruhan. Akan tetapi dalam penjelasan

tersebut hanya dapat berlaku terhadap perusahaan go public yang sahamnya

diperdagangkan di Bursa, karena ketika saham di perdagangkan di Bursa maka

setiap saat dapat diperoleh valuasi terhadap kinerja keuangan yang akan

meningkatkan nilai perusahaan.

Nilai perusahaan menggambarkan nilai saat ini dari pendapatan yang

diharapkan pada masa depan dan indikator bagi pasar dalam menilai perusahaan

secara keseluruhan. Banyak faktor yang dapat memperngaruhi nilai perusahaan,

diantaranya: struktur modal, kebijakan dividen, keputusan investasi dan lain

sebagainya. Arief, Erlina, dan Yahya (2014) juga mengungkapkan beberapa faktor

yang biasa menjadi pertimbangan dalam mengambil keputusan mengenai nilai

perusahaan yaitu tingkat pertumbuhan, sikap manajemen, kondisi pasar, kondisi

internal perusahaan, fleksibilitas keuangan, pajak, profitabilitas, sikap pemberi

pinjaman.

Menjalankan fungsi dari manajemen keuangan merupakan sesuatu yang

dapat dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan. Dengan kombinasi optimal

dari keputusan pihak manajemen dapat mengoptimalkan nilai perusahaan yang

akan mempengaruhi kesejahteran stakeholder. Wati dan Asandimitra (2017)

mengungkapkan calon investor akan memandang baik pada suatu perusahaan

dengan mempertimbangkan nilai perusahaannya. Ketika nilai perusahaan

dianggap baik maka kinerja keuangan perusahaan juga akan baik.

mengungkapkan metode-metode atau teknik yang telah dikembangkan dalam

penilaian perusahaan diantaranya adalah:


22

a Pendekatan laba antara lain metode rasio tingkat laba atau price earning.

b Ratio, metode kapitalisasi proyeksi laba.

c Pendekatan arus kas antara lain metode diskonto arus kas.

d Pendekatan dividen antara lain metode pertumbuhan dividen.

e Pendektakan aktiva antara lain metode penilaian aktiva.

f Pendekatan harga saham.

g Pendekatan Economic Value Added (EVA).

Nilai perusahaan menunjukkan pandangan investor atau stakeholder akan

kondisi perusahaan. Apabila perusahaan dapat memberikan kesejahteraan kepada

pemegang saham, maka publik akan menilai bahwa perusahaan tersebut memiliki

nilai yang tinggi. Nilai perusahaan dalam penelitian ini diukur menggunakan rasio

Tobin’s Q. Rasio tersebut dikembangkan oleh Profesor Tobin pada tahun 1967.

Tobin’s Q merupakan konsep yang sangat penting karena dapat menggambarkan

estimasi pasar keuangan pada saat ini mengenai nilai hasil pengembalian dari

setiap dolar investasi inkremental. Tobin’s Q juga memasukkan semua unsur

utang dan modal saham perusahaan, tidak hanya harga saham dan ekuitas

perusahaan saja yang dimasukkan, namun seluruh aset perusahaan.

Dengan memasukan seluruh asset perusahaan berarti perusahaan tidak

hanya terfokus pada satu tipe investor saja, yaitu investor dalam bentuk saham

namun juga untuk kreditur karena sumber pembiayaan operasional perusahaan

bukan hanya dari ekuitasnya saja tetapi juga dari pinjaman yang diberikan oleh

kreditur. Sehingga semakin besar nilai Tobin’s Q menunjukan bahwa perusahaan

memiliki prospek pertumbuhanyang baik. Hal ini dapat terjadi karena semakin
23

besar nilai pasar aset perusahaan dibandingkan dengan nilai buku asset

perusahaan maka semakin besar kerelaan investor untuk mengeluarkan

pengorbanan yang lebih untuk memiliki perusahaan tersebut.

2.1.3.2 Jenis Pengukuran Nilai Perusahaan

Menurut Weston dan Copelan (2010:244) pengukuran nilai perusahaan

terdiri dari:

a. Price Earning Ratio (PER)

Price Earning Ratio (PER) adalah perbandingan antara harga

saham perusahaan dengan earning per share dalam saham. PER adalah

fungsi dari perubahan kemampuan laba yang diharapkan di masa yang

akan datang. Semakin besar PER, maka semakin besar pula

kemungkinan perusahaan untuk tumbuh sehingga dapat meningkatkan

nilai perusahaan. PER dapat dihitung dengan rumus:

Sumber: Weston dan Copelan (2010:244)

b. Price to Book Value (PBV)

Price to Book Value (PBV) mengambarkan seberapa besar pasar

menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio ini,

berarti pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut. PBV juga

menunjukan seberapa jauh suatu perusahaan mampu menciptakan nilai

perusahaan yang relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan.

PBV dapat dihitung dengan rumus:


24

Sumber: Weston dan Copelan (2010:244)


c. Tobin’s Q

Salah satu alternatif yang digunakan dalam menilai nilai

perusahaan adalah dengan menggunakan Tobin’s Q. Tobin’s Q ini

dikembangkan oleh professor James Tobin. Rasio ini merupakan

konsep yang sangat berharga karena menunjukkan estimasi pasar

keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian dari setiap dolar

investasi incremental. Tobin’s Q dihitung dengan membandingkan rasio

nilai pasar saham perusahaan dengan nilai buku ekuitas perusahaan.

Tobin’s Q dapat dihitung dengan rumus :

Sumber: Weston dan Copelan (2010:244)


Dimana:

EMV = Harga saham per lembar × jumlah saham yang beredar

EBV = Total aset – total kewajiban

2.1.3.3 Indikator Nilai Perusahaan

Pada penelitian ini, nilai perusahaan diukur dengan menggunakan rumus

Tobin’s Q menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil

pengembalian dari setiap investasi incremental. Tobin’s Q dihitung dengan

membandingkan rasio nilai pasar saham perusahaan dengan nilai buku ekuitas
25

perusahaan.Berikut adalah bentuk rumus Tobin’s Q:

Sumber: Weston dan Copelan (2010:244)


Dimana:
EMV = Harga saham per lembar × jumlah saham yang beredar
EBV = Total aset – total kewajiban

2.1.4. Kinerja Keuangan

2.1.4.1 Pengertian Kinerja Keuangan

Untuk memutuskan dan menilai suatu perusahaan memiliki kualitas yang

baik terdapat dua acuan yang paling dominan yang dapat dilakukan. Penilaian ini

dapat dilakukan dengan melihat sisi kinerja keuangan dan kinerja non keuangan.

Menurut Fahmi (2014) kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan

untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan

menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.

Menurut Sawir (2015) kinerja keuangan adalah kondisi yang

mencerminkan keadaan keuangan suatu perusahaan berdasarkan sasaran, standar

dan kriteria yang telah ditetapkan. Kinerja keuangan perusahaan merupakan

sebuah keberhasilan yang telah diraih perusahaan dalam suatu periode yang

menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut. Kinerja keuangan juga

dapat diartikan suatu prospek atau masa depan, perkembangan dan pertumbuhan

perusahaan (Bukhori dan Sopian, 2017).

Dari uraian definisi-definisi tersebut dapat dikatakan bahwa kinerja

keuangan adalah gambaran suatu kualitas perusahaan yang tercermin melalui


26

pelaksanaan keuangan pada suatu periode tertentu. Fahmi (2014) terapat 5 tahap

dalam menganalisis kinerja keuangan suatu perusahaan secara umum, yaitu:

1. Melakukan review terhadap data laporan keuangan.

2. Melakukan perhitungan

3. Melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan yang telah diperoleh.

4. Melakukan penafsiran terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan

5. Mencari dan memberikan pemecahan masalah terhadap berbagai

permasalahan yang ditemukan.

Penilaian kinerja keuangan setiap perusahaan dapat berbeda-beda karena

tergantung pada ruang lingkup bisnis yang dijalankannya, namun pada dasarnya

analisis kinerja keuangan akan menggambarkan kemampuan, keadaan, dan

kuatitas perusahaan tersebut.

Sementara itu Jumingan (2014), menyatakan bahwa kinerja keuangan

merupakan gambaran kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu

baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana, yang

biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas.

