Anda di halaman 1dari 24

PENGENALAN ALAT

LAPORAN

Oleh

ANDRE MARCELIUS LAMIDA

071001800011

LABORATORIUM PENILAIAN FORMASI

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI

UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

2020
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : ANDRE MARCELIUS LAMIDA

NIM : 071001800011

KELOMPOK : J2

PARTNER : 1. ANISA POETRI

2. ARINDA

TGL. PRAKTIKUM : 17 SEPTEMBER 2020

TGL. PENERIMAA : 23 SEPTEMBER 2020

ASISTEN : 1. FARADIBA

2. HANSEN

3. JEREMI

NILAI :

Tanda Tangan Tanda Tangan

(……………………..) (……………………..)

Asisten Lab Asisten Lab


DAFTAR ISI

Halaman

COVER……………………………………………………………………. i

DAFTAR ISI………………………………………………………………. ii

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………. ii

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………. 1

1.1 Latar Belakang…………………………………………………. 1

1.2 Tujuan Percobaan……………………………………………… 2

BAB II TEORI DASAR…………………………………………………… 3

BAB III GAMBAR ALAT………………………………………………… 5

BAB IV PEMBAHASAN………………………………………………….. 7

4.1 Pembahasan Percobaan………………………………………… 7

4.2 Tugas Internet………………………………………………….. 9

BAB V KESIMPULAN…………………………………………………… 10

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….... 11

LAMPIRAN A TUGAS INTERNET……………………………………… 12


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Control Box……………………………………………………………. 5

3.2 Electrick Winch..………………………………………………………. 5

3.3 Arm Caliper……………………………………………………………. 6


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. TUGAS INTERNET……………………………………………… 13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam mencari sumber minyak(cekungan produktif) sangat ditentukan oleh
faktor kemampuan sumber daya manusia dan peralatan yang memadai. Seorang
teknisi perminyakan dituntut agar mampu menganalisis data yang diperoleh di
lapangan yang bertujuan untuk menentukan zona produktif. Penemuan reservoir
pertama kali ditentukan pada pengeboran eksplorasi dengan menggunakan
data seismik, gravity dan magnetik. Penilaian formasi dilakukan setelah terdapat
lubang pemboran yang membuktikan terdapatnya hidrokarbon pada cekungan
tersebut. Dengan dilakukannya penilaian formasi maka dapat ditentukan zona
mana yang prospek untuk di produksi, sehingga keuntungan pun dapat diperoleh.
Beberapa parameter yang diperlukan untuk menentukan zona produktif, yaitu
berupa karakteristik batuan antara lain porositas, permeabilitas, saturasi air dan
kemampuan bergeraknya hidrokarbon, tipe hidrokarbon, litologi batuan,
kemiringan danstruktur formasi. Selain itu, data yang diperlukan untuk
membuktikan ada atau tidaknya potensi hidrokarbon pada suatu area yaitu data
permukaan dan data di bawah permukaan (seismic, logging, coring dan cutting).
Dari data permukaan seismik kemudian dilakukan untuk mendapatkan data di
bawah permukaan berupa litologi batuan. Jika litologi batuan mengindikasikan
adanya suatu reservoir, maka untuk membuktikan ada tidaknya hidrokarbon
dilakukan pemboran lubang sumur serta serangkaian pengukuran di dalam sumur
(logging) dan evaluasi data hasil rekaman untuk memastikan ada tidaknya
kandungan hidrokarbon di bawah tanah. Logging merupakan suatu kegiatan
perekaman lubang sumur yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik batuan,
kandungan fluida pada formasi yang telah ditembus. Hasil analisa data
logging dapat digunakan untuk mengetahui antara lain untuk menentukan zona
prospek hidrokarbon dan dapat digunakan untuk menghitungan cadangan
hidrokarbon yang ada di suatu lapangan.
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut;
a. Untuk mengetahui pembacaan zona pada track 1, track 2, dan track 3,
b. Untuk mengetahui zona permeable dan zona inpermeable,
c. Untuk mengetahui zona yang mengandung hydrocarbon,
d. Untuk mengetahui zona yang mengandung minyak, gas dan air,
e. Untuk mengetahui zona yang memilki jenis batuan shale dan sandstone,
BAB II
TEORI DASAR

