Anda di halaman 1dari 65

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA PASIEN DM DENGAN GANGGUAN
INTEGRITAS KULIT DI RUANG PRAJA LANTAI 3
RSUD WANGAYA

Oleh :

NS NI WAYAN PUSPA ADI S.KEP


NIP. 197010081990031001

RSUD WANGAYA KOTA DENPASAR

TH 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa

karena berkat asung kerta wara nugraha Ida, penulis dapat menyelesaikan karya

tulis ilmiah ini dengan judul “Gambaran Asuhan Keperawatan Pasien DM

Dengan Gangguan Integritas Kulit di Ruang Praja Amerta Lantai 3 RSUD

Wangaya” tepat pada waktumya.

Karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan bukanlah semata-mata usaha

sendiri, melainkan berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu

melalui kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. dr. AA Made Widiasa,Sp A (K) MARS selaku Direktur Utama RSUD

Wangaya Kota Denpasar yang telah memberikan ijin pengambilan data untuk

karya tulis ilmiah ini

2. Bapak I Wayan Wiratama,SH,.S.Kep selaku Kepala Bidang keperawatan

yang telah banyak memberikan masukan, arahan, pengetahuan dalam

menyelesaikan penelitian ini.

3. Kepala Ruangan Praja Amerta Lantai 3 RSUD wangaya Kota Denpasar yang

telah memberikan tempat dan waktunya untuk penelitian ini

4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini

yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

ii
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna,

oleh karena itu masukan dan saran yang bersifat membangun sangat penulis

harapkan guna perbaikan ke arah yang lebih sempurna. Harapan penulis semoga

karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Denpasar, Maret 2021

Penulis

iii
ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DIABETES MELLITUS


DENGAN MASALAH GANGGUAN INTEGRITAS KULIT DI RUANG
PRAJA LANTAI 3 RSUD WANGAYA KOTA DENPASAR

Diabetes melitus adalah penyakit gangguan metabolik terutama metabolisme


karbohidrat yang disebabkan oleh berkurangnya atau ketiadaan hormon insulin
dari sel beta pancreas, atau akibat gangguan fungsi insulin.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan memahami secara mendalam
mengenai asuhan keperawatan pada klien diabetes mellitus dengan masalah
gangguan integritas kulit di Ruang Praja Lantai 3 RSUD Wangaya Denpasar.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dalam bentuk studi kasus pada 2 pasien DM
Data diperoleh dengan cara observasi, wawancara dan studi dokumentasi.
Dari hasil pengkajian didapatkan data pada pasien 1 dan 2 adanya luka di
extremitas bawah yang tidak kunjung sembuh, berbau dan mengeluarkan nanah.
Dagnosa yang diangkat adalah gangguan integritas kulit tanpa disertakan etiologi
atau symptom. Intervensi keperawatan disusun berdasarkan Nanda NIC-NOC.
Implementasi sudah dilakukan sesuai dengan intervensi yang disusun, namun
masih ada beberapa tindakan yang tidak terdokumentasi serta ada beberapa
tindakan yang dilakukan di luar dari intervensi yang disusun namun secara tidak
langsung tindakan tersebut juga mendukung tercapainya tujuan pemberian asuhan.
Dari hasil evaluasi pada pasien 1 masalah luka sudah tidak basah dan bau, pus
berkurang, jaringan nekrotik berkurang, bengkak dan kemerahan pada pedis sudah
tidak ada, dan sudah mlai tumbuh granulasi. Sedangkan pada pasien 2 luka masih
tampak basah, diameter 4-5 cm dengan kedalaman ± 2 cm, masih ada pus dan
jaringan nekrotik tapi sudah tidak bau, edema sudah berkurang, belum tampak ada
granulasi dan pasien disiapkan untuk tindakan debridement di ruang operasi.

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, DM, Gangguan Integritas Kulit

iv
ABSTRACT
NURSING CARE FOR PATIENT DIABETES MELLITUS WITH
PROBLEMS OF INTERFERENCE INTEGRITY LEATHER AT
3”rd FLOOR OF PRAJA WANGAYA HOSPITAL

Diabetes mellitus is a metabolic disorder disease, especially carbohydrate


metabolism caused by the reduction or absence of insulin hormone from
pancreatic beta cells, or due to impaired insulin function.
This study aims to study and understand in depth about nursing care in client
diabetes mellitus with skin integrity disorder problem at 3rd floor of Praja
Wangaya Hospital. The type of this research is descriptive in the form of case
study using nursing care approach on unit analysis that is 2 patient with DM. Data
were obtained by observation, interview and documentation study.
From the assessment results data on patients 1 and 2 found that the wound in
the lower extremities that do not heal, smell and discharge. The diagnosis raised is
a skin integrity disorder with no etiology or symptom included. Nursing orders are
based on Nanda NIC-NOC. Implementation has been carried out in accordance
with the prepared intervention, but there are still some undocumented actions as
well as some actions taken outside of the prepared interventions but indirectly the
actions also support the achievement of the goals of care. From the results of the
evaluation on the patient 1 the problem of wound was not wet and odor, pus
reduced, decreased necrotic tissue, swelling and redness on the pedis is gone, and
already grow granulation. While in 2 patients the wound still looks wet, 4-5 cm in
diameter with a depth of ± 2 cm, there is still pus and necrotic tissue but no odor,
edema has decreased, not yet seen granulation and patient prepared for
debridement action in operating room.

Keywords: Nursing Care, DM, Integrity Skin Disorder

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………… i


LEMBAR PERSETUJUAN………………………………………… ii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT……………………… iii
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………….. iv
KATA PENGANTAR……………………………………………….. v
ABSTRAK…………………………………………………………… vi
DAFTAR ISI………………………………………………………..... vii
DAFTAR TABEL……………………………………………………. viii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………… ix
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………… x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………….. 3
C. Tujuan Penelitian……………………………………………... 3
D. Manfaat Penelitian……………………………………………. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori DM……………………………………………… 5
B. Kajian Teori Gangguan Integritas Kulit………………………. 8
C. Kajian ASKEP DM Dengan Gangguan Integritas Kulit……… 11
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep……………………………………………… 16
B. Definisi Operasional…………………………………………… 17
BAB IV METODELOGI
A. Jenis Penelitian………………………………………………… 18
B. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………. 18
C. Subyek Studi Kasus…………………………………………… 18
D. Fokus Studi……………………………………………………. 18
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data………………………….. 20
F. Metode Analisa Data…………………………………………... 21
G. Etika Studi Kasus……………………………………………… 21

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Lokasi Penelitian……………………………………………… 23
B. Hasil Penelitian……………………………………………….. 24
C. Pembahasan…………………………………………………… 29
BAB VI PENUTUP

vi
A. Kesimpulan…………………………………………………… 34
B. Saran…………………………………………………………... 35
C. Keterbatasan………………………………………………….. 36
Daftar Pustaka………………………………………………………... 37
Lampiran……………………………………………………………… 38

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Diagnosa Keperawatan…………………………………... 13

Tabel 2 Intervensi Keperawatan …………………………………. 14

Tabel 3 Definisi Operasional …………………………………...... 17

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Konsep...................................................................16

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan……………………………… 38

Lampiran 2 Realisasi Anggaran Penelitian……………….. 39

Lampiran 3 Lembar Permohonan Menjadi Responden…… 40

Lampiran 4 Lembar Persetujuan………………………….. 41

Lampiran 5 Format Pengumpulan Data…………………... 42

x
BAB I

PENDAHULUA

A. Latar Belakang

Diabetes melitus adalah penyakit gangguan metabolik terutama metabolisme

karbohidrat yang disebabkan oleh berkurangnya atau ketiadaan hormon insulin

dari sel beta pancreas, atau akibat gangguan fungsi insulin, atau kedua

(Sutedjo,2010). Diabetes melitus adalah suatu kumpulanm gejala yang timbul

pada seseorang yang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar glukosa darah

akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Syahbudin,2009). Pada

umumnya ada 2 tipe diabetes, yaitu tipe 1 (tergantung insulin), dan diabetes tipe 2

(tidak tergantung insulin), tetapi ada pula diabetes dalam kehamilan yang biasa

disebut diabetes gestasional.