Menurut Tiarasandy et al. (2018) kinerja keuangan dapat dinilai dengan beberapa

alat analisis. Berdasarkan tekniknya, analisis keuangan dapat dibedakan menjadi

8 (delapan) macam dan salah satunya dengan analisis rasio keuangan. Rasio

keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja

perusahaan. Dari hasil rasio tersebut maka dapat terlihat kondisi kesehatan

perusahaan yang mencerminkan nilai perusahaan. Jenis-jenis rasio keuangan yang

dapat digunakan untuk menilai kinerja manajemen beragam. Artinya, tidak semua
27

rasio dapat digunakan.

Menurut Munawir (2014), bahwa tujuan dari pengukuran kinerja keuangan

perusahaan adalah:

1. Mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban keuangan yang harus segera diselesaikan pada saat ditagih.

2. Mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi,

baik keuangan jangka pendek maupun jangka panjang

3. Mengetahui tingkat profitabilitas atau rentabilitas, yaitu kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu dengan

menggunakan aktiva atau modal secara produktif.

4. Mengetahui tingkat stabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam

menjalankan dan mempertahankan usahanya agar tetap stabil, hal tersebut

diukur dari kemampuan perusahaan membayar pokok hutang dan beban bunga

tepat pada waktunya.

Perbedaan dari beberapa ahli tersebut mendefinisikan bahwa Menurut

Fahmi (2014) kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk

melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan

aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Menurut Sawir (2015)

kinerja keuangan adalah kondisi yang mencerminkan keadaan keuangan suatu

perusahaan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan.

Menurut (Bukhori dan Sopian, 2017) kinerja keuangan perusahaan merupakan

sebuah keberhasilan yang telah diraih perusahaan dalam suatu periode yang
28

menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut. Menurut

Jumingan (2014) menyatakan bahwa kinerja keuangan merupakan gambaran

kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek

penghimpunan dana maupun penyaluran dana, yang biasanya diukur dengan

indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas. Menurut

Tiarasandy et al. (2018) kinerja keuangan dapat dinilai dengan beberapa alat

analisis. Berdasarkan tekniknya, analisis keuangan dapat dibedakan menjadi 8

(delapan) macam dan salah satunya dengan analisis rasio keuangan.

Dari perbedaan tersebut terdapat kesamaan dari para ahli yaitu kinerja

keuangan adalah perusahaan dikatakan memiliki kinerja keuangan yang baik

apabila perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan

pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa

kinerja keuangan dapat digunakan sebagai evaluasi atas efektivitas pengelolaan

perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan akan mempengaruhi kebijakan para

investor atas investasi yang dilakukan. Kemampuan perusahaan untuk

meningkatkan kinerja keuangan akan dapat menarik investor untuk menanamkan

dananya, sebaliknya jika kinerja keuangan menurun maka akan menyebabkan

para investor menarik dananya.

2.1.4.2 Jenis Pengukuran Kinerja Keuangan

Berikut di bawah ini penjelasan mengenai jenis-jenis rasio keuangan

dalam buku Pengantar Manajemen Keuangan karya Sulindawati et al.

(2017: 136), yaitu:


29

1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)

Rasio ini merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.

a. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar dapat dihitung menggunakan formula:

Sumber: Brigham Houston (2018:140)

b. Rasio Sangat Lancar (Quick Ratio)

Rasio sangat lancar dapat dihitung menggunakan formula:

Sumber: Brigham Houston (2018:140)

2. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)


Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh

mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang.

a. Debt Ratio

Debt Ratio dapat dihitung menggunakan formula:

Sumber: Brigham Houston (2018:140)

b. Times Interest Earned

Times Interest Earned dapat dihitung menggunakan formula:

Sumber: Brigham Houston (2018:140)


30

c. Fixed Charge Coverage

Fixed Charge Coverage dapat dihitung menggunakan formula:

Sumber: Brigham Houston (2018:140)

d. Cash Flow Coverage

Cash Flow Coverage dapat dihitung menggunakan formula:

Sumber: Brigham Houston (2018:140)

3. Rasio Aktifitas (Activity Ratio)


Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat

efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan atau rasio untuk menilai

kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari.

a. Perputaran persediaan (Inventory Turnover)

Inventory Turnover dapat dihitung menggunakan formula:

Sumber: Brigham Houston (2018:140)

b. Rata-rata jangka waktu penagihan/perputaran piutang (Average

Collection Period)

Average Collection Period dapat dihitung menggunakan formula:

Sumber: Brigham Houston (2018:140)


31

c. Perputaran aktiva tetap (Fixed Assets Turn Over)

Fixed Assets Turn Over dapat dihitung menggunakan formula:

Sumber: Brigham Houston (2018:140)

d. Perputaran total aktiva (Total Assets Turn Over)

Total Assets Turn Over dapat dihitung menggunakan formula:

Sumber: Brigham Houston (2018:140)

2. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)

Rasio ini merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan

dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu.

a. Margin laba penjualan (Profit Margin on Sales)

Profit Margin on Sales dapat dihitung menggunakan formula:

Sumber: Brigham Houston (2018:140)

b. Daya laba dasar (Basic Earning Power)

Basic Earning Power dapat dihitung menggunakan formula:

Sumber: Brigham Houston (2018:140)


32

c. Hasil pengembalian total aktiva (Return on Total Assets)

Return on Total Assets dapat dihitung menggunakan formula:

Sumber: Brigham Houston (2018:140)

d. Hasil pengembalian ekuitas (Return on Total Equity)

Return on Total Equity dapat dihitung menggunakan formula:

Sumber: Brigham Houston (2018:140)

3. Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio)

Rasio ini merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan

perusahaan mempertahankan posisi ekonominya ditengah pertumbuhan

perekonomian dan sektor usahanya.

a. Pertumbuhan penjualan

Pertumbuhan Penjualan dapat dihitung menggunakan formula:

Sumber: Brigham Houston (2018:140)

b. Pertumbuhan laba bersih

Pertumbuhan Laba Bersih dapat dihitung menggunakan formula:

Sumber: Brigham Houston (2018:140)


33

c. Pertumbuhan pendapatan per saham

Pertumbuhan pendapatan per saham dapat dihitung menggunakan

formula:

Sumber: Brigham Houston (2018:140)

d. Pertumbuhan dividen per saham

Pertumbuhan dividen per saham dapat dihitung menggunakan

formula:

Sumber: Brigham Houston (2018:140)

4. Rasio Penilaian (Valuation Ratio)

Rasio ini merupakan rasio yang memberikan ukuran kemampuan

manajemen dalam menciptakan nilai pasar usahanya diatas biaya investasi.

a. Rasio harga saham terhadap pendapatan (Earning Per Share)

Earning Per Share dapat dihitung menggunakan formula:

Sumber: Brigham Houston (2018:140)

b. Rasio nilai pasar saham terhadap nilai buku (Price to Book Value)

Price to Book Value dapat dihitung menggunakan formula:

Sumber: Brigham Houston (2018:140)


34

2.1.4.3 Indikator Kinerja Keuangan


Dalam penelitian ini kinerja keuangan diukur dengan profitabilitas yang

menggunakan indikator Return On Equity (ROE). ROE mengukur rasio laba

bersih setelah pajak terhadap modal sendiri digunakan untuk mengukur tingkat

hasil pengembalian dari investasi para pemegang saham. ROE yang dirumuskan

dalam penelitian ini sebagai berikut:

Sumber: Brigham Houston (2018:140)

2.1.5 Kinerja Lingkungan

2.1.5.1 Pengertian Kinerja Lingkungan

Kinerja di dalam suatu organisasi dapat dikatakan sebagai jawaban dari

berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan tersebut. Kinerja

lingkungan merupakan kinerja perusahaan untuk menciptakan lingkungan yang

baik atau ketika perusahaan mengeluarkan biaya terkait dengan aspek lingkungan

secara otomatis akan membangun citra yang baik bagi stakeholder dan calon

investor sehingga akan direspon positif oleh pasar dan sebagai wujud tanggung

jawab dan kepedulian terhadap lingkungan (Tiarasandy et al. 2018).

Menurut M. E. S. Tjahjono (2014) kinerja lingkungan (enviromental

performance) merupakan suatu hasil dari sukses atau tidaknya tujuan perusahaan

dalam menciptakan dan mewujudkan lingkungan yang baik. Pengelolaan

lingkungan dapat dipengaruhi dan mempengaruhi perusahaan dan tentunya dapat


35

menentukan keunggulan perusahaan dalam persaingan sehingga stakeholder

tertarik untuk berinvestasi karena melihat nilai perusahaan yang baik. Kinerja

lingkungan adalah kinerja perusahaan untuk ikut andil dalam melestarikan

lingkungan. Kinerja lingkungan dibuat dalam bentuk peringkat oleh suatu

lembaga yang berkaitan dengan lingkungan hidup (Wibisono 2013).

