Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

LAPARATOMI EKSPLORASI e.c PERFORASI


APENDIK

Disusun oleh :

LENI OKTAVIANA
1017031050

Program Studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Faletehan
2019/2020
Apendiksitis

A. Pengertian Apendiksitis
Apendiksitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks).
Usus buntu sebenarnya adalah sekum (cecum). Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut
sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya
berbahaya. (Wim de Jong et ac. 2015). Apendiks adalah tambahan kecil seperti jari sekitar 10 cm
(4 in) panjang yang melekat pada sekum tepat dibawah ileo-katup cecal. Lampiran yang di isi
dengan makanan dan dikosongkan secara teratur ke dalam secum. Karena ksosong dan tidak
efisien lumen kecil, apendiks rawan obstruksi dan sangat rentan terhadap infeksi (yaitu radang
usus buntu).
Klasifkasi apendiksitis terbagi atas 3 yakni :
1. Apendikitis akut radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai
maupun tidak disertai rangsangan peritoneum local.
2. Apendiksitis rekurens
3. Apendiksitis kronis
B. Etiologi
Apendiks merupakan organ yang belum diketahui fungsinya tetapi menghasilkan lendir 1-2 ml
perhari yang normalnya dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnya mengalir kesekum. Hambatan
aliran lendir dimuara apendiks tampaknya berperan dalam pathogenesis apendiks (wim de jong).
Menurut klasifikasi :
1. Apendiksitis akut merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteria. Dan factor
pencetusnya disebabkan oleh sumbatan lumen apendiks. Selain itu hyperplasia jaringan
limf, fikslit (tinja/batu), tumor apendiks, dan cacing ascaris yang dapat menyebabkan
sumbatan dan juga erosi mukosa apendiks karena parasite (E. histolytica).
2. Apendiksitis rekurens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang diperut kanan bawah yang
mendorong dilakukannya apendiktomi. Kelainan ini terjadi bila serangan apendiksitis akut
pertama kali sembuh spontan. Namun apendiksitis tidak pernah kembali kebentuk aslinya
karena terjadi fibrosis dan jaringan parut.
3. Apendiksitis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari dua
minggu, radang kronik apendiks secara makroskopis dan mikroskopis (fibrosis
menyeluruh didinding apendiks, sumbatan parsial atau lumen apendiks, adanya jaringan
parut dan ulkus lama dimukosa dan infiltrasi sel inflamasi kronik), dan keluhan
menghilang setelah apendiktomi.
C. Klasifikasi Penyakit
Klasifkasi apendiksitis terbagi atas 3 yakni :
a. Apendikitis akut radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat,
disertai maupun tidak disertai rangsangan peritoneum local.
b. Apendiksitis rekurens
c. Apendiksitis kronis

D. Manifestasi klinis
Gejala awal yang khas, yang merupakan gejala klasik apendiksitis adalah nyeri samar (nyeri
tumpul) di daerah epigastrium di sekitar umbilicus atau periumbilikus. Keluhan ini biasanya
disertai dengan rasa mual, bahkan terkadang muntah, dan pada umumnya nafsu makan menurun.
Kemudian dalam beberapa jam, nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah ketitik Mc. Burney.
Di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas letaknya, sehingga merupakan nyeri somatic
setempat. Namun terkadang, tidak dirasakan adanya nyeri didaerah epigastrium, tetapi terdapat
konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat pencahar. Tindakan ini dianggap
berbahaya karena bisa mempermudah terjadinya perforasi. Terkadang apendiksitis juga disertai
dengan demam derajat rendah sekitar 37,5-38,5 derajat celcius.
E. Patofisiologi
Apendiks menjadi meradang dan edematous sebagai akibatnya menjadi kinked atau tersumbat
oleh fekalith (yaitu mengeras massa tinja), tumor, atau benda asing. Peradangan proses
meningkatkan tekanan intraluminal, memulai progres rasa sakit yang hebat, umum, atau
periumbilikalis yang dating terlokalisasi ke kuadran kanan bawah perut dalam beberapa jam.
Akhirnya apendiks yang meradang mengisi dengan nanah.
F. Phatway
Hipertermi Febris

Invasi & multiplikasi bakteri kerusakan control suhu


peradangan pada jaringan terhadap infalamsi
Apendiksiti
Operasi sekresi mucus
Berlebih pada
Luka insisi ansietas lumen apendiks
Kerusakan jaringan pintu masuk kuman apendiks terenggang
Ujung saraf terputus resiko infeksi