Menurut World Health Organitation (WHO) pada tahun 2012, jumlah

penderita DM di dunia mencapai 194 juta jiwa dan diperkirakan meningkat

menjadi 335 juta jiwa di tahun 2025 mendatang, dan setengah dari angka tersebut

terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia. Di Indonesia sendiri jumlah

penderita DM menduduki peringkat keempat yaitu 8,7 juta jiwa setelah Amerika

Serikat, China dan India. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun

2007, DM merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia dengan jumlah

proporsi kematian sebesar 5,8% setelah stroke, Tuberculosis (TB paru), hipertensi,

cedera dan perinatal (Kemenkes,2010). Prevalensi DM di Indonesia tahun 2013

berdasarkan wawancara yang terdiagnosis dokter, sebesar 2,6% prevalensi

tertinggi terdapat di DI Yogyakarta. Sedangkan prevalensi DM di Bali yang

terdiagnosis dokter adalah sebesar 1,3% (Balitbangkes,2013). Penderita DM di

xi
RSUD Wangaya Kota Denpasar berdasarkan data instalasi rekam medik pada

tahun 2017 adalah sebanyak 165 jiwa dan tidak menutup kemungkinan jumlah

tersebut akan meningkat di tahun mendatang.

Apabila tidak ditangani dengan baik DM akan menimbulkan berbagai macam

komplikasi, baik akut maupun kronik. Salah satu komplikasi kronik serius dan

paling ditakuti adalah ulkus diabetikum yang dapat menyebabkan masalah

keperawatan gangguan integritas kulit. Ulkus diabetikum merupakan luka terbuka

pada permukaan kulit yang disebabkan adanya makroangiopati sehingga terjadi

vaskuler insufisiensi dan neuropati. Ulkus diabetikum mudah berkembang

menjadi infeksi karena masuknya kuman atau bakteri dan adanya gula darah yang

tinggi menjadi tempat yang strategis untuk pertumbuhan kuman (Riyanto,2007).

Setiap tahun lebih dari satu juta orang penderita diabetes di dunia kehilangan

salah satu kakinya sebagai komplikasi diabetes. Menurut International Diabetes

Federation tahun 2012, sekitar 15% penderita DM dalam perjalanan penyakitnya

akan mengalami komplikasi ulkus, terutama di bagian kaki. Angka kematian

akibat gangrene pada penderita DM di Indonesia berkisar antara 17-32%,

sedangkan angka amputasi berkisar antara 15-30%. Di RSUD Wangaya Kota

Denpasar angka kejadian komplikasi ulkus di tahun 2017 tercatat ada 44 pasien

yang menjalani rawat inap tersebar di seluruh instalasi rawat inap RSUD

Wangaya. Di Ruang Praja Amerta sendiri tercatat 3 bulan terakhir telah merawat

pasien dengan gsngguan integritas kulit sebanyak 10 pasien. Peran perawat

sangatlah penting terutama dalam memberikan asuhan keperawatan untuk

meminimalisasi terjadinya komplikasi. Di RSUD Wangaya sudah terbentuk

Perhimpunan Edukator Diabetes Indonesia (PEDI) sebagai suatu organisasi

xii
kesehatan multidisiplin yang melibatkan peranan ahli gizi, perawat, dokter,

apoteker, dan pelatih senam, dengan tujuan utama memberikan pendidikan,

pelatihan penatalaksanaan mandiri serta masalah-masalah yang berhungan dengan

diabetes kepada penyandang diabetes, keluarga dan sistem pendukungnya.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis hendak menampilkan gambaran

asuhan keperawatan pada pasien DM dengan gangguan integritas kulit di Ruang

Praja Amerta Lantai 3 RSUD Wangaya Kota Denpasar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan

permasalahan sebagai berikut “Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan

pasien DM dengan gangguan integritas kulit di ruang Praja Amerta Lantai 3

RSUD Wangaya Kota Denpasar?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk memperoleh gambaran tentang asuhan keperawatan pada pasien

Diabetes Melitus dengan gangguan integritas kulit di Ruang Praja Amerta Lantai

3 RSUD Wangaya Kota Denpasar.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus tujuan yang ingin dicapai dalam studi kasus ini adalah:

a. Menguraikan hasil pengkajian keperawatan pada pasien Diabetes Melitus

dengan gangguan integritas kulit di Ruang Praja Amerta Lantai 3 RSUD

Wangaya Kota Denpasar.

xiii
b. Menguraikan rumusan diagnosa keperawatan pada pasien Diabetes Melitus

dengan gangguan integritas kulit di Ruang Praja Amerta Lantai 3 RSUD

Wangaya Kota Denpasar.

c. Menguraikan intervensi keperawatan pada pasien Diabetes Melitus dengan

gangguan integritas kulit di Ruang Praja Amerta Lantai 3 RSUD Wangaya

Kota Denpasar.

d. Menguraikan implementasi keperawatan pada pasien Diabetes Melitus dengan

gangguan integritas kulit di Ruang Praja Amerta Lantai 3 RSUD Wangaya

Kota Denpasar.

e. Menguraikan hasil evaluasi asuhan keperawatan yang telah diberikan pada

pasien Diabetes Melitus dengan gangguan integritas kulit di Ruang Praja

Amerta Lantai 3 RSUD Wangaya Kota Denpasar

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil studi kasus ini diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan dan

mengembangkan ilmu keperawatan khususnya asuhan keperawatan pasien DM

dengan gangguan integritas kulit.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi perawat

Karya tulis ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah

wacana keilmuan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada

klien DM.

b. Bagi rumah sakit

xiv
Karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan salah satu contoh hasil dalam melakukan

tindakan keperawatan bagi pasien DM khususnya dengan gangguan integritas

kulit.

xv
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori DM

1. Pengertian

Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter,

dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak

adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai jawaban dari kuranganya insulin

efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat

yang biasanya disertai juga gangguan metabolism lemak dan protein (Askandar,

2000).

Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai oleh ketiadaan

diktatorial insulin atau insensitifitas sel terhadap insulin (Corwin, 2001).

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali

pemeriksaan adalah :

a. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)

b. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)

c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah

mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

2. Etiologi

Menurut Smeltzer dan Bare (2001), penyebab dari diabetes melitus adalah:

a. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)

1) Faktor genetic

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi

suatu predisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.

19
Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen

HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang

bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.

2) Faktor imunologi

Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini

merupakan respon gila dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh

dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seakan-akan

sebagai jaringan asing.

3) Faktor lingkungan

Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai pola

hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu

proses autuimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pankreas.

b. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)

Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic

diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

Beberapa faktor risiko yang bekerjasama dengan proses terjadinya DM tipe II,

diantaranya adalah:

1) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)

2) Obesitas

3) Riwayat keluarga

3. Patofisiologi

Menurut Smeltzer dan Bare (2001), patofisiologi dari diabetes melitus ialah:

a. Diabetes tipe I

xvii
16
Pada Diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin

karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Disamping

itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun

tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah

makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat

menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, jadinya glukosa tersebut

muncul dalam urin (Glukosuria). Ketika glukosa yang berlebih dieksresikan

dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang

berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai jawaban dari

kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam

berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia). Defisiensi insulin juga

mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat

badan. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang menyebabkan

peningkatan produksi tubuh keton yang merupakan produk samping pemecahan

lemak. Badan keton merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam basa

tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetik yang diakibatkannya

dapat menyebabkan tandatanda dan gejala ibarat nyeri abdominal, mual, muntah,

hiperventilasi, napas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan

perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.

b. Diabetes tipe II

Pada Diabetes tipe II terdapat dua dilema yang bekerjasama dengan insulin,

yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan

terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai jawaban terikatnya

insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme

xviii
glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan

penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk

menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Jika gejalanya dialami pasien,

gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas,

poliuria, polidipsia, luka yang lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang

kabur (jikalau kadar glukosanya sangat tinggi).