Kinerja lingkungan dapat diukur dari hasil sistem manajemen lingkungan,

yang terkait dengan kontrol aspek-aspek lingkungannya. Titik permasalahan

mengenai isu lingkungan adalah manusia. Jadi manajemen lingkungan dapat

dikatakan sebagai kumpulan aktifitas untuk merencanakan, mengorganisasikan,

dan menggerakan sumber daya manusia dan sumber daya lain untuk mencapai

tujuan kebijakan lingkungan yang sudah ditetapkan (M. E. S. Tjahjono, 2014).

Menurut Suratno et al. (2006) kinerja lingkungan perusahaan adalah kinerja

perusahaan dalam menciptakan lingkungan yang baik (green).

Kinerja lingkungan adalah mekanisme bagi perusahaan untuk secara

sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan ke dalam operasinya

dan interaksinya dengan pemangku kepentingan, yang melebihi tanggung jawab

organisasi di bidang hukum (Rutinaias,2016).

Perbedaan dari beberapa ahli tersebut mendefinisikan bahwa Menurut M.

E. S. Tjahjono (2014) kinerja lingkungan (enviromental performance) merupakan

suatu hasil dari sukses atau tidaknya tujuan perusahaan dalam menciptakan dan

mewujudkan lingkungan yang baik. Menurut Suratno et al. (2006) kinerja

lingkungan perusahaan adalah kinerja perusahaan dalam menciptakan lingkungan

yang baik (green). Menurut Tiarasandy et al. (2018) Kinerja lingkungan


36

merupakan kinerja perusahaan untuk menciptakan lingkungan yang baik atau

ketika perusahaan mengeluarkan biaya terkait dengan aspek lingkungan secara

otomatis akan membangun citra yang baik bagi stakeholder dan calon investor

sehingga akan direspon positif oleh pasar dan sebagai wujud tanggung jawab dan

kepedulian terhadap lingkungan. Menurut Rutinaias, (2016) menyatakan bahwa

kinerja lingkungan adalah mekanisme bagi perusahaan untuk secara sukarela

mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan ke dalam operasinya dan

interaksinya dengan pemangku kepentingan, yang melebihi tanggung jawab

organisasi di bidang hukum

Dari perbedaan tersebut terdapat kesamaan dari para ahli bahwa kinerja

lingkungan akan menggambarkan bagaimana kepedulian perusahaan terhadap

lingkungan sekitarnya. Jika lingkungan dan sumber daya disekitar perusahaan

sudah terjaga dengan baik, maka bisa dipastikan bahwa kinerja lingkungan

perusahaan akan baik pula. Kinerja lingkungan perusahaan perlu dijaga agar

selalu baik. Hal ini untuk menghindari tuntutan dari masyarakat ataupun

stakeholder, sehingga keberlanjutan perusahaan akan tetap berlangsung.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa

kinerja lingkungan adalah hasil yang dapat diukur dari sistem manajemen

lingkungan, yang terkait dengan kontrol aspek-aspek lingkungannya. Di Indonesia

penilaian kinerja lingkungan perusahaan diatur dalam Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup Nomor: 127/MENLH/2002 tentang Program Penilaian

Peringkat kinerja Perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup (Proper) yang

di keluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). Kemudian dasar


37

hukum tersebut direvisi oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 05

Tahun 2011. Dan pada 2018, atau pada saat ini, dasar hukum Proper revisi

terbaru pada Peraturan Kementerian Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2014

tentang Proper. Menurut Pasal 1, Proper adalah valuasi ketaatan dan kinerja

melebihi ketaatan penanggung jawab usaha dan/ atau kegiatan di bidang

pengendalian pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan hidup, serta

pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (Permen LH No.3 Tahun 2014).

2.1.5.2 Indikator Kinerja Lingkungan

Penilaian peringkat kinerja perusahaan atau peringkat PROPER akan

dikelompokkan kedalam lima warna peringkat dengan tujuh kategori. Perusahaan

dengan kinerja lingkungan yang paling baik mendapatkan peringkat emas dan

hijau, kemudian peringkat biru, biru minus, merah, merah minus, dan kinerja

lingkungan terburuk adalah peringkat hitam. Berdasarkan Peraturan Menteri

Negara Lingkungan Hidup No. 7 Tahun 2008, kriteria pemeringkatan tersebut

sebagai berikut:

Tabel: 2.1 Kriteria Peringkat PROPER


Peringkat Definisi
Warna Angka
Emas 5 (lima) Untuk usaha dan/atau kegiatan yang telah secara konsisten
menunjukkan keunggulan lingkungan (environmental
excellency) dalam proses produksi dan/atau jasa,
melaksanakan bisnis yang beretika dan bertanggung jawab
terhadap masyarakat.
38

Hijau 4 (empat) Untuk usaha dan/atau kegiatan yang telah melakukan


pengelolaan lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan
dalam peraturan (beyond compliance) melalui pelaksanaan
sistem manajemen lingkungan, pemanfaatan sumberdaya
secara efisien dan melakukan upaya pemberdayaan
masyarakat dengan baik.

Biru 3 (tiga) Untuk usaha dan/atau kegiatan yang telah melakukan


upaya pengelolaan lingkungan sesuai dengan persyaratan
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Merah 2 (dua) Untuk usaha dan/atau kegiatan yang upaya pengelolaan
lingkungan hidup dilakukannya tidak sesuai dengan
persyaratan sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan.

Hitam 1 (satu) Untuk usaha dan/atau kegiatan yang sengaja melakukan


perbuatan atau melakukan kelalaian yang mengakibatkan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan serta
pelanggaran terhadap peraturan perundangundangan atau
tidak melaksanakan sanksi administrasi.
Sumber: Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Publikasi Proper

2.2 Penelitian Relevan

Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu

mengenai topik yang berkaitan menjadi landasan penulis dalam merumuskan

hipotesis dapat dilihat dalam Tabel 2.2 sebagai berikut:


39

Tabel: 2.2 Hasil Penelitian Terdahulu


No Peneliti Judul Nama jurnal; Populasi, Hasil Penelitian Perbedaan
Penelitian Nama Sampel dan Penelitian
Institusi/ Metode yang akan
Lembaga Penelitian dilaksanakan
penerbitnya
1 Wijayanti , Likuiditas, Business and Populasi dalam Likuiditas Perbedaan dalam
Murti Kinerja Economics penelitian ini yaitu berpengaruh positif pada penelitian ini
(2020) Lingkungan, Conference in perusahaan terhadap terletak pada
Dan Utilization of manufaktur yang profibilitas. Kinerja variabel dependen
Pengungkapan Modern terdaftar di Bursa lingkungan yaitu (Y) Nilai
Lingkungan Technology 509 Efek Indonesia berpengaruh negatif Perusahaan dan
Terhadap Magelang, tahun 2015 sampai terhadap variabel Intervening
Profitabilitas 5 Agustus 2020 tahun 2019. profitabilitas. (z) Kinerja
(Studi Empiris sampel sebanyak Pengungkapan Keuangan. Dan
Pada 12 perusahaan atau lingkungan penelitian ini.
Perusahaan 60 sampel berpengaruh positif menggunakan
Manufaktur perusahaan. terhadap sampel pada
yang Terdaftar Metode kuantitatif profitabilitas perusahaan
di BEI Tahun manufaktur sektor
(2015-2019) industry dan kimia
dengan periode
pengamatan tahun
2015-2019
2 Wardani , Pengaruh Aktiva Jurnal Perusahaan sektor Kinerja lingkungan Perbedaan dalam
Dini Dwi Kinerja Akuntansi Pertambangan dan berpengaruh pada penelitian ini
dan Lingkungan dan Investasi, perusahaan signifikan terhadap terletak sampel
Lailatus Terhadap Nilai Vol 5, No.1, manufaktur sektor kinerja keuangan. penelitian yang
Sa’diah. Perusahaan Mei 2020 industri dasar dan kinerja lingkungan dilakukan pada
(2020) Dengan Kinerja bahan kimia yang berpengaruh secara perusahaan
Keuangan terdaftar di BEI signifikan terhadap manufaktur sektor
Sebagai pada tahun 2016- nilai perusahaan industry dan kimia
Variabel 2018. Sampel kinerja keuangan dengan tahun
Intervening sebanyak 14 berpengaruh pengamatan 2015-
perusahaan. signifikan terhadap 2019.
Metode kuantitatif. nilai perusahaan. Menggunakan sobel
40