Pengertian penilaian formasi adalah kegiatan pengumpulan data – data


reservoir yang dilakukan sebelum pemboran, saat pemboran dan sesudahg pemboran
berlangsung yang nantinya digunakan dalam perencanaan pengembangan suatu
lapangan minyak dan gas bumi. Penilaian formasi merupakan salah satu bagian dari
ilmu teknik perminyakan yang mempelajari tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan analisis ciri dan sifat batuan di bawah permukaan dengan menggunakan
pengukuran pada parameter lubang sumur atau logging.
Analisis log meliputi kegiatan penentuan litologi (jenis batuan), karakteristik
batuan reservoir (petrophysic), dan fluida yang terkandung di dalam batuan (fluid
content). Analisis log merupakan bagian dari penilaian formasi yang dilakukan untuk
menentukan parameter batuan reservoir serta sebagai acuan untuk mengetahui kondisi
di bawah permukaan dan kondisi formasi yang diamati.
Dalam proses analisis log terdiri dari dua tahapan, yaitu analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif. Dalam analisa kualitatif dapat diketahui litologi, fluid content,
dan permeable zone. Sedangkan dalam analisis kuantitatif dapat diketahui porositas,
saturasi air, dan ketebalan produkti formasi (net pay). Parameter utama yang
ditentukan dari perhitungan dari data log sumur adalah porositas dan saturasi air.
Selain porositas dan saturasi air, ketebalan formasi yang mengandung hidrokarbon
diperlukan untuk memperkirakan total cadangan.
Untuk mengevaluasi suatu reservoir, perlu diketahui sifat fisik atau
karakteristik batuan yang mempengaruhi pengukuran log seperti volume shale,
resistivitas air formasi, porositas, dan saturasi air. Pemahaman terhadap sifat-sifat
serta konsep yang mewakili batuan reservoir penting untuk melakukan analisis log.
Analisis log akan memberikan hasil sifat-sifat fisik batuan yang diperlukan untuk
menganalisis secara kualitatif dan kuantitatif mengenai indikasi keberadaan
hidrokarbon di batuan reservoir.
Tujuan utama analisis log adalah untuk mengetahui parameter yang digunakan
untuk menentukan jumlah cadangan hidrokarbon yang terkandung di dalam formasi
serta untuk mengetahui letak kedalaman hidrokarbon tersebut. Untuk itu diperlukan
karakterisrisik batuan reservoir (petrophysics) seperti porositas, saturasi hidrokarbon,
ketebalan lapisan produktif dan luas area. Selain itu litologi, suhu dan tekanan
formasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan analisis log.
Proses logging dilakukan setelah selesainya pengeboran. Selama proses
pengeboran dialirkan fluida pengeboran yang salah satu fungsinya adalah untuk
mengontrol tekanan formasi agar tidak terjadi blow out. Tekanan hidrostatik fluida
pengeboran yang digunakan lebih besar dibandingkan dengan tekanan formasi. Hal
ini menyebabkan adanya filtrat dari fluida pengeboran yang masuk ke dalam formasi
akibat dari perbedaan tekanan yang ada. Masuknya filtrat fluida pengeboran ke dalam
formasi menyebabkan formasi terbagi menjadi 3 zona.
Terdapat berbagai macam peralatan logging yang dapat digunakan untuk
melakukan pengukuran pada lubang sumur. Berbagai macam alat tersebut digunakan
berdasarkan keperluan yang diinginkan atau berdasarkan kondisi yang ada di
lapangan. Secara umum alat logging dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: log
permeabel, log resistivitas dan log porositas.
Hasil dari pekerjaan well logging adalah rekaman data log yang dapat berupa
chart atau tabulasi angka-angka. Data awal tersebut lah yang digunakan untuk
mengevaluasi formasi batuan. Analisis log adalah pekerjaan untuk menerjemahkan
atau menafsirkan hasil rekaman kurva-kurva untuk mendapatkan harga dari
parameter-parameter yang dibutuhkan untuk mengevaluasi formasi tersebut.
Terdapat dua metode untuk menganalisis rekaman log, yaitu: Analisis
kualitatif, yaitu metode analisis log yang dilakukan untuk menentukan litologi batuan,
lapisan permeabel, kandungan fluida, dan OWC/GOC, sedangkan Analisis
kuantitatif, yaitu metode analisis yang dilakukan untuk mengetahui harga porositas
batuan, saturasi air, saturasi hidrokarbon tersisa dan saturasi hidrokarbon yang dapat
dikeluarkan/berpindah.
BAB III
GAMBAR ALAT