B. Kajian Teori Gangguan Integritas Kulit Pada Pasien DM

1. Pengertian

Gangguan integritas kulit adalah keadaan dimana seorang individu mengalami

atau beresiko terhadap kerusakan jaringan epidermis dan dermis (Carpenito,

2000).

Batasan karakteristik adanya gangguan integritas kulit adalah adanya

kerusakan lapisan kulit (dermis), adanya gangguan permukaan kulit (epidermis),

serta terjadi invasi struktur tubuh (Nanda,2000).

2. Etiologi

a. Faktor endogen:

1) Neuropati

Terjadi kerusakan saraf sensorik yang dimanifestasikan dengan penurunan

sensori nyeri, panas, tak terasa, sehingga mudah terjadi syok dan otonom/simpatis

yang dimanifestasikan dengan peningkatan fatwa darah, produksi keringat tidak

ada dan hilangnya tonus vaskuler.

2) Angiopati

Dapat disebabkan oleh faktor genetic, metabolic dan faktor resiko lain.

3) Iskemia

xix
Adalah arterosklerosis (pengapuran dan penyempitan pembuluh darah) pada

pembuluh darah besar tungkai (makroangiopati) menyebabkan penurunan fatwa

darah ke tungkai, bila terdapat thrombus akan memperberat timbulnya gangrene

yang luas. Aterosklerosis dapat disebabkan oleh factor adanya hormone

aterogenik, merokok dan hyperlipidemia.

b. Faktor eksogen

1) Trauma

2) Infeksi

3. Manifestasi Klinis

Batasan karakteristik mayor harus terdapat gangguan jaringan epidermis dan

dermis. Batasan minor mungkin terdapat pemasukan kulit, eritema, lesi dan

pruritus (Carpenito, 2000). Data yang mendukung yaitu adanya warna kemerahan

pada daerah luka, terjadi nekrosis sekitar luka dan keluar pus.

Manifestasi iskemia dapat juga berupa kaki dingin, nyeri nocturnal tidak

terabanya denyut nadi, adanya pemucatan ekstrimitas inferior, kulit mengkilap,

hilangnya rambut dari jari kaki, penebalan kuku, gangrene kecil atau luas.

Proses mikroangiopati menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan

secara akut emboli menawarkan gejala klinis 5 P yaitu :

a. Pain (nyeri)

b. Paleness (kepucatan)

c. Paresthesia (kesemutan)

d. Pulselessness (denyut nadi hilang)

e. Paralysis (lumpuh).

4. Patofisiologi

xx
Penyakit Diabetes membuat gangguan/ komplikasi melalui kerusakan pada

pembuluh darah di seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik. Penyakit ini berjalan

kronis dan terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh darah besar

(makrovaskular) disebut makroangiopati, dan pada pembuluh darah halus

(mikrovaskular) disebut mikroangiopati. Awalnya proses terjadinya gangguan

integritas bekerjasama dengan hiperglikemia yang berefek terhadap saraf perifer,

kolagen, keratin dan suplai vaskuler. Dengan adanya tekanan mekanik terbentuk

keratin keras pada tempat kaki yang mengalami beban terbesar. Neuropati

sensoris perifer memungkinkan terjadinya syok berulang menyebabkan terjadinya

kerusakan jaringan dibawah area kalus. Selanjutnya terbentuk kavitas yang

membesar dan akhirnya ruptur hingga permukaan kulit menimbulkan luka.

Mikroorganisme yang masuk mengadakan kolonisasi didaerah ini. Drainase yang

inadekuat menimbulkan closed space infection. Akhirnya sebagai konsekuensi

sistem imun yang abnormal, bakteria sulit dibersihkan dan infeksi menyebar ke

jaringan sekitarnya, (Anonim 2009).

5. Pendidikan Kesehatan

a. Hiegene kaki:

1) Cuci kaki setiap hari, keringkan sela-sela jari dengan cara menekan, jangan

digosok.

2) Setelah kering diberi lotion untuk mencegah kering, bersisik dan ukiran yang

berlebih.

3) Potong kuku secara teratur dan susut kuku jangan dipotong.

4) Gunakan sepatu tumit rendah, kulit lunak dan tidak sempit.

5) Gunakan kaos kaki yang tipis dan hangat serta tidak sempit.

xxi
6) Bila terdapat callus, hilangkan callus yang berlebihan dengan cara kaki

direndam dalam air hangat sekitar 10 menit kemudian gosok dengan handuk

atau dikikir jangan dikelupas.

c. Alas kaki yang tepat

d. Mencegah syok kaki

e. Berhenti merokok

C. Kajian Teori Askep DM Dengan Gangguan Integritas Kulit

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses

keperawatan yang mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu pengumpulan data dan

perumusan kebutuhan atau masalah klien. Pada tahap pengumpulan data, data

diperoleh dari :

a. Anamnese

1) Identitas penderita

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,

status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit

dan diagnosa medis.

2) Keluhan Utama

Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun,

adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.

3) Riwayat kesehatan sekarang

Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya

yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.

4) Riwayat kesehatan dahulu

xxii
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada

kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas.

5) Riwayat kesehatan keluarga

Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang

juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan

terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung

6) Riwayat psikososial

Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami

penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap

penyakit penderita.

b. Pemeriksaan fisik

1) Status kesehatan umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan dan tanda –

tanda vital.

2) Sistem integument

Data mayor terdapat gangguan jaringan epidermis dan dermis. Data minor

mungkin terdapat pemasukan kulit, eritema, lesi dan pruritus. Data yang

mendukung yaitu adanya warna kemerahan pada daerah luka, terjadi nekrosis

sekitar luka dan keluar pus.

c. Pemeriksaan laboratorium

d. Pemeriksaan penunjang lainnya

2. Diagnosa Keperawatan

Adapun salah satu diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien DM

adalah:

xxiii
a. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya gangren pada

ekstrimitas.

Tabel 1
Diagnosa Keperawatan Pasien DM Dengan Gangguan Integritas Kulit

Diagnosa Definisi Batasan Faktor yang Berhubungan


Karakteristik

Gangguan Gangguan Batasan Eksternal


Integritas integritas kulit Mayor:  Zat kimia
Kulit adalah Harus
 Usia yang ekstrem
keadaan terdapat
dimana gangguan  Kelembaban
seorang jaringan  Hipertermia
individu
mengalami epidermis dan  Hipotermia

atau beresiko dermis.  Factor mekanik (mis., shearing


terhadap force, tekanan, pengekangan)

kerusakan  Medikasi
jaringan Batasan
minor:  Lembab
epidermis dan
dermis Terdapat  Imobilisasi fisik
(Carpenito, pemasukan
 Radiasi
2000) kulit, eritema,
edema, lesi
dan pruritus

Internal

 Perubahan status cairan

1) Perubahan pigmenatasi

2) Perubahan turgor

3) Factor perkembangan

4) Kondisi ketidakseimbangan nutrisi


(mis., obesitas, emasiasi)

xxiv
5) Penurunan imunologis

6) Penurunan sirkulasi

7) Kondisi gangguan metabolic

8) Gangguan sensasi
Tonjolan tulang

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk membantu klien

dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang diinginkan dalam

xxv
hasil yang diharapkan (Gordon, 1994). Intervensi keperawatan pada pasien DM

dengan gangguan integritas kulit dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel 2
Intervensi Keperawatan Pasien DM Dengan Gangguan Integritas Kulit
No Diagnosa NOC NIC

1. Kerusakan Setelah dilakukan asuhan Wound care


integritas jaringan keperawatan selama 3x24
b/d adanya gangren jam, diharapkan Wound 1. Catat karakteristik
pada extremitas healing meningkat dengan luka:tentukan ukuran
kriteria: dan kedalaman luka,
dan pembagian
Luka mengecil dalam terstruktur mengenai
ukuran dan peningkatan pengaruh ulcers
granulasi jaringan
2. Catat karakteristik
cairan secret yang
keluar

3. Bersihkan dengan
cairan anti bakteri

4. Bilas dengan cairan


NaCl 0,9%

5. Lakukan nekrotomi K/P

6. Lakukan tampon yang


sesuai

7. Dressing dengan kasa


steril sesuai
kebutuhan

8. Lakukan pembalutan

9. Pertahankan tehnik
dressing steril
ketika
melaksanakan
perawatan luka

10. Amati setiap


perubahan pada
balutan

11. Bandingkan dan

xxvi
catat setiap adanya
perubahan pada luka

12. Berikan posisi


terhindar dari tekanan

xxvii
4. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang sudah dibuat.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi

ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi

keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan.