tidak ada pengaruh test dalam penilaian


kinerja lingkungan variabel
terhadap nilai intervening.
perusahaan melalui
kinerja keuangan.
3 Nurjilan Pengaruh UIN Syarif Data populasi Kinerja Lingkungan Perbedaan dalam
Fauziyyah
Kinerja Hidayatullah, diambil dari berpengaruh pada pada penelitian ini
(2019)
Lingkungan Jakarta. perusahaanperusah Kinerja Keuangan, terletak sampel
dan Struktur September 2019 aan yang terdaftar Kepemilikan penelitian yang
Kepemilikan di Bursa Efek Institusional dilakukan pada
Terhadap Nilai Indonesia (BEI), Berpengaruh pada perusahaan
Perusahaan yang Kinerja Keuangan, manufaktur sektor
Dengan Kinerja mempublikasikan Kepemilikan industry dan kimia
Keuangan laporan keuangan Manajerial tidak dengan tahun
Sebagai dan terdaftar di berpengaruh pada pengamatan 2015-
Variabel Proper dari Kinerja Keuangan, 2019.
Intervening. 2013-2017. Ada Kinerja Lingkungan
16 perusahaan berpengaruh pada
yang memenuhi Nilai Perusahaan,
kriteria sampel. Kepemilikan
Jadi, sampel data Institusional tidak
dalam penelitian berpengaruh pada
ini adalah 80 Nilai Perusahaan,
Kepemilikan
Manajerial tidak
berpengaruh pada
Nilai Perusahaan,
Kinerja Keuangan
berpengaruh pada
Nilai Perusahaan,
Kinerja Lingkungan
secara tidak
langsung
mempengaruhi
Nilai Perusahaan
dengan Kinerja
Keuangan sebagai
41

Variabel
Intervening,
Kepemilikan
Institusional secara
tidak langsung tidak
dapat memengaruhi
Nilai Perusahaan
dengan Kinerja
Keuangan sebagai
Variabel
Intervening
4 Deswanto, “The Social Sampelnya kinerja keuangan Perbedaan dalam
Refandi associations Responsibility perusahaan yang tidak pada penelitian ini
Budi & between Journal VOL. terdaftar di Bursa mempengaruhi terletak pada
Sylvia environmental 14 NO. 1 2018, Efek Indonesia pengungkapan variabel dependen
Veronica disclosures pp. 180-193 Sektor industri lingkungan. Kinerja yaitu (Y) Nilai
Siregar with financial pertanian, industri lingkungan yang Perusahaan dan
(2018). performance, pertambangan, tertinggal memiliki variabel Intervening
environmental industri dasar dan efek positif pada (z) Kinerja
performance, kimia, industri pengungkapan Keuangan.
and firm value” aneka dan lingkungan saat ini, Dan penelitian ini
industri barang dan pengungkapan menggunakan
konsumsi dan lingkungan tidak sampel pada
yang mengikuti mempengaruhi nilai perusahaan
PROPER pasar perusahaan manufaktur sektor
Tahun 2012-2014. dan tidak industri dan kimia
sampel data dalam memediasi efek dari dengan periode
penelitian ini kinerja keuangan pengamatan tahun
adalah 211 dan kinerja 2015-2019.
lingkungan pada
nilai perusahaan.
5 Lingga, Pengaruh Jurnal Perusahaan kinerja lingkungan Perbedaan dalam
Winaya Langsung dan Akuntansi manufaktur yang berpengaruh positif pada penelitian ini
dan I Gusti Tidak Universitas terdaftar di Bursa pada nilai terletak variabel
Ngurah Langsung Udayana Efek Indonesia perusahaan. intervening (Z)
Agung Kinerja Vol.20.2. periode 2012 environmental Kinerja Keuangan.
(2017). Lingkungan Agustus (2017): 2014. Jumlah disclosure tidak sampel penelitian
42

Pada Nilai 1419-1445 sampel 34 mampu memediasi yang dilakukan


Perusahaan perusahaan pengaruh kinerja pada perusahaan
Metode kuantitatif lingkungan manufaktur sektor
terhadap nilai industry dan kimia
perusahaan. dengan period
2015-2019
6 Ardila, Pengaruh Jurnal Riset perusahaan profitabilitas dan Perbedaan dalam
Isna
Profitabilitas Finansial Bisnis industri yang kinerja lingkungan pada penelitian ini
(2017)
dan Kinerja Volume 1, terdaftar di Bursa secara simultan terletak variabel
Lingkungan Nomor 1, 2017 Efek tidak berpengaruh intervening (Z)
Terhadap Nilai Indonesia (BEI) signifikan terhadap Kinerja Keuangan.
Perusahaan pada tahun 2014 – nilai perusahaan. sampel penelitian
2015. ampel pada profitabilitas yang dilakukan
penelitian ini berpengaruh negatif pada perusahaan
berjumlah 80 dan signifikan manufaktur sektor
perusahaan. terhadap nilai industri dan kimia
Metode kuantitatif perusahaan. kinerja dengan tahun
lingkungan tidak pengamatan 2015-
berpengaruh 2019.
signifikan terhadap
nilai perusahaan.
7 Prawirasas Analysis of First Sampel data Hasil dari ini studi Perbedaan dalam
ra
Relationship of International diperoleh dari 41 menunjukkan ada pada penelitian ini
(2015)
Environmental Conference on bank yang yang positif terletak adanya
Performance Economics and terdaftar di Bursa hubungan antara penambahan
and Banking (ICEB- Efek Indonesia lingkungan kinerja variabel intervening
Firm Value 15) (BEI) pada periode dan nilai (Z) Kinerja
tahun 2011 - 2013. perusahaan. Hasil Keuangan. Sampel
Metode kuantitatif ini Sejalan dengan penelitian yang
penelitian serupa dilakukan pada
sebelumnya yang perusahaan
didasarkan pada manufaktur sektor
data dari orang lain industry dan kimia
sektor di Indonesia dengan tahun
pengamatan
2015-2019.
Sumber: Hasil Rangkuman Jurnal relevan Terbaru
43

2.3 Kerangka Pemikiran

2.3.1 Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Nilai Perusahaan

Kinerja lingkungan merupakan kinerja suatu perusahaan yang peduli

terhadap lingkungan sekitar. Kinerja lingkungan diukur dari prestasi perusahaan

yang mengikuti Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam

Pengelolaan Lingkungan Hidup (Proper). Program ini merupakan salah satu yang

dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) untuk mendorong

penaatan perusahaan dalam mengelola lingkungan hidup. Proper diumumkan

secara rutin kepada masyarakat.

Banyaknya isu lingkungan yang terjadi di dalam negeri maupun luar

negeri, akan menyebabkan masyarakat menuntut agar seluruh perusahaan

memperhatikan dampak-dampak sosial dan lingkungan yang ditimbulkan dari

aktifitas operasi perusahaan dan bertanggung jawab untuk mengatasinya.

Masyarakat menginginkan perusahaan dapat mengontrol dampak yang

diakibatkan dari kegiatan usahanya. Hal tersebut tentu dapat dilakukan perusahaan

dengan upaya pengelolaan dan pelestarian lingkungan (Lingga dan Suaryana,

2017).

Menurut Auliya (2018) dalam penelitiannya bahwa kinerja lingkungan

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan yaitu kinerja lingkungan pada

perusahaan mencerminkan kinerja perusahaan dalam menciptakan lingkungan

yang baik. Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup meluncurkan

program penilaian kinerja perusahaan (Proper) yang terkait erat dengan

penyebaran informasi kinerja penaatan masing-masing perusahaan pada seluruh


44

stakeholder pada skala nasional. Perusahaan yang memiliki tingkat kinerja

lingkungan yang tinggi akan direspon positif oleh investor melalui fluktuasi harga

saham. Perusahaan mengharapkan investor akan bereaksi positif terhadap itikad

baik yang dilakukan perusahaan kepada lingkungan sekitar, sehingga akan

menarik minat investor untuk menginvestasikan dananya pada perusahaan.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Mufidah, 2018) kinerja

lingkungan berpengaruh terhadap nilai perusahaan, dimana perusahaan yang yang

peduli terhadap lingkungan memiliki citra yang baik bagi masyarakat. Investor

akan lebih tertarik pada perusahaan yang memiliki citra atau image baik di

masyarakat, karena berdampak pada tingginya loyalitas konsumen terhadap

produk perusahaan.