3.1 Control Box

Tampak atas

Tampak Depan

3.2 Electric Winch

Tampak Atas
Tampak Samping
3.3 Arm Caliper

Tampak Depan

Tampak Samping
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan Percobaan


Pada percobaan yang pertama yang berjudul “ Peralatan alat Penilain
Formasi” dibahas mengenai apa – apa saja yang digunakan dan parameter apa saja
yang digunakan dalam Penilain Formasi. Pada percobaan ini terbagi atas tiga track
yaitu track pertama, track kedua dan track ketiga.
Pada track pertama terbagi atas tiga jenis log yaitu log SP (Spontaneous
potential Log), log GR (Gamma ray) dan Caliper Log. Spontaneous Potential log (SP
log) adalah alat yang merekam perbedaan potensial listrik yang terdapat di dalam
lubang bor. SP log terdiri dari dua buah elektroda. Satu buah elektroda yang bergerak
bebas berada di dalam lubang bor sedangkan satu elektroda lagi berada dalam posisi
diam di permukaan. Kurva pada log SP menampilkan potensial listrik yang dihasilkan
oleh interaksi air formasi yang muncul bersamaan dengan fluida pengeboran yang
konduktif dan ion-ion tertentu yang terkandung dari batuan serpih (shale). Gamma
ray log (GR) adalah alat yang mengukur tingkat radioaktif alami yang terdapat pada
batuan formasi. Unsur-unsur radioaktif yang diukur antara lain Thorium, Uranium
dan Potasium. GR log akan menembakkan sinar gamma ke dalam formasi, kemudian
sinar gamma tersebut akan menembus batuan formasi dan akan direkam oleh
detektor. Hasil rekaman yang ada di detektor kemudian akan didefleksikan
berdasarkan jenis lapisan yang ditembus. Sedangkan Log Caliper adalah alat logging
sumur dalam pengukuran variasi diameter lubang bor pada saat borehole pada saat
masih dalam open case. Log caliper juga digunakan sebagai penanda dan untuk
mengetahui berapa tebal mud cake, ketika mud cake lebih besar dari bit size maka
akan terjadi caving/ runtuh dan kalau lebih kecil dari bit size maka akan sloughing.
Pada track kedua terbagi atas beberapa jenis log yaitu Resistivity Log,
Induction Log dan Lateral Log. Log Resistivitas merekam ketahanan batuan formasi
dan fluida pengisi pori batuan untuk dilewati arus listrik. Resistivitas formasi diukur
dengan mengirimkan arus listrik kedalam formasi dan mengukur kemudahan aliran
listrik melalui batuan formasi tersebut atau mengukur seberapa besar arus listrik
menginduksi ke dalam formasi. Satuan ketahanan listrik adalah ohm-meter (ohm-m).
Resistivitas formasi biasanya berkisar antara 0,2 - 1.000 ohm-m. Resistivity log
biasanya ditampilkan pada Track 2 dalam gabungan beberapa log (composite log).
Resistivity Log terbagi atas Log Deep, Log Medium dan Log Shallow resistivity.
Induction log adalah alat yang digunakan untuk mengukur resistivitas formasi pada
kondisi lubang bor yang tidak konduktif. Hal ini dikarenakan induction log bekerja
dengan cara memancarkan arus bolak-balik yang berfrekuensi tinggi dengan
intensitas sedang yang dikirim melalui kumparan pemancar. Alat laterolog bekerja
dengan memfokuskan arus lisrik ke dalam formasi dalam bentuk lembaran tipis. Pada
penggunaannya di lapangan laterolog sering digunakan bersamaan antara laterolog
deep (LLD) dan laterolog shallow (LLS) atau sering disebut dual laterolog.
Yang terakhir yaitu Track 3 untuk mengukur porositas, pada track 3 terbagi
atas Densitas Log, Neutron Log dan Sonic Log. Density log bekerja dengan
menembakkan sinar gamma ke dalam batuan formasi, yang kemudian sinar gamma
tersebut akan bertabrakan dengan elektron-elektron yang berada di dalam formasi.
Akibat dari tabrakan tersebut sinar gamma akan kehilangan energi dan arahnya akan
terbaurkan. Sinar gamma yang terbaurkan tersebut akan direkam oleh detektor. Sinar
gamma yang terekam di alat detektor tergantung pada jumlah elektron yang ditabrak
di dalam formasi. hasil rekaman pantulan sinar gamma tergantung pada jenis litologi
batuan yang ditembus oleh pancaran sinar gamma. Neutron Log digunakan untuk
mengetahui porositas batuan formasi. selain itu neutron log juga bisa digunakan
untuk mengukur volume shale. Neutron log biasanya ditampilkan pada Track 3,
bersamaan dengan density log. Neutron log dapat merespon keberadaan hidrogen
dalam lapisan batuan dengan baik. Dan yang terakhir yaitu Sonic log merupakan
peralatan logging yang dapat digunakan untuk mengukur porositas batuan. Sonic log
merupakan salah satu acoustic log, karena alat ini mengukur sifat perambatan bunyi
yang ada di dalam batuan. Selain dari fungsi tersebut ada juga fungsi lainnya seperti,
Mengukur volume batuan yang digunakan dalam analisis seismic, dan beberapa lagi.
4.2 Tugas Internet