Tahap evaluasi pada masalah gangguan integritas kulit dapat disesuaikan

dengan tujuan kriteria hasil sebagai berikut :

a. Berkurangnya oedema sekitar luka.

b. Pus dan jaringan nekrotik berkurang

c. Adanya jaringan granulasi.

d. Bau busuk luka berkurang.

xxviii
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau

kaitan antara yang lainya, atau variabel-variabel yang satu dengan variabel yang

lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo,2010).

Berdasarkan tujuan studi kasus ini, maka dapat digambarkan kerangka

konsepnya sebagai berikut:

Out Come :

Berkurangnya
Gangguan Integritas Kulit :
oedema sekitar luka.
Terdapat gangguan jaringan
DM epidermis dan dermis  Pus dan
jaringan
berkurang
 Adanya
jaringan
granulasi.
ASUHAN KEPERAWATAN
Bau busuk luka
Pengkajian berkurang.

Diagnosa Keperawatan

Perencanaan

Pelaksanaan

Evaluasi

Gambar 1 Kerangka Konsep Gambaran Asuhan Keperawatan Pasien DM


Dengan Gangguan Integritas Kulit Di Ruang Praja Amerta Lantai 3
RSUD Wangaya
Keterangan :
: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

30
B. Definisi Operasional

Definisi operasional berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang

di definisikan (Nursalam, 2014).

Tabel 3
Definisi Operasional Gambaran Asuhan Keperawatan Pasien DM Dengan
Gangguan Integritas Kulit Di Ruang Praja Amerta Lantai 3
RSUD Wangaya

No Variabel Definisi Operasional Cara Skala


Pengumpulan Ukur
Data

1 2 3 4 5
1 Variabel Asuhan keperawatan adalah Studi Nominal
asuhan rangkaian kegiatan yang dokumentasi
keperawatan diberikan kepada klien atau
pasien DM dengan
gangguan integritas kulit di
pelayanan kesehatan, yang
meliputi:

1. Pengkajian

Data subyektif serta


data obyektif yang
ditemukan pada
pasien DM yang
diperoleh saat
anamnesa awal dan
yang ditulis pada
lembar catatan
asesmen pasien di
rekam medik

2. Diagnosa Keperawatan
Rumusan masalah
keperawatan, etiologi
dan tanda serta gejala
yang tertulis pada rekam
medis

3. Intervensi

xxx
Rencana tindakan
kepera watan yang
dirumuskan oleh

perawat pada pasien DM

xxxi
1 2 3 4 5

4. Implementasi
Tindakan yang
dilakukan oleh perawat
pada pasien DM sesuai
dengan rencana tindakan
yang telah disusun.

5. Evaluasi

Hasil penilaian terhadap


kriteria hasil yang ditulis
pada catatan

perkembangan pasien

xxxii
BAB IV

METODELOGI

A. Jenis Penelitian

Desain penelitian adalah suatu rencana tentang bagaimana mengumpulkan dan

mengolah data agar penelitian penelitian yang diharapkan dapat tercapai

(Sujarweni, 2014).

Adapun jenis penelitian ini adalah deskriptif dalam bentuk studi kasus. Studi

kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu unit

penelitian secara intensif misalnya satu klien, keluarga, kelompok, komunitas atau

institusi (Nursalam, 2014). Studi kasus ini bertujuan untuk mengeksplorasi

masalah asuhan keperawatan klien Diabetes Melitus yang mengalami masalah

gangguan integritas kulit di Ruang Praja Amerta Lantai 3 RSUD Wangaya Kota

Denpasar.

B. Tempat dan Waktu

Studi kasus ini dilakukan di Ruang Praja Amertha Lantai 3 RSUD Wangaya

Kota Denpasar pada bulan Mei tahun 2021.

C. Subyek Studi Kasus

Pada studi kasus ini subyek yang diteliti adalah pasien Diabetes Melitus yang

dirawat di Ruang Praja Lantai 3 RSUD Wangaya yang memiliki masalah

keperawatan gangguan integritas kulit.

D. Fokus Studi

Fokus studi, adalah kajian utama dari masalah yang akan dijadikan titik acuan

studi kasus. Pada penelitian ini yang menjadi focus studi adalah tentang konsep

xxxiii
teori asuhan keperawatan pasien diabetes melitus dengan gangguan integritas

kulit.

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

a. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam studi kasus ini adalah data primer yang

diperoleh langsung dari responden dengan wawancara dan observasi langsung

terhadap responden dan informant lainnya, dan data sekunder yang mencakup data

dari catatan keperawatan, serta rekam medis pasien.

b. Pengumpulan Data

Adapun tekhnik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penyusunan

studi kasus ini adalah :

a. Observasi

Observasi adalah tindakan yang langsung digunakan kepada klien dengan cara

mengamati keadaan umum dari perilaku klien.

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu proses tanya jawab yang dilakukan langsung pada

pasien dan keluarga.

c. Studi Dokumentasi

Studi Dokumentasi adalah poses pencatatan yang dilakukan perawat dari

keadaan klien, seperti catatan medis maupun catatan keperawatan dan

laboratorium.

Tahap-tahap pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Peneliti meminta surat rekomendasi pengambilan data dan surat izin penelitian

dari institusi pendidikan Poltekkes Kemenkes Denpasar.

xxxiv
b. Peneliti mendatangi Dinas Kesehatan Kota Denpasar dan menyerahkan surat

izin penelitian dari institusi untuk mendapatkan surat rekomendasi ke RSUD

Wangaya.

c. Peneliti mendatangi RSUD Wangaya dan menyerahkan surat rekomendasi dan

surat izin penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Denpasar.

d. Peneliti meminta izin kepada Direktur RSUD Wangaya agar dapat melakukan

penelitian di Ruang Praja Amerta Lantai 3

e. Peneliti meminta izin kepada Kepala Ruangan Praja Lantai 3.

f. Peneliti memilih responden yang akan dijadikan sampel dalam penelitian.

g. Peneliti memberi penjelasan mengenai tujuan penelitian

h. Peneliti meminta respon untuk mengisi formulir inform consent yang sudah

disediakan.

i. Peneliti melakukan observasi dokumen sesuai dengan jadwal yang telah

disusun.

F. Metode Analisa Data

Analisis data dilakukan sejak penelitian di lapangan, sewaktu pengumpulan

data sampai dengan semua data terkumpul. Metode analisa data yang digunakan

dalam studi kasus ini adalah dengan menyajikan data berupa teks naratif. Dari

data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan hasil-hasil

studi kasus terdahulu dan secara teoritis kemudian ditarik kesimpulan dari hasil

pembahasan tersebut.

G. Etika Studi Kasus

xxxv
Etika studi kasus merupakan masalah yang sangat penting dalam studi kasus

mengingat studi kasus yang akan dilakukan langsung berhadapan dengan

manusia, oleh karena itu etika penelitian harus dilakukan. Adapun yang harus

diperhatikan dalam etika penelitian adalah sebagai berikut (Arikunto, 2006):

1. Informed Concent (lembar persetujuan), diberikan sebelum melakukan studi

kasus. Informed concent adalah lembar persetujuan untuk menjadi responden.

Jika nantinya responden setuju untuk dilakukan studi kasus maka responden

diminta untuk menandatangani lembar persetujuan tersebut.

2. Anonimity (tanpa nama), berarti tidak perlu mencantumkan nama pada lembar

pengumpulan data. Peneliti hanya menulis kode/inisial saja pada kolom nama

pada data tersebut.