Apabila perusahaan memiliki kinerja lingkungan dan sosial yang buruk

maka akan muncul keraguan dari investor sehingga direspon negatif melalui

penurunan harga saham. Perusahaan mengharapkan investor akan bereaksi positif

terhadap itikad baik yang dilakukan perusahaan kepada lingkungan sekitarnya,

sehingga menambah minat para investor untuk menginvestasikan dananya pada

perusahaan. Jika minat investor naik maka akan mendorong harga saham naik.

Ketika harga saham naik maka akan memberikan kemakmurkan terhadap para

pemegang saham yang artinya meningkatkan nilai perusahaan.

Berdasarkan penjelasan di atas dan beberapa hasil penelitian terdahulu

mengenai pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan, maka hipotesis

pada penelitian ini adalah sebagai berikut:


45

H1: Kinerja Lingkungan berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan pada

Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2015-2019.

2.3.2 Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Kinerja Keuangan

Kinerja lingkungan dapat mempengaruhi kinerja keuangan khususnya

harga saham. Damanik dan Yadnayana (2017) mengungkapkan ketika suatu

perusahaan mengeluarkan biaya terkait dengan aspek lingkungan maka secara

otomatis akan membangung citra yang baik bagi stakeholder dan calon investor.

Dari hal tersebut akan muncul respon positif oleh pasar karena telah menjalankan

kewajiban dan tanggung jawabnya atas kepedulian lingkungan, dan dapat

disimpulkan bahwa kinerja lingkungan berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

Proper dibuat oleh pemerintah agar dapat mendorong perusahaan untuk

memperhatikan lingkungan lebih baik lagi. Maka perusahaan yang mengikuti

Proper tentu akan mendapat nilai yang positif dari stakeholder walaupun hanya

mendapat peringkat 3 atau 4 sudah menunjukkan kepeduliannya terhadap

lingkungan.

Penelitian-penelitian sebelumnya yang membahas mengenai pengaruh

kinerja lingkungan terhadap kinerja keuangan menyatakan adanya pengaruh

positif, diantaranya penelitian Wijayanti, Murti (2020), kinerja keuangan memiliki

pengaruh yang sangat signifikan. Berdasarkan hal tersebut menyimpulkan Proper

yang dibuat pemerintah cukup terpercaya sebagai pengukur kinerja lingkungan.

Kesadaran perusahaan dalam pengelolaan lingkungan pun dapat meningkatkan

kinerja keuangan yang di proxy-kan MVA (Market Value Added).


46

Wardani et.,al (2020) dalam penelitiannya yang mengukur kinerja

keuangan dengan ROA. Hasilnya kinerja lingkungan berpengaruh signifikan

terhadap kinerja keuangan yang di proxy-kan ROA.

Berdasarkan penjelasan di atas dan beberapa hasil penelitian terdahulu

mengenai pengaruh kinerja lingkungan terhadap kinerja keuangan, maka hipotesis

pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

H2: Kinerja Lingkungan berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan pada

Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2015-2019.

2.3.3 Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan.

Para investor sebelum melakukan investasi kepada suatu perusahaan

tentunya perlu melakukan evaluasi untuk menilai bagaimana kondisi perusahaan

yang ingin dijadikan tempat investasi. Cara evaluasinya dengan melihat kinerja

perusahaan melalui rasio-rasio keuangan (Indriyani, 2017). Dengan rasio tersebut

para investor dapat mengetahui nilai perusahaan tersebut. Rasio keuangan

mencerminkan tinggi atau rendahnya nilai perusahaan. Laporan keuangan

perusahaan menjadi informasi yang dapat digunakan untuk mengukur sejauh

mana kinerja keuangan perusahaan tersebut (Dama dan Tulung, 2017).

Wardani et.,al (2020) mengungkapkan bahwa kinerja keuangan

perusahaan yang baik akan berdampak pada meningkatnya nilai dari sebuah

perusahaan. Nilai perusahaan yang baik akan menarik minat investor untuk

berinvestasi di perusahaan tersebut dengan harapan mereka akan mendapat

keuntungan (dividen). Apabila perusahaan mendapatkan keuntungan yang besar


47

maka jumlah dividen yang akan dibagikan akan semakin besar pula. Hal tersebut

mendorong para investor untuk terus berinvestasi pada perusahaan tersebut agar

mendapat keuntungan. Mereka akan lebih termotivasi untuk menanamkan

modalnya pada perusahaan tersebut pada masa yang akan datang. Semakin besar

investor menanamkan modalnya ke perusahaan, semakin naik pula harga saham

dari perusahaan tersebut sekaligus akan semakin banyak juga jumlah saham yang

beredar. Kedua hal tersebut yang dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Wardani et.,al (2020) menunjukkan hasil penelitian kinerja keuangan yang

di proxy-kan ROA berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.

Selain itu penelitian Tauke et.,al (2017) juga menunjukkan hasil yang serupa

dimana kinerja keuangan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

nilai perusahaan yang di ukur dengan Price To Book Value (PBV). Semakin baik

kinerja keuangan dari sebuah perusahaan maka akan semakin tinggi pula

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan sebuah keuntungan. Ketika laba

yang dihasilkan terus meningkat maka secara langsung dividen yang dapat

diterima para investor juga akan ikut meningkat atau dapat dikatakan

kesejahteraan para pemegang saham akan meningkat.

Berdasarkan penjelasan di atas dan beberapa hasil penelitian terdahulu

mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan, maka hipotesis

pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

H3: Kinerja Keuangan berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan pada

Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2015-2019.


48

2.3.4 Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Nilai Perusahaan dengan

Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening

Berbagai permasalahan lingkungan yang terjadi di Indonesia dapat

menyebabkan klaim dari masyarakat dikarenakan aktifitas produksi perusahaan

mengganggu bahkan merusak hingga mencemari lingkungan dan berdampak pada

masyarakat (Lingga dan Suaryana, 2017). Fenomena tersebut mendukung teori

legitimasi yang merupakan suatu bentuk pengakuan keberadaan perusahaan dari

masyarakat. Untuk menghindari klaim tersebut maka perusahaan harus dapat

menyelaraskan tujuan ekonomi dengan tujuan lingkungan dan sosialnya. Dengan

begitu pandangan masyarakat terhadap perusahaan akan baik.

Ketika kinerja lingkungan perusahaan baik maka akan meningkatkan

kinerja keuangan yang secara tidak langsung juga meningkatkan nilai perusahaan.

Investor akan lebih memilih saham perusahaan dengan melihat pada market

ekonomi dan berita-berita yang muncul, sedangkan kinerja lingkungan yang

dinilai dengan Proper merupakan strategi jangka panjang perusahaan dalam usaha

untuk menjaga keberlangsungan perusahaan (going concern) yang tidak dapat

dirasakan dalam jangka pendek.

Dalam penelitian Moeljadi dan Supriyanti (2014) dimana memberikan

pemahaman pentingnya suatu informasi mengenai perusahaan yang dibutuhkan

pemegang saham ataupun pihak eksternal yang dimiliki perusahaan. Dalam

penelitian Nurjilan (2019) menyatakan kinerja keuangan mampu menjadi variabel

intervening pada hubungan kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan.

Perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan dan sosial yang baik akan direspon
49

positif oleh investor melalui peningkatan harga saham yang akan meningkatkan

kinerja keuangan dan nilai perusahaan juga.

Berdasarkan penjelasan di atas dan beberapa hasil penelitian terdahulu

mengenai pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan dengan kinerja

keuangan sebagai variabel intervening, maka hipotesis pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

H4: Kinerja Lingkungan berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan dengan

Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan

Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia periode tahun 2015-2019.

Berdasarkan pegaruh antara variabel independen terhadap variabel

dependen yang telah diuraikan diatas, maka dapat digambarkan kerangka

pemikiran sebagai berikut:

Kinerja Lingkungan H1 Nilai Perusahaan


(X) (Y)

H2 H4
H3
Kinerja Keuangan
(Z)

Gambar: 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian


50

2.4 Hipotesis Penelitian

H1: Kinerja Lingkungan berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan pada

Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia periode tahun 2015-2019.

H2: Kinerja Lingkungan berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan pada

Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia periode tahun 2015-2019.

H3: Kinerja Keuangan berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan pada

Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia periode tahun 2015-2019.

H4: Kinerja Lingkungan berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan dengan

Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan

Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode tahun 2015-2019.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan dan Objek Penelitian


Penelitian ini dirancang untuk menjelaskan pengaruh antara variabel

Kinerja Lingkungan, terhadap Nilai Perusahaan dan Kinerja Keuangan.

Penelitian ini dilaksanakan dengan menganalisis laporan keuangan di

Bursa Efek Indonesia (BEI) dari perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar

dan Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2016-2020.