Gamma Ray Log

Gamma Ray Log adalah metoda untuk mengukur radiasi sinar gamma yang
dihasilkan oleh unsur-unsur radioaktif yang terdapat dalam lapisan batuan di
sepanjang lubang bor. Unsur radioaktif yang terdapat dalam lapisan batuan tersebut
diantaranya Uranium, Thorium, Potassium, Radium, dll.
Unsur radioaktif umumnya banyak terdapat dalam shale dan sedikit sekali
terdapat dalam sandstone, limestone, dolomite, coal, gypsum, dll. Oleh karena itu
shale akan memberikan response gamma ray yang sangat signifikan dibandingkan
dengan batuan yang lainnya.
Jika kita berkerja di sebuah cekungan dengan lingkungan pengendapan fluvio-
deltaic atau channel system dimana biasanya sistem perlapisannya terdiri dari
sandstone atau shale (sand-shale interbeds), maka log gamma ray ini akan sangat
membantu didalam evaluasi formasi (Formation Evaluation- FE).
Seperti halnya logging yang lainnya, pengukuran gamma ray log dilakukan
dengan menurunkan instrument gamma ray log kedalam lubang bor dan merekam
radiasi sinar gamma untuk setiap interval tertentu. Biasanya interval perekaman
gamma ray (baca: resolusi vertikal) sebesar 0.5 feet.
Dikarenakan sinar gamma dapat menembus logam dan semen, maka logging
gamma ray dapat dilakukan pada lubang bor yang telah dipasang casing ataupun telah
dilakukan cementing. Walaupun terjadi atenuasi sinar gamma karena casing dan
semen, akan tetapi energinya masih cukup kuat untuk mengukur sifat radiasi gamma
pada formasi batuan disampingnya.
Prinsip Kerja Alat detektor dimasukkan ke dalam lubang bor. Formasi yang
mengandung unsur-unsur radioaktif akan memancarkan radiasi dimana intensitasnya
akan diterima oleh detektor dan dicatat di permukaan. Di dalam detector sinar gamma
tidak dapat diukur secara langsung tetapi melalui prosesionisasi/disintegrasi yaitu
proses pelepasan elektron-elektron dari atom yang sebelumnya netral, dimana
pelepasan elektron ini akan menimbulkan arus listrik yang dideteksi oleh alat.
Seperti yang disebutkan diatas bahwa gamma ray log mengukur radiasi
gamma yang dihasilkan oleh unsur-unsur radio aktif seperti Uranium, Thorium,
Potassium dan Radium. Dengan demikian besaran gamma ray log yang terdapat
didalam rekaman merupakan jumlah total dari radiasi yang dihasilkan oleh semua
unsur radioaktif yang ada di dalam batuan. Untuk memisahkan jenis-jenis bahan
radioaktif yang berpengaruh pada bacaan gamma ray dilakukan gamma ray
spectroscopy. Karena pada hakikatnya besarnya energi dan intensitas setiap material
radioaktif tersebut berbeda-beda.
Spectroscopy ini penting dilakukan ketika kita berhadapan dengan batuan
non-shale yang memungkinkan untuk memiliki unsur radioaktif, seperti mineralisasi
uranium pada sandstone, potassium feldsfar atau uranium yang mungkin terdapat
pada coal dan dolomite.
Gamma ray log memiliki satuan API (American Petroleum Institute), dimana
tipikal kisaran API biasanya berkisar antara 0 s/d 150. Walaupun terdapat juga suatu
kasus dengan nilai gamma ray sampai 200 API untuk jenis organic rich shale.
Dikarenakan log gamma ray memiliki kapabilitas untuk mengukur derajat kandungan
shale di dalam lapisan batuan, maka didalam industri migas gamma ray log kerap kali
digunakan untuk memprediksi besaran volume shale atau dikenal dengan Vshale.
Gamma ray log memiliki kegunaan lain diantaranya untuk melakukan well to
well correlation dan penentuan Sequence Boundary (SB), yakni dengan
mengidentifikasi Maximum Flooding Surface (MFS) sebagai spike dengan nilai
gamma ray yang tinggi. Well to well correlation ini biasanya dilakukan dengan
melibatkan log-log yang lainnya seperti sonic, density, porositas, dll.
Adapun fungsi dari Gamma Ray adalah Menentukan lapisan permeable,
Mengidentifikasi lithologi, korelasi antar formasi, Menentukan volume serpih,
Menentukan lapisan shale dan non shale, Mendeteksi adanya mineral radioaktif.
Sedangkan factor yang berpengaruh dalam Gamma Ray adalah Diameter lubang bor
dan lumpur didalamnya, Lumpur yang ada di dalam lubang bor, Casing, Semen.
Beberapa jenis batuan dapat dikenal dari variasi kandungan fraksi
lempungnya, misalnya batu lempung hamper seluruh terdiri dari mineral lempung,
batu pasir kwarsa sangat sedikit mengandung mineral lempung, batu lanau cukup
banyak mengandung mineral lempung dan sebagainya. Oleh karena itu respon
gamma dapat digunakan untuk menafsirkan jenis litologinya
BAB V
KESIMPULAN