3. Confidentiality (kerahasiaan), peneliti diharapkan dapat menjaga kerahasiaan

tentang jawaban yang telah diutarakan oleh responden dan peneliti

menyimpan jawaban responden dilokasi yang aman dan membuang data-data

responden yang tidak diperlukan dalam studi kasus.

xxxvi
BAB V

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Lokasi Penelitian

RSUD Wangaya berlokasi di Jalan Kartini Nomor 133 Denpasar dan berdiri

sejak tahun 1921 hingga pada tanggal 8 Desember 2015 berdasarkan Keputusan

Menteri Kesehatan Indonesia Nomor : Hk.02.02/MENKES/487/2015 ditetapkan

menjadi rumah sakit tipe B pendidikan. Rumah sakit berupaya menjalankan

pelayanan kesehatan terstandar akreditasi paripurna dengan susunan organisasi

dimana direktur membawahi tiga direktorat yaitu Direktorat Administrasi Umum,

Direktorat Pelayanan Medis dan Keperawatan serta Direktorat Penunjang Medis

dan Pengembangan Sumber Daya Manusia serta sub bagian organisasi lainnya

yang didukung oleh 928 orang pegawai, terdiri dari pejabat struktural dan staf,

dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi, perawat, bidan, dan lain - lain.

(Pedoman Pengorganisasian Rekam Medis, 2016).

Tenaga kerja tersebut tersebar dalam berbagai tugas dan kegiatan yang

berlangsung di rumah sakit, salah satunya kegiatan rawat inap yang terdiri dari

329 tenaga keperawatan yang bekerja pada 15 ruang perawatan dengan 10 tempat

tidur non kelas untuk ruang perawatan intensif dan 200 tempat tidur untuk ruang

perawatan kelas 3 sampai dengan VIP. 85 tempat tidur kelas 3, 41 tempat tidur

kelas 2, 38 kamar kelas 1 dan 36 tempat tidur VIP. Rata-rata pasien rawat inap

pertahun sebanyak 11.825 orang, rata-rata pasien rawat jalan pertahun sebanyak

144.198 orang dan rata-rata pasien di instalasi gawat darurat pertahun sebanyak

27.612 orang.

37
Instalasi rawat inap di RSUD Wangaya berdasarkan SK Direktur No 78 tahun

2012 didirikan pada 14 November 2012 yang dipimpin oleh seorang kepala rawat

inap dan membawahi seorang wakil kepala. Kepala dan wakil kepala rawat inap

membawahi bagian administrasi dan 10 ruangan rawat inap yang terdiri dari ruang

Angsa, Belibis, Cendrawasih, Dara, Elang/perinatologi, Flaminggo, Kaswari,

Praja Amerta lantai 1 sampai dengan lantai 3.

Penelitian dilakukan di ruang Praja Lantai 3 dengan kapasitet 16 TT, dikelola

oleh 3 PP. Jumlah seluruh tenaga yang ada di ruangan adalah 20 orang, dengan

kualifikasi pendidikan S1 Kep sejumlah 8 orang, 11 orang dengan kualifikasi

pendidikan D3 Keperawatan dan 1 orang D3 Kebidanan.

B. Hasil Studi Kasus

Penelitian dilakukan dari tanggal 2 Mei 2021 hingga 5 Mei 2021 di Ruang

Praja lantai 3 RSUD Wangaya Kota Denpasar.

1. Karakteristik responden

Penelitian ini dilakukan menggunakan 2 pasien dengan DM yang mengalami

masalah gangguan integritas kulit di Ruang Praja Lantai 3 RSUD Wangaya

Denpasar dengan karakteristik sebagai berikut :

a. Pasien 1

Pasien dengan inisial Tn.M, berjenis kelamin laki-laki, berumur 57 tahun,

dengan alamat Jl. WR Supratman no 146x Denpasar, sudah menikah, pekerjaan

swasta, cara bayar menggunakan BPJS. Pasien dirawat dengan diagnose medis

DM tipe II + DF + HT. Pasien memiliki riwayat penyakit HT sejak 1 tahun yang

lalu dan rutin minum obat serta kontrol poliklinik. Tidak ada anggota keluarga

pasien yang menderita penyakit keturunan ataupun penyakit menular.

xxxviii
Pasien datang ke UGD RSUD Wangaya pada tanggal 2 Mei 2021 pada pukul

11.00 WITA dengan keluhan badan terasa lemas, luka di jari sebelah kiri tidak

kering (membasah). Pasien mengatakan satu bulan sebelum masuk RS sempat

jatuh dan tersandung batu, jari kaki kiri luka dan tidak kunjung kering sampai saat

ini.

Pengkajian primer, Airway : jalan nafas bersih, Breathing : RR 18x/mt, irama

teratur, tidak menggunakan otot bantu pernafasan, suara auskultasi paru vesikuler

kanan dan kiri, Circulation : TD : 160/100 mmHg, Nadi : 92x/mt, Suhu : 36,3 °C,

capillary refill kembali dalam 5 detik, anemis, Disability : kesadaran

composmentis dengan GCS E4V5M6, pupil isokor. Pasien dirawat di Praja Lantai

3 untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

b. Pasien 2

Pasien perempuan dengan inisial Ny.B, umur 55 tahun, pekerjaan swasta,

sudah menikah, beralamat di Jalan Nangka Gg Kenari II no 7 Denpasar, dengan

Diagnosa Medis DM + DF + HT, cara bayar BPJS. Pasien menderita hipertensi

sejak 10 tahun yang lalu. Pasien terdeteksi menderita diabetes melitus saat

menjalani perawatan RS ini. Pasien tidak pernah dirawat sebelumnya dan riwayat

sakit yang lain disangkal. Ibu pasien mengidap penyakit hipertensi dan kencing

manis tapi sudah meninggal 4 tahun yang lalu. Tidak ada anggota keluarga yang

lain menderita penyakit kronik/tahunan ataupun penyakit menular lainnya.

Pasien datang ke UGD RSUD Wangaya pada tanggal 2 Mei 2021 pada pukul

16.00 WITA dengan keluhan luka di tumit kaki kiri terasa nyeri bila digerakkan

dengan skala nyeri 506, nyeri hilang timbul, dan pasien tampak merintih jika nyeri

tiba. Satu bulan sebelum masuk RS pasien kena luka di tumit kaki kiri namun

xxxix
pasien tidak mengetahui apa penyebabnya. Mulai saat itu, pasien lebih berhati-hati

saat berjalan. Dua minggu sebelum masuk RS keluhan dirasa semakin bertambah,

luka pada tumit menjadi bengkak. Diperiksa ke dokter praktek hanya diberikan

obat minum. Satu minggu sebelum masuk RS luka makin membengkakdan

tampak keluar nanah, disertai nyeri. Akhirnya oleh keluarganya pasien dibawa ke

RS.

Pengkajian primer, Airway : jalan nafas bersih, Breathing : RR 20x/mt, irama

teratur, tidak menggunakan otot bantu pernafasan, suara auskultasi paru vesikuler

kanan dan kiri, Circulation : TD : 160/90 mmHg, Nadi : 96x/mt, Suhu : 37°C,

capillary refill kembali dalam 5 detik, anemis, Disability : kesadaran

composmentis dengan GCS E4V5M6, pupil isokor. Pasien dirawat di Praja Lantai

3 untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

2. Hasil studi kasus

Berdasarkan hasil observasi dokumentasi menggunakan 2 catatan medik pada

pasien DM di Ruang Praja Lantai 3 RSUD Wangaya didapatkan hasil studi kasus

berupa 5 proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnose, intervensi, implementasi

dan evaluasi.

a. Pengkajian Keperawatan

1) Dokumen Pasien 1

Hasil pengamatan yang ditemukan pada dokumentasi pasien 1 terdapat

pengkajian fokus yaitu : pasien mengatakan ada luka di jari kaki kiri sejak 1 bulan

yang lalu dan lukanya tidak kunjung sembuh. Dengan data objektif, terdapat luka

pada digiti 4 dan 5 pedis sinistra, luka basah dan bau, pus (+), jaringan nekrotik

(+), kemerahan sekitar luka (+), bengkak (-).

xl
2) Dokumen Pasien 2

Hasil pengamatan yang ditemukan pada dokumentasi pasien 2 terdapat

pengkajian fokus yaitu : pasien mengatakan ada luka di tumit kaki kiri sejak 1

bulan yang lalu, membengkak sejak 2 minggu yang lalu dan mulai keluar nanah

sejak 1 minggu yang lalu. Data obyektifnya, terdapat luka di ekstremitas bawah

(tumit kaki kiri) dengan diameter 4-5 cm kedalaman ± 2cm, pus (+), jaringan

nekrotik (+), edema (+).

b. Diagnosa Keperawatan

Dari hasil observasi pada dokumentasi pasien 1 dan 2 diagnosa yang

ditegakkan adalah gangguan integritas kulit. Pada dokumentasi tersebut sama-

sama tidak dicantumkan etiologi dan symptom atau ditandai dengan.

c. Intervensi Keperawatan

Hasil pengamatan untuk intervensi pada dokumentasi pasien 1 dan pasien 2

tidak terdapat perbedaan. Berikut adalah intervensi keperawatan yang tertuang

dalam dokumentasi pasien 1 dan pasien 2 :

1) NOC :

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan Wound

Healing meningkat dengan kriteria luka mengecil dan peningkatan granulasi

jaringan.