3.2 Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2015) metode penelitian pada dasarnya merupakan

cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. dengan

menggunakan metode penelitian akan diketahui hubungan atau pengaruh yang

positif antara variabel yang diteliti sehingga kesimpulan yang akan memperjelas

gambaran mengenai objek yang diteliti.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif

dimana data yang digunakan merupakan data sekunder yang berasal dari laporan

keuangan dan laporan tahunan perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan

kimia yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia pada periode 2016-2020 dan

mengikuti Proper yang diadakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

48
49

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.2 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek-obyek yang

mempunyai kualitas karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dapat

dapat dipelajari sehingga kemudian dapat ditarik untuk kesimpulannya (Sugiyono,

2015). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan

manufaktur sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar dalam Bursa Efek

Indonesia (BEI) pada periode 2016-2020 yang terdiri dari 8 subsektor dan total

perusahaan dari semua sektor adalah 66, yaitu :

1. Perusahaan subsektor semen, yang terdiri dari 6 perusahaan.

2. Perusahaan subsektor kayu dan pengolahannya, terdiri dari 2

perusahaan.

3. Perusahaan subsektor logam dan sejenisnya, terdiri dari 16 perusahaan.

4. Perusahaan subsektor kimia, terdiri dari 10 perusahaan.

5. Perusahaan subsektor plastik dan kemasan, terdiri dari 13 perusahaan.

6. Perusahaan subsektor pakan ternak, terdiri dari 4 perusahaan.

7. Perusahaan subsektor keramik, porselen dan kaca, terdiri dari 6

perusahaan.

8. Perusahaan subsektor pulp dan kertas, terdiri dari 9 perusahaan.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2017:81). Sampel dalam penelitian ini adalah

laporan tahunan perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia yang
50

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2016-2020. Metode pemilihan

sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling

yaitu penarikan sampel dengan pertimbangan tertentu yang didasarkan pada

kepentingan atau tujuan penelitian. Sampel sengaja dipilih agar dapat mewakili

populasinya yang memenuhi kriteria tertentu sesuai dengan tujuan penelitian.

Kriteria pemilihan sampel adalah sebagai berikut:

Tabel: 3.1 Kriteria Pengambilan Sampel Purposive Sampling


No Kriteria Sampel Jumlah
1 Perusahaan manufaktur sektor industri dasar & kimia yang 66
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam periode
2016-2020.
2 Perusahaan yang tidak melaporkan laporan keuangan berturut- (35)
turut dari tahun 2016 sampai tahun 2020.
3 Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang Rupiah dalam (5)
laporan keuangannya.
4 Perusahaan yang tidak mengikuti Program Penilaian Peringkat (14)
(Proper) dalam pengelolaan lingkungan hidup yang diadakan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dari tahun
2016 sampai 2020 berturut-turut.
5 Jumlah perusahaan yang menyediakan data lengkap (data 12
keseluruhan tersedia pada publikasi periode 2016-2020), baik
data yang diperlukan untuk mengukur kinerja lingkungan,
kinerja keuangan dan nilai perusahaan.

Perusahaan yang dijadikan sampel adalah perusahaan yang berjumlah 12

perusahaan dengan periode pengamatan 5 tahun 2016-2020. Sehingga dengan data

pengamatan yang berjumlah 35 data, berikut daftar perusahaan yang termasuk

dalam sampel pengamatan:

Tabel: 3.2 Daftar Sampel Perusahaan Sektor Industri Dasar dan Kimia

No Kode Emiten Nama Perusahaan

1 AMFG PT Asahimas Flat Glass Tbk


51

2 GDST PT Gunawan Dian Jaya Steel Tbk

3 INAI PT. Indal Alumunium Industry

4 INTP PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

5 ISSP PT Steel Pipe Industry of Indonesia

6 JPFA PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk

7 KIAS PT Keramika Indonesia Assosiasi Tbk

8 MAIN PT Malindo Feedmill Tbk

9 SMBR PT Semen Baturaja (Persero) Tbk

10 SMCB PT Solusi Bangun Indonesia Tbk.

11 SMGR PT Semen Indonesia Tbk

12 SRSN PT Indo acitama Tbk

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Menurut Sugiyono (2015) teknik atau metode pengumpulan data merupakan

cara-cara untuk memperoleh data dan keterangan-keterangan yang mendukung

penelitian ini. Data adalah sesuatu yang belum memiliki arti bagi penerimanya

dan masih membutuhkan adanya suatu pengolahan. Data bisa memiliki berbagai

wujud, mulai dari gambar, suara, huruf, angka, bhasa, simbol, bahkan keadaan.

Semua hal terseut dapat disebut sebagai data asalkan dapat kita gunakan sebagai

bahan untuk melihat lingkungan, objek, kejadian, ataupun suatu konsep.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

sumber data sekunder berupa dokumen. Sementara dokumen berarti barang-

barang tertulis yang dapat berbentuk transkrip, catatan, buku, surat, laporan,

notulen rapat, agenda, jurnal, arsip dan lainnya. Dokumen yang digunakan dalam

penelitian ini merupakan laporan tahunan perusahaan perusahaan manufaktur

sektor industri dasar dan kimia yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
52

tahun 2015-2019 dalam website http://idx.co.id Adapun teknik pengumpulan data

antara lain:

1. Penelitian Pustaka (Library Research)


Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan

masalah yang sedang diteliti melalui beberapa sumber informasi dan pengetahuan

yang terpercaya dan jelas referensinya sehingga dapat dipertanggungjawabkan,

seperti: jurnal, skripsi, thesis, internet, artikel dan berbagai buku referensi serta

perangkat lain yang berkaitan dengan judul penelitian.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Data utama penelitian yang digunakan merupakan data sekunder yaitu data

yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh

dan dicatat oleh pihak lain). Data dalam penelitian ini berupa laporan keuangan,

laporan tahunan perusahaan dan laporan Proper selama periode 2016-2020 yang

didapatkan dari website resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dapat diakses

pada www.idx.co.id, kemudian daftar peringkat perusahaan yang mengikuti

Proper dapat di dapatkan dan diakses di website resmi Kementrian Lingkungan

Hidup dan Kehutanan proper.menlhk.go.id, dan informasi lain mengenai

perusahaan yang diakses di www.sahamok.net dan website perusahaan.

3.4.1. Variabel Nilai Perusahaan (Y)


Menurut Ardila (2017) Nilai perusahaan dapat diartikan sebagai

pandangan investor atau stakeholder akan kondisi perusahaan. Apabila

perusahaan dapat memberikan kesejahteraan kepada pemegang saham, maka

publik akan menilai bahwa perusahaan tersebut memiliki nilai yang tinggi.
53

Dimana:

EMV = Harga saham per lembar × jumlah saham yang beredar

EBV = Total aset – total kewajiban

3.4.2. Variabel Kinerja Lingkungan (X1)

Menurut Tiarasandy et al. (2018) Kinerja lingkungan merupakan kinerja

perusahaan untuk menciptakan lingkungan yang baik atau ketika perusahaan

mengeluarkan biaya terkait dengan aspek lingkungan secara otomatis akan

membangun citra yang baik bagi stakeholder dan calon investor sehingga akan

direspon positif oleh pasar dan sebagai wujud tanggung jawab dan kepedulian

terhadap lingkungan.

Penilaian kinerja lingkungan ini menggunakan laporan PROPER yang

secara resmi diterbitkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup. Penilaian kinerja

lingkungan melalui PROPER ini dengan memberikan skor dari peringkat yang

diproksikan dengan angka 5-l. Peringkat PROPER ini dikelompokkan dalam 5

(lima) peringkat warna yaitu:

3.3 Penilaian Peringkat Proper


Peringkat Keterangan Skor
Emas Sangat Baik 5
Hijau Baik 4
Biru Cukup 3
Merah Buruk 2
Hitam Sangat Buruk 1
Sumber: Kementrian Lingkungan Hidup (2019)
54

3.4.3. Variabel Kinerja Keuangan (Z)

Menurut Sawir (2015) Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang

dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan

dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.

kinerja keuangan adalah kondisi yang mencerminkan keadaan keuangan suatu

perusahaan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan. ROE

yang dirumuskan dalam penelitian ini sebagai berikut:

Sumber: Brigham Houston (2018:140)

3.5 Operasional Variabel

Setyosari (2010:118) menyatakan setelah variabel-variabel itu

diidentifikasikan dan diklasifikasikan, pekerjaan peneliti berikutnya adalah

mendefinisikan variabel- variabel itu yang lebih operasional artinya batasan yang

memiliki sifat memudahkan peneliti untuk melakukan pengamatan (observasi)

terhadap data yang dikumpulkan berdasarkan jenis variabel tersebut.