Adapun beberapa yang dapat disimpulkan dari percobaan yang pertama


tentang pengenalan alat yaitu sebagai berikut;
1. Pada pembacaan loging terbagi atas tiga track yaitu track 1, track 2 dan track
3.
2. Pada track 1 yaitu untuk medeteksi zona permeable terbagi atas tiga log yaitu
gamma ray log, sp log dan caliper log.
3. Pada track 2 terbagi atas 3 log yaitu resistivity log, induction log dan lateral
log.
4. Pada tarck yang ketiga yaitu untuk mengetahui porositasnya terbagi atas
neutron log, density log dan sonic log
5. Log caliper berfungsi untuk menentukan diameter lubang sumur dan sebagai
penanda seberapa tebal mud cake, kalau lebih besar dari bit size akan terjadi
caving atau runtuh, kalau lebih kecil akan terjadi sloughing.
DAFTAR PUSTAKA

Nugrahanti, Asri. 2011. Penilain Formasi. Bogor : Cetakan Mediautama

Sitaresmi, Ratnayu. 2016. Diktat Petunjuk Praktikum Penilain Formasi. Jakarta:


Universitas Trisakti

http://www.repository.trisakti.ac.id/webopac_usaktiana/digital/000000000000000826
30/2016_TA_TM_07112058_Bab-3.pdf

https://www.scribd.com/doc/312928298/Pengertian-penilaian-formasi

http://novianto-geophysicist.blogspot.com/2013/06/interpretasi-well-log-bagian-2-
caliper.html
LAMPIRAN A
TUGAS INTERNET
Gamma Ray Log

adalah metoda untuk mengukur radiasi sinar gamma yang dihasilkan oleh unsur-
unsur radioaktif yang terdapat dalam lapisan batuan di sepanjang lubang bor.

Unsur radioaktif yang terdapat dalam lapisan batuan tersebut diantaranya Uranium,
Thorium, Potassium, Radium, dll.

Unsur radioaktif umumnya banyak terdapat dalam shale dan sedikit sekali terdapat
dalam sandstone, limestone, dolomite, coal, gypsum, dll. Oleh karena itu shale akan
memberikan response gamma ray yang sangat signifikan dibandingkan dengan batuan
yang lainnya.

Jika kita berkerja di sebuah cekungan dengan lingkungan pengendapan fluvio-


deltaic atau channel system dimana biasanya sistem perlapisannya terdiri dari
sandstone atau shale (sand-shale interbeds), maka log gamma ray ini akan sangat
membantu didalam evaluasi formasi (Formation Evaluation- FE).