2) NIC : Wound Care Treatment

Catat karakteristik luka : tentukan ukuran dan kedalaman luka, dan pembagian

terstruktur mengenai pengaruh ulcers, catat karakteristik cairan secret yang keluar,

bersihkan dengan cairan anti bakteri, bilas dengan cairan NaCl 0,9%, lakukan

nekrotomi K/P, lakukan tampon yang sesuai, dressing dengan kasa steril sesuai

xli
kebutuhan, lakukan pembalutan, pertahankan tehnik dressing steril ketika

melaksanakan perawatan luka, amati setiap perubahan pada balutan, bandingkan

dan catat setiap adanya perubahan pada luka dan berikan posisi terhindar dari

tekanan.

d. Implementasi Keperawatan

1) Dokumentasi Pasien 1

Berdasarkan hasil pengamatan implementasi keperawatan yang dilakukan

selama 3x24 jam, terdapat 10 komponen implementasi yang telah terdokumentasi

sesuai dengan intervensi yang telah disusun. Adapun komponen yang tidak dimuat

dalam dokumentasi adalah catat karakteristik cairan secret yang keluar dan

memberikan posisi terhindar dari tekanan. Terdapat 2 komponen tambahan yang

dilakukan dan tercatat pada dokumen pasien yaitu delegatif pemberian therapi

antibiotik dan delegatif pemberian therapi insulin.

2) Dokumentasi Pasien 2

Berdasarkan hasil pengamatan implementasi keperawatan yang dilakukan

selama 3x24 jam, terdapat 9 komponen implementasi yang telah terdokumentasi

sesuai dengan intervensi yang telah disusun. Sementara komponen yang tidak

dimuat dalam dokumentasi adalah melakukan nekrotomi, catat karakteristik cairan

secret yang keluar dan memberikan posisi terhindar dari tekanan. Terdapat 3

komponen tambahan yang dilakukan dan tercatat pada dokumen pasien yaitu

delegatif pemberian therapi antibiotik, delegatif pemberian therapi insulin dan

kolaborasi dalam persiapan debridement.

xlii
e. Evaluasi Keperawatan

Berdasarkan hasil observasi, didapatkan data evaluasi keperawatan yang

disusun sudah menggunakan evaluasi SOAP seperti berikut :

1) Dokumentasi Pasien 1

S : klien mengatakan luka di kaki sudah tidak basah

O : masih terdapat luka pada digiti 4 dan 5 pedis sinistra, luka sudah tidak

basah dan bau, pus berkurang, jaringan nekrotik berkurang, bengkak dan

kemerahan pada pedis (-) granulasi (+)

A : masalah teratasi

sebagian P : lanjutkan

intervensi

2) Dokumentasi Pasien 2

S : klien mengatakan luka pada tumit belum membaik

O : luka pada tumit kaki kiri masih tampak basah, diameter 4-5 cm dengan

kedalaman ± 2 cm, pus (+), jaringan nekrotik (+), bau (-), edema sudah

berkurang, granulasi (-)

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

C. Pembahasan

Bagian ini menguraikan tentang hasil temuan studi kasus dengan teori yang

terkait. Studi kasus ini membandingkan dengan kesesuaian dan kesenjangan yang

terdapat pada 2 asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi,

implementasi serta evaluasi pada Tn. M dan Ny. B dengan diabetes mellitus di

Ruang Praja Lantai 3 RSUD Wangaya Denpasar.

xliii
Menurut teori dari (Dermawan,2012) tujuan pengumpulan data adalah

pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk

menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan

kesehatan klien. Tipe data ada dua yaitu data subyektif yang merupakan ungkapan

verbal pasien tentang masalah kesehatannya, dan data obyektif yaitu hasil

observasi atau pengukuran dari status kesehatan klien.

Menurut Carpenito (2000), tanda gejala yang dapat muncul pada pasien

diabetes melitus dengan gangguan integritas kulit adalah terdapat gangguan

jaringan epidermis dan dermis, terdapat pemasukan kulit, eritema, edema, lesi dan

pruritus Berdasarkan hal tersebut hasil pengkajian yang diperoleh dari kedua

partisipan tidak berbeda jauh jika dibandingkan dengan tinjauan teori yang dimuat

dalam SDKI dimana terdapat gejala mayor berupa kerusakan jaringan dan/ atau

lapisan kulit, serta gejala minor berupa nyeri dan kemerahan.

Diagnosa keperawatan merupakan suatu keputusan klinik yang diberikan

kepada pasien mengenai respon individu untuk menjaga penurunan kesehatan,

status, dan mencegah serta merubah (NANDA,2011). Pada diagnosa keperawatan

terdapat 3 bagian yaitu problem, etiologi dan symptom. Pada dokumen pasien 1

dan pasien 2 telah dituliskan problem gangguan integritas kulit, namun etiologi

serta symptom tidak dicantumkan. Diagnosa keperawatan yang seharusnya

tercantum menurut teori Nanda adalah gangguan integritas kulit berhubungan

dengan adanya gangrene pada extremitas. Hal ini dikarenakan tidak terdapatnya

format untuk mencantumkan data etiologi dan symptom sesuai standar asuhan

keperawatan di RS dan mungkin sebagian besar perawat belum terbiasa untuk

menulis diagnose keperawatan sesuai standar (Nanda,2011).

xliv
Menurut UU perawat No. 38 Th. 2014, perencanaan merupakan semua

rencana tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan yang

diberikan kepada pasien.

Intervensi keperawatan untuk diagnosa gangguan integritas kulit menurut

Nanda Nic-Noc,2000 adalah wound care treatment yaitu dengan cara catat

karakteristik luka, tentukan ukuran dan kedalaman luka, dan pembagian

terstruktur mengenai pengaruh ulcers, catat karakteristik cairan secret yang keluar,

bersihkan dengan cairan anti bakteri, bilas dengan cairan NaCl 0,9%, lakukan

nekrotomi K/P, lakukan tampon yang sesuai, dressing dengan kasa steril sesuai

kebutuhan, lakukan pembalutan, pertahankan tehnik dressing steril ketika

melaksanakan perawatan luka, amati setiap perubahan pada balutan, bandingkan

dan catat setiap adanya perubahan pada luka, serta berikan posisi terhindar dari

tekanan.

Hasil pengamatan untuk intervensi pada dokumentasi pasien 1 dan pasien 2

tidak terdapat perbedaan. Intervensi keperawatan yang tercantum dalam

dokumentasi sudah mengacu pada Nanda Nic-Noc.

Implementasi merupakan suatu perwujudan dari perencanaan yang sudah

disusun pada tahap perencanaan sebelumnya (Nanda 2012).