Operasionalisasi variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini akan

disajikan dalam tabel berikut:

Tabel: 3.4 Indikator Variabel


No Definisi Pengukuran Skala
1 Nilai perusahaan Rasio
merupakan sebagai
pandangan investor atau Dimana:
stakeholder akan kondisi EMV = Harga saham per lembar ×
perusahaan (Ardila jumlah saham yang beredar
2017). EBV = Total aset – total kewajiban

Sumber: Irham Fahmi (2015:138).


55

2 Kinerja lingkungan Peringkat PROPER Nominal


merupakan kinerja (Skor 1 – 5).
perusahaan untuk Emas = 5
menciptakan lingkungan Hijau = 4
yang baik dengan aspek Biru =3
lingkungan secara Merah = 2
otomatis akan Hitam = 1
membangun citra yang
baik bagi stakeholder Sumber: Kementrian Lingkungan
dan calon investor Hidup dan Kehutanan. Publikasi
sehingga akan direspon Proper.
positif oleh pasar dan
sebagai wujud tanggung
jawab dan kepedulian
terhadap lingkungan
(Tiarasandy et al. 2018).
3 kinerja keuangan adalah Rasio
kondisi yang
mencerminkan keadaan
keuangan suatu
perusahaan berdasarkan
sasaran, standar dan
kriteria yang telah Sumber: Brigham Houston
ditetapkan Menurut (2018:140)
(Sawir 2015).

3.6 Teknik Analisis Data

3.6.1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu

data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,

minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (Ghozali, 2016). Analisis ini

digunakan untuk memberikan deskripsi mengenai variabel-variabel penelitian

(Nilai Perusahaan, Kinerja Lingkungan, dan Kinerja Keuangan) yang dapat dilihat

dari jumlah data, angka rata-rata, kisaran, dan standar deviasi.


56

3.6.2. Uji Asumsi Klasik

3.6.2.1 Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel dependen dan

independen dalam model regresi tersebut terdistribusi secara normal (Ghozali,

2016). Uji normalitas residual dihitung dengan menggunakan uji statistic non-

parametric Kolmogorov-Smirnov (Ghozali, 2016). Uji tersebut dilakukan dengan

membuat hipotesis:

H0 : data residual berdistribusi normal.

HA : data residual tidak berdistribusi normal.

Dasar pengambilan keputusan dalam uji ini dengan melihat nilai

probabilitas signifikansi data residual. Jika angka probabilitas < 0,05 maka

variabel tidak terdistribusi secara normal. Sebaliknya bila angka probabilitas >

0,05 maka HA ditolak yang berarti variabel terdistribusi secara normal (Ghozali,

2016).

3.6.2.2 Uji Multikolonieritas

Tujuan dari uji multikolonieritas adalah untuk menguji apakah dalam

model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (Ghozali,

2011). Model regresi yang dinilai baik seharusnya tidak terjadi multikolonieritas.

Dalam Ghozali (2016) dijelaskan cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya

multikolonieritas di dalam model regresi apabila jika nilai toleransi > 0,10 dan

VIF < 10, maka dapat ditafsirkan bahwa tidak ada multikolinearitas dalam

penelitian.
57

3.6.2.3 Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah

model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan

lain tetap, maka disebut homokedastisitas, dan jika varians berbeda, disebut

heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau

tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2016).

Untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas dalam penelitian ini akan

digunakan metode chart (diagram scatterplot) dengan dasar analisis yaitu:

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola

tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit),

maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 dan pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2016).
Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mendeteksi gejala

heteroskedastisiitas dengan Uji Park. Ghozali (2016). Uji Park dapat dilakukan

dengan cara meregresikan nilai residual (Lnei2) dengan masing-masing variabel

independen.

1. Melakukan perhitungan residual pada persamaan regresi liner berganda.

2. Mengabsoultkan nilai residual.

3. Menguadratkan nilai residual (U2 i)

4. Meregresikan nilai residual (U2i) sebagai variabel dependen dan variabel-

variabel independen.
58

Adapun kriteria Uji Park menurut Ghozali (2013;142) adalah sebagai berikut:

1. Jika nilai probabilitas > 5% (0,05) maka dikatakan tidak terjadi gejala

heteroskedastisitas.

2. Jika nilai probabilitas < 5% (0,05) maka dikatakan terjadi gejala

heteroskedastisitas.

3.6.2.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t sebelumnya.Untuk mendeteksi gejala autokorelasi

digunakan uji Durbin Watson.Untuk mengetahui ada tidaknya gejala ini dalam

model analisis regresi yang digunakan, maka harus dilakukan pengujian dengan

metode Durbin-Watson (D-W). Namun menurut (Ghozali, 2015) secara umum

dapat diambil patokan bahwa:

1. Jika 0 < d < dl, maka hipotesis nol ditolak, berarti ada autokorelasi

positif.

2. Jika dl ≤ d ≤ du, maka tidak ada keputusan

3. Jika 4-dl < d < 4, maka hipotesis nol ditolak, berarti ada autokorelasi

negative.

4. Jika 4-du ≤ d ≤ 4-dl, maka tidak ada keputusan.

5. Jika du< d <4-du, hipotesis nol tidak ditolak, berarti tidak ada

autokorelasi.
59

3.6.3 Analisis Regresi Berganda

Analisis data yang digunakan adalah program SPSS. Teknik analisis

multivariate menggabungkan antara regresi dan analisis faktor. Menurut Baron

dan Kenny (Ghozali, 2016:243) suatu variabel disebut mediator jika variabel

predictor(independen) dan variabel kriterion (dependen). Persamaan regresinya

adalah sebagai berikut:

YNP = α + β1 KL + β2 KK ………………………….(1)

YKK = a + β1 KL + e1…………………………….....(2)

Keterangan:

NP = Nilai Perusahaan

KK = Kinerja Keuangan

KL = Kinerja Lingkungan

3.6.3.1 Koefisien Determinasi

Pengujian koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur proporsi

atau persentase sumbangan variabel independen yang diteliti terhadap variasi naik

turunnya variabel dependen atau dengan kata lain untuk menguji goodness-fit dari

model regresi. Nilai (R2) koefisien determinasi berkisar antara 0 sampai 1 (0 ≤ R2

≤ 1). Nilai dikatakan baik jika diatas 0,5 karena nilai R2 berkisar antara 0

sampai 1. Nilai (R2 = 0) menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel

independen terhadap variabel dependen. Bila semakin besar mendekati 1

menunjukkan semakin kuat pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen dan bila semakin kecil mendekati nol menunjukkan semakin kecil
60

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. (Ghozali, 2016:177).

Koefesien Determinasi (Kd) dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Kd = r2 x 100%

Sumber: Imam Ghozali 2016:177

Keterangan:

Kd = Koefisien Determinasi

r2 = Koefesien kuadrat korelasi ganda

3.6.4. Pengujian Hipotesis

3.6.4.1 Pengujian Secara Parsial (Uji t)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh setiap variable

bebas secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

terikat (Ghozali, 2016:98).

Pengujian ini dilakukan untuk mencari pengaruh paling besar diantara

variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil pengujian terhadap

t-Statistik dengan standard signifikansi α = 5% adalah:

1. Jika sig < α, maka Ho ditolak dan Hα diterima. Ini berarti bahwa ada pengaruh

secara parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen.

2. Jika sig > α maka Ho diterima dan Hα ditolak. Ini berarti bahwa tidak ada

pengaruh secara parsial antara variabel independen dengan variabel dependen.

Kemudian selain itu uji t dapat dilakukan dengan memperbandingkan

dengan t-tabel :
61

1. Jika nilai t-hitung > t-tabel maka ada pengaruh variabel independen (x)

terhadap variabel dependen (y) atau hipotesis diterima

2. Jika nilai t-hitung < t-tabel maka tidak ada pengaruh variabel independen (x)

terhadap variabel dependen (y) atau hipotesis ditolak.

3.6.4.2 Pengujian Secara Simultan (Uji F)

Uji model dilakukan dengan statistik F yang menunjukkan apakah semua

variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara

bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2016). Pengujian ini

dilakukan dengan membandingkan F-hitung dan F-tabel pada signifikasi 5%

dengan ketentuan:

1. Apabila nilai F-hitung > dari F-tabel dan nilai sig < taraf 5% maka Ha diterima

dan Ho ditolak, artinya variabel independen secara simultan memberikan

pengaruh terhadap variabel dependen.