Seperti halnya logging yang lainnya, pengukuran gamma ray log dilakukan dengan
menurunkan instrument gamma ray log kedalam lubang bor dan merekam radiasi
sinar gamma untuk setiap interval tertentu. Biasanya interval perekaman gamma ray
(baca: resolusi vertikal) sebesar 0.5 feet.

Dikarenakan sinar gamma dapat menembus logam dan semen, maka logging gamma
ray dapat dilakukan pada lubang bor yang telah dipasang casing ataupun telah
dilakukan cementing. Walaupun terjadi atenuasi sinar gamma karena casing dan
semen, akan tetapi energinya masih cukup kuat untuk mengukur sifat radiasi gamma
pada formasi batuan disampingnya.

Prinsip Kerja Alat detektor dimasukkan ke dalam lubang bor. Formasi yang
mengandung unsur-unsur radioaktif akan memancarkan radiasi dimana intensitasnya
akan diterima oleh detektor dan dicatat di permukaan. Di dalam detector sinar gamma
tidak dapat diukur secara langsung tetapi melalui prosesionisasi/disintegrasi yaitu
proses pelepasan elektron-elektron dari atom yang sebelumnya netral, dimana
pelepasan elektron ini akan menimbulkan arus listrik yang dideteksi oleh alat.
Seperti yang disebutkan diatas bahwa gamma ray log mengukur radiasi gamma yang
dihasilkan oleh unsur-unsur radio aktif seperti Uranium, Thorium, Potassium dan
Radium. Dengan demikian besaran gamma ray log yang terdapat didalam rekaman
merupakan jumlah total dari radiasi yang dihasilkan oleh semua unsur radioaktif yang
ada di dalam batuan. Untuk memisahkan jenis-jenis bahan radioaktif yang
berpengaruh pada bacaan gamma ray dilakukan gamma ray spectroscopy. Karena
pada hakikatnya besarnya energi dan intensitas setiap material radioaktif tersebut
berbeda-beda.

Spectroscopy ini penting dilakukan ketika kita berhadapan dengan batuan non-shale
yang memungkinkan untuk memiliki unsur radioaktif, seperti mineralisasi uranium
pada sandstone, potassium feldsfar atau uranium yang mungkin terdapat pada coal
dan dolomite.

Gamma ray log memiliki satuan API (American Petroleum Institute), dimana tipikal
kisaran API biasanya berkisar antara 0 s/d 150. Walaupun terdapat juga suatu kasus
dengan nilai gamma ray sampai 200 API untuk jenis organic rich shale.

Gambar dibawah ini menunjukkan contoh interpretasi lapisan batuan untuk


mendiskriminasi sandstone dari shale dengan menggunakan log gamma ray.
Dikarenakan log gamma ray memiliki kapabilitas untuk mengukur derajat kandungan
shale di dalam lapisan batuan, maka didalam industri migas gamma ray log kerap kali
digunakan untuk memprediksi besaran volume shale atau dikenal
dengan Vshale dengan formulasi:

Gambar dibawah ini menunjukkan teknis perhitungan Vshale untuk shale A dari
sebuah gamma ray log. Perhatikan bahwa penentuan nilai-nilai tersebut bersifat
interpretatif

Gamma ray log memiliki kegunaan lain diantaranya untuk melakukan well to well
correlation dan penentuan Sequence Boundary (SB), yakni dengan
mengidentifikasi Maximum Flooding Surface (MFS) sebagai spike dengan nilai
gamma ray yang tinggi. Well to well correlation ini biasanya dilakukan dengan
melibatkan log-log yang lainnya seperti sonic, density, porositas, dll.

Fungsi Dari Gamma Ray


1. Menentukan lapisan permeabel
2. Mengidentifikasi lithologi, korelasi antar formasi
3. Menentukan volume serpih
4. Menentukan lapisan shale dan non shale
5. Mendeteksi adanya mineral radioaktif

Faktor Yang Berpengaruh Dalam Gamma Ray

1. Diameter lubang bor dan lumpur didalamnya


Apabila diameter lubang bor > 8'', respon GR akan dipengaruhi oleh lumpur sehingga
ada sebagian sinar gamma yang terserap oleh lumpur (respon GR menurun).

2. Lumpur yang ada di dalam lubang bor


Apabila lumpur yang digunakan > 10 lb/gall maka perlu dilakukan koreksi.