Selama 3 kali 24 jam penulis melakukan implementasi untuk mengatasi

masalah kerusakan integritas kulit dari tanggal 2 Mei 2021 s/d 4 Mei 2021,

adapun tindakan yang sudah dilakukan yang sesuai dengan intervensi yang sudah

dibuat yaitu melakukan teknik perawatan luka menggunakan alat – alat yang

sebelumnya sudah disterilkan, menggunakan larutan NaCl untuk membersihkan

luka yang berfungsi untuk resusitasi dan dibersihkan sampai dengan luka terlihat

xlv
kemerahan, kemudian ditutup kembali menggunakan kassa steril dan dibalut agar

kasa mampu menutup luka dengan rapat, dan tidak boleh terlalu kencang. Saat

penutupan luka seluruh bagian luka harus tertutupi.

Ada beberapa tindakan yang tidak didokumentasikan pada pasien 1 sesuai

dengan dengan intervensi yang telah dibuat yaitu mobilisasi pasien atau

mengubah posisi pasien contohnya miring kanan, miring kiri yang bertujuan untuk

menghindari pnekanan pada daerah kulit terlalu lama yang bisa menimbulkan

kemerahan, serta mengobservasi karakteristik secret yang keluar. Sedangkan pada

dokumentasi pasien 2 tidak dilakukan nekrotomi, karena pasien akan segera

disiapkan untuk dilakukan debridement di ruang operasi.

Ada beberapa implementasi yang dilakukan terhadap kedua partisipan tapi

tidak termuat dalam teori intervensi yang telah disusun yaitu melakukan

pemberian terapi insulin respon pasien secara subyektif yaitu pasien mengatakan

bahwa saat obat dimasukkan tidak begitu terasa sakit karena sudah terbiasa.

Pemberian terapi novorapid sebenarnya lebih tepat untuk diagnosa ketidakstabilan

gula darah berhubungan dengan penurunan berat badan, akan tetapi pemberian

terapi novorapid juga mendukung kesembuhan kerusakan integritas kulit selain

perawatan yang multidisiplin karena berhubungan dengan gula darah yang

normal. Pasien diberikan terapi Novorapid, karena dalam novorapid mengandung

insulin aspart yang diindikasikan untuk penderita tipe 1 dan dua sedangkan pasien

pada kasus penulis ini adalah penderita diabetes melitus tipe 2. Biasanya

novorapid ini diberikan segera sebelum pasien makan atau bisa juga setelah

makan. Novorapid merupakan insulin kerja cepat setelah makanan masuk ke

dalam tubuh Fungsi dari pemberian novorapid ini yaitu untuk memperlambat

xlvi
absorpsi makanan dan untuk meningkatkan kebutuhan insulin yang harus

diimbangi dengan pengurangan aktifitas yang berlebih, pengurangan jadwal

makan. Begitu juga dengan tindakan pemberian antibiotik mungkin lebih cocok

untuk diagnose resiko infeksi, namun pemberian antibiotik juga mendukung agar

masalah gangguan integritas kulit segera teratasi.

Menurut Mareelli, 2007 evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari

tahap-tahap proses keperawatan untuk mengetahui apakan masalah–masalah

keperawatan yang muncul pada kasus asuhan keperawatan pada pasien DM

dengan gangguan integritas kulit sudah teratasi atau tidak dan untuk

membandingkan antara yang sistematik dengan yang terencana berkaitan dengan

fasilitas yang tersedia.

Tahap evaluasi pada masalah gangguan integritas kulit dapat disesuaikan

dengan tujuan kriteria hasil sebagai berikut :

a. Berkurangnya oedema sekitar luka.

b. Pus dan jaringan nekrotik berkurang

c. Adanya jaringan granulasi.

d. Bau busuk luka berkurang.

Hasil pengamatan terhadap dokumentasi pasien 1 dan pasien 2 sudah

dilakukan evaluasi dengan mengacu pada kriteria hasil yang sudah ditetapkan saat

penyusunan asuhan dan dituangkan dalam bentuk SOAP. Untuk partisipan 1

masalah gangguan integritas kulit sudah teratasi sebagian karena masih ada

kriteria yang belum tercapai sehingga intervensi harus dilanjutkan. Sedangkan

pada partisipan II masalah belum teratasi, seluruh kriteria belum tercapai, pasien

dipersiapkan untuk dilakukan debridement di ruang operasi sambil menunggu

xlvii
keadaan umum stabil dan terpenuhi syarat masuk ruang operasi. Sembari

mengoptimalkan keadaan umum tersebut, intervensi keperawatan tetap

dilanjutkan

xlviii
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Selama tiga hari melakukan asuhan keperawatan pada pasien diabetes melitus

dengan gangguan integritas kulit, penulis membuat simpulan sebagai berikut :

1. Dari hasil pengkajian dari kedua partisipan didapatkan data adanya gangguan

jaringan epidermis dan dermis, eritema, warna kemerahan pada daerah luka,

bau, terjadi nekrosis sekitar luka dan keluar pus. Hasil pengkajian yang

diperoleh dari kedua partisipan tidak berbeda jauh jika dibandingkan dengan

tinjauan teori yang dimuat dalam SDKI dimana terdapat gejala mayor berupa

kerusakan jaringan dan/ atau lapisan kulit, serta gejala minor berupa nyeri dan

kemerahan.

2. Berdasarkan data pada kedua partisipan diangkat masalah keperawatan yaitu

gangguan integritas kulit tanpa mencantumkan etiologi dan symptom.

3. Intervensi yang disusun untuk mengatasi masalah gangguan integritas kulit

disusun berdasarkan Nanda NIC-NOC yaitu dengan melakukan wound care

treatment seperti catat karakteristik luka, tentukan ukuran dan kedalaman luka,

dan pembagian terstruktur mengenai pengaruh ulcers, catat karakteristik cairan

secret yang keluar, bersihkan dengan cairan anti bakteri, bilas dengan cairan

NaCl 0,9%, lakukan nekrotomi K/P, lakukan tampon yang sesuai, dressing

dengan kasa steril sesuai kebutuhan, lakukan pembalutan, pertahankan tehnik

dressing steril ketika melaksanakan perawatan luka, amati setiap perubahan

pada balutan, bandingkan dan catat setiap adanya perubahan pada luka, serta

berikan posisi terhindar dari tekanan.

49
4. Pada tahap pelaksanaan, sudah dilakukan sesuai dengan intervensi yang

disusun, namun ada beberapa tindakan diluar intervensi yang dilakukan

terhadap kedua partisipan yaitu pemberian antibiotic dan therapi insulin. Ada

beberapa tindakan yang tidak didokumentasikan pada pasien 1 yaitu

mengobservasi karakteristik secret yang keluar dan memberikan posisi

terhindar dari tekanan, sedangkan pada pasien 2 yang tidak terdokumentasi

adalah melakukan nekrotomi karena pasien segera disiapkan untuk dilakukan

debridement di ruang operasi untuk membersihkan lukanya.

5. Hasil observasi terhadap dokumentasi pasien 1 dan pasien 2 untuk evaluasi

keperawatan sudah sesuai teori dengan menggunakan metode SOAP. Hasilnya

adalah, pada partisipan I masalah gangguan integritas kulit teratasi sebagian,

sedangkan pada partisipan II masalah masih belum teratasi sehingga intervensi

masih tetap dilanjutkan.

B. Saran

Saran yang bisa penulis berikan guna meningkatkan mutu pelayanan terutama

pada pasien dengan diabetes melitus ataupun pasien lain yang menjadi ruang

lingkup asuhan keperawatan yaitu sebagai berikut :

1. Untuk menemukan data fokus pada pasien dengan diabetes melitus diharapkan

setiap perawat perlu melakukan pengkajian yang lebih detail mengenai

masalah yang muncul baik secara autoanamnesa dan alloanamnesa diperoleh

hasil dengan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan.

2. Untuk merumuskan diagnosa keperawatan yang benar harus berdasarkan data

fokus yang ada, selalu mencantumkan etiologi atau symptom dan perlu

memprioritaskan diagnosa keperawatan sehingga dapat dilakukan tindakan

l
keperawatan yang lebih utama dalam mengatasi masalah keperawatan

sehingga tidak terjadi masalah yang berlanjut.

3. Dalam menyusun rencana keperawatan harus sesuai dengan standart prosedur

keperawatan dan sesuai dengan diagnosa keperawatan.