2. Apabila nilai F-hitung < dari F-tabel dan nilai sig > taraf 5%, maka Ha ditolak

dan Ho diterima, artinya variabel independen secara simultan tidak

memberikan pengaruh terhadap variabel dependen.

3.6.4.3 Pengujian Variabel Intervening

Untuk pengujian hipotesis dan menghasilkan suatu model yang fit,

digunakan path analysis atau analisis jalur dalam penelitian ini dimana untuk

menguji kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan, dengan melibatkan variabel

intervening kinerja keuangan. Path Analysis merupakan perluasan dari analisis


62

regresi linier berganda, atau penggunaan analisis regresi untuk menaksir

hubungan kausalitas antar variabel (model kausal). Adapun yang dapat dilakukan

oleh analisis jalur adalah menemukan pola hubungan antara tiga atau lebih

variabel dan tidak dapat digunakan untuk mengkonfirmasi atau menolak hipotesis

kausalitas imajiner (Ghozali, 2016).

Penghitungan pengaruh ada 2, yaitu pengaruh langsung dan pengaruh

tidak langsung:

1. Pengaruh Langsung (Direct Effect atau DE)

Untuk menghitung pengaruh langsung, digunakan formula sebagai berikut:

- Pengaruh variabel kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan.

X1 → Y1

a. Merumuskan hipotesis

H0:b = 0, tidak ada pengaruh variabel X terhadap Y

Ha:b ≠ 0, ada pengaruh variabel X terhadap Y

b. Menghitung nilai t-hitung untuk mengetahui apakah variabel koefisien

korelasi signifikan atau tidak.

c. Menghitung t-hitung dibandingkan dengan t-tabel dengan kriteria:

Jika t-hitung > t-tabel dan sig < α, Ha diterima

Jika t-hitung < t-tabel sig >α, H0 diterima

- Pengaruh variabel kinerja lingkungan terhadap kinerja keuangan.

X1 → Z

a. Merumuskan hipotesis

H0:b = 0, tidak ada pengaruh variabel X terhadap Y


63

Ha:b ≠ 0, ada pengaruh variabel X terhadap Y

b. Menghitung nilai thitung untuk mengetahui apakah variabel koefisien

korelasi signifikan atau tidak.

c. Menghitung thitung dibandingkan dengan t-tabel dengan kriteria:

Jika t-hitung > t-tabel dan sig < α, Ha diterima

Jika t-hitung < t-tabel sig > α, H0 diterima

- Pengaruh variabel kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan.

Z→Y

a. Merumuskan hipotesis

H0:b = 0, tidak ada pengaruh variabel X terhadap Y

Ha:b ≠ 0, ada pengaruh variabel X terhadap Y

b. Menghitung nilai thitung untuk mengetahui apakah variabel koefisien

korelasi signifikan atau tidak.

c. Menghitung t-hitung dibandingkan dengan t-tabel dengan kriteria:

Jika t-hitung > t-tabel dan sig < α, Ha diterima

Jika t-hitung < t-tabel sig > α, H0 diterima

2. Pengaruh Tidak Langsung (Indirect Effect atau IE)

Untuk menghitung pengaruh tidak langsung, digunakan formula sebagai

berikut:

- Pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan melalui kinerja

keuangan.

X → Y→ Z
64

Pengujian hipotesis mediasi dapat dilakukan dengan prosedur yang

dikembangkan oleh Sobel (1982) dan dikenal dengan uji Sobel (Sobel test). Uji

Sobel dilakukan dengan cara menguji kekuatan pengaruh tidak langsung variabel

independen (X) ke variabel dependen (Y) melalui variabel intervening (Z).

Pengaruh tidak langsung X ke Y melalui Z dihitung dengan cara mengalikan jalur

X -> Z (a) dengan jalur Z -> Y (b) atau ab. Jadi koefisien ab = (c – c’), dimana c

adalah pengaruh X terhadap Y tanpa mengontrol Z, sedangkan c’ adalah koefisien

pengaruh X terhadap Y setelah mengontrol Z. Strandar error koefisien a dan b

ditulis dengan Sa dan Sb, besarnya error pengaruh tidak langsung (indirect effect)

Sab dihitung dengan rumus dibawah ini:

Sumber: Imam Ghozali: 2015

Untuk menguji signifikansi pengaruh tidak lansung, maka kita perlu

menghitung nilai t dari koefisien ab dengan rumus sebagai berikut:

t = ab/Sab

Kriteria:

Jika t-hitung > t-tabel, H0 ditolak

Jika t-hitung < t-tabel, H0 diterima.

3.7 Hipotesis Statistik

1. Hipotesis Pertama

H0: DKinerja Lingkungan tidak berpengaruh terhadap Nilai

Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar


65

dan Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun

2016-2020.

H1: Kinerja Lingkungan berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan pada

Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2016-2020.

2. Hipotesis Kedua

H0: Kinerja Lingkungan tidak berpengaruh terhadap Kinerja

Keuangan pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan

Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun

2016-2020.

H2: Kinerja Lingkungan berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan

pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2016-2020.

3. Hipotesis Ketiga

H0: Kinerja Keuangan tidak berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan

pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2016-2020.

H3: Kinerja Keuangan berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan pada

Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2016-2020.

4. Hipotesis Keempat

H0: kinerja Lingkungan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan

dengan kinerja keuangan sebagai variabel intervening pada


66

Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2016-2020.

H4: kinerja Lingkungan berpengaruh terhadap nilai perusahaan

dengan kinerja keuangan sebagai variabel intervening pada

Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2016-2020.


DAFTAR PUSTAKA

Ardila, Isna. 2017. “Pengaruh Profitabilitas Dan Kinerja Lingkungan Terhadap Nilai
Perusahaan.” Jurnal Riset Finansial Bisnis; Vol 1 No 1 (2017): JRFB2.

Angela. (2015). “Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Kinerja Finansial dengan


Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Sebagai Variabel
Intervening”. Skripsi. Universitas Sanata Dharma

Camilia, I. (2016). “Pengaruh Kinerja Lingkungan dan Biaya Lingkungan Terhadap


Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur”. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Perbanas.

Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IMB SPSS 19.
Semarang: Badan PenerbitUniversitas Diponegoro.

Ghozali, Imam. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.


Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Fajriana, A. (2016). “Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR), Keputusan


Investasi, dan Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kepemilikan
Manajerial Sebagai Variabel Pemoderasi”. Skripsi. Universitas Negeri
Yogyakarta.

Lingga, W., dan Suaryana, I. G. N. A. “Pengaruh Langsung Dan Tidak Langsung


Kinerja Lingkungan Pada Nilai Perusahaan.” E-Jurnal Akuntansi Vol. 20 No,
no. 1419–1445. (2017).

Moeljadi. “Factors Affecting Firm Value: Theoretical Study on Public Manufacturing


Firms in Indonesia.” South East Asia Journal of Contemporary Business,
Economics and Law (2014).

Mousa, et. al., Gehan. A. “Legitimacy Theory and Environmental Practices: Short
Notes.” International Journal of Business and Statistical Analysis (2015).

Mufidah, Mufidah. “Pengaruh Tata Kelola Perusahan Dan Kinerja Lingkungan


Terhadap Nilai Perusahaan Pada Industri Dasar Dan Kimia Yang Terdaftar Di
BEI Tahun 2014 – 2016.” EKONOMIS : Journal of Economics and Business
(2018).

62
Santoso, Agung. “Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan
Dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening.” Jurnal Jember
(2017).

Suryaningtyas, A., & Rohman, A. 2019. "Pengaruh Penerapan Corporate Governance


Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel
Mediasi" Diponegoro Journal of Accounting, vol. 8, no. 4

Tauke, Putri Yuliana, Sri Murni, and Joy E Tulung. 2017.“Pengaruh Kinerja
Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Real Estate and Property Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2015.” Jurnal EMBA.

Wardani, Dini Dwi, and Lailatus Sa’adah. 2020.“Pengaruh Kinerja Lingkungan


Terhadap Nilai Perusahaan.” AKTIVA Jurnal Akuntansi dan Investasi.

Zabetha, Olinsca, Amries Rusli Tangjung, and Enni Savitri. 2018. “Pengaruh
Corporate Governance, Kinerja Lingkungan Dan Kinerja Keuangan Terhadap
Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Sebagai Variabel Moderating (Studi Pada Perusahaan Pertambangan Yang
Terdaftar Di Bei Periode 2012-2014).” Jurnal Ekonomi

63

Anda mungkin juga menyukai