3. Casing
Casing akan menurunkan intensitas radioaktif sekitar 30 %

4. Semen
Semen dibuat dari limestone dan shale, sebagian sinar gamma akan terserap oleh
semen.
Beberapa jenis batuan dapat dikenal dari variasi kandungan fraksi lempungnya,
misalnya batu lempung hamper seluruh terdiri dari mineral lempung, batu pasir
kwarsa sangat sedikit mengandung mineral lempung, batu lanau cukup banyak
mengandung mineral lempung dan sebagainya. Oleh karena itu respo gamma dapat
digunakan untuk menafsirkan jenis litologinya. Beberapa contoh batuan sesuai sifat
radioaktifnya adalah sebagai berikut :

Radioaktifnya sangat rendah


Anhidrid, garam, batubara dan nodule silica. Silica yang berlapis mengandung
radioaktif lebih tinggi dari berbentuk nodule.
Radioaktif rendah
Batu gamping murni, dolomite dan batu pasir. Batu gamping dan dolomite yang
berwarna gelap lebih tinggi radioaktifnya daripada yang berwarna terang.
Radioaktif menengah
Arkosa, pelapukan granit, batu lanau, batu gamping lempunagn dan napal. Batu yang
berwarna gelap lebih tinggi radioaktifnya daripada yang berwarna terang.
Radioaktif sangat tinggi
Serpih, batu lempung dan abu gunung api.

Karakteristik Respon Sinar Gamma :

Radioaktif Radioaktif Radioaktif Radioaktif


Sangat Rendah Rendah Menengah Sangat Tinggi
(0 – 32,5 API) (60 – 100 API) (>100 API)
(32,5 – 60 API)

Anhidrit Batu Pasir Arkose Batuan Serpih

Salt Batu Gamping Batuan Granit Abu Vulkanik


Batubara Dolomit Lempungan Bentonit
Pasiran
Gamping

Interpretasi Log Gamma Ray


Dalam tinjauan perhitungan interpretasi log gamma ray pada evaluasi formasi ini
ditentukan dengan tiga parameter sebagai berikut :
1. Interpretasi litologi.
2. Koreksi gamma ray untuk ukuran lubang sumur dan berat Lumpur.
3. Perhitungan Vshale.

Interpretasi Litologi
Untuk mendapatkan hasil yang akurat, Log Gamma ray harus dikombinasikan dengan
data lainnya seperti Log spontaneous dan Log resistivitas. Dalam perekaman data
Gamma ray, lapisan batupasir akan ditunjukkan oleh relatif API rendah sedangkan
lapisan Serpih akan ditunjukan dengan API tinggi. Oleh karena gamma ray selalu
lebih besar sengan penunjukan grafik ke kanan, maka grafik kurva yang menunjukan
ke kanan ini mengartikan penyerpihan dari pada kurva yang ke kiri.

Koreksi Gamma Ray Untuk Lubang Bor Dan Berat Lumpur

Untuk koreksi gamma ray untuk lubang bor dan berat lumpur dapat digunakan
dengan melihat analisa awal kepala log yang digunakan. Data ini kemudian
diinterpretasi dengan menggunakan Grafik ’Schlumberger Log Interpretation
’(Sclhumberger, 1991) untuk koreksi Gamma ray terhadap lubang bor dam
berat lumpur.

Faktor koreksi dapat dihitung dengan parameter penentuan t, g/cm2. Parameter ini
bertujuan untuk mendapatkan harga faktor koreksi untuk Gamma ray. Perhitungan ini
berdasarkan rumusan sebagai berikut :
T = Wmud (2.54(d hole) 2.54(d sonde))

Setelah itu perameter T, g/cm diplod pada grafik sclhumberger, 1991 untuk mencari
factor koreksi gamma ray. Dari grafik ini kemudian dapat diketahui factor koreksi
pada pembacaan log gamma ray. Untuk mendapatkan gamma ray terkoreksi, dapat
menghitung dengan mengalikan faktor koreksi dengan pembacaan log gamma ray.

Perhitungan Vshale

Dalam hal perhitungan Vshale, jenis dan serpih kandungan radioaktifnya harus
konstan dalam susunan stratigrafi. Sebelum perhitungan terlebih dahulu mesti
dilakukan perhitungan Indeks Gamma ray

http://teknik-perminyakan-indonesia.blogspot.com/2015/07/gamma-ray-log-dasar-
teori.html

Anda mungkin juga menyukai