4. Guna tercapainya hasil keperawatan yang optimal sebaiknya terjalin

kerjasama yang baik antara perawat-pasien dan saling mendukung antara

perawat ruangan dan mahasisiwa untuk mengatasi hambatan-hambatan yang

muncul selama melakukan asuhan keperawatan.

C. Keterbatasan

Dalam melakukan pengelolaan kasus ini penulis menyadari kurang mampu

dalam mengatur waktu selama pelaksanaan asuhan keperawatan, masih sedikitnya

pengalaman yang penulis miliki serta tidak dapat melakukan tindakan

keperawatan secara langsung di karenakan menyangkut privaci pasien.

li
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Askandar. (2000). Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes Mellitus. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

Balitbangkes. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementrian Kesehatan.

Bare, S. and. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,. Edisi 8 Brende
G.Bare; Alih Bahasa, Agung Waluyo, dkk. Jakarta: EGC.

Corwin, E. J. (2001). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Davis Gordon B, 1994, Management System Information, TP. Midas Surya


Grafindo, Jakarta.

Notoatmojo. (2010). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik


Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

Sujarweni, W. (2014). Metodologi penelitian: Lengkap, praktis, dan mudah


dipahami. Yogyakarta: PT.Pustaka Baru.

Sutedjo, A. Y. (2010). 5 Strategi Penderita Diabetes Mellitus Berusia Panjang.


Yogyakarta: Kanisius.

Syahbudin, S. (2009). Diabetes Melitus dan Pengelolaannya. Cetakan 2, Pusat


Diabetes & Lipid RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo. Jakarta: FKUI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI.(2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.


Edisi I. Jakarta: DPP PPNI

lii
LAMPIRAN

Lampiran 1

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

liii
Lampiran 2

Realisasi Anggaran Biaya Penelitian

No Keterangan Biaya (Rp)


1 Persiapan

 Penyusunan Proposal 300.000

 Penggandaan Proposal 100.000

 Revisi Proposal 250.000

2 Pelaksanaan

 Pengurusan Ijin 200.000

 Transportasi dan akomodasi 150.000

 Pengolahan data 200.000

 Fotocopy materi 100.000

3 Tahap akhir

 Penyusunan laporan 300.000

 Penggandaan laporan 300.000

 Revisi laporan 150.000

 Penjilidan 100.000
Lain-lain 100.000
Total 2.900.000

liv
Lampiran 3

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Yang terhormat,

Bapak/Ibu

di Ruang Praja Amerta Lantai 3 RSUD

Wangaya Dengan hormat,

Saya adalah mahasiswa Program RPL Poltekkes Kemenkes Denpasar ,

saat ini sedang menyelesaikan tugas akhir program DIII Keperawatan. Dalam

rangka mengumpulkan data untuk penelitian yang berjudul “Gambaran Asuhan

Keperawatan Pasien DM Dengan Gangguan Integritas Kulit di Ruang Praja

Amerta Lantai 3 RSUD Wangaya”, saya memohon kesediaan dan bantuan

Bapak/Ibu untuk menjadi responden yang merupakan sumber informasi bagi

peneliti.

Mengingat keberhasilan penelitian ini akan sangat tergantung kepada

kelengkapan jawaban, dimohon dengan sangat agar kiranya jawaban Bapak/Ibu

dapat diberikan selengkap mungkin.

Demikianlah permohonan ini saya sampaikan, atas kesediaan serta

kerjasama Bapak/Ibu, saya ucapkan banyak terima kasih.

Denpasar, Maret 2021

Penulis

lv
Lampiran 4

LEMBAR PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama :………………………….

Alamat :………………………….

Dengan ini menyatakan dengan sebesar-besarnya bahwa saya telah mendapat

penjelasan mengenai tujuan, manfaat, dan prosedur dari penelitian ini dengan

judul “Gambaran Asuhan Keperawatan Pasien DM Dengan Gangguan Integritas

Kulit di Ruang Praja Amerta Lantai 3 RSUD Wangaya.”

Selanjutnya saya dengan ikhlas dan sukarela menyatakan ikut serta dalam

penelitian ini sebagai responden. Demikian pernyataan ini saya buat dengan

sebenar-benarnya dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Denpasar, Maret 2021

Yang menyatakan,

(Responden)

lvi
Lampiran 5

FORMAT PENGUMPULAN DATA

Judul Penelitian : Gambaran Asuhan Keperawatan Pasien DM Dengan

Gangguan Integritas Kulit di Ruang Praja Amerta Lantai 3

RSUD Wangaya

Tanggal Penelitian :

PENGKAJIAN

No Data Demografi Pasien I Pasien II

1 Nama

2 Umur

3 Jenis Kelamin

4 Pendidikan

5 Agama

6 Pekerjaan

7 Status Perkawinan

8 Alamat

9 No. Rekam Medik

10 Tgl MRS

11 Diagnosa Medik

lvii
Petunjuk Pengisian Untuk Pertanyaan Berikut :
1. Bacalah setiap pertanyaan pada lembar pengumpulan data dengan teliti dan
benar
2. Amati catatan keperawatan pasien dan beri tanda (√) pada kolom yang sesuai
dengan data yang ada pada dokumen

No. Data Subyektif dan Data Obyektif Rekam Medis

Pasien I Pasien II

Ya Tidak Ya Tidak

1 Kerusakan jaringan dan atau lapisan


kulit

2 Nyeri

3 Perdarahan

4 Kemerahan

5 Hematoma

6 Edema

7 Pus

8 Jaringan nekrotik

9 Bau

lviii
DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Rekam Medis

Pasien I Pasien II

Ya Tidak Ya Tidak

1 Problem
Gangguan Integritas Kulit

2 Etiologi
Gangren di extremitas

3 Sign and symptom :

a. Kerusakan jaringan dan atau


lapisan kulit

b. Nyeri

c. Perdarahan

d. Kemerahan

e. Hematoma

f. Edema

g. Pus

h. Jaringan Nekrotik

i. Bau

lix
INTERVENSI

Direncanakan

INTERVENSI Pasien I Pasien II

YA Tidak Ya Tidak

1. Catat karakteristik luka:tentukan ukuran


dan kedalaman luka, dan pembagian
terstruktur mengenai pengaruh ulcers

2. Catat karakteristik cairan secret yang keluar

3. Bersihkan dengan cairan anti bakteri

4. Bilas dengan cairan NaCl 0,9%

5. Lakukan nekrotomi K/P

6. Lakukan tampon yang sesuai

7. Dressing dengan kasa steril sesuai kebutuhan

8. Lakukan pembalutan

9. Pertahankan tehnik dressing steril ketika


melaksanakan perawatan luka

10. Amati setiap perubahan pada balutan

11. Bandingkan dan catat setiap adanya


perubahan pada luka

lx
12. Berikan posisi terhindar dari tekanan

lxi
IMPLEMENTASI

Dilakukan

IMPLEMENTASI Pasien I Pasien II

KEPERAWATAN YA Tidak Ya Tidak


(NOC)

1. Catat karakteristik luka:tentukan ukuran


dan kedalaman luka, dan pembagian
terstruktur mengenai pengaruh ulcers

2. Catat karakteristik cairan secret yang keluar

3. Bersihkan dengan cairan anti bakteri

4. Bilas dengan cairan NaCl 0,9%

5. Lakukan nekrotomi K/P

6. Lakukan tampon yang sesuai

7. Dressing dengan kasa steril sesuai kebutuhan

8. Lakukan pembalutan

9. Pertahankan tehnik dressing steril


ketika melaksanakan perawatan luka

10. Amati setiap perubahan pada balutan

11. Bandingkan dan catat setiap


adanya perubahan pada luka

lxii
12. Berikan posisi terhindar dari tekanan

lxiii
EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi Keperawatan Hasil

Pasien I Pasien II

Ya Tidak Ya Tidak

a. Berkurangnya oedema sekitar luka.

b. Pus dan jaringan berkurang

c. Adanya jaringan granulasi.

d. Adanya jaringan granulasi.

lxiv
lxv

Anda mungkin juga menyukai