Pelepasan prostaglandin kerusakan integritas jaringan


Stimulasi dihantarkan
Spinal cord Spasme dinding tekanan intraluminal
Nyeri akut lebih dari tekanan
Cortex serebri nyeri dipersepsikan vena
Hipoksia jaringan
apendiks
ulserasi
perforasi
resiko ketidakefektifan perfusi
gastrointesinal
anestesi

peristaltic usus berkurang depresi system respirasi


distensi abdomen reflek batuk berkurang akumulasi sekret
ketidakefektifan bersihan
gangguan rasa nyaman jalan nafas
mual & muntah anoreksia
resiko kekurangan volume cairan ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
G. Penatalaksanaan medis
Tatalaksana apendiksitis pada kebanyakan kasus adalah apendiktomi. Keterlambatan dalam
tatalaksana dapat meningkatkan kejadian perforasi. Teknik laparoskopik, apendiktomi
laparoskopik sudah terbukti menghasilkan nyeri pasca bedah yang lebih sedikit, pemulihan
yang lebih cepat dan angka kejadian infeksiluka yang lebih rendah. Akan tetapi terdapat
peningkatan waktu operasi. Laparoskopi itu di kerjakan untuk diagnosa dan terapi pada pasien
dengan akut abdomen, terutama pada wanita. (Brinbaum BA)
H. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan fisik
- Inspeksi : akan tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga perut dimana
dinding perut tampak mengencang (distensi).
- Palpasi : di daerah perut kanan bawah bila ditekan akan terasa nyeri dan bila
tekanan dilepas juga akan terasa nyeri (bluberg sign) yang mana merupakan kunci
dari diagnosis apendiksitis akut.
- Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat/tungkai diangkat tinggi-
tinggi, maka rasa nyeri diperut semakin parah (psoas sign)
- Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila pemeriksan
dubur dan atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga.
- Suhu dubur (rectal) yang lebih tinggi dari suhu ketiak (axilla), lebih menunjang
lagi adanya radang usus buntu.
- Pada apendiks terletak pada retro secal maka uji psoas akan positif dan tanda
perangsangan peritoneum tidak begitu jelas, sedangkan bila apendiks terletak
dirongga pelvis maka obturator sign akan positif dan tanda perangsangan
peritoneum akan lebih menonjol.
b) Pemeriksaan laboratorium
Kenaikan dari sel darah putih (leukosit) hingga sekitar 10.000-18.000/mm3. Jika
terjadi peningkatan yang lebih dari itu, maka kemungkinan apendiks sudah mangalami
perforasi.
c) Pemeriksaan radiologi
- Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit (jarang membantu)
- Ultrasonografi (USG). CT scan.
- Kasus kronik dapat dilakukan rontgen foto abdomen, USG abdomen dan
apendikogram.
I. Pengkajian

1. Pengkajian Keperawatan
a. Aktifitas/Istirahat
Tanda dan gejala : gangguan tidur, gangguan ektremitas
b. Integritas ego
Tanda dan gejala : Pada dimensi psikologi pasien mengalami perasaan depresi dan
kecemasan. Pada dimensi spiritual terjadi perasaan bersalah, terjadi konflik batin
untuk menerima kondisi, dan menolak kenyataan sakit

c. Kebutuhan bio,psiko,social,spiritual,kultural
kebutuhan biologis meliputi nutrisi, cairan, dan pakaian. Kebutuhan psikologis meliputi
perhatian dan dukungan dari keluarga serta orang disekitar. Kebutuhan sosial meliputi
interaksi dengan kelurga, teman dan masyarakat. Kebutuhan kultural yang meliputi
kebiasaan dan budaya yang dianut oleh pasien. Dan kebutuhan spiritual meliputi
kebutuhan pasien terhadap kepercayaan yang dianut serta hubungannya dengan Tuhan
d. Pencernaan
Tanda dan gejala: Keluhan perut kembung, mual & muntah

g. Nyeri/ ketidaknyamanan
Tanda dan gejala : Nyeri luka post op dibagian perut kanan bawah, perut terasa
tegang.

J. Analisa Data

NO Data Patoflow Diagnosa


Keperawatan

1. Ds : - pasien mengeluh nyeri makan tidak teratur Nyeri akut b.d


agen pencedera
Do : masa keras fases
fisiologis (mis.
- pasien tampak meringis obstruksi lumen Inflamasi)

-pasien tampak gelisah suplay aliran darah menurun,


mukosa terkikis
peradangan pada apendiks
perforasi
nyeri akut

2. Ds : Apendiks Gangguan
Operasi integritas
-
Luka insisi jaringan b.d
Do :
Kerusakan jaringan
-kerusakan Ujung saraf terputus
- Gangguan integritas jaringan

DIAGNOSA NOC NIC AKTIVITAS


Referensi

Brunner & Suddarth’s .2010. Textbook of Medical-Surgical Nursing. China:Wolters Kluwer


Health/Lippicncott Williams & Wilkins

Nurarif, Amir Huda .,Kusuma, Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogja: MediAction

Anda mungkin juga menyukai